You are on page 1of 71

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Sesuai dengan tujuan pendidikan tahap akademik di fakultas kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yaitu untuk menghasilkan sarjana kedokteran yang mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dari berbagai latar belakang budaya, tradisi, adat istiadat, kepercayaan dan agama melalui penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran. Maka diperlukan adanya kegiatan akademik Kuliah Kerja Lapangan yang berorientasi pada kesehatan masyarakat. Kuliah Kerja Lapangan Kesehatan Masyarakat (KKL Kesmas) merupakan sarana bagi mahasiswa kedokteran untuk meningkatkan kemampuan

pengembangan dan penyebarluasan ilmu kedokteran dalam upaya mencari penyelesaian masalah kesehatan masyarakat melalai proses pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebagai kegiatan pendidikan, melalui kegiatan KKL Kesmas mahasiswa diperluakan secara langsung dengan masyarakat dan segala permasalahannya. Mahasiswa juga diperkenalkan dengan cara-cara pemecahan masalah melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor (interdisipliner) yang yang

berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat. Sebagai kegiatan penelitian, melalui kegiatan KKL Kesmas mahasiswa dapat menginventarisir secara ilmiah permasalahan, potensi, dan sumber daya serta mampu memberikan alternatif pemecahaan potensi dan sumber daya serta mampu memberikan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat dan analisis pengembangan potensi dan sumber daya yang ada. Sebagai kegiatan pengabdian pada masyarakat, melalui KKL Kesmas mahasiswa mengamalkan ilmu, teknologi dan seni untuk memecahkan masalah.

I.2. Maksud dan Tujuan I.2.1. Maksud KKL Kuliah Kerja Lapangan bidang kesehatan Masyarakat mempunyai tiga kelompok sasaran, yaitu mahasiswa, masyarakat dan perguruan tinggi. Masing-masing kelompok memperoleh manfaat dari pelaksanaan KKL Kesmas sebagai berikut: 1. Mahasiswa a. Memperdalam pengertian terhadap cara berpikir dan belajar secara interdisipliner. b. Memperdalam pengertian terhadap masalah-masalah kesehatan yang ditemukan secara nyata pada masyarakat sehingga

memperdalam ilmu kedokteran yang diterima di bangku kuliah. c. Memperdalam pengertian cara-cara pemecahan masalah kesehatan sekaligus dapat mengaplikasikannya pada masyarakat sehingga muncul sifat profesionalisme dalam peningkatan keahlian, tanggung jawab maupun kesejawatan. d. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang bekerja sama antar sektor. e. Membina mahasiswa manjadi motivator, dinamisator dan problem solver. f. Memberikan pengalaman bekerja sebagai kader pembangunan sehingga terbentuk sikap dan rasa cinta terhadap kamajuan masyarakat 2. Masyarakat a. Memperoleh bantuan pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan kesehatan. b. Memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan dalam masyarakat dari hasil identifikasi oleh mahasiswa sehingga

memudahkan dalam penyusunan program dan pelaksanaan pembangunan kesehatan. c. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan pembangunan bidang kesehatan. d. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan bidang kesehatan 3. Perguruan Tinggi a. Mendapatkan umpan balik sebagai hasil pengitergrasian

mahasiswa dalam bentuk proses pembangunan ditengah-tengah masyarakat sehingga kurikulum, materi perkuliahan di perguruan tinggi dapat disesuaikan dengan tuntutan nyata dari pembangunan. b. Memperoleh hasil kegiatan mahasiswa, dapat menelaah dan merumuskan kondisi masyarakat yang dapat berguna dalam pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran serta dapat mendiagnosa masalah kesehatan masyarakat secara tepat sehingga ilmu dan teknologi yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata. c. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi lain

I.2.2. Tujuan KKL I.2.2.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa akan memiliki kemampuan mengaplikasikan ilmu dan teknologi kedokteran untuk mememcahkan masalah kesehatan masyarakat melalui tindakan promotif preventif I.2.2.2. Tujuan Pembelajaran Khusus a) Mengidentifikasi masalah kesehatan atau kedokteran yang ada di kelompok dan menentukan prioritasnya sebagai tugas kelompok. b) Menganalisis determinan masalah dengan pendekatan ilmiah c) Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan dan penentuan prioritas pemecahan masalah. d) Menyusun rencana pemecahan masalah : penggerakan monitoring kegiatan. e) Mengimplentasikan pemecahan masalah : penggerakan, monitoring kegiatan. f) Melakukan evaluasi (input, proses, output). g) Bekerja antar anggota dalam kelompok, instansi,

masyarakat dan pihak terkait. I.3. Peserta KKL Pesrta KKL adalah seluruh mahasiswa kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan ke empat, yang berjumlah 38 Mahasiswa yang dibagi dalam 4 kelompok/lokasi yaitu: Puskesmas Lingsar, Puskesmas

GunungSari, Puskesmas Kuripan, dan Puskesmas Jembatan Kembar.

BAB II KEADAAN UMUM DESA 2.1. Letak Geografis Desa

2.1.1. Batas Wilayah Tabel 1 : Batas Wilayah B ATAS Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat DESA/KELURAHAN KECAMATAN Desa Gunungsari Kelurahan Rembiga Desa Midang Jatisela Gunungsari Kodya Mataram Gungungsari Gunungsari

2.1.2. Penetapan Batas dan Peta Wilayah

Penduduk

51.075 jiwa

2.2.3. Iklim Tabel 2 : iklim Curah Hujan Jumlah Bulan Hujan Kelembaban Suhu Rata-Rata Hujan Tinggi Tempat Dari Permukaan Laut 783 mm 6 bulan . 25-30 0C 0.25 mdl

2.2.

Tofografi Desa Tabel 3: Topografi Desa Bentang Wilayah Desa/Kelurahan Dataran Rendah Desa/Kelurahan Berbukit-bukit Desa/Kelurahan Dataran Tinggi-Pegunungan Desa/Kelurahan Lereng Gunung Desa/Kelurahan Tepi Pantai/Pesisir Desa/Kelurahan Kawasan Rawa Desa/Kelurahan Kawasan Gambut Desa/Kelurahan Aliran Sungai Desa/Kelurahan Bantara Sungai Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/tidak 227.027 ha/m2 ............ ha/m2 ha/m2 ha/m2 ............ ha/m2 ha/m2 ha/m2 .... ha/m2 ... ha/m2

Tabel 4 : orbitasi Orbitasi Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan Lama jarak Tempuh Ke Ibu Km 1 Kota 0.15 Km Jam

Kecamatan dengan Kendaraan Bermotor Lama jarak Tempuh Ke Ibu Kota 0.30 Jam

Kecamatan dengan Berjalan Kaki atau Kendaraan Non Bermotor Kendaraan Umum Ke Ibu Kota Kecamatan Jarak Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota Lama Jarak Tempuh Ke Ibu unit 20 Kota 1.5 Ada/Tidak Km Jam

Kabupaten dengan Berjalan Kaki atau Kendaraan Non Bermotor Kendaraan Umum Ke Ibu Kota ....... unit Ada/Tidak

Kabupaten/Kota Jarak Ke Ibu Kota Provinsi 7 Km Jam

Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Provinsi 0.15 dengan Kendaraan Bermotor Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Provinsi 0.34 dengan Berjalan Kaki atau Kendaraan Non Bermotor Kendaraan Umum Ke Ibu Kota Provinsi

Jam

..unit Ada/Tidak

2.3.

Demografi Desa 2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Total Jumlah Kepala Keluarga Kepadatan Penduduk 5366 Orang 5478 Orang 10.844 Orang 3.030 KK . Per Km

2.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Tabel 6 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

USIA 0-12 bln. 1 tahun 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

LAKI 139 org. 123 org. 113 org. 103 org. 99 org. 98 org. 99 org. 83 org. 82 org. 132 org. 132 org. 128 org. 127 org.

PEREMP. 137 org. 126 org 102 org. 95 org. 85 org. 84 org. 85 org 83 org. 84 org. 146 org. 137 org. 132 org. 131 org.

USIA 39 tahun 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

LAKI 43 org. 42 org. 41 org. 41 org. 42 org. 40 org. 39 org. 41 org. 40 org. 40 org. 38 0rg. 39 org. 39 org.

PEREMP. 34 org. 33 org. 37 org. 30 org. 30 org. 30 org. 28 org. 28 org. 29 org. 28 org. 30 org. 27 org. 27 org.

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

126 org. 124 org. 123 org. 101 org. 112 org. 113 org. 111 org. 102 org. 97 org. 88 org. 88 org. 79 org. 75 org. 74 org. 73 org. 70 org. 74 org. 71 org. 70 org. 68 org. 65 org. 63 org. 62 org. 59 org. 58 org. 45 org.

140 org. 138 org. 136 org. 128 org. 122 org. 124 org. 122 org. 111 org. 118 org. 80 org. 87 org. 81 org. 72 org. 71 org 71 org. 85 org. 74 org. 75 org. 72 org. 71 org. 70 org. 67 org. 68 org. 64 org. 63 org. 46 org.

52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 > 75

38 org. 38 org. 38 org. 37 org. 37 org. 37 org. 37 org. 36 org. 59 org. 59 org. 54 org. 57 org. 44 org. 48 org. 48 org. 47 org. 46 org. 46 org. 45 org. 45 org. 45 org. 48 org. 47 org. 47 org. 57 org.

36 org. 28 org. 27 org. 26 org. 27 org. 28 org. 27 org. 26 org. 64 org. 67 org. 65 org 64 org. 63 org. 61 org. 60 org. 60 org. 59 org. 59 org. 69 org. 59 org. 58 org. 60 org. 60 org. 59 org. 67 org. 5478 org.

TOTAL 5366 org.

Catatan: Jumlah penduduk berdasarkan umur, dari umur 0-12 bulan hingga 1 s.d >75 tahun secara umum lebih banyak penduduk perempuan dibandingkan laki-laki, sebesar 5478 orang : 5366 orang. 2.3.3. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 7 : Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin TINGKAT PENDIDIKAN Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play Group Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat Tamat SD/sederajat Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat D-1/sederajat Tamat D-2/sederajat Tamat D-3/sederajat Tamat S-1/sederajat Tamat S-2/sederajat Tamat S-3/sederajat Tamat SLB A Tamat SLB B Tamat SLB C . Jumlah 18 org. 2 org. org. org. LAKI 143 org. 89 org. 40 org. 1497 org. 38 org. 310 org. 365 org. 297 org. 129 org. 291 org. 210 org. 22 org. 11 org. PEREMPUAN 86 org. 79 org. 23 org. 1078 org. 22 org. 215 org. 295 org. 190 org. 42 org. 216 org. 191 org. 12 org. 9 org. 5 org. org. org.

10

Jumlah Total

5925 org.

2.3.4. Mata Pencaharian Pokok Tabel 8 : Mata Pencaharian Pokok JENIS PEKERJAAN Petani LAKI-LAKI 101 rang Buruh tani Buruh migrant perempuan Buruh migrant laki-laki Pegawai Negeri Sipil Pengerajin Industri Rumah Tangga Pedagang keliling Peternak Nelayan Montir Dokter Swasta Bidan Swasta Perawat Swasta Pembantu Rumah Tangga TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha kecil dan menegah Pengacara Notaries Dukun Kampung Terlatih 562 orang .. orang 4 orang 58 orang 3000 orang 20 orang 10 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang 6 orang 10 orang 24 orang 1 orang .. orang 8 orang 319 orang O PEREMPUAN -orang

9 orang .. orang 6 orang 253 orang 390 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang 10 orng .. orang .. orang 1 orang 13 orang .. orang .. orang .. orang

11

Jasa pengobatan alternative Dosen Swasta Pengusaha Besar Arsitektur Seniman/Artis Karyawan Perusahaan Swasta Karyawan Perusahaan Pemerintah PT Angkasa Pura Jumlah Total Penduduk

2 orang 1 orang .. orang .. orang .. orang 12 orang .. orang 8 orang

.. orang .. orang .. orang .. orang .. orang 5 orang ..orang 2 orang

10844 orang

2.3.5. Agama / Aliran Kepercayaan Tabel 9 : Agama / Aliran Kepercayaan

AGAMA Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghucu Jumlah

LAKI-LAKI 5.366 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang

PEREMPUAN 5478 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang

12

2.3.6. Kewarganegaraan Tabel 10 : Kewarganegaraan KEWARGANEGARAAN LAKI-LAKI Warga Negara Indonesia Warga Negara Asing Dwi Kewarganegaraan Jumlah 5366 orang .. orang .. orang PEREMPUAN 5478 orang .. orang .. orang

2.3.7. Etnis Mayoritas etnis di Desa Sesela adalah etnis Sasak sebesar; laki-laki 5358 orang, perempuan 5479 orang. Tetapi ada beberapa orang yang dari etnis jawa sebesar; laki-laki 6 orang, perempuan 7 orang. Etnis Madura sebesar; laki-laki tidak ada, perempuan 1 orang. Etnis Bugis sebesar; laki-laki 2 orang, perempuan tidak ada

2.3.8. Cacat Mental dan Fisik Tabel 11 : Cacat Mental dan Fisik CACAT FISIK Tuna Rungu Tuna Wicara Tuna Netra Lumpuh Sumbing Cacat Kulit Cacat Fisik /Tuna Daksa Lainnya . . Jumlah LAKI-LAKI .. orang 2 orang 1 orang 1 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang 4 orang PEREMPUAN .. orang 2 orang 2 orang 3 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang 7 orang

13

CACAT MENTAL Idiot Gila Stress Autis .. Jumlah .. orang 3 orang .. orang .. orang .. orang 3 orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang .. orang

2.3.9. Tenaga Kerja Tabel 12 : Tenaga Kerja TENAGA KERJA Penduduk Usia 18-56 tahun Penduduk Usia 18-56 bekerja Penduduk Usia 18-56 belum/ tidak bekerja Penduduk usia 0-6 tahun Penduduk masih sekolah 7-18 tahun Penduduk usia 56 tahun ke atas Angkatan kerja 725 orang 1523 orang 834 orang .. orang 730 orang 1428 orang 1051 orang .. orang tahun yang 1295 orang 321 orang tahun LAKI-LAKI 2279 orang yang 1984 orang PEREMPUAN 2269 orang 1948 orang

Jumlah Jumlah Total

5366 orang 10844 orang

5478 orang

14

2.3.10. Kualitas Angkatan Kerja Tabel 13 : Kualitas Angkatan Kerja ANGKATAN KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN 622 orang

Penduduk usia 18-56 tahun yang buta 203 orang aksara dan huruf/angka latin Penduduk usia 18-56 tahun yang tidak 40 orang tamat SD Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat 320 orang SD Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat 320 orang SLTP Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat 360 orang SLTA Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat 12 orang Perguruan Tinggi Jumlah .. orang

23 orang

230 orang

228 orang

240 orang

8 orang .. orang

2.4.

Potensi Desa 2.4.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tabel 14 : Luas Wilayah Menurut Penggunaan Luas Permukiman Luas Persawahan Luas Perkebunan Luas Kuburan Luas Pekarangan Luas Taman Perkantoran 12.350 171.000 10.138 4,15 28.184 .. 0,15 ha/m2 ha/m2 ha/m2 ha/m2 ha/m2 ha/m2 ha/m2

15

Luas Prasarana Umum Lainnya Total Luas

1,19

ha/m2 227,027 ha/m2

TANAH SAWAH Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi

171 ha/m2 .. ha/m2 .. ha/m2 .. ha/m2 .. ha/m2 171 ha/m2

Teknis

Sawah Tadah Hujan Sawah Pasang Surut . Total Luas

TANAH KERING Tegal/Ladang Pemukiman Pekarangan Total Luas ... ha/m2 12.350 ha/m2 28.184 ha/m2 ... ha/m2 40.534 ha/m2

TANAH BASAH Tanah Rawa Pasang Surut Lahan Gambut Situ/Waduk/Danau . Total Luas ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2

TANAH PERKEBUNAN

16

Tanah Perkebunan Rakyat Tanah Perkebunan Negara Tanah Perkebunan Swasta Tanah Perkebunan Perorangan Total Luas

10.138 ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 10.138 ha/m2

TANAH FASILITAS UMUM Kas Desa/Kelurahan a. Tanah Bengkok b. Tanah Titi Sara c. Kebun Desa d. Sawah Desa Lapangan Olahraga Perkantoran Pemerintah Ruang Publik/Taman Kota Tempat Pemakaman Desa/Umum Tempat Pembuangan Sampah Bangunan Sekolah/Perguruan Tinggi Pertokoan Fasilitas Pasar Terminal Jalan Daerah Tangkapan Air Usaha Perikanan Sutet/Aliran Listerik Tegangan Tinggi .. 0,51 ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 1,19 ha/m2 0,15 ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 0,28 ha/m2 ... ha/m2 0,90 ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2 ... ha/m2

17

Total Luas

... ha/m2

2.5.

Sosial Budaya dan Pendidikan

2.5.1. Lembaga Adat Tabel 15 : Lembaga Adat 1. Keberadaan Lembaga Adat Pemangku Adat Kepengurusan Adat 2. Simbol Adat Rumah Adat Barang Pusaka Naskah-Naskah . 3. Jenis Kegiatan Adat Musyawarah Adat Sanksi Adat Upacara Adat Perkawinan Upacara Adat Kematian Upacara Adat Kelahiran Upacara Adat Dalam Bercocok Tanam Upacara Adat Bidang Perikanan/Laut Upacara Adat Bidang Kehutanan Upacara Adat Dalam Pengelolaan Sumber daya Alam Upacara Adat Dalam Pembangunan Rumah Upacara Adat DalamPenyelesaian Masalah/Konflik Ada Ada/Tidak Ada Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak . Ada Ada

18

2.6.

Kebersihan Lingkungan dan Kesehatan 2.6.1. Potensi Air dan Sumbr Daya Air Tabel 16 : Potensi Air dan Sumbr Daya Air Sungai Danau Mata Air Bendungan/Waduk/Situ Embung-Embung Jebakan Air 2.6.2. Sumber Air Bersih Tabel 17 : Sumber Air Bersih Jenis Jumlah (Unit) Mata Air Sumur Gali Sumur Pompa Hidran Umum PAM Pipa Sungai Embung Bak Penampung Air Hujan Beli Dari Tanki Swasta Depot Isi Ulang Sumber Lain 1142 1 20 2 Pemanfaat (KK) 21.551 20 Kondisi (Baik/Rusak) Debit: kecil/sedang/besar Volume: kecil/sedang/besar Debit: kecil/sedang/besar Volume: kecil/sedang/besar Volume: kecil/sedang/besar Volume: kecil/sedang/besar

19

2.6.3. Kebisingan Tabel 18 : Kebisingan Tingkat Kebisingan Ekses Dampak Kebisingan Sumber Kebisingan(kendar aan Bermotor, KA, Pelabuhan, Airport, Pabrik, dll) Kebisingan Tinggi Kebisingan Sedang Kebisingan Ringan Tidak Bising Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Airport Ada Efek Terhadap Penduduk

2.7.

Sarana dan Prasarana Kesehatan 2.7.1. Sarana Kesehatan Tabel 19 : Sarana Kesehatan Jumlah Dokter Umum Jumlah Dokter Gigi Jumlah Dokter Spesialis Lainnya Jumlah Paramedis Jumlah Dukun Bersalin Terlatih Bidan Perawat Dukun Pengobatan Alternatif Jumlah Dokter Praktek Laboratorium kesehatan 1 orang 1 orang

20

2.7.2. Prasarana Kesehatan Tabel 20 : Prasarana Kesehatan Rumah Sakit Umum Puskesmas Puskesmas Pembantu Poliklinik/Balai Pengobatan Apotek Posyandu Toko obat Balai Pengobatan Masyarakat 12 unit 1 unit

Yayasan/Swasta Gudang Menyimpan Obat Jumlah Rumah/Kantor Praktek Dokter Rumah Bersalin Balai Kesehatan Ibu dan Anak Rumah Sakit Mata

21

BAB III MASALAH KESEHATAN 3.1 Profil Kesehatan Masyarakat Puskesmas Gunungsari merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Barat, dengan luas wilayah mencapai 28,86 Km2. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Mataram, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batulayar dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lingsar. Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari mencakup 7 Desa merupakan kombinasi antara daerah daratan pegunungan (perbukitan) di wilayah utara, berada pada ketinggian 0 256 m di atas permukaan laut. Secara klimatologis, beriklim tropis dengan temperatur berkisar antara 22,4-31,1 C, dengan temperatur tertinggi terjadi pada bulan April dan temperatur terendah terjadi pada bulan Juli. Rata-rata kecepatan angin sebesar 25 knot dengan kelembaban udara berkisar antara 74% - 91%. Curah hujan berkisar antara 14,83 mm sampai dengan 211,4 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Juli. Grafik 1: Grafik Jumlah Penduduk Puskesmas Gunungsari

51,075

49,874 49,260

2007 2008 2009

22

Secara demografis, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari tahun 2009 mencapai 51.075 jiwa (BPS LOBAR 2009). Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari meliputi 7 Desa dan 51 Dusun. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Puskesmas Gunungsari didukung oleh sarana dan prasarana yang terdiri dari 3 unit Puskesmas

Pembantu dan 7 unit Poskesdes, serta dukungan partisipasi masyarakat dalam bentuk 55 Posyandu. Tabel 21: Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsari 2009 RATA RATA JIWA/ KK

LUAS

JUML AH

JUMLA H

JUML AH

KEPDT AN

NO

DESA

WILAY AH Dusun (km2)

PENDU DUK

KK

PENDD K (Jiwa/K m2)

2 JATI

10

SELA SESEL

2,61

5.058

1.265

1.938

A MIDA

1,69

10

10.250

2.563

6.065

3 4

NG

2,00

6.696 10.614

1.674 2.654

3.348

TAMA

6,66

12

1.594

23

N SARI GUNU NGSA 5 RI KEKA 6 IT GUNT UR MAC 7 AN 2,66 6 3.296 824 4 1.239 3,28 6 8.427 2.107 4 2.569

9,96

6.734

1.684

676

JUMLAH

28,86

51

51.075

12.769

2.490

2008

28,86

50

49.874

11.207

4,45

1.728

2007

28,86

50

49.260

11.207

4,40

1.707

24

3.2.

Keadaan Sarana Kesehatan Jika di proporsionalkan jumlah penduduk tahun 2009 dengan jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang ada, maka didapatkan hal-hal sebagai berikut: Standard Dep Kes RI perbandingan jumlah Puskesmas dengan jumlah penduduk adalah 1 : 30.000. Saat ini Puskesmas Gunungsari melayani 51.075 jiwa, berarti satu Puskesmas Gunungsari masih memenuhi persyaratan ratio ideal tersebut. Sedangkan perbandingan jumlah puskesmas pembantu (Pustu) dengan jumlah penduduk bila mengacu pada Standart Nasional dengan ratio

1: 10.000, secara kuantitatif kebutuhan jumlah Pustu di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari belum memadai, dengan 3 buah Pustu. Jumlah ini belum memadai karena masih banyak wilayah-wilayah yang masih dirasakan sulit dijangkau yang memerlukan sarana kesehatan. Jika dibandingkan dengan ratio, paling tidak jumlah pustu yang ideal yaitu 5 pustu (berarti kekurangan 2 buah pustu lagi) di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsari, dengan mempertimbangkan kepadatan penduduk di wilayah desa. Pondok Persalinan Desa (Polindes) dengan tenaga Bidan Desa adalah bentuk partisipasi masyarakat secara aktif dengan tujuan untuk membantu persalinan di desa, dengan harapan dapat mengambil alih peran dukun secara bertahap dengan pola pendampingan persalinan oleh dukun bayi, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) dapat ditekan seminimal mungkin. Bila dibandingkan dengan jumlah desa yang ada, dengan asumsi 1 Polindes untuk 1 desa, maka kebutuhkan telah tercukupi. Tetapi tidak diikuti dengan kualitas sarana kesehatan yang memadai.

25

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk masyarakat juga merupakan sarana yang kerap kali dimanfaatkan kesehatan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini jumlah Posyandu di Puskesmas Gunungsari adalah 55 buah tersebar pada tiap-tiap dusun atau Lingkungan. Pengembangan Posyandu didasarkan atas jumlah sasaran yang dilayani, bila sasaran ada di tempat yang agak jauh dari posyandu induk maka dapat dibentuk posyandu satelit dengan dukungan dari masyarakat.

26

Tabel 22 : ketenagaan Puskesmas Gunungsari

27

3.1.1

Sarana pendidikan Diwilayah puskesmas gunungsari terdapat 19 SD, 6 MI, 2 SLTP, 7 MTs, 1 SMU, 4 MA, dan 4 Pondok pesantren.

3.1.2

Pembiayaan Pembiayaan kegiatan di puskesmas Gunungsari bersumber dari dana APBD Kabupaten, Jamkesmas, Askes, Pengembalian Retribusi, APBD Propinsi dan APBN, berjumlah Rp. 660.736.900,-. Dana Jamkesmas berupa paket yang digunakan untuk membiayai kegiatan Pelayanan Dasar (termasuk obat-obatan) dan rujukan. Pelayanan Kesehatan Kebidanan (bulin, bufas dan rujukan), Revitalisasi Posyandu, jasamedis dan manajemen. Dana dapat dirinci sebagai berikut. - Jamkesmas - APBD Kabupaten - APBD Propinsi - APBN - Askes Rp. 496.810.500 Rp. Rp. Rp. Rp. 46.435.200 12.400.000 12.525.000 32.696.500 59.869.700

- Pengembalian Retribusi Rp.

28

3.2 Identifikasi Masalah 3.2.1 Upaya Kesehatan Wajib 3.2.1.1 Program KIA/KB Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu usaha dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan anak secara teratur dan terus menerus. Tujuan program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi, anak dan ibu bersalin serta menurunkan tingkat kesuburun dan fertilitas. Sedangkan tujuan

khusus dari program ini adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada ibu Antenatal Neonatus Care (ANC), Immunisasi Bayi dan ibu hamil, Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan Keluarga Berencana (KB) serta meningkatkan pelayanan bayi dan anak balita (deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak). Sasaran Program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi 0 -11 bulan anak balita 12 60 bulan, dan ibu hamil beresiko tinggi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, balita, anak pra sekolah, penyuluhan gizi dan kesehatan , immunisasi bayi dan ibu hamil serta ibu bersalin (TT), serta pencatatan dan pelaporan. 3.2.1.2 Program Gizi Tujuan program gizi adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya perbaikan gizi serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya melalui penyuluhan gizi. Pokok-pokok program gizi yang dilaksanakkan di Puskesmas Gunungsari adalah : a) UPGK ( Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga adalah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi dalam tiap keluarga
29

di Indonesia. Usaha ini bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan, pertanian, BKKBN, Toga/Toma Pengerak PKK. Tujuannya adalah agar terbina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat, timbulnya partisipasi dan pemerataan kegiatan, terwujudnya prilaku yang mendukung perbaikan gizi seluruh anggota keluarga terutama gizi balita. Adapun kegiatan pokok UPGK yaitu ; Penyuluhan gizi dan kesehatan, pelayanan gizi di posyandu, pemberian PMT , Pemulihan bagi balita gizi buruk ataupun gizi kurang seta pemanfaatan pekarangan. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk pemantauan wilayah setempat ( PWS ) Gizi adalah sebagai berikut. 1) D/S (Partisipasi Masyarakat) 2) N/D ( Pencapaian Program) 3) N/S (Cakupan Program) 4) K/S (Liputan Program) b) UPGI ( Upaya Perbaikan Gizi Institusi ) 1) Di Wilayah kerja puskesmas Gunungsari memberikan dan Tim

pelayanan gizi di Ruang Rawat Inap antara lain pemberian Diit pada pasien Diare, Hypertensi, Ispa, Ibu Nifas, dan pelayanan Gizi buruk yang di rawat baik rawat inap maupun rawat jalan. Bagi pasien Gizi buruk yang dilayani terutama dirawat jalan adalah pasien gizi buruk non klinis dalam arti pasien masih bisa dirawat jalan dengan pemberian konseling Gizi. 2) Pemantauan Status Gisi Anak Sekolah ( PSG-AS ) c) Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi ( SKPG ) d) Pencegahan dan Penanggulangan Gondok Endemik.
30

Tujuan program

adalah menurunkan prevalensi dan

mencegah timbulnya gondok, tetapi di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari tidak memberikan kapsul Yodium pada masyarakat, karena kecamatan gunungsari bukan merupakan wilayah endemik Gondok. e) Pencegahan dan Penanggulangan Akibat Kekurangan Vitamin A. Sasaran dari pemberian Vitamin A dosis tinggi yaitu bayi umur 6 - 11 bulan ( Vitamin 100.000 UI warna biru ), balita umur 12 - 60 bulan warna merah/200.000 Ui dan ibu nifas 2x 200.000 UI. f) Penanggulangan Anemia Gizi Besi (Tablet Fe). Tujuan dari pemberian tablet Fe adalah untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan menurunkan prevalensi anemia gizi pada ibu hamil dan ibu nifas. g) Pemantauan Kasus Gizi Buruk Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi atau KEP (Kurang Energi Protein) yang dialami oleh balita. Pemantauan Gizi Buruk yang dilakukan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan balita . Langkah-langkah penjaringan kasus gizi buruk yamg dilakukan di Puskesmas Gunungsari yaitu ada di dalam gedung dan di luar gedung. Penjaringan di luar gedung yaitu anak yang datang ke posyandu di timbang berat badannya kemudian hasilnya dicatat di KMS. Kalau hasil penimbangan balita tersebut berada dibawah Garis Merah (BGM), maka anak tersebut wajib diukur Tinggi Badannya, kemudian ditapis lagi dengan BB/TTB. Dari indikator BB/TB maka dapat dilihat status Gizi anak jika:

31

Hasil penentuan status gizi dengan BB/TB anak > -2 SD, anak tersebut termasuk gizi baik ( Normal )dan disertai tidak ada tanda-tanda klinis seperti gizi buruk ( KLN: M/K/MK ). Hasil penentuan status gizi dengan BB/TB anak < -3 SD, anak tersebut termasuk menderita Gizi Buruk (Kurus Sekali) dan disertai tidak ada tanda-tanda klinis seperti gizi buruk (KLN : M/K/MK). Hasil penentuan status gizi dengan BB/TB anak > -2 SD, anak tersebut termasuk gizi baik dan disertai tidak ada tanda-tanda klinis seperti gizi buruk (KLN : M/K/MK). h) Pengelolaan MP-ASI . Adapun tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak balita yang gizi kurang dan gizi buruk serta mempertahankan status gizi anak balita gizi baik. Pemberian MP Asi Pabrik ( Bubur MP-ASI dan Biskuit pada bayi umur 6 11 bulan dan balita umur 12 24 bulan .

3.2.1.3 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) dan Immunisasi. a) Program TB Suatu usaha untuk mencegah timbulnya penyakit TB Paru dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB Paru. Sasaran ditujukan kepada masyarakat umum terutama yang memiliki BTA Positif dengan kegiatan antara lain, penemuan penderita, pemeriksaan sputum, pengobatan penderita dan kunjungan rumah sehingga dapat menurunkan angka kematian dan penularan penyakit TB Paru dengan cara memutus rantai penularan sehingga penyakit TB Paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan di Indonesia khususnya di Kabupaten Lombok Barat.
32

b) Program P2 Malaria. Suatu usaha untuk mencegah timbulnya penyakit malaria dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria. Sasaran ditujukan kepada masyarakat umum dengan kegiatan antara lain, penemuan penderita, pengobatan, ACD dan PCD (Aktif dan Pasif Case Deteksion), serta kunjungan rumah. Untuk pengobatan malaria klinis harus dilaksanakan pemeriksaan laboratorium. c) Program P2 Diare Suatu usaha untuk mencegah timbulnya penyakit diare dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare. Dengan sasaran penduduk dengan angka kematian tinggi, balita dengan usia produktif dan penduduk pedesaan yang

berpenghasilan rendah. Kegiatan yang dilakukan ditujukan kepada masyarakat umum dengan kegiatan antara lain penemuan penderita,

pengobatan penderita serta kunjungan rumah serta pembentukan kader diare. d) Program P2 Kusta Suatu usaha untuk mencegah timbulnya penyakit kusta dan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kusta. Kegiatan yang dilakukan ditujukan kepada masyarakat umum dengan kegiatan antara lain penemuan penderita,

pengobatan penderita serta kunjungan rumah. e) Program P2 Demam Berdarah (DBD). Suatu usaha untuk mencegah timbulnya penyakit demam berdarah dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat demam berdarah. Kegiatan dilakukan dengan cara penyuluhan penyakit demam berdarah, pembrantasan sarang
33

nyamuk (PSN), abatisasi, survey jentik, pelacakan kasus demam berdarah, fogging (penyemprotan) nyamuk demam berdarah. f) Program P2 ISPA Suatu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Sasaran ditujukan kepada masyarakat umum dengan kegiatan antara lain; penemuan penderita melalui BP anak (MTBS) khusus balita, pengobatan penderita serta kunjungan rumah dan pembentukan kader ISPA. g) Program Immunisasi Suatu usaha pemberian kekebalan kepada seseorang agar orang tersebut kebal terhadap suatu penyakit. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada sesorang terhadap penyakit secara individu, menurunkan angka kesakitan dan kematian dan mencegah penyakit TBC, Polio, Dipteri, Pertusis, Campak dan Hepatitis. Kegiatan ditujukan pada bayi, balita , anak usia sekolah, ibu hamil, ibu nifas dan Pasangan Usia Subur.

3.2.1.4 Program Kesehatan Lingkungan Usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam kehidupan sehari-hari , dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan pemukiman sehat menuju peningkatkatan kesehatan keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain ; penyehatan air, penyehatan pembuangan kotoran (jamban dan air limbah), penyehatan perumahan dan lingkungan, penyehatan air buangan, pengawsan tempat tempat umum, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan peredaran pestisida serta pengawasan dan pengendalian dampak sampah.

34

3.2.1.5 Promosi Kesehatan (Promkes) Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan/kelompok dan masyarakat untuk menerapkan cara hidup sehat. Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sasaran program ini adalah membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), meningkatkan pengertian tentang penyakit, gaya hidup dan perilaku, meningkatkan kreatifitas dan peran serta generasi muda serta meningkatkan rasio pengeluaran pembiayaan kesehatan. Kegiatan dilakukan dengan cara penyuluhan kelompok dan umum, peningkatan peran serta masyarakat melalui posyandu, pembinaan dan bimbingan tehnis, kerjasama lintas sektoral serta pembinaan dan pengembangan dana sehat.

3.2.1.6 Pelayanan Kesehatan / Pengobatan Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan

pengobatan/pelayanan Kesehatan di balai pengobatan Puskesmas, Rawat Inap, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu maupun pengobatan Keliling (Puskel) yang diutamakan didaerah-daerah yang jauh dari sarana kesehatan, serta dilakukan upaya rujukan diagnostik, rujukan pengobatan/rehabilitatif dan rujukan lain-lain. Dengan sasaran masyarakat baik didalam maupun didalam wilayah kerja Puskesmas Gunungsari. Fasilitas Laboratorium sederhana dengan ditunjang oleh 2 tenaga lab, jenis pemeriksaan sebagai berikut: Pemeriksaan Spesimen Darah: Leucosit, LED, Diffcount, Malaria, Golongan Darah, dan Slide,
35

Pemeriksaan Urine seperti : Ph, Reduksi, Protein, Sedimen Urine, Bilirubin, PP Test., Spesimen Faeces, dan Pemeriksaan Sputum TB 3.2.2 Upaya Kesehatan Pengembangan 3.2.2.1 Program Usaha Kesehatan Sekolah Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang dijalankan di sekolah dengan melibatkan anak didik beserta lingkungannya. Bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik , menurunkan angka kesakitan anak sekolah, meningkatkan kesehatan baik fisik maupun mental serta sosial. Peserta didik mempunyai pengertian, sikap dan ketrampilan dalam melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta ikut berpartisipasi dalam Usaha Kesehatan Sekolah. Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah serta meningkatkan daya tangkal dan daya hidup terhadap pengaruh buruk narkotika, alkohol, rokok, obat berbahaya lainnya. Sasaran ditujukan kepada seluruh sekolah Taman KanakKanak, Sekolah dasar/MI, Sekolah Menengah, Pendidikan Agama, Pendidikan khusus (SLB), anak didik serta Guru-guru Olahraga dan kesehatan. 3.2.2.2 Program Kesehatan Gigi Dan Mulut Upaya Kesehatan gigi dasar yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari terutama kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut, dengan sasaran anak sekolah, kelompok ibu hamil dan masyarakat umum. Kegiatan dilakukan dengan cara pembinaan atau pengembangan pelayanan pada kelompok rawan, pelayanan medik gigi dasar serta pencatatan dan pelaporan.
36

3.2.2.3 Kesehatan Mata Upaya pelayanan kesehatan mata dengan sasaran seluruh masyarakat yang dilakukan dengan cara pelayanan kesehatan mata di balai pengobatan, skrining operasi katarak, pemeriksaan mata pada anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari.

3.2.2.4 Kesehatan Usia Lanjut (Usila) Upaya kesehatan dasar yang ditujukan kepada kelompok usia lanjut ( Usila ) umur > 45 tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara pembinaan kelompok Usila, pelayanan kesehatan di puskesmas dan di posyandu khusus Usila.

3.2.2.5 Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Jamkesmas merupakan merupakan upaya pelayanan

kesehatan dasar yang ditujukan kepada anggota kelompok masyarakat miskin dusun dimasing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari. Program Jamkesmas bekerja dalam pengelolaan kepesertaan dan pembayaran klaim pelayanan kesehatan yaitu Rawat jalan, Rawat Inap, Linakes dan Rujukan. 3.3 Prioritas Masalah & Analisis Penyebab Masalah 3.3.1 Daftar Masalah Kesehatan Dari Uraian identifikasi masalah dari tiap-tiap program di atas maka diperoleh masalah-masalah kesehatan yang dapat diangkat sebagai masalah adalah: 1. Balita BGM 2. TB paru 3. Malaria

37

3.3.2

Matriks Prioitas Masalah kesehatan Tabel 22 : Teknik Scoring KRITERIA

NO

DAFTAR MASALAH P BGM S

KUMULATIF IMPORTANCY (I) DU SB POLITIS T R

JMLH I x Tx R

1 (5,0 %) TB PARU 2 (0,1%)

10

36

10

2880

33

1056

MALARIA

31

744

Keterangan: 10 untuk masalah yang besar dan 1 untuk masalah ringan atau kecil Dari tabel teknik skoring didapatkan hasil BGM adalah 2880, TB paru berjumlah 1056 dan malaria 744. Dapat disimpulkan bahwa BGM dengan jumlah tertinggi sebanyak 2880 menjadi prioritas masalah yang dipilih.

38

3.3.3

Analisa Masalah

3.3.3.1 Pohon Masalah STATUS GIZI

ASUPAN GIZI

INFEKSI PENYAKIT

Ketersedian Pangan Rumah Tangga

Perilaku/Asuhan Ibu Dan Anak

Pelayanan Kesehatan

Kemiskinan, Pendidikan Rendah, Ketersedian Pangan, Kesempatan Kerja

Krisis Politik dan Ekonomi

39

3.3.3.2 Kerangka Konsep Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap balita BGM.

Tingkat pengetahuan Pengertian BGM Penyebab BGM Pencegahan BGM


Pemanfaatan posyandu Pemberian ASI eksklusif Penyakit sekunder Pemberian makanan tambahan (MPASI) Pola asuh Jenis pekerjaan Didalam rumah Diluar rumah Tingkat pendapatan Rendah Cukup Pelayanan tenaga kesehatan Penyuluhan Frekuensi ke yankes

B A L I T A B G M

40

Jajanan (Snack/Chiki)

B A L
Jumlah anggota keluarga

I T A B
Pengaruh lingkungan

G M

3.3.3.3 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting dalam aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan kecukupan asupan gizi akan meningkatkan derajat kesehatan sehingga mutu hidup dan

produktifitas tenaga kerja meningkat. Menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada masyarakat khususnya angka kematian pada bayi dan anak-anak, adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Kurang gizi berpengaruh terhadap 54% kasus kematian bayi dan balita di seluruh dunia (Pedoman Pengelolaan MP-ASI, Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2007). Pencapaian Indonesia Sehat 2010 program pangan dan gizi memiliki tujuan yaitu meningkatkan ketersediaan pangan dengan jumlah yang cukup serta kualitas yang memadai dan tersedia

41

sepanjang waktu yaitu melalui peningkatan bahan pangan dan penganekaragaman meningkatkan memantapkan serta pengembangan konsumsi ditingkat produksi pangan rumah olahan, untuk tangga,

penganekaragaman ketahanan pangan

meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup sehat (Depkes RI, 2003). Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara

berkembang, termasuk di Indonesia. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna meningkatkan keadaan gizinya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan suatu bangsa (Almatsier, 2003). Beragam masalah kekurangan zat gizi yang sebagian mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor penyebab keadaan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk di berbagai negara sedang

berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan jumlah produksi pangan belum mampu mengimbangi walaupun diterapkan beragam teknologi mutakhir. Disamping faktor bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan pangan yang memadai, masalah gizi timbul karena berbagai faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya (Suhardjo, 1996). Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan
42

fungsi otak dan perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut (Almatsier, 2003). Masyarakat harus mengerti bahwa anak mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka sehingga anak tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi. Kelompok anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Sediaoetama, 2000). Kondisi gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk berat badan di bawah garis merah kebanyakan disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masih tinggi + 30-40%. Kebanyakan penyakit gizi ditandai dengan berat badan dibawah garis merah pada masa bayi dan anak ditandai 2 sindrom yaitu kwashiorkor dan marasmus (Hardjoprakoso, 1986). Menurut Suhardjo, (1996) Klasifikasi keadaan berat badan balita di bawah garis merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya. Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun, dimana keadaan seperti ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti : Tingkat pendidikan ibu, Tingkat ekonomi keluarga, Latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makan, Paritas, Keadaan fisiologi. Sehingga faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase balita dengan berat badan di bawah garis merah.
43

Menurut Dep.Kes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit, kasus gizi buruk lebih cepat menarik perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata penderitaan anak seperti: sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka mudah dikenal dan dihitung karena dibawa ke rumah sakit. Keluarga dan masyarakat tidak dapat berbuat banyak bagi anak yang gizi buruk (www.bkkbn.go.id). Ibu yang mempunyai anak balita dan dengan rutin menimbang berat badan anaknya di posyandu atau di klinik-klinik kesehatan anak setiap bulan, biasanya hasil timbangannya dicantumkan pada Kartu Menujuh Sehat (KMS), berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis merah. Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau biasa disebut dengan BGM. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai warning untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi tentunya disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak seperti menurunkan kecerdasan anak.

44

Usia 0-24 bulan merupakan periode emas/ masa kritis dimana jika gizi terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya akan berjalan baik (emas), namun jika gizi tidak terpenuhi, tumbuh kembang anak selanjutnya menjadi kritis. Meskipun diberi gizi yang berlimpah pada usia di atas 2 tahun, tidak berdampak banyak pada perkembangan otak anak. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein (kwashiorkor dan marasmus). Sekitar 39.080 anak di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menderita gizi buruk, sementara jumlah anak-anak yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) tercatat 716.317 anak, hal ini menjadi cerminan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada masa mendatang. Dalam pembangunan suatu bangsa diperlukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) oleh karena itu masalah gizi harus diatasi sedini mungkin. Menurut laporan bulanan Puskesmas Gunungsari tentang penimbangan balita dari bulan Januari Juni tahun 2010 di puskesmas Gunungsari angka kejadian balita BGM mencapai 5,2%. Dan Desa Sesela memiliki angka kejadian paling tinggi dari pada desa yang lain. Berdasarkan data yang didapat, kasus BGM pada usia 8.5-59 bulan di desa sesela berjumlah 109 balita. Dari latar belakang tersebut diatas, maka kami peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya angka kejadian BGM dalam satu penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asupan Gizi Balita Terhadap Angka Kejadian BGM Di Dusun Kebon Indah, Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat Pada Bulan Januari-Juni 2010.

45

3.3.3.4 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan permasalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi balita terhadap angka kejadian Balita BGM di Dusun Kebon Indah, Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat pada bulan Januari-Juni 2010 ? 2. Bagaimana hubungan antara pola asuh ibu dan tingkat

pengetahuan tentang angka kejadian Balita BGM di Dusun Kebon Indah, Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat pada bulan Januari-Juni 2010 ? 3.3.3.5 Metode Penelitian 3.3.3.4.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode survei, wawancara, questioner dan observasi langsung dengan penelitian deskriptif-analitik. Dimana penelitian yang observasinya dilakukan terhadap variabel subjek menurut keadaan apa adanya. dan Dalam penelitian ini akan yang

mendeskripsikan

menganalisis

faktor-faktor

melatarbelakangi masih tingginya angka kejadian balita BGM. 3.3.3.4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Dusun Kebon Indah, Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 19 Juli sampai 7 Agustus 2010.

46

3.3.3.4.3. Identifikasi Variable Variabel Bebas: Tingkat Pengetahuan Ibu tentang asupan gizi Balita. Variabel Terikat: Balita dengan berat badan Bawah Garis Merah (BGM) 3.3.3.4.4. Definisi operasional Ibu Responden yang memiliki balita umur 8.5-59 bulan. Tingkat pendidikan ibu Pendidikan ibu dikelompokkan menjadi: Pendidikan rendah (buta huruf), Pendidikan sedang (tamat SD, tamat SMP). Pendidikan tinggi (tamat SMU keatas). Pengetahuan ibu tentang pengertian BGM Responden tahu tentang BGM apabila menyebutkan bahwa Balita yang ditimbang berat badannya kemudian pada KMS menunjukkan berat badan balita berada di bawah garis merah, dan sebagai warning menuju gizi buruk. Pengetahuan ibu tentang penyebab BGM Responden tahu tentang penyebab BGM apabila dapat menyebutkan: Balita kurang ASI eksklusif Balita kurang makanan bergizi

Pengetahuan ibu tentang pencegahan BGM Responden tahu tentang pencegahan BGM apabila dapat menyebutkan: Rajin memberikan ASI eksklusif Memberikan makanan yang bergizi

47

Pengetahuan ibu tentang pentingnya membawa balita ke posyandu Responden tahu tentang pentingnya membawa balita ke posyandu apabila menyebutkan: Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita Gizi Kurang atau Gizi buruk Bayi dan anak balita mendapatkan Kapsul Vitamin A Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui dapat segera di ketahui dan di rujuk ke Puskesmas dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak balita. Pengetahuan ibu tentang pengertian ASI eksklusif Responden tahu tentang ASI eksklusif apabila

menyebutkan bahwa pemberian ASI sampai 6 bulan pertama tanpa pemberian makanan tambahan (bubur, pisang dll). Pemahaman ibu tentang manfaat ASI eksklusif Responden dianggap tahu manfaat ASI eksklusif, bila dapat menyebutkan ASI eksklusif berguna untuk: Meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Meningkatkan pertumbuhan / perkembangan bayi Menjalin kedekatan psikologis antara ibu dan bayi Ekonomis dan mudah Ibu disebut:

48

a. Paham

apabila

mampu

menyebutkan

3-4

manfaat ASI eksklusif. b. Tidak paham apabila hanya dapat menyebutkan 1 atau tidak sama sekali Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan ASI (MP-ASI) Responden dianggap tahu apabila dapat menyebutkan bahwa pemberian MP-ASI setelah 6 bulan. Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan bergizi Responden dianggap tahu apabila dapat menyebutkan bahwa 4 sehat 5 sempurna (sepiring nasi+sepotong

daging+sayur secukupnya+buah+susu) Pengetahuan ibu tentang pencegahan minimal di rumah jika balita menderita diare Responden dianggap tahu apabila dapat menyebutkan: Memberi oralit Jenis pekerjaan ibu Tingkat pekerjaan ibu yaitu kesibukan di dalam rumah ataupun di luar rumah, sehingga ibu tidak ada waktu unuk memperhatikan tumbuh kembang balita dan pemberian makanan bergizi. Tingkat pendapatan keluarga Dikatakan rendah bila penghasilan <500.000,-/bulan. Dikatakan cukup bila penghasilan 500.000,-/bulan.

Penyuluhan yang didapat ibu dari tenaga kesehatan tentang balita BGM. Responden telah mendapatkan beberapa kali

penyuluhan tentang pengertian, penyebab dan dampak dari

49

BGM oleh tenaga kesehatan, baik dari kunjungan penyuluhan, balai kesehatan, seperti; posyandu, polindes, pustu, dll maupun kunjungan aktif dari ibu tersebut setelah melahirkan. Faktor Lingkungan untuk memberikan MP-ASI pada balita Saran keluarga atau kerabat, agar ibu memberikan MPASI pada balita baik pada saat setelah umur 6 bulan maupun sebelum umur 6 bulan, dalam pengertian ini lebih banyak menitikberatkan pada tingkat kepercayaan. 3.3.3.4.5. Populasi dan Sampel Subjek Penelitian Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama (Saleh Samsubar, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah semua balita usia 8.5-59 bulan di dusun Kebon Indah, Desa Sesela di wilayah kerja puskesmas Gunungsari pada bulan Januari sampai dengan Juni 2010 sebanyak 37 balita. 3.3.3.4.6. Instrumen Penelitian Untuk mengungkap data, peneliti mempersiapkan kuesioner. Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner berjumlah 17 pertanyaan, yang kemudian kuesioner akan dijawab oleh orang tua yang memiliki Balita BGM, dengan bimbingan peneliti. Kuesioner tersebut memuat pertanyaan yang keseluruhannya wajib dijawab oleh orang tua balita , yang kemudian oleh peneliti dibuat kategori baik sekali, baik, kurang dan buruk.

50

3.3.3.6 Cara kerja 3.3.3.5.1. Teknik Pengambilan Data 3.3.3.5.1.1. Observasi langsung Dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik Balita yang BGM dengan melakukan penimbangan serta mengukur tinggi badan Balita tersebut. 3.3.3.5.1.2. Wawancara Dilakukan untuk mengetahui segala faktor terkait yang ingin diteliti yang diberikan kepada orang tua yang memiliki Balita BGM . Wawancara tersebut dengan menggunakan kuesioner, yang dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengumpulkan data dalam bentuk angket. Angket yang digunakan merupakan angket terbimbing sebab peneliti memandu orang tua yang memiliki Balita BGM dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Pertanyaan dalam koesioner merupakan pertanyaan campuran. 3.3.3.5.1.3. Analisa data Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, di mana tujuan dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti. Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi: 1. Editing yaitu pekerjaan memeriksa data yang masuk seperti memeriksa kelengkapan

51

pengisian kuesioner, kejelasan jawaban dan keseragaman suatu pengukuran. 2. Koding yaitu suatu kegiatan memberi tanda atau kode tertentu terhadap data yang telah diedit dengan tujuan mempermudah

pembuatan tabel. 3. Entri yaitu suatu kegiatan memasukkan data yang telah ditetapkan. 4. Analisis yaitu pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 3.3.3.6. Hasil dan Analisi Masalah Tabel 23 : sebelum penyuluhan
Tingkat pengetahuanResponden Cumulative Frequency Valid baik sekali baik kurang buruk Total Missing Total System 1 3 24 9 37 39 76 Percent 1.3 3.9 31.6 11.8 48.7 51.3 100.0 Valid Percent 2.7 8.1 64.9 24.3 100.0 Percent 2.7 10.8 75.7 100.0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden (ibu yang memiliki balita BGM), yang memiliki tingkat pengetahuan baik sekali sebanyak 1 orang (2,7%), berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (8,1%), berpengetahuan kurang sebanyak 24 orang (64,9%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 9 orang

52

(24,%). Adapun keadaan tersebut dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut: Grafik 2 : tingkat pengetahuan responden

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa presentasi baik sekali sebanyak 2.70%, baik sebanyak 8.10%, kurang sebanyak 64.86%, dan buruk sebanyak 24.32%

53

Tabel 24 : Hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan berat badan balita bawah garis merah (BGM)
Correlations Tingkat pengetahuanRes ponden Tingkat pengetahuanResponden Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Berat Badan Balita Ibu Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 37 -.345
*

Berat Badan Balita Ibu

-.345

.037 37 1

.037 37 37

Dari tabel korelasi antara nilai pengetahuan dengan berat badan balita BGM di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,037, yang berarti kurang dari nilai derajat kesalahan sebesar 0,05 yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan berat badan balita BGM tahun 2010 di Dusun Kebon Indah, Desa Sesela. Jika dilihat dari tabel korelasi diatas, nilai korelasinya adalah negatif, yang artinya hubungan korelasi antara tingkat pengetahuan dan Berat Badan balita BGM adalah tidak searah. Yaitu semakin rendah tingkat pengetahuan responden maka semakin tinggi jumlah berat badan balita bawah garis merah (BGM) di Dusun Kebon indah.

54

3.3.3.7. Alternatif Pemecahan Masalah Tabel 25 : Alternatif Solusi MASALAH PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF SOLUSI Tingginya Angka Kejadian BGM Karena Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Rendah 2. Asupan makanan yang kurang bergizi (snack) 1. Pendapatan keluarga yang rendah 1. Meningkatkan pendapatan keluarga dengan memberikan kursus usaha RT 2. Meningkatkan asupan makanan 3. Tingkat pengetahuan bergizi (kelas gizi)

ibu tentang BGM yang 3. Meningkatkan rendah pengetahuan ibu tentang BGM dengan melakukan 4. Kepercayaan (faktor lingkungan) 4. Mengubah paradigma masyarakat tentang kepercayaan memberikan MPASI < 6 bulan penyuluhan

55

Tabel 26 : Prioritas Solusi DAFTAR ALTERNATIF EFEKTIFITAS EFISIENSI P =M x I x V SOLUSI Meningkatkan pendapatan 1 keluarga dengan memberikan kursus usaha RT Meningkatkan asupan makanan bergizi (kelas gizi) Meningkatkan pengetahuan 3 ibu tentang BGM dengan melakukan penyuluhan Mengubah paradigma 4 masyarakat tentang kepercayaan memberikan MP-ASI < 6 bulan 3 3 2 4 4.5 5 5 5 5 25 2 2 3 2 6 M I V C C

No

21.3

Dari tabel prioritas solusi didapatkan hasil untuk alternative solusi pertama yaitu meningkatkan pendapatan keluarga dengan memberikan kursus usaha RT (Rumah Tangga) berjumlah 6, alternative solusi kedua yaitu meningkatkan asupan makanan bergizi (kelas gizi) berjumlah 21.3, alternative solusi ketiga yaitu meningkatkan pengetahuan ibu tentang BGM dengan melakukan penyuluhan berjumlah 25 dan alternative solusi
56

keempat yaitu mengubah paradigm masyarakat tentang kepercayaan memberikan MP-ASI < 6 bulan berjumlah 4.5. Jadi dapat disimpulkan yang menjadi alternative solusi karena memiliki nilai tertinggi yaitu berjumlah 25 adalah meningkatkan pengetahuan ibu tentan BGM dengan melakukan penyuluhan.

57

BAB IV BENTUK INTERVENSI 4.1. Program Kegiatan Intervensi Kesehatan 4.1.1. Nama Dan Tema Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dimana penyuluhan ini bertemakan Sayangilah Anak Dengan Memberikan Makanan Sehat Dan Bergizi.

4.1.2. Tujuan Kegiatan Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Balita BGM sehingga dapat memperbaiki pola asuh dan asupan gizi makanan pada Balita BGM agar tidak terjadi Gizi Buruk.

4.1.3. Manfaat Kegiatan 1. Bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BGM dan pola asuh orang tua terhadap balita BGM yang nantinya akan mengurangi kejadian BGM di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari. 2. Bagi puskesmas Membantu penemuan kasus BGM di wilayah kerja puskesmas Gunungsari dan membantu mengurangi angka kejadian BGM diwilayah kerja Puskesmas Gunungsari. 3. Bagi mahasiswa Menambah pengalaman dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh semasa kuliah.

58

4.1.4. Waktu Dan Tempat Penyuluhan ini akan dilaksanakan pada : Hari/tanggal Waktu Tempat : Kamis, 5 Agustus 2010 : !6.00 WITA- selesai : Desa Sesele,Dusun Kebon Indah

4.1.5. Sasaran Sesuai dari data Puskesmas Gunungsari kasus Balita BGM terbanyak berada di Desa Sesele tepatnya di Dusun Kebon Indah. Untuk itu sasaran kegiatan ini ditujukan kepada warga di Dusun Kebon Indah dengan jumlah undangan sebanyak 37 orang. Jadi total sasaran kegiatan penyuluhan ini sebesar 37 orang yang memiliki Balita BGM.

4.1.6. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini di bawah bimbingan Puskesmas Gunungsari Sedangkan persiapan teknis dilaksankan oleh mahasiswa KKL FK UNIZAR dimanan susunan acara terlampir. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah sebagai berikut : a. Pemutaran video tentang dampak BGM b. Penyuluhan tentang BGM Penyuluhan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang balita BGM dan sasaran Ibu-ibu yang memiliki balita BGM, menggunakan power point dan lembar bolak balik ASI eksklusif. Power point membahas tentang BGM dan makanan 4 sehat 5 sempurna.

59

c. Menjelaskan contoh makanan bergizi Contoh makanan bergizi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang makanan bergizi, menggunakan alat peraga dan contoh masakan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri atas nasi, telur puyuh, tempe & tahu, serta sayur sup. d. Memberikan makanan bergizi Makanan bergizi yang diberikan adalah Susu SGM yang disesuaikan berdasarkan umur, Roti marie, Wafer tanggo dan Biskuat bolu. 4.1.7. Alat dan Bahan Penyuluhan Adapun alat dan bahan yang kami gunakan untuk mengadakan penyuluhan ini adalah : Poster tentang Balita BGM LCD dan Laptop Powerpoint materi tentang Asupan Gizi,Makanan 4 sehat 5 sempurna dan pentingnya ASI ekslusif. Soal pre test dan post test

4.1.8. Estimasi Biaya Total biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan ini sebesar Rp. 1.438.500 rincian anggaran dana terlampir.

60

4.2. Pelaksanaan dan Pembahasan Kegiatan Intervensi Kesehatan 4.2.1. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan 1. Persiapan Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan ini adalah mempersiapkan tempat, sarana dan prasarana demi kelangsungan penyuluhan ini. Untuk memperoleh sarana dan prasarana tersebut selain dengan usaha sendiri, kami juga mendapat banyak bantuan dari pihak puskesmas Gunungsari dan juga dari kepala Dusun Kebon Indah dan pendampig desa serta Kader yang telah membantu dalam hal mempersiapkan tempat dan peralatan yang dibutuhkan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penyuluhan tentang Balita BGM dilakukan pada hari Kamis, 5 Agustus 2010, pada pukul 16.00 sampai selesai. Penyuluhan tersebut dilakukan oleh Mahasiswa KKL Universitas Islam-Al azhar dengan bimbingan pemegang program Gizi dan pemegang program IKM dan program Kesehatn Lingkungan serta bimbingan dari dosen pembimbing, yang dilaksanakan di Dusun Kebon Indah, kepada para orang tua yang memiliki Balita BGM. Adapun susunan acara dari pelaksanaan kegiatan ini telah kami cantumkan dalam lampiran. 4.2.2. Monitoring Dari monitoring pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang kami lakukan, secara umum masyarakat memperhatikan dengan seksama materi yang diberikan dan juga antusiasme masyarakat sangat besar dalam mengikuti kegiatan penyuluhan ini. Terbukti dari sikap peserta yang berebut menjawab pertanyaan yang kami ajukan sambil memberikan penyuluhan. Adapun pertanyaan yang kami ajukan adalah :
61

1. Apa penyebab BGM ? 2. Apa manfaat ASI eksklusif ? 3. Apa yang termaksud dalam makanan 4 sehat 5 sempurna ? 4. Apa manfaat buah dan sayuran? Untuk peserta yang dapat menjawab dengan benar kami memberikan penghargaan dengan memberikan beberapa hadiah seperti cerek, rantang, manngkok dan hadiah lainnya Hal ini juga tidak luput karena peran serta Kepala Dusun, Pendamping Desa serta para Kader yang sangat jalannya acara penyuluhan ini. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah saat pelaksanaan pre test dan post test, kebanyakan masyarakat sekitar tidak bisa baca tulis dan berbahasa indonesia. Namun kami bisa mengatasi kesulitan tersebut karena mendapat bantuan dari Kepala Dusun, Pendamping Desa serta kader untuk membantu menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang maksud dari pertanyaan yang diajukan sehingga peserta dapat menjawab pertanyaan tersebut. 4.2.3. Pembahasan Kegiatan penyuluhan yang kami lakukan di Dusun Kebon Indah, bertema sayangilah anak dengan memberikan makanan sehat dan bergizi, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang BGM yang merupakan sebuah kasus yang dapat berlanjut menjadi kasus gizi buruk dan dapat memberikan dampak buruk terhadap tumbuh kembang anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami memberikan materi penyuluhan yang berbeda-beda yang disampaikan oleh 3 orang penyuluh dari kelompok kami. membantu

62

Penyuluh

pertama

dengan

menggunakan

power

point

memberikan materi sebagai berikut : 1. Definisi BGM Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Balita dengan BGM ini adalah indikator untuk memantau status pertumbuhan balita dengan pola pertumbuhan normal, yaitu anak sehat adalah bertambah umur bertambah berat badan, namun jika anak berada pada BGM maka diperlukan tindakan kewaspadaan warning agar anak tidak mengalami menderita gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi serta perhatian pada pola asuh agar lebih ditingkatkan

(http://www.mdgspolman.org/2009/09/definisi-dan-konseppresentasi-balita-dengan-bgm/). 2. Penyebab BGM Asupan gizi yang kurang: 1. Tidak di berikan asi eksklusif 2. Kurang makanan bergizi Pola Asuh/Perilaku Ibu Dan Anak Yang Kurang Baik (contohnya mengkonsumsi jajanan atau snack) Terserang Penyakit Infeksi

3. Dampak BGM. Bisa menjadi gizi buruk (marasmus, kwarsiokor) Rentan terhadap penyakit karena daya tahan tubuh berkurang. Tumbuh kembang anak kurang baik Tingkat kecerdasan anak kurang Kematian

63

4. Pencegahan BGM Rajin memberikan ASI eksklusif Rajin menimbang balita ke posyandu Memberikan makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna) pola asuh yang baik (kurangi snack anak)

Penyuluh kedua dengan menggunakan lembar bolak balik memberikan materi sebagai berikut : 1. Definisi ASI ekslusif ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan tambahan (MP- ASI) dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat (Depkes RI 1997) 2. Manfaat ASI ekslusif a. Manfaat untuk Ibu : Melindungi kesehatan Ibu (mengurangi perdarahan post partum, mengurangi terjadinya anemia, mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara) Hubungan psikologis (psikis dan emosional) yang lebih erat antara ibu dan bayi. Dengan menyusui maka kesuburan Ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan (KB alamiah) Mengecilkan rahim karena dengan menyusui rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian ke ukuran semula. Tubuh lebih cepat kembali ke bentuk semula melahirkan Lebih ekonomis Tidak merepotkan dan menghemat waktu Memberikan kepuasan bagi ibu

64

b. Manfaat untuk Bayi : Banyak manfaat dari ASI, khususnya ASI eksklusif yang dapat diperoleh bayi: b. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yag sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai dengan 6 bulan. c. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi ASI berisi cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi parasit, bakteri, virus, maupun jamur. d. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan bayi e. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang berada dalam dekapan ibu ketika menyusui akan merasakan lebih kasih sayang dari ibu. Bayi akan merasa aman dan tentram, terutama ketika menyusui bayi mendengar detak jantung ibu yang sudah sehari-hari didengar ketika dalam kandungan 3. Kebutuhan ASI bayi Rata-rata bayi memerlukan 150 ml susu per kilogram BB perhari, sehingga bayi dengan BB 3,5 Kg memerlukan 525 ml sehari, bayi 5 Kg memerlukan 750 ml, dan bayi 7 Kg memerlukan 1 L per hari. Apabila bayi mengikuti garis pertumbuhan normalnya selama 6 bulan pertama maka kebutuhan susu 15 L (Savage, 1991:30). 4. Lama Menyusui Ibu selalu dinasehati untuk menyusui selama 3-5 menit dihari-hari pertama dan 510 menit dihari-hari selanjutnya. Namun demikian, pengisapan

65

oleh bayi biasanya berlangsung lebih lama antara 1525 menit (Winarno F.G, 1990:78). 5. waktu pemberian MP-ASI. Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi, makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat zat gizi yang terkandung didalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan MPASI bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Diah Krisnatuti, Ririn Yenrina, 2000:14). Sedangkan penyuluh ketiga memberikan materi menggunakan power point tentang makanan 4 sehat 5 sempurna dengan materi sebagai berikut : 1. Komponen makanan 4 sehat 5 sempurna dan fungsinya : Empat Sehat Lima Sempurna adalah terdiri dari berbagai unsur makanan yang biasa dimakan orang setiap hari, yaitu : Makanan Pokok Makanan utama berfungsi sebagai sumber tenaga bagi tubuh untuk dapat mampu malakukan aktifitas sehari-hari. Contohnya seperti nasi, jagung, oat, kentang, gandum / tepung terigu, serta umbi-umbian lainnya. Lauk-Pauk Lauk pada makanan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pembangun pada tubuh. Misalnya yaitu tempe, tahu, telur, daging, ikan, dan lain-lain.

66

Sayur-Mayur Sayur-sayuran pada makanan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pengatur pada tubuh. Contoh : Kangkung, bayam, terong, tomat, cabe, kacang panjang, kol gepeng, labu siam, dan lain sebagainya.

Buah Mirip dengan sayur mayur, buah-buahan pada makanan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan zat pengatur pada tubuh. Contohnya yakni apel, manggis, markisa, kesemek, salak pondoh, duren, dan lain sebagainya.

Susu Susu sebagai pelengkap di mana tidak ada kewajiban atau keharusan kita untuk mengkonsumsi atau meminumnya. Namun tidak ada salahnya jika kita minum susu setelah makan, karena mengandung berbagai macam kandungan zat yang berguna dan baik bagi tubuh kita.

4.2.4.

Evaluasi Evaluasi yang diberikan setelah dilakukan penyuluhan pada orang tua yang memiliki Balita BGM berupa pre test dan post test, sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui apakah peserta sudah mengerti dan memahami tentang materi yang disampaikan. Selain itu, evaluasi keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat dari antusiasnya peserta saat sesi diskusi untuk bertanya. Hal ini menunjukkan keingin tahuan dan untuk merubah pola asuh sangat besar dan antusias peserta dapat di lihat saat sesi untuk menjawab pertanyaan dengan pembagian hadiah. Banyak peserta yang ingin menjawab pertanyaan dan kebanyakan

67

jawaban yang diutarakan sesuai dengan harapan dan sesuai dengan materi yang disampaikan saat penyuluhan. Sedangkan indikator atau tolak ukur keberhasilan penyuluhan yang diberikan adalah bertambahnya pengetahuan peserta tentang Balita BGM dan pola asuh yang baik yang nantinya akan direalisasikan dan diterapkan langsung dalam kehidupan sahari-hari. Dari hasil pre test didapatkan sebanyak 1 orang yang memiliki pengetahuan baik sekali, 3 orang berpengetahuan baik, 24 orang berpengetahuan kurang, sedangkan sebanyak 9 orang berpengetahuan buruk. Dan post test yang dilakukan setelah penyuluhan, hampir semua responden masuk dalam pengetahuan baik. Sebanyak 10 orang berpengetahuan baik sekali, 20 orang berpengetahuan baik dan 7 orang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa penyuluhan yang dilakukan telah berhasil meningkatkan pengetahuan para orang tua yang memiliki balita BGM sesuai dengan hasil yang diharapkan. Adapun hasilnya dapat dilihat dari tabel dan grafik dibawah ini: Tabel 27 . Perbandingan hasil pre test dan post test Kriteria Pre Test Jumlah Baik sekali Baik Kurang Buruk Total 1 3 24 9 37 Persentase 2,7 % 8,1 % 64,9 % 24,3% 100% Post Test Jumlah 10 20 7 37 Persentase 27,0% 54,1% 18,9% 100%

68

Grafik 4 : hasil pre test

Grafik 5 : hasil post test

69

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Enam program upaya kesehatan wajib yang ada di Puskesmas Gunungsari yaitu KIA, Gizi, P2P dan Imunisasi, Kesling, Promkes, Pelayanan Kesehatan atau pengobatan. Dan lima program Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu UKS, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Mata, Kesehatan Usia Lanjut, JAMKESMAS. 2. Prioritas Masalah kesehatan yang ditemukan di Puskesmas Gunungsari adalah : a. Balita BGM (Bawah Garis Merah) b. TB paru c. Malaria Dari ketiga masalah tersebut, prioritas masalah yang kami ambil adalah masalaha BGM. Dari pengambilan data primer atau penelitian yang kami lakukan dalam bentuk kuesioner didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi balita berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian balita BGM. 3. Hasil intervensi Berdasarkan hasil post test didapatkan hasil yang memuaskan. Dari 37 responden 27,02% baik sekali, 54,05% baik, 18,91% kurang dan tidak didapatkan hasil yang buruk, maka .terjadi peningkatan pengetahuan dibandingkan hasil pre test. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan yang

70

kami lakukan mampu meningkatkan pengetahuan tentang balita yang nantinya kami harapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pola asuh orang tua yang baik agar terhindar dari BGM. 5.2. Saran 1. Bagi Puskesmas Hendaknya lebih sering melakukan penyuluhan tentang gizi khususnya pada kasus balita BGM ke dusun-dusun untuk

mengantisipasi terjadinya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari, semoga laporan hasil kegiatan kami dapat membantu meningkatkan kinerja Puskesmas Gunungsari 2. Bagi pemerintah Hendaknya memperbaiki perekonomian dalam ketersediaan pangan untuk mencegah tingginya angka kejadian Balita BGM 3. Bagi Masyarakat Hendaknya masyarakat, khususnya orang tua untuk

memperhatikan pola asuh dan asupan gizi balita dengan memberikan makanan 4 sehat 5 sempuirna serta mengurangi pemberian snack yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak.

71

You might also like