You are on page 1of 32

Asuhan Keperawatan penyakit Kronik dan Terminal

Elvi Oktarina

Pengertian

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999)

respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
Fase

Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Kematian terjadi bila: Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti

Tanda-tanda Kematian
1.

Dini:
Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi) Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba Kulit pucat Tonus otot menghilang dan relaksasi Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan penyiraman air)

2. Lanjut (Tanda pasti kematian) Lebam mayat (livor mortis) Kaku mayat (rigor mortis) Penuruna suhu tubuh (algor mortis) Pembusukan (dekomposisi) Adiposera (lilin mayat) Mumifikasi

Perawatan Setelah Kematian

Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah kerusakan jaringan atau perubahan bentuk tubuh (setelah kematian tubuh akan mengalami perubahan fisik) Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka dala melewati masa berduka Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat klien Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin

Tujuan askep terminal

Mempertahankan hidup

Meringankan dan mempertahanka n kenyamanan selama mungkin

Menurunkan stress

kematian

proses dari kehidupan

perasaan nyeri dan takut

keluarga berduka, klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.

tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga

pasien ,keluarga, merawat dan mengurusnya

Jenis-Jenis penyakit terminal


1.Penyakit-penyakit kanker. 2.Penyakit-penyakit infeksi. 3.Congestif Renal Falure (CRF) 4.Stroke Multiple Sklerosis. 5.Akibat kecelakaan fatal. 6.AIDS.

Fisik (Tanda dan Gejala)


Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan ujung jari.

Penglihatan mulai kabur.

Klien kadangkadang kelihatan rasa nyeri.

Aktivitas dari GI berkurang.

Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.

Klien dapat tidak sadarkan diri.

Reflek mulai menghilang.

Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.

Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun.

penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.

Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan

Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

Psikologis Respon kehilangan (E. Kubler Ross)

Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.

Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor.

Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis.

Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti tidak mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini umum dilontarkan klien.

Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang atau lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi terminal.
Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kematian. Seperti Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan.

Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk klien merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan menyendiri. Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa.

Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.

Sosial-Spiritual
Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.

Takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup

Faktor-faktor yang perlu dikaji


a. Faktor Fisik perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik dan respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan dalam pemeliharaan diri yang terjadi pada klien

Faktor Psikologis

Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain antara lain : ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien membutuhkan dukungan sosial bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.

Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien Terminal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitif terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

Diagnosa Keperawatan

Nutrisi tidak terpenuhi berhubungan dengan intake/asupan tidak adekuat Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi Potensial terjadi kecelakaan fisik berhubungan dengan kelemahan Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketidakmampuan pasien menerima keadaannya Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kematian Depresi berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian

Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien terminal

mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien. Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :
Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari Mempertahankan harapan Mencapai kenyamanan spiritual Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna Membantu klien menerima kehilangan

Konseling dalam perawatan pasien terminal


a. Peningkatan Kenyamanan. pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. (ex. Kanker)

Pemeliharan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif dan perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah.
Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal.

Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol gejala ketimbang pengobatan penyakit.

Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan. tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung keluarga.

Klien dan keluarga berpartisipasi dalam perawatan

Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.

Peningkatan Ketenangan Spiritual

Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik, pengampunan, cinta diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga.

Dukungan untuk keluarga yang berduka

Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga

DOKUMENTASI PADA PASIEN TERMINAL Tujuan :

a. memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil observasi kesehatan klien ke tim kesehatan lainnya. b. Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien yang lebih spesifik c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan

Prinsip Aspek Legal dan Etik

Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah dokumen legal.

You might also like