You are on page 1of 18

PEMBUATAN KURVA STANDAR GLUKOSA

(Laporan Praktikum Analisis Hasil Pertanian)

Oleh

Ani Agung Asmara Armalinda Evrilia Sulvika Neri Muhammmad Nurudin Nurul Fitriana

1114051003 1114051009 1114051017 1114051033 1114051038

Oriza Sativa Rahmadhani 1114051039 Rosi Mauliana Sari


Kelompok 3

1114051050

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran.Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).

Konsentrasi adalah cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Terkadang ketika kita membuat larutan, kita tidak dapat membuat larutan dengan konsentrasi sesuai keinginan kita. Untuk itu perlu adanya standarisasi dengan larutan standar. Caranya adalah jika ingin menentukan konsentrasi larutan asam, maka memerlukan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya.

Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan

mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif (Petrucci, 2000).

Dalam

bidang

farmasi, analisa

volumetri

inilah

yang digunakan

untuk

menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

B.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi tertentu. 2. Untuk mengukur kadar glukosa dari berbagai konsentrasi pada spektrofotometer 20.

II.

METODELOGI PERCOBAAN

A.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikropipet + pipet tip, kuvet sentrifuge, rak kuvet, kuvet spektro, erlenmeyer, labu ukur, rubble bub, pipet tetes, tisu, spektrofotometer 20 dan neraca analitik.

Bahan - bahan kimia yang digunakan dalam praktikum gula, fenol 5%, asam sulfat pekat (H2SO4), dan aquades.

C.

Diagram Alir

Peralatan dan bahan laboratorium disiapkan

Ditimbang glukosan dan dibuat larutan glukosa murni 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, g/100ml aquadest, lalu dikocok.

Masing-masing larutan diambil 0,5 ml

Masing masing larutan ditambahkan fenol 5% sebanyak 0,5 ml

Masing masing larutan dibawa ke ruang asam dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 2,5 ml

Masing masing larutan ditambahkan aquadest 2 ml

Semua larutan diinkubasi selama 20 menit

Kalibrasi alat spektrofotometer 20 dengan larutan 0% glukosa

Masing masing larutan diukur adsorbansinya di spektrofotometer dengan panjang gelombang 20

Dicatat angka adsorbansinya

Hasil pengamatan

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Data Pengamatan

Praktikum ini telah dilaksanakan dengan hasil pengamatan sebagai berikut : Kelompok Konsentrasi Gula Kadar Glukosa 1 10 0,009 2 20 0,14 3 30 0,14 4 40 0,61 5 50 0,41 6 60 1,1 7 70 1,19 8 0 0

1.4

Grafik Pembentukan Glukosa

Kadar Glukosa (absorbansi)

1.2 1 0.8 y = 0.0205x - 0.3049 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Konsentrasi Gula

B.

Pembahasan
salah satu karbohidrat

Glukosa, suatu gula monosakarida yang merupakan

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.

Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Glukosa (C6H12O6, memiliki berat molekul 180.18) adalah heksosa monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Agutina,S. 2007).

Poyeksi haworth struktuk glukosa (Agutina,S. 2007).

Selain itu juga, glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,

menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida (Agutina,S. 2007).

Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa (Cotton, F.A dan Wilkinson G.1989).

Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen (-H) dan alkohol (OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim tumbuhtumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan D Glukosa. Glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. , proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O ) (Cotton, F.A dan Wilkinson G., 1989).

Peran Glukosa Dalam Metabolisme

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama

glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa (Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa (Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).

Spektronik 20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari 340 nm sampai 600 nm. Alat ini hanya dapat mengukur absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan sampel yang tidak berwarna maka sampel itu harus dikomplekkan sehingga sampel itu dapat berwarna. Larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh foto detektor (Abbas, 2012).

Alat Spectronic 20 Baush & Lomb merupakan spetrofotometer berkas tunggal. Komponen spectronic 20 yang penting antara lain suatu sumber cahaya yaitu

lampu wolfram yang berkesinambungan yang meliputi daerah 380 750 nm (daerah sinar tampak). Suatu monokromator, yakni suatu komponen untuk menyeleksi pita sempit panjang gelombang darispektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Suatu wadah sampel atau cuvet dari gelas/kaca. Suatu detektor, yang berupa tranduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik (detektor fotolistrik, tabung foton). Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan dalam membuat isyarat listrik itu dapat terbaca. Suatu sistem baca (skala absorbansi atau % T dengan jarum penunjuk) yang menyatakan besarnya isyarat listrik (Abbas, 2012).

Bagian-bagian penting Spectronic 20 dan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Power switch / Zero Control, berfungsi untuk menghidupkan alat (yang ditunjukkan oleh nyala lampu Pilot Lamp) dan pengatur posisi jarum penunjuk (meter) pada angka 0,00% T pada saat Sample Compartement kosong dan ditutup. 2. Transmittance / Absorbance Control, berfungsi untuk mengatur posisi jarum meter pada angka 100% T pada saat kuvet yang berisi larutan blanko berada dalam Sample Compartement dan ditutup.

3. Sample Compartement berfungsi untuk menempatkan larutan dalam kuvet pada saat pengukuran. Selama pembacaan, Sample Compartement harus dalam keadaan tertutup. 4. Wavelength Control berfungsi untuk mengatur panjang gelombang (l) yang dikehendaki yang terbaca melalui jendela sebelahnya. 5. Pilot Lamp (nyala) berfungsi untuk mengetahui kesiapan instrumen. 6. Meter berfungsi untuk membaca posisi jarum penunjuk absorbansi dan atau transmitansi.

Cara Pengoprasian spektronik 20 menurut Abbas (2012), yaitu : 1. Nyalakan alat spektronik 20 dengan on bila aliran listrik sudah dihubungkan dengan arus AC 220 V. maka lampu indikator akan berwarna merah menandakan adanya arus yang mengalir. Biarkan kurang lebih 15 menit untuk memanaskan alat. 2. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar tombol pengatur panjang gelombang 3. 4. Atur meter ke pembacaan 0% T dengan memutar tombol pengaturnya Masukan larutan belangko (biasanya aquades dalam tabung khusus ke tempat cuplikan 5. 6. Atur meter ke pembaca 100%T dengan memutar tombolnya Ganti larutan belangkonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi atau persen trasmitansi yang ditunjukan oleh jarum pada pembaca A/T 7. Kalau sudah selesai pengukuran padamkan alat dengan menekan tombol on/off nya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperolaeh data pengamatan yang telah diuraikan pada tabel pengamatan. Terdapat 8 perlakuandalam praktikum ini berdasarkan konsentrasi gula yang digunakan, yaitu 10,20,30,40,50,60,70,dan 0 mL gula murni per 100 mL aquades. Larutan gula tersebut selanjutnya ditambahan larutan fenol, asam asetat pekat dan diukur menggunakan alat spektrofotometerm sehingga diperoleh kadar glukosa masing-masing konsentrasi secara berturut-turutyaitu 0,09 ; 0,14 ; 0,14 ; 0,61 ; 0,41 ; 1,1 ; 1,19 dan 0.

Kelompok delapan dengan merupakan larutan blanko atau kontrol sehingga konsentrasi gula murninya 0 % dan kadar glukosa setelah di ukur dengan menggunakan spektrofotometer adalah 0. Kadar absorbansi glukosa tertinggi terdapat pada kelompok tujuh dengan konsentrasi gula murni sebesar 70 % dengan kadar glukosa sebesar 1,19. Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi gula yang digunakan maka kadar glukosa yang dapat diserap akan semakin tinggi. Akan tetapi perlakuan dengan konsentrasi gula murni sebesar 50% menunjukkan penurunan sebesar 0,2 dari perlakuan sebelumnya ( 40%). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat proses pembuatan larutan ataupun pada saat penentuan kadar glukosanya.

Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional.

Sementara interval kalibrasi adalah : 1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodik. 2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan pemeliharaaan.

Interval bisa dinyatakan dalam beberapa cara :


Dengan waktu kalender Dengan waktu pemakaian

Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu tercapai. Kurva kalibrasi dibuat dengan jalan mengukur serapan larutan larutan standar . bila hukum Lambert Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk garis lurus melalui titik nol. Dengan serapan cuplikan pada kurva kalibrasi, maka konsentrasi cuplikan dapat ditentukan.

Hukum Lambert Beer :

A = a . b. c, dimana a : absorbsi b : tebal larutan c : konsentrasi

Oleh karena itu, pada alat spektronik 20 biasanya yang diamati adalah % T, maka untuk memperoleh harga serapan yang digunakan hubungan A = - log T. Spektronik 20 merupakan Spektrofotometri, yakni suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan denagn menggunakan cara ini adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan memesukannya kedalam persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui (Wong, 2012). Kurva kalibrasi CO(H2O)62+ : 1. Buka aplikasi spektronik - 20 pada media flash atau classic. 2. Mengatur panjang gelombang pada maks = 510 nm untuk larutan CO(H2O)62+ 3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet. 4. Drag blanko kedalam tempat kuvet. 5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet. 6. Klik gambar 0 ABS 100%T. 7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet. 8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet. 9. Untuk mengganti larutan klik pada sampel CO(H2O)62+. 10. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan CO(H2O)62+pada konsentrasi pertama 0,002 M. 11. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.

12. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet. 13. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet. 14. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20. 15. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10 - 13 dengan mengatur rentang konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode.

Kurva kalibrasi COCI42- : 1. Buka aplikasi spektronik-20 pada media flash atau classic. 2. Mengatur panjang gelombang pada maks= 510 nm untuk larutan COCI42-. 3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet. 4. Drag blanko kedalam tempat kuvet. 5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet. 6. Klik gambar 0 ABS 100% T. 7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet. 8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkankuvet. 9. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan COCI42- pada konsentrasi pertama 0,002 M. 10. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet. 11. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet. 12. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet. 13. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20. 14. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10-13 dengan mengatur rentang konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode (Wong, 2012).

Kesalahan yang terjadi saat praktikum dapat dilaksanakan karena praktikan ataupun bahan dan alat yang digunakan sudah tidak baik lagi. Adapun kesalahan yang dilakukan oleh praktikan dimulai saat membuat larutan gula yang kurang pas konsentrasinya ataupun saat mencampur bahan bahan lain seperti fenol atau asam sulfat pekat. Fenol merupakan senyawa polar yang mudah menguap, sehingga praktikan seharusnya menggunakannya secara teliti dan hati hati walaupun senyawa ini tidak terlalu berbahaya jika terhirup dengan kadar sedikit.

Sedangkan untuk asam sulfat pekat, penggunaan harus berada diruang asam Karena mempunyai daya korosif yang sangat tinggi. Jika asam sulfat tumpah atau mengenai praktikan dapat menyebabkan tangan praktikan menjadi mutasi atau berlubang seketika. Saat menambahkan asam sulfat pekat, semua praktikan dapat melakukannya dalam ruang asam dan dengan menggunakan masker dan sarung tangan. Akan tetapi, ada praktikan yang kurang teliti menambahkan asam sulfat pekat berlebihan. Akibatnya, ketika larutan tersebut dibaca oleh spektrofotometer, nilai adsorbansinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu dapat terlihat pada larutan yang kedua dan ketiga, terlihat nilai adsorbansinya sama.

Kesalahan selanjutnya dapat pula disebabkan oleh alat dan bahan yang sudah tidak baik lagi ataupun dapat juga di sebabkan oleh kondisi lingkungan atau laboraturium yang kurang memadai. Kesalahan mulai diduga terjadi dari alat alat gelas untuk mencampur larutan yang kurang steril sehingga menyebabkan kesalahan data absroban. Selanjutnya kesalahan yang diduga paling mendekati adalah pada alat sprektonik 20 atau spektrofotometer yang digunakan. Peran alat ini sangat penting karena alat ini merupakan alat utama yang di gunakan untuk mengukur absorbansi suatu larutan, dari absorbansi itulah kemudian dapat diketahui konsentrasi gula dalam larutan terserbut. Jika terjadi kesalahan pada alat maka hasil yang didapatkan akan tidak akurat. Pada praktikum kali ini, kondisi lingkungan atau laboraturium dinilai kurang memadai karena tegangan listrik yang sering naik turun. Hal itu menyebabkan alat spektofotometer atau spektronik 20 tidak dapat berkalibrasi dengan baik jika saat kalibrasi yang seharusnya 15 menit terjadi mati listrik. Jika hal tersebut terjadi maka praktikan harus mengkalibrasi ulang alat dengan menghidupkannya dan mendiamkannya selama 15 menit lagi. Namun karna waktu pelaksanaan praktikum terbatas maka praktikan tidak mengkalibrasi alat dengan benar. Hal ini yang diduga menjadi kesalahan terbesar dalam praktikum kali ini.

IV.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pemabahasan dapat disimpulkan yaitu : 1. Selisih konsentrasi glukosa tidak sama dengan hasil kadar glukosa yang telah diukur. 2. Rata-rata dari 10 g/100ml konsentrasi gula menghasilkan kadar glukosa sebanyak 0,2. 3. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka semakin tinggi juga kadar glukosa yang terukur di spektrofotometer. 4. Kadar glukosa pada larutan konsentrasi gula 20 g/100ml tidak tepat akibat terjadi kesalahan ketika penambahan larutan bahan kimia lainnya. 5. Semakin banyak asam sulfat pekat dan fenol yang ditambahkan maka nilai kadar glukosa semakin naik dari nilai kadar glukosa yang sebenarnya. 6. Jumlah asam sulfat dan fenol yang ditambahkan mempengaruhi nilai kadar glukosa. 7. Pengukuran kadar suatu sampel pada spektrofotometer harus tepat dan dikalibrasi terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. 2012. Spektronik 20. http://akbarcules46.blogspot.com/2012/10 /spektronik-20.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2013. Agutina,S. 2007. Definisi Glukosa Dan Strukturnya. Tesis Departemen Kimia FMIPA USU. Medan. Allan,J.R.;Smith,G.D. 1983 . Peran Glukosa Dalam Metabolisme. United States Patent No. 4,375,003. Cotton, F.A dan Wilkinson G.1989. Kabohidrat Glukosa. Terjemahan Sahati Suharto. UI Press. Jakarta. Petrucci, Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta. Wong, 2012. Kalibrasi Spektrometri. http://wong168.wordpress.com/2012/02/17/jenis-spektrofotometri/ diakses pada 19 Desember 2013.

You might also like