Ignasius D.A. Sutapa, Eka Prihatinningtyas & Tri Yuli Setyaningsih Pusat Penelitian Limnologi LIPI Kompleks LIPI Cibinong Jl. Prof. Doddy Tisna Amidjaya, PO BOX 454, Cibinong BOGOR Tel/Fax. : 021 8757071 / 021 8757076, Email : ignasiussutapa@chemist.com
Abstrak
Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Penelitian Limnologi LIPI dan bertujuan untuk mengolah air bersih dari situ Cibuntu serta menghitung efisiensi instalasi pengolahan airnya. Tahapan proses yang dilakukan adalah koagulasi dengan penambahan alum, filtrasi dan terakhir disinfeksi dengan penambahan kaporit. Dari hasil dapat diperoleh air bersih yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PERMENKES 1990. Secara fisika, proses pengolahan ini efektif untuk menurunkan kekeruhan dengan efisiensi total sebesar 91.80%. Nilai pH dan suhu juga masih berada pada batas kisaran normal. Secara kimiawi, proses pengolahan ini mampu menurunkan kadar amoniak, nitrat,nitrit, total fosfat, besi dan mangan serta meningkatkan alkalinitas dan jumlah oksigen terlarut. Perhitungan efisiensi dilakukan pada tiap alat proses dan efisiensi total.
Kata kunci : pengolahan air, koagulasi, filtrasi, disinfeksi, efisiensi
1. Pendahuluan
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Sebagian besar penyusun tubuh manusia adalah air. Air bersih yang dikonsumsi manusia disebut potable water. Air ini harus memenuhi syarat secara fisikawi, kimiawi dan biologis. Syarat-syarat tersebut antara lain bebas dari bakteri patogen, tidak mengandung bahan yang memiliki efek akut atau kronis yang menimbulkan kerugian bagi kesehatan manusia, jernih dalam artian memiliki kekeruhan yang rendah dan tidak berwarna, tidak mengandung garam, tidak berbau dan berasa. (Hofkes, et al, 1983). Dewasa ini masalah yang sering dihadapi di kota-kota besar adalah makin menipisnya cadangan air minum bersih dan aman untuk dikonsumsi. Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain dengan mencari sumber mata air baru, mengolah dan menawarkan air laut (desalinasi), mengolah kembali air kotor yang berada di sungai dan situ. Sistem pengolahan air yang diguanakan tergantung dari kualitas air bakunya dan tingkat kemurnian yang diinginkan. Sebelum didistribusikan untuk dikonsumsi air mengalami serangkaian proses pengolahan yang meliputi proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan yang terakhir disinfeksi. Proses-proses tersebut sangat menentukan keberhasilan proses pengolahan air bersih. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah proses pengolahan yang dilakukan telah efektif untuk meningkatkan kualitas fisikawi, kimiawi dan biologis agar dihasilkan air bersih dan sehat yang sesuai dengan standar baku mutu air untuk dikonsumsi. Proses koagulasi bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel sehingga terbentuk flok-flok dan koloid yang tersuspensi (Prescott et al,1999). Flokulasi merupakan proses destabilisasi partikel dalam air oleh koagulan yang ditambahkan. Koagulan yang sering digunakan adalah alum. Penggunaannya sangat dipengaruhi oleh kekeruhan air bakunya. Page 2 of 8 Filtrasi adalah proses pemisahan bahan-bahan yang tersuspensi dalam air melalui bahan berpori sehingga menghasilkan kualitas air yang lebih baik. Filter yang sering digunakan adalah slow sand filter dan rapid sand filter. Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan mikroorganisme termasuk virus, bakteri dan protozoa serta flok-flok yang tidak mengalami sedimentasi. Tahap akhir pada proses pengolahan air adalah disinfeksi. Ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode fisikawi dan metode kimiawi. Metode fisikawi dilakukan dengan pemaparan sinar UV dan ozonisasi sedangkan metode kimiawi seperti penambahan klorin dan klorin dioksida. Hal yang terpenting dari suatu proses adalah effisiensi kerja alat serta effektivitas proses. Suatu alat mempunyai nilai effisiensi yang tinggi jika alat tersebut dapat bekerja secara efektif dan optimal untuk proses yang dilakukannya. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses pengolahan air untuk meningkatkan kualitas fisikawi, kulitas kimiawi dan kualitas biologis air baku serta mengingkatkan efektivitas proses pengolahan air.
2. Metode Penelitian
2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Situ Cibuntu, Pusat penelitian Limnologi LIPI di Cibinong , Bogor pada bulan Maret sampai dengan Juli 2004. Air baku langsung diambil dari Situ Cibuntu. Pengambilan sampel dilakukan selama 3 hari dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam dengan interval waktu 1 jam untuk mengetahui perubahan kualitas air situ
2.2. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati untuk menguji kualitas fisikawi adalah bau dan rasa, kekeruhan serta suhu. Sedangkan untuk menguji kualitas kimiawi, parameter yang diukur adalah alkalinitas, pH, dissolved oxygen (DO), konsentrasi amoniak, nitrat, nitrit, total fosfat, besi dan mangan dalam air.
2.3 Pengambilan Sampel
Sampel air yang akan diperiksa, diambil dengan menggunakan botol gelap dengan pemberat dan penutup. Botol dibilas terlebih dahulu sebanyak 3X dengan air sampel. Air sampel diambil dengan mencelupkan botol tertutup ke dalam bak penampung, bak flokulasi, bak koagulasi dan bak sedimentasi. Tali penghubung ditarik sehingga tutup botol terbuka. Setelah gelembung udara hilang, botol ditutup di dalam air kemudian baru diangkat. Untuk pengambilan sampel air pada kran, terlebih dahulu kran dibakar selama kurang lebih 3 menit. Setelah pembakaran air dialirkan selama 6 menit kemudian diambil untuk pengujian. Setelah pengambilan air pada bak filtrasi, air kemudian ditambahkan Ca(OCl) 2 dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 mg/l. Waktu kontak dengan air 30 menit setelah itu dilakukan pengujian kualitas air.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Kualitas Fisika dan Kimiawi Air Bersih
Air bersih mempunyai kriteria tertentu dari segi kualitas fisika dan kimiawi. Kualitas fisika meliputi bau dan rasa, kekeruhan serta suhu. Sedangkan kualitas kimiawi meliputi alkalinitas, pH, dissolved oxygen (DO), kadar amoniak, nitrat, nitrit, total fosfor, besi dan mangan. Page 3 of 8 Penelitian ini bertujuan untuk menghitung efisiensi kinerja instalasi pengolahan air bersih di situ Cibuntu. Efisiensi dihitung dengan menggunakan formula : Efisiensi = (Cb 0 Cb 1 )/Cb 0 x 100 % (1) dengan Cb 0
adalah konsentrasi awal dan Cb 1 adalah konsentrasi akhir Berikut ini diagram proses pengolahan air situ Cibuntu menjadi air bersih.
Skema Proses Pengolahan Air
Air Baku Bak Penangkap Air Koagulator Flocculator Bak Sedimentasi Bak Filtrasi Air Bersih Alum Klorinasi Page 4 of 8 Tabel 1. Hasil Analisa Kualitas Fisikawi dan Kimiawi Proses Pengolahan Air Bersih di Situ Cibuntu, Cibinong
3.2 Efisiensi Bak Sedimentasi
Kekeruhan merupakan salah satu parameter penting dalam proses pengolahan air. Penyebab kekeruhan adalah adanya partikel-partikel koloid dan tersuspensi yang terdapat dalam air baku. Kekeruhan air paling tinggi terjadi pada siang hari dan terendah pada pagi hari. Tingginya kekeruhan air pada siang hari berhubungan dengan pergolakan air situ Cibuntu. Pada siang hari angin bertiup cukup kencang sehingga mengaduk bagian permukaan air dan menyebabkan terjadinya perputaran air di bagian bawahnya. Hal ini mengakibatkan naiknya suspensi maupun partikel koloid, akibatnya nilai kekeruhan meningkat. Selain itu kekeruhan juga ditimbulkan oleh limbah domestik hasil aktivitas rumah tangga yang dibuang ke situ Cibuntu. Partikel koloid yang menyebabkan kekeruhan air tidak dapat dipisahkan dari air baku bila hanya melalui proses sedimentasi dan filtrasi. Cara tepat untuk memisahkannya adalah dengan koagulasi dan flokulalsi. . Koagulan dan flokulan yang ditambahkan akan menyebabkan partikel-partikel koloid dan suspensi saling bertumbukan sehingga terbentuk partikel yang ukurannya relatif besar (flok). Flok ini akan mengendap dan air jernih akan berada di atas. Jika tingkat kekeruhan air cukup rendah, maka pembentukan flok akan sulit terjadi. Pengendapan partikel koloid, suspensi dan materi organik juga mengubah parameter fisika lainnya yaitu bau dan rasa. Air baku dari situ Cibuntu mempunyai karakteristik fisika berbau dan berasa. Setelah dikoagulasi menjadi agak berbau dan berasa. Hal ini disebabkan karena materi organik, partikel koloid dan suspensi sudah banyak yang terendapkan Derajat keasaman (pH) air situ selama masa pengamatan terlihat konstan. pH air disebabkan oleh kandungan bahan organik dalam air tersebut.. Nilai pH biasanya cenderung asam karena bahan-bahan organik itu akan tergenang dan tidak mengalir. Pengukuran pH diperlukan karena berhubungan dengan koagulasi. Pada proses koagulasi, penambahan alum akan membuat pH air menjadi lebih asam sehingga pemantauan pH sebelum proses koagulasi menjadi penting, Setelah penambahan alum, pH air akan mengalami penurunan karena alum adalah asam Lewis menurut reaksi : Parameter I II I II I II I II Bau dan rasa Tdk berbau, berasa Kekeruhan (NTU) 36,7 36 21 4 8 2 5 1 Suhu (C) 27,6 27,7 26,7 27,3 26,9 27,2 26,6 25,5 Alkalinitas 36,1 37,57 33,57 38,89 48,77 40,79 50,37 46,15 pH 6,73 6,97 6,56 4,39 6,75 6,55 6,95 7,1 DO (mg/L) 4,77 5,42 5,24 6,52 6,39 7,74 7,19 8,49 Amoniak (mg/L) 0,34 0,11 0,26 0,1 0,25 0,09 0,22 0,08 Nitrat (mg/L) 3,77 4,9 3,55 4,2 3,54 4,1 3,47 2,6 Nitrit (mg/L) 0,16 0,095 0,14 0,085 0,11 0,052 0,02 0,019 Total P (mg/L) 0,24 1,2 0,19 1,2 0,03 0,7 0,02 0,57 Besi (mg/L) 0,69 0,36 0,545 0,37 0,485 0,133 0,25 0,096 Mangan (mg/L) 0,22 0,21 0,24 0,2 0,11 0,11 0,11 0,11 berasa berasa - 6.5 - 8.5 - Air Baku Air Sedimentasi Air Filtrasi Air Produksi PERMEN Berbau, Agak berbau, Kualitas Fisikawi Kualitas Kimiawi Baku Mutu KES 1990 25 26 3 Tidak berbau, Agak berbau, berasa berasa 1 0,5 - 10 1 - Page 5 of 8 Al(H 2 O) 6 3+
+ H 2 O Al(H 2 O) 5 (OH) 2+ + H 3 O + (2) H 3 O + ini yang membuat pH air menjadi turun. Setelah penambahan alum terjadi proses destabilisasi partikel koloid. Proses ini terjadi melalui mekanisme penetralan muatan. Partikel koloid yang bermuatan negatif akan diabsorbsi oleh muatan positif hasil reaksi hidrolisis alum.
Tabel 2. Efisiensi Pengolahan Air di Bak Sedimentasi
Parameter Air Situ Air Sedimentasi Effisiensi Effisiensi I II I II I II Rata-rata Kualitas Fisikawi Kekeruhan (NTU) 36.7 36 21 4 42.78 88.89 65.83
Setelah proses filtrasi kekeruhan air menjadi semakin menurun karena sisasisa patikel koloid yang tidak terdestabilisasi akan tersaring . Akibatnya akan dihasilkan air filtrasi yang lebih jernih jika Page 6 of 8 dibandingkan dengan air hasil sedimaentasi. pH air akan naik sampai mencapai kisaran normal. Hal ini dikarenakan bahan-bahan organik yang membuat pH air menjadi asam terlah tersaring pada proses filtrasi. Bau dan rasa air juga berubah. Setelah difiltrasi air menjadi tidak berbau dan berasa. Hal ini disebabkan karena partikel koloid dan suspensi talah tersaring. Begitu juga dengan materi organik. Konsentrasi fosfat menurun cukup tajam setelah proses penyaringan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena senyawa tersebut tersaring pada lapisan pasir dapa peoses filtrasi.
3.4. Pengaruh Penambahan Kaporit
Disinfeksi merupakan tahap akhir dari proses pengolahan air. Disinfeksi bertujuan untuk menghilangkan bakteri, virus dan mikroorganisme yang bersifat patogen. Disinfektan yang banyak tersedia, murah, mudah digunakan dan stabil adalah kaporit. Kaporit akan mengalami hidolisis dalam air, dan membentuk asam hipoklorit yang selanjutnya akan membentuk ion hipoklorit. Asam hipoklorit dan ion hipoklorit inilah yang akan mengoksidasi struktur sel dan protein mikrooorganisme. Rusaknya komponen sel dan struktur sel bakteri membuat dia kehilangan kemampuan untuk tetap hidup.
Tabel 4. Efisiensi Pengolahan Air Setelah Penambahan Kaporit
Parameter Air Filtrasi Air Bersih Effisiensi Effisiensi I II I II I II Rata-rata Kualitas Fisikawi Kekeruhan (NTU) 8 2 5 1 37.50 50.00 43.75
Pengolahan air dengan menggunakan kaporit untuk membasmi mikroorganisme tergantung pada beberapa faktor antara lain konsentrasi dan lamanya klorin yang diberikan, jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air, jumlah materi organik dalam air, pH dan temperatur air. Konsentrasi kaporit yang ditambahkan ke dalam air harus dipertimbangkan karena pada akhirnya akan ada sisa klorin. Sisa klorin didefinisikan sebagai konsentrasi klorin yang tetap dalam air setelah kontak dengan air paling tidak selama 30 menit. Sisa klorin berfungsi untuk mencegah resistensi mikroorganisme dan kontaminasi air oleh mikroorganisme lain selama distribusi . Kemungkinan pada saat penambahan kaporit, bakteri indikator hanya mengalami dorman atau dapat mengembangkan mekanisme pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. Sisa klor diusahakan 0.2 2 mg/L untuk menjaga air dari resistensi bakteri.(Prescott et al,1999). Walaupun sisa klor diusahakan dalam jumlah besar untuk menjaga air selama distribusi. Akan tetapi harus tetap diperhatikan batas maksimalnya. Sisa klor yang berlebihan akan membentuk disinfectan by product (DBPs) yang merupakan hasil reaksi disinfektan dengan bahan organik dalam air. DBPs bersifat Page 7 of 8 karsinogenik dan dapat menyebabkan kerusakan liver pada manusia. Salah satu cara untuk mencegah DBPs adalah dengan membatasi sisa klor. Air produksi setelah penambahan kaporit mengalami penurunan kekeruhan yang lebih tinggi dari air hasil filtrasi. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme yang dapat membuat air menjadi keruh telah terbunuh oleh oksidasi kaporit. Konsentrasi amoniak akan menurun seiring dengan proses pengolahan yang dilakukan. Amoniak dalam air akan hilang sebagai gas N 2 pada penambahan kaporit. Konsentrasi besi pada air bersih juga tidak melebihi batas konsentrasi yang dianjurkan oleh Menteri Kesehatan. Konsentrasi besi cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh oksidasi Fe 2+ menjadi Fe 3+ oleh kaporit. Setelah penambahan kaporit, konsentrasi mangan dalam air tetap yaitu 0.11 mg/L. Hal ini berarti penambahan kaporit tidak memberi pengaruh apapun terhadap konsentrasi mangan
3.5 Efisiensi Pengolahan Air Total
Air baku mempunyai karakteristik berbau dan berasa. Setelah proses pengolahan air menjadi agak berbau dan berasa. Hal ini dikarenakan partikel-partikel koloid dan suspensi telah terendapkan dan tersaring pada sand filter. Mikroorganisme juga telah terbunuh oleh penambahan kaporit dan hanya dalam jumlah sedikit yang masih tetap bertahan dengan membentuk spora. Dalam keadaan seperti itu keaktifannya menjadi berkurang. Hal itu juga yang membuat kekeruhan air menjadi sangat menurun.
Tabel 5. Efisiensi Proses Pengolahan Air di Situ Cibuntu
Parameter Air Baku Air Bersih Effisiensi Effisiensi I II I II I II Rata-rata Kualitas Fisikawi Kekeruhan (NTU) 36.7 36 5 1 86.38 97.22 91.80
Suhu air masih berada pada kisaran normal karena parameter suhu hanya dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari. pH air juga masih dalam baras normal. Konsentrai nitrat juga menurun seiring dengan proses pengolahan air. Konsentrai nitrat air produksi sebesar 3.47 dan 2.6 mg/L. Nilai ini jauh di bawah batas konsentrasi yang dianjurkan Menteri Kesehatan yaitu sekitar 10 mg/l. Air yang mengandung nitrat lebih besar dari 10 mg/L dapat menyebabkan rasa getir pada lidah dan perasaan tegang. Kadar nitrit dalam air produksi sebesar 0.02 dan 0.019 mg/L dan nilai ini juga jauh di bawah batas konsentrasi yang dianjurkan. Kehadiran nitrit dalam air dapar menyebabkan kanker. Konsentrasi fosfat, besi dan mangan juga berada jauh di bawah baras konsentrasi yang dianjurkan oleh PERMENKES 1990. Dalam baku mutu air menurut PERMENKES 1990 tidak ditetapkan batas optimal konsentrsi oksigen terlarut pada air bersih. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah menandakan bahwa air tersebut tercemar oleh kontaminan. Air produksi mengandung oksigen terlarut dengan konsentrasi sebesar 7.19 dan Page 8 of 8 8.49 mg/L. Nilai ini tergolong tinggi dengan efisiensi sebesar 34.91%. Nilai tersebut dapat dipertanggungjawabkan jika air produksi dijadikan air bersih.
4. Kesimpulan
Proses pengolahan air bersih dari situ Cibuntu di Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Cibinong meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan yang terakhir adalah disinfeksi. Proses ini efektif untuk meningkatkan kualitas fisikawi dan kimiawi dari air situ menjadi air bersih yang dapat dikonsumsi. Secara fisikawi, proses pengolahan tersebut sangat efektif utnuk menurunkan kekeruhan air. Parameter fisika lainnya yaitu suhu selalu dalam batas kisaran normal. Suhu air hanya dipengaruhi oleh radiasi matahari. Perubahannya tidak terlalu signifikan. Secara umum suhu air situ Cibuntu masih dalam batas kisaran yang dianjurkan oleh PERMENKES 1990. Secara kimiawi, proses pengolahan ini efektif untuk menurunkan konsentrasi amoniak, nitriat, nitrit, total fosfat, besi dan mangan serta meningkatkan pH, alkalinitas dan konsentrasi oksigen terlarut dalam air. Penurunan konsentrasi amoniak, nitrit, nitrat, total fosfat, besi dan mangan berarti menurunkan jumlah kontaminan dalam air bersih. Hal ini ditandai dengan meningkatkan alkalinitas dan jumlah oksigen terlarut.
5. Daftar Pustaka
Alearts,G. dan Santika, S.S., 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, hal 107,110- 114,245-252 Alexander, 1998, Water Quality, http//www.Newton.dep.anl.gov/askasci/chem00/chem00264.htm.p.15 Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1996, Water Environment Federation, Wastewater Disinfection Manual of Practise, http://www.norweco.com/html/lab/Disifection.htm Anonim,2003, Water Purification Techniques, http://www.a-spi.org/ehe15.htm Browman. J and Wood O.., 2001 , Water treatment Methods, http://www.cbc.canews/indepth /background/water_treatment.html Hammer, M.J. and Hammer, Jr. M.J., 1996, Water and Wastewater Technnology, 3 th ed., Prentice Hill Inc., New Jersey, pp. 33, 64 70 Hauser, B.A., 2002, Drinking Water Chemistry, A Laboratory Manual, Lewis Publisher, London Westerhoff, P., Chou, P. and Mash, H., 2004, Reactivity of Natural organic Matter with Aqueous Chlorine and Bromine, http//www.Newcastle.edu.au/services/library/database/sciencedirect.html.p.25