You are on page 1of 3

Kurikulum Tersembunyi

~ HIDDEN eurrieulum (HC) atau kurikulum tersembunyi merupakan sebuah penyampaian


ilmu pengetahuan menggunakan cara berpikir "metafor", analogis di luar "pagar-pagar" kompetensi
dasar, kepada anak didik secara tersembunyi yang disampaikan di sela-sela penyampaian materi
atau sebelum melangkah ke materi pokok, Muatan materi yang hendak disampaikan tidak harus
bersubstansi sama dengan yang termaktub dalam silabus.
Bisa juga HC dipakai sebagai jembatan di ruang kelas (belajar-mengajar) antara kom-
petensi dasar, materi standar, dengan silabus. Misalnya, ketika guru fisika hendak memberikan
pengetahuan tentang moral. tata nilai yang dianut masyarakat "beradab" sebelum mengajar materi
pokok, guru bercerita tentang perilaku menyimpang yang baru saja dijumpai di lapangan atau dari
bacaan. film. dan sebagainya.'Tentu saja itu disampaikan dengan gaya tutur yang jauh dari sifat
menggurui dan seperti khotbah.
HC disampaikan sekitar tujuh menit sebelum ke topik materi. Lebih membekas di hati
murid jika guru bisa mengolaborasikan HC dengan fisika.
Di samping untuk memasukkan ajaran-ajaran moral di sela-sela penyampaian "ilmu ke-
ras" dan"elite" (IPA), bisa pula digunakan sebagai alat mencairkan suasana dalam ruang kelas.
Dengan demikian, ketika menerima materi fisika, anak didik berada dalam suasana yang tidak
tegang, tapi amat menyenangkan.
Persoalan sulitnya mewujudkan mutu pendidikan di Indonesia disebabkan para penve-
lenggara pendidikan melupakan anak didik. Mereka hanya terfokus pada persoalan-persoalan
kekaguman terhadap kecanggihan manajemen sekolah, kurikulum, sertifikasi guru (padahal
selembar sertifikat bukan jampi-jampi bimsalabim dan tidak berkorelasi positif yang intrinsik
dengan profesionalitas guru), internetisasi, atau komputerisasi.
Sangat jarang ada yang menoleh dan berpikir: untuk siapa pendidikan ini? Untuk
kepentingan politik, kepentingan ekonomi, atau "murni" kepentingan anak didik?
Jika guru memutuskan secara ikhlas meningkatkan mutu pendidikan anak didik, yang
pertama sudah tentu segala daya dan upaya dicurahkan agar anak bisa menyerap pengetahuan
yang diberikan. Kedua, bagaimana cara (metode) penyampaian guru dan bagaimana agar anak
didik menerima kehadiran guru di kelas bukan sebagai sosok yang menakutkan serta
membosankan.
Ketiga. seberapa dalam pengetahuan guru tentang tahap-tahap ilmu pengetahuan, mulai
sensasi hingga ilmu pengetahuan itu tersimpan di storage-memory anak didik. Terakhir, seberapa
banyak data di storage-memon• guru dan seberapa banyak buku maupun fenomena alam yang
dibaca guru.
Pengetahuan tentang mekanisme bagaimana manusia itu bisa menganalisis, kemudian
mengambil kesimpulan (proses berpikir) mutlak diperlukan guru yang betul-betul berusaha
meningkatkan mutu pendidikan anak. HC didasari oleh kepedulian terhadap anak didik, dilanjutkan
memikirkan dan mencari i metode penyampaian, kemudian berusaha ~ memahami proses berpikir
tersebut.
Terakhir, kunci semua usaha meningkatkan mutu pendidikan adalah guru yang memiliki
minat baca tinggi. Tanpa itu, guru tidak akan bisa menyampaikan apa-apa kepada murid karena
gudang memorinya (storage memorv) hanya berisi itu-itu saja.
Tahap-tahap pengambilan keputusan, atau dikenal dengan hasil berpikir, dimulai dari
sensasi, stimuli, persepsi, disonansi kognitif, masuk dan disimpan ke dalam storage memory, baik
disimpan dalam jangka panjang (long-term memory ) maupun dalam jangka pendek (short-term
memory). Dalam tulisan ini, tidak mungkin diuraikan satu per satu. Tapi, untuk memberikan
gambaran tentang sistematika itu dengan jelas, storage memory dianalogikan sebuah kulkas.
Kulkas yang masih kosong itu kita isi dengan sebiji apel. Keesokannya, ketika mem,:buka
kulkas dan hanya mendapati hanya sebuah apel, kita pun protes keras. Kita bertanya, mana
duriannya? Tentu saja tidak ada karena kemarin kita hanya menyimpan sebuah apel. Begitupun
dengan storage memory manusia yang bergantung pada seberapa banyak bacaan kita. Sesudah
itu, seberapa banyak kita mengisi pengetahuan ke dalam storage memory murid-murid kita.

Pe nutup
Membicarakan mutu pendidikan di Indonesia dan meningkatkantrya, tidak cukup hanya
dengan sering merenovasi, mengganti warna cat, meredesain interior dan eksterior "etalase
pendidikan",'sementara di dalamnya tidak ada barang-barangnya. Sarana dan prasarana, sarana,
anggaran, sertifikasi guru, tunjangan guru, serta guru profesional hanya seperangkat jalan
pendidikan, bukan tujuan pendidikan.
Anak adalah tujuan pendidikan. Baik-buruk, bermutu atau tidak, itu sangat bergantung
pada kreativitas, improvisasi, sera inovasi guru dalam belajar-mengajar. HC sangat dianjurkan
dalam belajar-mengajar. Berdasar pengalaman empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui
hidden curriculum ternyata lebih banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan nyata
dibandingkan dengan yang lain.
Pertama, HC adalah alat dan metode untuk menambah khazanah pengetahuan anak
didik di luar materi yang tidak termasuk dalam pagar-pagar silabus seperti budi pekerti, sopan
santun, menciptakan dan menimbulkan sikap apresiatif terhadap kehidupan lingkungan.
Kedua, HC berfungsi sebagai pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan
terhadap guru jika disampaikan dengan gaya tutur serta keanekaragaman pengetahuan guru.
Guru yang disukai murid merupakan modal awal bagi lancarnya belajar-mengajar dan merangsang
minat baca anak didik.
HC bisa disampaikan dan dipraktikkan oleh siapa saja, baik guru IPA maupun IPS. Tapi,
dengan syarat, guru harus suka membaca (selain silabus). Dengan membaca, informasi, data,
atau pengetahuan di storage memory guru menjadi lebih banyak daripada isi memori murid.
Kemudian, pengetahuan itu (tidak hanya materi pokok) akan mengisi dan menambah data di
storage memory anak didik melalui hidden curriculum.
Guru profesional dan berkualitas adalah guru yang ikhlas mendidik serta mengajar
dengan menyertakan pedagogi kasih sayang, guru yang selalu membaca ayat-ayat (tanda-tanda)
baik membaca kitab suci, buku, maupun membaca alam, yang selanjutnya akan mengisi gudang
memorinya. Jika itu semua dilaksanakan dengan penuh kesadaran, usaha-usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukan lagi pernyataan hipokrit yang selalu
berdengung selama ini. (JP, 11/2/2008)

You might also like