Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akh Pendidikan Diploma III Kebidanan
TITIS ARUM PUTRI NINGSIH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. T $6),.6,$ 6('$1* DI RB RESTU IBU SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : TITIS ARUM PUTRI NINGSIH NIM : B09054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 BAYI BARU LAHIR NY. T DI RB RESTU IBU Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir KESEHATAN KUSUMA HUSADA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ' Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny.T dengan AsIiksia Sedang di RB Restu Ibu Sragen. Karya Tulis ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra.Agnes Sri Harti,M.si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmantika,S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Hutari Puji Astuti,S.SiT,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Hj.Endang Haryani,Amd.Keb, selaku pimpinan RB Restu Ibu Sragen yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data.
5. Ny. T yang telah bersedia menjadi pasien dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Seluruh dosen dan staII Prodi DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanIaat bagi semua pihak.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
MOTTO
k ?
WA n P
A 8 A 1
A 8
W C S
PERSEMBAHAAN
Alhamdulilah, akhirnya selesai juga karya kecil nan penuh arti dalam perjalanan hidupku. Walupun aku menyelesaikannya dengan penuh jerih payah, aku sangat bersyukur kepda Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan dan keyakinan dalam menyelesaikan karya tulis ini. Bapak, Ibu ananda tercinta setiap tetes keringatmu,serta ketulusan doamu tak pernah henti-hentinya selalu engkau pajatkan untuk ananda. Hanya terima kasih yang bisa ananda ucapkan kepada mu dan kado kecil dari ananda untuk mama, papa yaitu menyelesaikan kuliah pada waktunya. Buat kakakku terima kasih yang selalu memberi semangat dan masukan- masukan positiI walupun kita sering berantem sejak kecil tapi aku tahu kalo kakak sebenarnya sayang pada ku Buat sahabat-sahabat kuterima kasih kalian sahabat terbaik ku dan sudah menggagap aku seperti keluarga sendiri tampa kalian aku bukan apa-apa. Dosen-dosen ku selama di akademik ,terima kasih banyak untuk keikhlasan, dan kesabaranya dalam mengahadpi aku dan teman-teman seangkatan. Jasa anda akan selalu terkenang dalam hidup kami, I lope U.. Buat temen- temen ku tingkat 3 angkatan 2009, aku senang sekali bisa mengenal kalian yang berkarakter unik-unik, lucu, pintar, dan selalu kompak. Semoga kalian setelah lulus mendapat kerja dan jangan lupa selalu menjaga Irendsip kita ya.. CAYOO buat kalian semua.
CURRICULUM VITAE
Nama : Titis Arum Putri Ningsih Tempat / Tanggal lahir : Sragen, 23 Oktober 1991 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kaliwurung, Toyogo, SambungMacan, Sragen. Riwayat Pendidikan : 1. SD N Toyogo II LULUS TAHUN 2003 2. SMP N 4 Sragen LULUS TAHUN 2006 3. SMA N 3 Sragen LULUS TAHUN 2009 4. Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Angkatan IX
STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, September 2012 Titis Arum Putri Ningsih B09054 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. T DENGAN $6),.6,$ 6('$1* DI RB RESTU IBU SRAGEN TAHUN 2012
(xiv + 80 halaman + 2 tabel + 11 lampiran)
INTISARI
Latar Belakang : AKB di Indonesia 25/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian bayi di Indonesia adalah BBLR, asfiksia, tetanus. Kejadian asfiksia menurut data WHO prosentasenya 21,1 . Asfiksia seaang memerlukan penanganan yang segera supaya bayi dapat bertahan hidup. Angka kejadian asfiksia seaang di RB Restu Ibu Sragen sebesar 18 orang (6). Tujuan : Mendapatkan pengalaman nyata serta mampu dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia seaang dalam menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus, dan memberikan alternatiI pemecahan masalah. Metode Studi Kasus : jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptiI. Lokasi di RB Restu Ibu Sragen, waktu pada tanggal 30 Juli-10 September 2012, subyek adalah Bayi Ny. T dengan Asfiksia seaang, instrument yang digunakan Iormat asuhan kebidanan, Tehnik pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Hasil Studi Kasus : Setelah diberikan asuhan selama 2 hari didapatkan reIlek hisap bayi baik, tonus otot leher baik, gerakan dada sesuai pola bernaIas, pergerakan tangan dan reIlek baik sehingga bayi dapat bernaIas spontan. Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny.T dengan asfiksia seaang yang dilaksanakan dengan cepat dan benar sehingga dapat mencegah terjadinya asfiksia berat. Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan lapangan yaitu dalam pemberian terapi pada kasus bayi Ny.T terapi yang di berikan adalah Oksigen 2liter/menit, injeksi vit. K 1 mg, ceIotaxim 1x125mg sedangkan inIus D 10 tidak diberikan karena bayi sudah membaik.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, asIiksia sedang.
Kepustakaan : 24 (2001-2011)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii CURRICULUM VITAE .................................................................................. viii INTISARI ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................. 3 C. Tujuan Studi Kasus .............................................................. 3 D. ManIaat Studi Kasus ............................................................ 4 E. Keaslian Studi Kasus ........................................................... 5 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 6 BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Medis ......................................................................... 9 B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................... 30 C. Data Perkembangan ............................................................. 43
D. Landasan Hukum ................................................................. 44 E. InIormed Concent ................................................................ 45 BAB III METODOLOGI LAPORAN KASUS A. Jenis Studi Kasus ................................................................. 46 B. Lokasi Studi Kasus .............................................................. 46 C. Subyek Studi Kasus ............................................................. 46 D. Waktu Studi Kasus .............................................................. 46 E. Instrumen Studi Kasus ......................................................... 47 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 47 G. Alat-alat yang Dibutuhkan ................................................... 50 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A.Tinjauan Kasus .......................................................................... 52 1. Pengkajian Data .................................................................... 52 2. Intepretasi Data ..................................................................... 59 3. Diagnosa Potensial ................................................................ 61 4. Antisipasi .............................................................................. 61 5. Perencanaan Asuhan ............................................................. 61 6. Pelaksanaan .......................................................................... 62 7. Evaluasi ................................................................................ 63 B. Pembahasan ................................................................................ 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 77 B. Saran .................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 2 Surat Balasan Dari Lahan Lampiran 3 Surat Persetujuan Pasien Lampiran 4 InIormed Consent Lampiran 5 Lembar Observasi Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan ASI EksklusiI Lampiran 7 Satuan Acara Penyuluhan Cara Menyusui Yang Benar Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Tali Pusat Lampiran 9 Lembar Konsultasi Lampiran 10 Jadwal penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Payudara Pada Masa NiIas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat tertinggi ketiga diantara negara negara ASEAN. Walaupun demikian, angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tahun 2005 per 1000 kelahiran hidup sebesar 4 di Singapura, sebesar 12 di Malaysia, sebesar 38 di Filipina, di Indonesia, menurut SKRT tahun 2005 sekitar 54 per kelahiran hidup(Depkes RI,2007). Walaupun pada tahun 2003 angka tersebut mengalami penurunan yaitu menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup, akan tetapi angka ini masih jauh dari target pencapaian tahun 2010 yaitu 15 per 1000 kelahiran hidup(SaiIudin,2002) . Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari)sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil survey demogravi kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (35), asIiksia(33,6), tetanus(31,4). Angka tersebut cukup memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir (Wijaya,2009)
Sementara World Health Organisation dalam laporannya menjelaskan bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus dinegara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar 21,1, setelah itu pneumonia dan tetanus neonaturum masing masing sebesar 19,0 dan 14,1. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia neonatus (33), prematuritas (10),BBLR (19). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan Iaktor Iaktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran(Manuaba, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari RB Restu Ibu Sragen dari bulan Oktober 2010 sampai Oktober 2011 terdapat Bayi Baru Lahir sebesar 300 Orang. Bayi Baru Lahir Normal Sebesar 250 orang(83,3), Asfiksia Ringan 18 bayi (6), Asfiksia Seaang 18 bayi (6), Berat Baaan Lahir Renaah 14 bayi (4,6). Berdasakan uraian diatas,Asfiksia Seaang memerlukan penanganan yang segera supaya bayi bisa diselamatkan dan tidak berlanjut menjadi Asfiksia Berat, Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul 'Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang di RB Restu Ibu Sragen.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu 'Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RB Restu Ibu Sragen dengan menggunakan pendekatan 7 langkah Varney ? C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang secara lengkap dan sistematis. 2) Menginterpretasikan data berupa diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. 3) Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang. 4) Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang. 5) Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang.
6) Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang. 7) Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang. b. Penulis dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan termasuk Iaktor pendukung dan penghambat. c. Penulis mampu memberi alternative pemecahan masalah jika terdapat kesenjangan pada asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis Meningkatkan pengetahuan , wawasan, dan ketrampilan penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. 2. Bagi proIesi Memberi wawasan bagi proIesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang sesuai dengan standar asuhan kebidanan. 3. Bagi Institusi a. Rumah bersalin Meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya pada penanganan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang.
b. Pendidikan Manambah reIerensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. E. Keaslian Studi Kasus 1. Widya Verawati ( 2010 ), dengan judul 'Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Karanganyar'. Asuhan kebidanan yang diberikan adalah membebaskan jalan naIas dengan menghisap lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: injeksi kalIoxcim 1 x 160 mg/hari, injeksi vit. K 1 mg secara IM. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: bayi baik, bayi tidak hipotermi. 2. Nining Sulistyowati ( 2008 ), dengan judul ' Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Asuhan kebidanan yang diberikan adalah membersihkan jalan naIas, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi, dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: pemberian O2 2 liter/menit, inIuse D 10 8 tetes/menit, injeksi vit. K 1 x 0,5 mg, gentamicin 1 x 1,5 mg, ceIotaxim 155 mg/ 12 jam. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: bayi baik, bayi tidak hipotermi.
3. Nenny Kusdinarwati ( 2006 ), dengan judul ' Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Moewardi. Asuhan kebidanan yang diberikan adalah membebaskan jalan naIas dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi, dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: injeksi vit. K 1 x 0,5 mg, injeksi clasep 2 x 100 mg/ 12 jam, inIuse KA-EN 1B 8 tetes/menit, pemberian oksigen 2 liter/menit. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: bayi baik, bayi tidak hipotermi. Berdasarkan dari 3 keaslian studi kasus, diperoleh perbedaan antara keaslian studi kasus dengan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh penulis, perbedaan tersebut diantaranya adalah subjek studi kasus, lokasi studi kasus, dan pada pemberian terapi. F. Sistematika penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul 'Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.T dengan Asfiksia Sedang di Rumah Bersalin Restu Ibu Sragen ' terdiri dari 5 BAB dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan umum dan khusus, manIaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori medis dan teori manajemen. Teori medis meliputi deIinisi asfiksia,etiologi dan Iactor predisposisi asfiksia, klasiIikasi asfiksia, tanda dan gejala asfiksia, diagnosa, penanganan asfiksia, komplikasi. Teori manajemen yang digunakan adalah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney yang meliputi pengumpulan data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi kegawatdaruratan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi, dan data perkembangan menggunakan SOAP pada kasus Asfiksia Sedang. BAB III METODOLOGI KASUS Bab ini berisi tentang jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus dan teknik pengumpulan data serta alat - alat yang dibutuhkan. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Bab ini menggambarkan Asuhan Kebidanan terhadap Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang, secara nyata sesuai manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan data
perkembangan. Sedangkan dalam pembahasan penulis menjelaskan tentang kesenjangan antara teori dengan praktek yang penulis temukan di lapangan. BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti dari pembahasan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang. Sedangkan saran berisi pemecahan masalah yang realitis operasional yang artinya saran yang diberikan itu dapat diterima secara wajar dan dapat dilaksanakan oleh yang diberi saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS 1. Bayi baru lahir a. Pengertian Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 250 gram sampai dengan 400 gram (ArieI dan sari,2009). b. Ciri ciri bayi baru lahir normal 1) Lahir aterm antara 37 42 minggu. 2) Berat badan 2500 4000 gram. 3) Panjang badan 48 -52 cm. 4) Lingkar dada 30 38 cm. 5) Lingkar kepala 33 35 cm. 6) Lingkar lengan 11 12cm. 7) Frekuensi denyut jantung 120 160 x/menit. 8) Pernapasan + 40 60 x/menit.
9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup. 10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. 11) Kuku agak panjang dan lemas. 12) Nilai Apgar ~7. 13) Gerak aktiI. 14) Bayi lahir langsung menangis kuat. 15) ReIlek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik. 16) ReIlek sukhing ( isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik. 17) ReIlek morro ( gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk dengan baik. 18) ReIlek grasping ( menggenggam ) sudah baik. 19) Genetalia a) Pada laki laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora. 20) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi,2011).
c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. 1) Pernapasan Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah: a) Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. b) Penurunan pa O 2 dan kenaikan pa CO 2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinuskarotis. c) Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernapasan. d) ReIlek deIlasi hering breur Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat itu melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru- paru ( pada bayi normal jumlahnya 80-100ml ) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Paru paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diaIragmatik dan abdominal, dan biasanya masih tidak teratur Irekuensi dan dalamnya pernapasan (ArieI dan sari,2009).
2) Peredaran darah Pada masa Ietus, peredaran darah dimulai dari placenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian kehati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian kebilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat Ioramen ovale secara Iungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta `desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia ( PaO2 yang naik ) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 5 liter per menit/ m 2 . Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m 2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m 2 ) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transIuse placenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40mmHg (Dewi,2011). 3) Perubahan suhu tubuh Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 o c maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200kal/kg bb/menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 o c dalam waktu 15 menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigenpun meningkat (ArieI dan sari,2009). Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya: a) Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin. c) Radiasi Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu yang berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan ber ac tanpa diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin( dekat tembok ). d) Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 o c, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluh saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut :
(1) Keringkan bayi secara seksama. (2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yuang kering dan hangat. (3) Tutup bagian kepala bayi. (4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. (5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. (6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. (ArieI dan sari,2009). 4) Metabolisme Luas permukaan tubuh neonates relative lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama kehidupan, energy didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu, sekitar dihari keenam energy diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40 (Dewi,2011).
5) Keseimbangan air dan Iungsi ginjal Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Kadar natrium juga relative besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena : a) Jumlah neIron masih belum sebanyak orang dewasa. b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal. c) Renal blood Ilow kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. (Dewi, 2011). 6) Immunoglobulin Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin g, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui placenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada inIeksi yang dapat melalui placenta ( lues, toksoplasma, herpes simpleks,dll) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama a,g,dan m (Dewi, 2011). 7) Traktus digestivus Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonates, traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijaun yang terdiri atas
mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya Ieces sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonates, kecuali enzim amylase pangkreas (Dewi, 2011). 8) Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morIologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktiI benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksiIikasi hati pada neonates juga belum sempurna, contohnya pemberian obat cloramIenikol dengan dosis lebih dari 50 mg atau kg BB atau hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Dewi, 2011). 9) Keseimbangan asam basa Tingkat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir umunya rendah karena glikolisis anaerobic. Namun, dalam waktu 24 jam, neonates telah mengompensasi asidosis ini (Dewi, 2011).
d. Bayi baru lahir bermasalah Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam menurut (Dewi, 2011): 1) Tidak bernapas / sulit bernapas Penanganan umum yang bisa diberikan adalah: a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat dan kering. b) Segera klem dan potong tali pusat. c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat. d) Lakukan pedoman pencegahan inIeksi dalam setiap melakukan tindakan. e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah bayi lahir. I) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi. 2) Sianosis/ kebiruan dan sukar bernapas. Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan), sukar bernapas (Irekuensi 30 atau ~60X/menit), ada tarikan dinding dada kedalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut: a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersumbat. b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit. c) Rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang men-suport kondisi bayi.
d) Tetap menjaga kehangatan bayi. 3) BBLR 2500 gram. Ada dua macam BBLR,yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan,dan yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi ( dismatur ). a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan ( premature ). (1) Masa gestasi 37 minggu. (2) Factor penyebabnya adalah sebagai berikut. (a) Ibu mengalami pendarahan antepartum, trauma Iisik / psikologis, dan DM, atau usia ibu masih terlalu muda ( 20 tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan yang dekat. (b) Keadaan sosial ekonomi rendah. (c) Kehamilan ganda. (3) Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut: (a) Berat 2500 gram. (b) Lingkar dada 30cm. (c) Panjang badan 45cm. (d) Lingkar kepala 33cm. (e) Kepala lebih besar dari badannya. (I) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo. (g) Lemak subcutan minimal.
b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi ( dismatur ). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat sangat kecil ( BB 1500 gram atau usia 32 minggu ) sering mengalami masalah berat seperti: (1) Sukar bernapas. (2) Sukar minum ( mengisap ). (3) Ikterus berat. (4) InIeksi (5) Rentan hipotermi (6) Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut. 4) Letargi Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian, maka segera rujuk. 5) Hipotermi ( suhu 36 o c). Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila 35 o c. untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut : a) Gunakan alat yang ada inkubator,raaian heater,kamar hangat,atau tempat tidur hangat. b) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Instensif Care Unit (NICU).
c) Jika bayi sianosis, sukar bernaIas, atau ada tarikan dinding dada dan merintik, segera berikan oksigen. 6) Kejang. Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir. 7) Diare. Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran Ieces yang tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk ( Irekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair ). Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar. 8) Obstipasi Obstipasi adalah penimbunan Ieces yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bisa dideIinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran Ieces selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisa akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ibni tidak terjadi maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Namun, harus diingat bahwa ketidakteraturan deIekasi bukanlah suatu obstipasi pada bayi yang menyusu, karena pada bayi yang mmengkonsumsi ASI umumnya sering tidak mengalami deIekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukkan adanya gangguan karena nantinya bayi akan
mengelurakan Ieses dalam jumlah yang cukup banyak sewaktu deIekasi. Seiring dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya, lambat laun deIekasi akan menjadi lebih jarang dan Ieses yang dikeluarkan menjadi lebih keras. 9) InIeksi. InIeksi perinatal adalah inIeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal. 10) Sindrom kematian bayi mendadak Suaaen Infant Death Synarome(SIDS). SIDS terjadi pada bayi yang sehat secara mendadak, ketika sedang di tidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun. 11) Neonatus resiko tinggi Berikut adalah kondisi-kondisi yang menjadikan neonatus beresiko tinggi: a) AsIiksia neonaturum Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
b) Pendarahan tali pusat. Pendarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan thrombus normal. Selain itu, pendarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi. c) Kejang neonatus Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, namun meruipakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraI pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkan sebab sekunder adalah gangguan metabolic atau penyakit lain seperti penyakit inIeksi. Di Negara berkembang, kejang pada neonatus sering disebabkan oleh tetanus neonaturum,sepsis, meningitis, enseIalitis, pendarahan otak dan cacat bawaan.
2. $VILNVLD a. Pengertian Asfiksia neonaturum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernaIas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang ditubuhnya (Dewi, 2011).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (ArieI dan sari,2009). b. Etiologi dan faktor predisposisi ` Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (ArieI dan sari,2009). Pembagian penyebab kegagalan pernapasan menurut Dewi (2011) adalah sebagai berikut: 1) Pada janin, kegagalan pernapasan disebabkan oleh beberapa hal berikut . a) Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya disebabkan oleh beberapa hal berikut. (1) Gangguan aliran pada tali pusat, kali ini biasanya berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat, simpul pada tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang menyebabkan tali pusat menumbung, dan kehamilan lebih bulan ( post-term).
(2) Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC yang menggunakan narkosa. b) Faktor dari ibu selama hamil. (1) Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang dapat menyebabkan hipertoni. (2) Adanya pendarahan pada placenta previa dan solusio placenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara mendadak. (3) Vasokonstriksi arteria pada kasus hipertensi kehamilan dan pre eklampsia dan eklampsia. (4) Kasus solusio placenta yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas ( oksigen dan zat asam arang ) c. Patofisiologi Menurut Varney(2007), hipoksia dimulai dengan Irekuensi jantung dan tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap ( gasping ). Bayi kemudian masuk periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan mulai melakukan usaha naIas lagi. Bayi-bayi yang mengalami proses asIiksia lebih jauh berada dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat menyebabkan kematian jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernaIasan buatan dan bila diperlukan, kompresi jantung. Selama apnea sekunder, Irekuensi jantung dan tekanan darah, warna bayi berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi periIer sebagai
upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ, seperti jantung, ginjal dan adrenal. Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah di paru-paru mengalami kontriksi. Vasokontriksi ini menyebabkan paru-paru resistean terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi. Dalam periode singkat, kurang oksigen menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang di butuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Neonatus yang lahir melalui seksio sesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manIaat dari pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pada bayi baru lahir Transient Tachypnea of the Newborn (TTN). d. Klasifikasi Pembagian klasiIikasi asIiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu : 1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehinggan memerlukan perbaikan dan resusitasi aktiI dengan segera. 2. Asfiksia sedang ( nilai APGAR 4-6 )
Pada kasus asfiksia sedang,bayi memerlukan resusitasi dan pemberian O 2 sampai bayi dapat bernaIas normal kembali. 3. Asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-10) Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Dewi, 2011). e. Tanda dan gejala 1. Asfiksia berat a. Frekuensi jantung kecil, yaitu 40 kali per menit. b. Tidak ada usaha napas. c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada. d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan. e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu. I. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan. 2. Asfiksia sedang a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit. b. Usaha napas lambat. c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik. d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. e. Bayi tampak sianosis. I. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3. Asfiksia ringan a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit. b. Bayi tampak sianosis. c. Adanya retraksi sela iga. d. Bayi merintih ( grunting ) e. Adanya pernapasan cuping hidung. I. Bayi kurang aktiIitas. g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan whee:ing positiI (Dewi,2011). f.Diagnosa Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian ( Wiknjosastro,2007). 1. Denyut jantung janin Frekuensi normal adalah antara 120-160 denyut semenit, selama his Irekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila Irekuensi turun sampai di bawah 100 x/mnt di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekanisme dalam air ketuban Mekoneum pada presentasi sungsang tidak artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Asalnya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya Ph. Apabila PH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis. g. penanganan Menurut Dewi(2011),tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonaturum adalah sebagai berikut: 1. Bersihkan jalan napas dengan pengisap lendir dan kassa steril. 2. Potong tali pusat dengan tehnik aseptic dan antiseptic. 3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering yang bersih dan hangat. 4. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda asfiksia.
a) Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisa air ketuban. b) Miringkan kepala bayi. c) Bersihkan mulut dengan kassa yang dibalut pada jari telunjuk. d) Isap cairan dari mulut dan hidung. 5. Lanjutkan menilai status pernapasan Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan menggosok punggung bayi ( melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada perubahan segera berikan napas buatan. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah melalui penemuan. Ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berIokus pada klien (Varney, 2007). 2. Proses Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan 7 langkah,meliputi: a. Langkah I : Pengkajian Adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan kebidanan pada pasien (Varney, 2007).
Menurut Varney (2007) pada analisa untuk mengevaluasi keadaan meliputi : 1. Data SubyektiI Adalah data yang didapat dari klien sebagai pendapat terhadap situasi dan kejadian. InIormasi tersebut dapat ditentukan dengan inIormasi atau komunikasi (Nursalam, 2008). a) Biodata Menurut Nursalam (2008), pengkajian biodata antara lain : 1) Nama bayi : untuk mengenal pasien. 2) Tanggal lahir : untuk mengetahui kapan bayi lahir. 3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan. 4) Nama orang tua : untuk mengetahui identitas orang tua bayi. 5) Umur : untuk mengetahui Iaktor dan tingkat kesuburan. 6) Agama : berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya. 7) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memberikan KIE.
8) Pekerjaan : untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi. 9) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal. b) Keluhan utama Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien saat pemeriksaan (Varney,2007). Pasien dengan Asfiksia Seaang mengeluh keadaan bayi lemah, bayi tidak menangis spontan (ArieI dan sari,2009). c) Riwayat kehamilan sekarang Yang perlu dikaji adalah tanggal hari pertama haid terakhir, masalah dan kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat- obatan, keluhan selama hamil (SaiIuddin, 2002). d) Riwayat penyakit kehamilan Untuk mengetahui apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit, atau pernah menderita penyakit sistemik seperti jantung, ginjal, asma / TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsy dan lain- lain. Serta untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar, dan riwayat operasi (Wiknjosastro, 2006).
e) Kebiasaan ibu waktu hamil (1) Pola Nutrisi Dikaji untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi Irekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan (Manuaba, 2008). (2) Pola Eliminasi Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK adalah kaitannya dengan obstipasi atau tidak (MuIdlilah, 2009). (3) Pola Istirahat Istirahat merupakan kebiasaan yang dianjurkan bagi kehamilannya (MuIdlilah, 2009). (4) Pola seksualitas Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami istri dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Varney,2007). (5) Personal Hygiene Personal Hygiene perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan Pasien. Kebersihan perorangan sangat penting supaya tidak terjadi inIeksi kulit (MuIdlilah, 2009). (6) Psikososial budaya
Untuk mengetahui apakah ada pantangan makan atau kebiasaan yang tidak diperoleh selama hamil dalam adat masyarakat setempat, perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, dan keluarga lain yang tinggal serumah (Varney, 2007). (7) Perokok dan pemakai obatobatan Dikaji untuk mengetahui kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan, dan alkohol (MuIdlilah, 2009).Pada ibu hamil yang mengkonsumsi rokok, pengguna obat-obatan, dan alkohol dapat menyebabkan terjadinya abortus dan terjadinya inIeksi pada janin (Stoppard, 2009). 2. Pemeriksaan Iisik (Data obyektiI) Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). a. Pemeriksaan khusus Dilakukan dengan memeriksa Apgar Score pada menit pertama,kelima dan kesepuluh.
Table 2.1 APGAR SCORE Tanda Nilai Nilai Nilai 0 1 2 Frekuensi jantung
Usaha naIas
Tonus otot
ReIlek mudah terjadi
Warna kulit Tidak ada
Tidak ada
Flaksid
Tidak ada
Biru pucat Lambat dibawah 100
Lambat tidak teratur
Beberapa Ileksi ekstremitas
Menyeringai
Tubuh merah muda, ekstremitas biru Di atas 100
Menangis dengan baik
Gerakan aktiI
Menangis kuat
Merah muda seluruhnya (Varney,2007)
1) Ringan bila nilai APGAR 7 10 2) AsIiksia sedang bila nilai APGAR score 4 6 3) AsIiksia berat bila nilai APGAR score 0 3
b. Pemeriksaan umum Untuk mengetahui keadaan umum bayi yang meliputi baik, sedang, buruk dan kesadaran yang meliputi (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot (Dewi, 2011). 1) Tanda tanda vital: a) Denyut jantung dinilai kecepatan, irama, kekuatan dalam satu menit normalnya 120-140x/menit. Pada kasus asfiksia seaang Irekuensi jantung menurun menjadi 60-80x/menit. b) Pernapasan dinilai dari siIat pernapasan dan bunyi napas dalam satu menit, pernapasan normal 40-60x/menit. Pada kasus asfiksia seaang pernaIasan 40x/menit. c) Suhu dinilai dari temperature normal rectal dan axilla yaitu 36,5 o C sampai 37,5 o C (Dewi, 2011). Pada kasus asfiksia seaang suhu 36,5 o C. Pemeriksaan Iisik sistematis menurut Dewi(2011) adalah: 1) Kepala : bentuk mesochepal, makrochepal, atau microchepal serta adakah kelainan. 2) Mata : adakah strabismus, sklera berwarna kekuningan dan pucat pada conjungtiva 3) Telinga : simetris atau tidak,adakah kotoran atau cairan.
4) Hidung : adakah napas cuping,adakah cairan, adakah benjolan. 5) Mulut : adakah sianosis. 6) Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid. 7) Dada : adakah retraksi, pada kasus asfiksia seaang tidak terdapat retraksi, gerakan dada sesuai pola bernaIas. 8) Abdomen : adakah pembesaran hati dan limpa. 9) Kulit : Apakah kulit berwarna kebiruan, Pada kasus asfiksia seaang warna kulit terutama pada daerah mulut dan ekstremitas berwarna kebiruan. 10)Genetalia : jika laki-laki, apakah testis sudah turun,jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora. 11) Ekstremitas : apakah oedema, tanda sianosis, akral dingin, apakah kuku sudah melebihi jari-jari. Pada kasus asfiksia seaang ekstremitas bayi sedikit tertekuk dan berwarna kebiruan. 12) Tulang punggung : adakah pembengkakan atau cekungan. 13) Anus : apakah anus berlubang, adakah kelaianan.
c. Pemeriksaan reIlek 1) ReIlek moro : untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan. pada kasus asfiksia seaang reIlek moro ada dan kuat 2) ReIlek rooting : untuk mengetahui mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut. Pada kasus asfiksia seaang reIlek rooting ada namun lemah 3) ReIlek suching : untuk mengetahui reIlek isap dan menelan. Pada kasus asfiksia seaang reIlek suching ada namun lemah. 4) ReIlek tonik neck : untuk mengetahui otot leher anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan dan kiri jika diletakkan pada posisi tengkurap. Pada kasus asfiksia seaang reIlek tonick neck ada namun lemah (Dewi, 2011) d. Pemeriksaan antropometri 1) Lingkar kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak ( normal 34 cm). 2) Lingkar dada : untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan ( normal 32-34cm).
3) Panjang badan : normal ( 48-50cm) 4) Berat badan : normal 2000-2500 gram. (Dewi, 2011). e. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya (Nurmalasari, 2010). Menurut Nursalam (2008),pemeriksaan penunjang pada pasien Asfiksia Seaang adalah pemeriksaan laboratorium yaitu: pemeriksaan darah yang berguna untuk mengetahui kadar HB, leukosit, dan trombosit. b. Langkah 2 : Interpretasi Data MengidentiIikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan diagnosa yang akurat, yang terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan Varney (2007). Interpretasi data diperoleh dari pengkajian data dasar pasien. 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang di kemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan : Bayi Baru Lahir Ny. X Umur 0 hari dengan Asfiksia Seaang Data Dasar:
a) Data SubjektiI Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, inIormasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi(Nursalam, 2008). (1) Ibu mengatakan bayinya lemah (2) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis spontan (3) Ibu mengatakan anaknya berumur 0 hari. b) Data ObjektiI Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008). (1) Bayi baru lahir tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur (Wiknjosastro, 2002). (2) Pada pemeriksaan Iisik terlihat Irekuensi jantung kurang dari 100x/menit dan lebih dari 160x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis dan reIlek iritabilitas tidak ada (FKUI, 2002). (3) Pada bayi dengan Asfiksia Seaang nilai apgar scorenya 4-6 (Wiknjosastro, 2007) 2) Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang adalah hipotermi, resiko inIeksi, nutrisi (ArieI dan sari,2009). 3) Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentiIikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Seaang yaitu pemberian lampu sorot pada bayi, Resusitasi pada Bayi Baru Lahir, pencegahan inIeksi, pemberian ASI pada bayi baru lahir (ArieI dan sari,2009). c. Langkah 3 : Diagnosa potensial Pada langkah ini kita mengidentiIikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan diagnosa yang telah diidentiIikasi. Langkah- langkah ini membutuhkan antisipasi sambil mengamati pasien, bila kemungkinan dilakukan pencegahan inIeksi. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Estiwidani, 2008). Pada kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang diagnosa potensial yang mungkin terjadi yaitu Asfiksia Berat (FKUI, 2002).
d. Langkah 4 : Antisipasi Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan yang abnormal (Varney, 2007). Dalam kasus Asfiksia Seaang antisipasi yang dilakukan adalah perawatan bayi, pembersihan jalan napas, pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan tim medis (ArieI dan sari,2009). e. Langkah 5 : Rencana tindakan Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah teridentiIikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan, atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai dengan advis dokter. Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan eIektiI karena klien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut (Hyre, 2003). Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang adalah sebagai berikut: 1) Lakukan pendekatan pada keluarga pasien. 2) Posisikan bayi ekstensi 3) Bersihkan jalan napas yang terdapat lendir. 4) Lanjutkaan dengan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan O2.
5) Observasi pernapasan tiap 4 jam sekali. (ArieI dan sari,2009). f. Langkah 6 : Implementasi Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan dan pasien secara eIisien dan aman yaitu : 1) Melakukan pendekatan dengan keluarga pasien secara terapeutik. 2) Memposisikan bayi dalam posisi ekstensi. 3) Membersihkan jalan napas yang terdapat lendir. 4) Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi a) InI D 10 550cc/24 jam b) CeIo 2x125 mg c) O2 nasal 5) Mengobservasi pernapasan tiap 4 jam (ArieI dan sari,2009). g. Langkah 7 : Evaluasi Tujuan Evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre, 2003). Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Seaang adalah Bayi bisa bernapas dengan normal,tidak hipotermi,tidak inIeksi, reIlek dan nutrisi bayi baik, vital sign normal.
3. Data perkembangan Metode pendekomentasian untuk data perkembangan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia seaang ini menggunakan SOAP menurut (Varney, 2007) yaitu : S :SubyektiI Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. O :ObyektiI Menggambarkan pendekomentasian hasil pemeriksaan Iisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam Iokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1. A :Assesment atau Analisa Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektiI dan obyektiI dalam satu identiIikasi : 1. Diagnosa atau masalah 2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial 3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter. Konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan P :Plan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa.
C. Landasan Hukum Bidan dalam menyelenggarakan prakteknya berlandaskan pada Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat 2 yaitu pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : 1.Perawatan Bayi Baru Lahir. 2. Perawatan tali pusat. 3. Perawatan bayi. 4. Resusitasi pada bayi baru lahir. 5. Pemantauan tumbuh kembang anak. 6. Pemberian imunisasi. 7. Pemberian penyuluhan. (Kepmenkes, 2010) D. Informed Concent InIormed consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh klien atau walinya (bagi bayi, anak di bawah umur dan klien yang tidak sadar) kepada bidan untuk melakukan sesuai kebutuhan (IBI, 2005).
BAB III METODOLOGI A. 1enis Studi Kasus Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptiI yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektiI. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005). B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini telah dilaksanakan di RB Restu Ibu Sragen. C. Subyek Studi Kasus Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2005). Subyek pada studi kasus ini adalah Bayi Baru Lahir Ny.T dengan Asfiksia Seaang D. Waktu Studi Kasus Waktu Studi kasus adalah dilaksanakan pada tanggal yang telah ditentukan sampai waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 10 September 2012. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen penelitian adalah alatalat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah dengan menggunakan Iormat asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan data perkembangan menggunakan SOAP. F.Tehnik Pengumpulan Data Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2009). 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009)Data primer dapat diperoleh dari : a. Wawancara Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap- cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( face to face). (Notoatmodjo,2002). Pada kasus ini wawancara dilakukan pada bidan dan keluarga pasien
b. Observasi Adalah suatu prosedur yang terencana antara lain meliputi: melihat, mencatat jumlah data, syarat aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,2003). Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar status pasien. Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang perlu dilakukan observasi yaitu vital sign meliputi: pernapasan, suhu, denyut jantung, reIlek, intake dan output pada bayi baru lahir, adakah inIeksi. c. Pemeriksaan Iisik Menurut Nursalam (2008), Pemeriksaan Fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan Iisik pasien secara sistematis dengan cara : 1) Inspeksi Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. 2) Palpasi Adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau
pergerakan dan konsistensi. Palpasi ini digunakan untuk memeriksa turgor kulit bayi. 3) Perkusi Adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Perkusi dilakukan pada daerah abdomen 4) Auskultasi Adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal. Dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dapat diperoleh dari : a. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada obyek penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2002). Pada kasus ini dokumen diambil di RB Restu Ibu Sragen. b. Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Peneliti memanIaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian lain untuk
kepentingan penelitian (Hasan, 2002). Studi kepustakaan diambil dari tahun 2001-2011. G. Alat - alat yang di butuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain : 1. Wawancara Menggunakan alat : a. Format pengkajian pada bayi baru lahir b. Buku tulis c. Bolpoint 2. Observasi Menggunakan alat : a. Termometer b. Stetoskop c. Jam tangan Resusitasi Menggunakan alat : a. 2 helai kain / handuk. b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. c. Alat penghisap lendir de lee. d. Tabung oksigen
e. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. I. Kotak alat resusitasi yang berisi tabung sungkup. g. Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007). 3. Dokumen Menggunakan alat : a. Status atau catatan pasien b. Rekam medik c. Alat tulis
BAB IV TIN1AUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TIN1AUAN KASUS Tanggal :23Agustus 2012 Tempat : RB Restu Ibu Sragen Pukul :21.10 WIB 1. Pengkajian a. Data subyektiI 1) Identitas bayi a) Nama anak : By. Ny. T b) Umur : 10 menit. c) Tgl/ jam lahir :23 Agustus 2012/21.10 WIB d) Jenis kelamin : perempuan e) BB/PB :3200 gram/50 cm 2) Identitas ibu Identitas Ayah a) Nama :Ny. T Nama :Tn. N b) Umur :17 Tahun Umur :17 Tahun c) Agama :Islam Agama :Islam d) Suku Bangsa :Jawa,Indonesia Suku Bangsa:Jawa,Indonesia e) Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA I) Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta
g) Alamat :Tewel, RT.33, pelem gadung, karangmalang, sragen b. Anamnese ( Data SubyektiI ) Pada ibu 1) Riwayat Kehamilan Sekarang a) HPHT : ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 13 November 2011 b) HPL : ibu mengatakan hari perkiraan lahir pada tanggal 20 Agustus 2012 c) Keluhan keluhan pada Trimester I : ibu mengatakan mual muntah dipagi hari Trimester II : ibu mengatakan tidak ada keluhan Trimester III : ibu mengatakan tidak ada keluhan d) ANC: ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali di bidan, yaitu pada umur kehamilan 1 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 7 bulan dan 9 bulan. e) Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakn pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet Ie, gizi ibu hamil dan tanda-tanda persalinan.
I) Imunisasi TT : Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali di bidan yaitu pada saat capeng dan saat usia kehamilan 4 bulan. 2) Riwayat kehamilan ini a) Tempat persalinan : RB Restu Ibu Sragen, Penolong: Bidan b) Jenis persalinan : Spontan c) Komplikasi/kelainan dalam persalinan: tidak ada kelainan d) Placenta : (1) Berat placenta : 500 gram (2) Panjang : 50 cm (3) Jumlah kotiledon : 22 (4) Cairan ketuban : Jernih, jumlah +40cc. (5) Insersi tali pusat : Centralis (6) Kelainan : tidak ada kelainan (7) Lama persalinan : Kala I : 13 Jam - Menit Kala II : - Jam 10 Menit Kala III : - Jam 10 Menit Kala IV : 2 Jam - Menit Total : 15 Jam 20 Menit
3) Riwayat penyakit a) Riwayat penyakit saat hamil : Ibu mengatakan saat hamil tidak sedang menderita penyakit yang menyertai kehamilannya seperti : Ilu, batuk dan pilek. b) Riwayat penyakit sistemik : (1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah berdebar-debar saat beraktivitas, tidak nyeri dada pada bagian kiri dan tidak berkeringat dingin di telapak tangan. (2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah sakit pada bagian pinggang. (3) Asma/TBC : ibu mengatakan tidak pernah sesak naIas dan batuk berkepanjangan selama 100 hari. (4) Hepatitis : ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning pada daerah mata, ujung kuku, dan kulit. (5) DM : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit gula dengan gejala sering haus, lapar, dan sering kencing dimalam hari.
(6) Hipertensi : ibu mengatakan selama hamil hasil tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/100mmHg. (7) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang-kejang sampai mengeluarkan busa dari mulut. (8) Lain lain : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lainnya. c) Riwayat penyakit keluarga (1) Menular Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis. (2) Menurun Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti: jantung, DM dan hipertensi. d) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar. e) Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun
c. Pemeriksaan Iisik 1) Pemeriksaan khusus apgar score Table 2.2 APGAR SCORE Tanda Jumlah Menit I Menit II Menit III Frekuensi jantung 2 2 2 Usaha naIas 1 2 2 Tonus otot 1 1 2 ReIlek mudah terjadi 1 1 1 Warna kulit 1 1 1 Jumlah 6 7 8 (sumber : pasien Bayi Ny. T) 2) Pemeriksaan Umum a) Suhu : 36 O C b) PernaIasan : 28x/menit c) Denyut Jantung : 120x/menit d) KeaktiIan : lemah
3) Pemeriksaan Iisik sistematis a) Kepala : normal, tidak ada kelainan
b) Ubun ubun : datar, berdenyut c) Muka : pucat, simetris, tidak ada oedema d) Mata : simetris, conjungtiva kemerahan, sklera putih. e) Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen. I) Hidung : terdapat napas cuping hidung, terdapat sekret, tidak ada benjolan dan terpasang O2. g) Mulut : kebiruan. h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid i) Dada : gerakan dada sesuai pola bernaIas, tidak terdapat retraksi. j) Perut : normal, tidak ada pembesaran hati dan limpa k) Tali pusat : tali pusat tidak ada perdarahan, terbungkus kassa steril. l) Punggung : tidak ada pembengkakan pada daerah punggung. m) Ekstremitas : kebiruan, tidak ada oedema akral dingin, kuku sudah melebihi jari. n) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora. o) Anus : berlubang. 4) ReIlek a) Moro : kuat
b) Rooting : lemah c) Suching : lemah d) Tonick neck : lemah 5) Antropometri a) Lingkar kepala : 32 cm b) Lingkar dada : 29 cm c) PB/BB : 50 cm/3200 gram d) LILA : tidak dilakukan 6) Eliminasi a) Urine : sudah keluar b) Mekonium : sudah keluar d. Pemeriksaan penunjang: tidak dilakukan 2. Interpretasi data Tanggal: 23 Agustus 2012 pukul: 21.30 WIB a. Diagnosa kebidanan Bayi Baru Lahir Ny. T umur 10 menit dengan Asfiksia Seaang Data Dasar: 1) Data subyektiI a) Ibu mengatakan bayinya lemah b) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis spontan c) Ibu mengatakan anaknya yang pertama lahir pada tanggal 23 Agustus 2012, pukul 21.10 WIB
2) Data obyektiI a) Nilai Apgar Score menit pertama 6, yaitu (1) Denyut jantung 135x/menit, nilai: 2 (2) PernaIasan lambat, tidak teratur, nilai: 1 (3) Tonus otot anggota badan ditekuk, nilai: 1 (4) Reaksi rangsangan muka menyeringai, nilai: 1 (5) Anggota badan bayi biru, nilai:1 b) Pemeriksaan Iisik: (1) Warna kulit : kebiruan (2) Hidung : terdapat naIas cuping hidung, terdapat secret, tidak ada benjolan dan terpasang O2 (3) Mulut : kebiruan (4) Dada : gerakan dada sesuai pola bernaIas, terdapat retraksi c) Vital sign S : 36 O C Denyut jantung: 120x/menit. R : 28x/menit d) Pemeriksaan reIlek: (1) ReIlek moro : ada, kuat. (2) Rooting : ada, lemah. (3) Suching : ada, lemah.
(4) Tonick neck : ada, lemah. e) Pemeriksaan antropometri yaitu: (1) Lingkar kepala :32 cm. (2) Lingkar dada :29 cm. (3) LILA : tidak dilakukan. (4) BB/PB : 3200 gram/50cm. b. Masalah Bayi terjadi hipotermi c. Kebutuhan Pemberian lampu sorot pada bayi, mengeringkan tubuh bayi 3. Diagnosa potensial Potensial terjadi Asfiksia Berat 4. Tindakan segera Perawatan bayi, pembersihan jalan napas, pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan dokter. 5. Rencana tindakan Tanggal :23 Agustus 2012 pukul: 21.40WIB a. Lakukan pendekatan dengan keluarga pasien b. Keringkan tubuh bayi. c. Berikan lampu sorot pada bayi. d. Ganti kain basah dengan kain kering yang bersih. e. Bungkus tubuh bayi.
I. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi. g. Bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung menggunakan aee lee. h. Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi. i. Observasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernaIasan tiap 4 jam. j. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi: 1) Oksigen 2 liter/menit. 2) Injeksi Vit. K 1 mg secara IM. 3) CeIotaxim 1 x 125 mg k. Lakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 o C 6. Pelaksanaan Tanggal :23 Agustus 2012 pukul:21.50WIB a. Melakukan pendekatan dengan keluarga pasien. b. Mengeringkan tubuh bayi. c. Memberikan lampu sorot pada bayi. d. Mengganti kain basah dengan kain kering yang bersih e. Membungkus tubuh bayi. I. Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi g. Membersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung. h. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi. i. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernaIasan tiap 4 jam. j. Melaksanakan advis dokter dengan memberikan terapi: 1) oksigen 2 liter/menit. 2) Injeksi Vit. K 1 mg secara IM.
3) CeIotaxim 1 x125 mg. k. Melakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 o C 7. Evaluasi Tanggal :23 Agustus 2012 pukul : 02.10 WIB a. Telah dilakukan pendekatan dengan keluarga pasien. b. Telah dikeringkan tubuh bayi. c. Telah diberikan lampu sorot pada bayi. d. Telah diganti kain basah dengan kain kering yang bersih. e. Telah dibungkus tubuh bayi. I. Telah dibersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung. g. Telah diberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi. h. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi, dengan hasil: S:36 O C N:100x/menit R:28x/menit i. Telah diberikan terapi: oksigen 2 liter/ menit, injeksi Vit. K 1mg secara IM, CeIotaxim 1 x 125 mg. j. Telah dilakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 o C k. Telah dilakukan pemeriksaan reIlek dengan hasil: 1) Moro : ada, kuat 2) Suching : ada, lemah. 3) Rooting : ada, lemah. 4) Tonick neck : ada, lemah.
DATA PERKEMBANGAN I Tanggal: 24 Agustus 2012 pukul:07.00 wib S: Subyektif 1. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai membaik. 2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai bisa menghisap dan menelan saat minum susu. O: Obyektif 1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak aktiI. 2. Tanda tanda vital bayi: Denyut jantung : 120x/menit. R : 42x/menit S : 36,6 o C 3. Warna kulit kemerahan. 4. Tali pusat terbungkus kassa steril, dan masih basah. 5. Pemeriksaan reIlek: a. Moro : ada, kuat. b. Rooting : ada, kuat. c. Suching : ada, kuat. d. Tonick neck : ada, kuat
6. Pemberian oksigen dihentikan. A : Assasment Bayi Ny. T Umur 1 hari dengan Riwayat Asfiksia Seaang perawatan 1 hari. P : Planing Tanggal : 24 Agustus 2012 pukul:07.15 WIB 1. Mengobservasi tanda tanda vital bayi setiap 4 jam. 2. Mengobservasi output bayi 3. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara membungkus bayi menggunakan kain kering dan bersih. 4. Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25 cc/4jam. 5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand dan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. 6. Melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril. 7. Menganjurkan ibu untuk perawatan payudara pada masa niIas. Evaluasi Tanggal :24 Agustus 2012 pukul:12.00WIB 1. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi setiap 4 jam dengan hasil: Denyut jantung : 120x/menit
R : 42x/menit S : 36,6 o C 2. telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil: a) BAK Frekuensi : 7-8x/hari Warna : kuning jernih. b)BAB Frekuensi : 2-3x/hari Konsistensi : padat Warna : kuning kehitaman 2. Bayi telah terbungkus dengan kain kering dan bersih. 3. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI sebanyak 15cc/4jam. 4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand dan mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang 5. Telah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril. 6. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada masa niIas.
DATA PERKEMBANGAN II Tanggal:25 Agustus 2012 pukul: 07.00 WIB S: Subyektif 1. Ibu mengatakan sudah mulai memberikan ASI kepada bayinya, Tetapi ASI belum keluar. 2. Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan. O: Obyektif 1. ReIlek isap bayi sudah baik. 2. Tanda tanda vital bayi: Denyut jantung : 142x/menit. R : 42x/menit. S : 36,6 o C Warna kulit: kemerah-merahan. 3. Tonus otot leher baik. 4. Gerakan dada sesuai dengan pola bernapas. 5. Pergerakan tangan dan reIlek baik. A: Assesment Bayi Ny.T Umur 2 hari dengan Riwayat Asfiksia Seaang perawatan hari kedua.
P: Planing Tanggal : 25 Agustus 2012 pukul :07.15 WIB 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap terbungkus,agar suhu tubuh bayi tetap normal. 2. Mengobservasi tanda- tanda vital. 3. Mengobservasi output pada bayi 4. Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25cc/ jam 5. Mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi dan merawat tali pusat. 6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI. 7. Mengingatkan kembali pada ibu untuk merawat payudaranya pada saat niIas. 8. Mempersiapkan ibu dan bayi untuk pulang. Evaluasi Tanggal :25 Agustus 2012 pukul:10.00 WIB 1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi sudah diperhatikan. 2. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi dengan hasil: Denyut jantung: 142x/menit R:42x/menit S : 36,6 O C Warna kulit : kemerahan 3. Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil:
a) BAK Frekuensi : 7-8x/hari Warna : kuning jernih. b)BAB Frekuensi : 2-3x/hari Konsistensi : padat Warna : kuning 4. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI sebanyak 20cc/4 jam 5. Ibu sudah mengerti dan paham bagaiman cara memandikan bayi dan merawat tali pusat. 6. Ibu bersedia untuk memberikan ASI 7. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada saat niIas. 8. Ibu dan bayi pulang pada pukul : 10.00 wib. B. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada antara penetalaksanaan kasus dengan konsep teori yang telah diuraikan pada Bab II. Karena penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkah dari varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data awal dari manajemen kebidanan menurut varney, dilaksanakan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan Iisik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Menurut Dewi (2011), bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernaIas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang ditubuhnya. Pada pengkajian Bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang diperoleh data subyektiI dengan keluhan bayi lemah, dan bayi tidak menangis spontan. Data obyektiI dilakukan pemeriksaan khusus Apgar Score diperoleh hasil nilai Apgar Score 6-7-8, pemeriksaan umum keadaan umum bayi lemah, pemeriksaan reIlek pada bayi diperoleh hasil positiI tetapi masih lemah, pemeriksaan antropometri dan diperoleh hasil normal. Jadi dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan. 2. Interpretasi Data Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah, dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang. Menurut varney (2007), interpretasi data terdiri dari Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007), kemudian Data SubyektiI adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian inIormasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam,2008), Data ObyektiI adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan diliat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008) , Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007) dan kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentiIikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Masalah pada bayi baru lahir dengsan Asfiksia Seaang yaitu hipotermi, resiko inIeksi dan nutrisi. Sedangkan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang yaitu pemberian lampu sorot, pencegahan inIeksi dan pemberian ASI pada bayi baru lahir (Dewi,2011). Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. T umur 10 menit dengan Asfiksia Seaang. Masalah yang ditemukan pada bayi baru lahir Ny. T adalah hipotermi. Kebutuhan yang diberikan adalah pemberian lampu sorot kepada bayi agar bayi tetap merasa hangat. Adapun yang mendasari penulis menentukan diagnosa kebidanan tersebut adalah
dari anamnesa, pemeriksaan khusus, pemeriksaan umum, pemeriksaan reIlek, dan pemeriksaan antropometri. Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek lapangan. 3. Diagnosa Potensial Menurut FKUI (2002), Pada kasus bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang diagnosa potensial bila bayi masih belum bisa bernaIas spontan maka akan potensial terjadi Asfiksia Berat. Namun pada kasus bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang ini tidak terjadi diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernapas dengan spontan. 4. Antisipasi Menurut ArieI (2011), Asfiksia Seaang perlu antisipasi dengan perawatan bayi, pembersihan jalan naIas, pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan tim medis. Pada bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang antisipasi yang dilakukan adalah meletakkan bayi dibawah lampu sorot, mengeringkan tubuh bayi, mengatur posisi bayi, membersihkan jalan napas, memberikan rangsang taktil, pemasangan oksigen 2 liter/ menit. Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan. 5. Perencanaan
Menurut ArieI (2009), rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang adalah sebagai berikut: lakukan pendekatan pada keluarga pasien, posisikan bayi ekstensi, bersihkan jalan naIas yang terdepat lendir, lanjutkan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi berupa: inIus D 10 550 cc/24jam, oksigen 2liter/menit, ceIo 1x125 mg. mengobservasi pernapasan tiap 4 jam. Pada kasus Bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang ini rencana tindakan yang akan diberikan adalah lakukan pendekatan dengan keluarga pasien, keringkan tubuh bayi, berikan lampu sorot pada bayi, ganti kain basah dengan kain kering dan bersih, bungkus tubuh bayi, posisikan kepala bayi sedikit ekstensi, bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung, berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama pernapasan, berikan terapi oksigen 2liter/menit; injeksi Vit. K 1 mg secara IM; ceIo 1 x125mg, observasi pernapasan tiap 4 jam. Pada langkah terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pemberian terapi, jika pada teori diberikan InIus D 10 550 cc/24jam, oksigen 2 liter/menit, dan ceIo 1x125mg. sedangkan dilapangan pemberian terapi diberikan oksigen 2liter/menit, Injeksi Vit. K 1 mg secara IM dan ceIotaxim 1x125mg. 6. Pelaksanaan Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah direncanakan. Satu yang terpenting dari penanganan Asfiksia
Seaang ,adalah pembersihan jalan napas dan mengeringkan tubuh bayi supaya tidak terjadi Asfiksia Berat. Menurut ArieI (2011), melakukan pendekatan dengan keluarga pasien secara terapeutik, memposisikan bayi sedikit ekstensi, membersihkan jalan napas yang terdapat lendir, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi, mengobservasi pernapasan tiap 4 jam. Dengan demikian, asuhan kebidanan yang diberikan tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu pada pemberian terapi yang mana dilapangan diberikan terapi oksigen 2liter/menit, Injeksi Vit. K 1 mg secara IM dan ceIo 1x125mg sedangkan di teori terapi yang diberikan adalah InIus D 10 550 cc/24jam, oksigen 2 liter/menit, dan ceIo 1x125mg, sehingga terdapat kesenjangan teori dalam pemberian terapi. 7. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Seaang adalah Bayi bisa bernapas dengan normal,tidak hipotermi,tidak inIeksi, reIlek dan nutrisi bayi baik, vital sign normal. (ArieI dan sari,2009). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 hari pada Bayi Ny.T Umur 10 menit dengan Asfiksia Seaang di RB Restu Ibu Sragen, maka hasil asuhan yang di dapat yaitu keadaan umum bayi baik, bayi bernapas normal, setelah diberikan asuhan selama 2 hari.
Demikian asuhan yang diberikan dengan teori yang ada, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan yaitu pada pemberian terapi dan itu tidak menjadi suatu masalah.
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. T Dengan Asfiksia Seaang Di RB Restu Ibu Sragen ini dapat membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Pengkajian terhadap Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang dilakukan dengan pengumpulan data subyektiI yang diperoleh dari hasil wawancara pada pasien keluhan bayi tidak menangis segera setelah lahir, dan tidak bernapas spontan segera setelah lahir. Data obyektiI diperoleh dari pemeriksaan Iisik yaitu dengan pemeriksaan khusus (Apgar Score). 2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. T Umur 10 menit dengan Asfiksia Seaang. Masalah yang timbul adalah hipotermi pada bayi, kebutuhan yang diberikan adalah mengeringkan tubuh bayi dan memberikan lampu sorot pada bayi. 3. Diagnosa potensial pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang adalah Asfiksia Berat, Tetapi tidak terjadi karena telah dilakukan perawatan secara intensiI. 4. Tindakan segera yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seaang adalah perawatan bayi, pembersihan jalan napas, pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan tim medis.
5. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan melakukan pendekatan pada keluarga pasien, keringkan tubuh bayi, berikan lampu sorot pada bayi, ganti kain basah dengan kain kering dan bersih, bungkus tubuh bayi, posisikan kepala sedikit ekstensi, bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung, berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama pernapasan, berikan terapi oksigen 2liter/menit; ceIotaxim 1x125 mg, observasi pernapasan tiap 4 jam. 6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang sesuai dengan rencana yang sudah dibuat yaitu melakukan pendekatan pada keluarga pasien, mengeringkan tubuh bayi, memberikan lampu sorot pada bayi, mengganti kain basah dengan kain kering dan bersih, membungkus tubuh bayi, memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi, membersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung, memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama pernapasan, memberikan terapi oksigen 2 liter/menit; Injeksi Vit. K 1mg secara IM, ceIotaxim 1x125mg, mengobservasi pernapasan tiap 4 jam. 7. Evaluasi dari asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. T dengan Asfiksia Seaang diperoleh hasil akhir bayi normal, tidak terdapat inIeksi, vital sign normal, reIlek baik, nutrisi terpenuhi, dapat bernapas dengan spontan dan menangis keras, setelah dilakukan tindakan resusitasi dan perawatan selama 2 hari.
8. Di dalam pemberian terapi terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu di lapangan diberikan terapi oksigen 2liter/menit, injeksi vit. K 1mg, ceIotaxim 1x125 mg, sedangkan diteori terapi yang diberikan adalah oksigen 2liter/menit, injeksi vit. K 1mg, inIus D 10, dan ceIotaxim 1x125 mg. 9. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena bayi yang menderita Asfiksia Seaang hanya bermasalah di paru-parunya, sehingga untuk kebutuhan cairan bayi cukup diberikan PASI saja, tetapi didalam pemberian cairan tersebut haruslah selalu dipantau apakah bayi muntah atau tidak. Apabila bayi terus menerus muntah, tindakan yang harus dilakukan adalah pemasangan NGT, pada kasus Bayi Ny. T bayi tidak terjadi gumoh sehingga Pasi dapat terus dilanjutkan. ASI tetap diberikan walau ASI belum keluar, karena hisapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan dapat memperbaiki reIlek menelan dan menghisap bayi. Disamping itu, bayi juga diberi tambahan PASI agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi. B. Saran dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi pasien Pasien dipesan untuk segera membawa bayi mereka ke tenaga kesehatan terdekat jika terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir. 2. Bagi proIesi Bidan diharapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah varney
sehingga pelayanan yang dihasilkan eIektiI dan eIisien dapat tercapai pada klien. 3. Bagi RB Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Seaang.