You are on page 1of 0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil
pembuahan (yaitu janin yang viabel, plasenta dan ketuban) dari dalam uterus lewat
vagina ke dunia luar. Normalnya proses ini berlangsung pada suatu saat ketika
uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin sudah cukup mature untuk
dapat hidup diluar rahim tapi masih cukup kecil untuk dapat melalui jalan lahir.
8)
Proses persalinan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Kala Satu merupakan stadium dilatasi serviks. Kala satu berlangsung dari
onset persalinan hingga dilatasi serviks yang lengkap. Durasi rata-rata kala
satu adalah 10-12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada multipara.
8)
2. Kala dua berlangsung dari dilatasi lengkap serviks hingga kelahiran janin.
Kala dua berlangsung selama rata-rata tiga perempat hingga satu jam pada
primigravida dan sekitar 15-30 menit pada multipara.
8)
3. Kala tiga merupakan stadium pelepasan dan pelahiran plasenta. Proses
pelahiran plasenta ini menghabiskan waktu lima menit hingga setengah jam
dengan kontraksi uterus yang terjadi setiap 2-3 menit sekali.
8)

B. Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
1. Power
Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-
otot rahim ditambah kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot
perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan.
8)
2. Passage
J anin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina sebelum
dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi tekanan atau
resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
8)
3. Passenger
Adalah jalan lahir janin dan bagian janin yang paling penting (karena
ukurannya paling besar) adalah kepala janin.
8)

C. Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan merupakan keadaan yang mengancam jiwa ibu atau
janin karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan.
Dari hasil Assesment Safe Motherhood di Indonesia pada tahun 1990 /
1991 menyebutkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan
terjadinya komplikasi persalinan :
10)
1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil.
2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang.
3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini
masih kurang.
4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya
mampu melaksanakan deteksi risiko tinggi sedini mungkin.
5. Belum semua Rumah Sakit Kabupaten sebagai tempat rujukan dari puskesmas
mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan fungsi obstetrik
esensial.
Komplikasi persalinan terdiri dari persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau
sepsis, perdarahan, ketuban pecah dini (KPD), malpresentasi dan malposisi janin,
pre-eklampsia dan eklampsia.
8)
1. Persalinan macet
Pada sebagian besar penyebab kasus persalinan macet adalah karena tulang
panggul ibu terlalu sempit atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah
dilintasi kepala bayi pada waktu bersalin. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas uterus sehingga berpengaruh terhadap lamanya
persalinan kala satu adalah :
8)
a. Umur
b. Paritas
c. Konsistensi serviks uteri
d. Berat badan janin
e. Faktor psikis
f. Gizi dan anemia
2. Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau sobekan uterus merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan kadang-kadang terjadi pada
kehamilan terutama pada kehamilan trimester dua dan tiga. Robekan pada
uterus dapat ditemukan oleh sebagian besar pada bawah uterus. Pada robekan
ini kadang-kadang vagina bagian atas ikut serta pula.
8)
3. Infeksi atau sepsis
Wanita cenderung mengalami infeksi saluran genital setelah persalinan dan
abortus. Kuman penyebab infeksi dapat masuk ke dalam saluran genital
dengan berbagai cara, misalnya melalui penolong persalinan yang tangannya
tidak bersih atau menggunakan instrumen yang kotor. Infeksi juga berasal dari
debu atau oleh ibu itu sendiri yang dapat memindahkan organisme penyebab
infeksi dari berbagai tempat, khususnya anus. Pemasukan benda asing ke
dalam vagina selama persalinan seperti jamur, daun-daunan, kotoran sapi,
lumpur atau berbagai minyak, oleh dukun beranak juga merupakan penyebab
infeksi. Akibatnya infeksi menjadi salah satu penyebab kematian ibu di negara
berkembang dan infeksi ini ternyata tinggi pada abortus ilegal.
1)
4. Malpresentasi dan malposisi
Adalah keadaan dimana janin tidak berada dalam presentasi dan posisi yang
normal yang memungkinkan terjadi partus lama atau partus macet. Diduga
malpresentasi dan malposisi kehamilan akan mempunyai akibat yang buruk
jika tidak memperhatikan cara dalam melahirkan. Pada kelahiran kasus ini
harus ditangani di Rumah Sakit atau Pelayanan kesehatan lain yang
mempunyai. fasilitas yang lebih lengkap dan sebaiknya anestesia telah
disediakan dan kemampuan untuk melakukan sectio caesaria harus sudah ada
di tangan.
1)
5. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan disertai keluarnya
cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu, 1 jam atau
lebih sebelum proses persalinan berlangsung.
8)
Penyebab pecahnya selaput ketuban secara pasti belum diketahui, tetapi
beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang
menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, dan KPD pada
trimester kedua mungkin disebabkan oleh serviks yang tidak lagi mengalami
kontraksi.
8)
6. Pre-eklampsia dan eklampsia
Di Indonesia, eklampsia (disamping perdarahan dan infeksi) masih merupakan
sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. oleh
karena itu, diagnosisi dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat
pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma
pre-eklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita hamil, sehingga tanpa disadari
dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia.
3)

D. Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama kehamilan
sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, yang disebabkan atau dipicu
oleh kehamilan atau penanganan kehamilan, tetapi bukan karena kecelakaan.
10)
Berdasarkan definisi diatas, kematian ibu dapat digolongkan menjadi :
1. Kematian obstetrik langsung (Direct obstetric death)
Yaitu kematian yang disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa hamil,
bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau
berbagai hal yang terjadi akibat tindakan-tindakan tersebut yang dilakukan
selama hamil, bersalin atau nifas.
2. Kematian obstetrik tidak langsung (Indirect obstetric death )
Yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit yang bukan
komplikasi obstetri yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan
atau persalinan.

E. Determinan Kematian Ibu
Determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal-hal yang melatarbelakangi
dan menjadi penyebab langsung dari kematian ibu. Determinan kematian ibu
tersebut dikelompokkan dalam :
1. Determinan proksi atau dekat (Proximate determinant )
Determinan proksi dipengaruhi oleh determinan antara dan meliputi ;
a. Kejadian kehamilan
Wanita hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi,
sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
10)
b. Komplikasi kehamilan dan persalinan
Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu,
yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus macet, abortus dan ruptura
uteri.
10)
2. Determinan antara (Intermediate determinant )
Determinan antara dipengaruhi oleh determinan kontekstual dan meliputi :
a. Status kesehatan
Yang termasuk status kesehatan antara lain status gizi, penyakit infeksi
atau parasit, penyakit menahun seperti Tuberkulosis, penyakit jantung,
ginjal dan riwayat komplikasi obstetri.
10)

b. Status reproduksi
Yang termasuk status reproduksi antara lain usia ibu hamil (usia
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia berisiko tinggi
untuk hamil dan melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah
kehamilan yang dialami seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk
mengalami komplikasi), status perkawinan (wanita yang status tidak
menikah pada umumnya cenderung kurang memperhatikan kesehatan
dirinya dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, yang menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan
yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi).
10)
c. Akses terhadap pelayanan kesehatan
Hal ini meliputi antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan
seperti tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit
dijangkau oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil
terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia
dan keterjangkauan terhadap informasi misalnya informasi yang kurang
menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang
tersedia.
10)
d. Perilaku sehat
Hal ini antara lain meliputi penggunaan alat kontrasepsi (ibu ber-KB
akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber-
KB), pemeriksaan kehamilan (ibu yang memeriksakan kehamilan secara
teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya), penolong
persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih tinggi untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan oleh
tenaga kesehatan).
10)


e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga
Yaitu keadaan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama kehamilan atau
melahirkan. Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan
misalnya kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan
persalinan kasep.
10)
4. Determinan kontekstual (Contectual determinant)
Merupakan determinan sosial, ekonomi dan budaya, meliputi :
a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat
Termasuk kedalamnya antara lain tingkat pendidikan (wanita yang
berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan
diri dan keluarganya) , pekerjaan (ibu yang bekerja disektor formal
memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk
kesehatan), keberdayaan wanita (woman empowerment) yang
memungkinkan wanita lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih
mandiri dalam memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya, termasuk
kesehatan dan kehamilannya.
10)
b. Status keluarga dalam masyarakat
Termasuk didalamnya antara lain penghasilan keluarga, tingkat
pendidikan dan status pekerjaan anggota keluarga.
10)
c. Status masyarakat
Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan
sumber daya (misalnya jumlah dokter dan pelayanan kesehatan yang
tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi.
10)

F. Teori Perilaku
Menurut Blomm, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Faktor
perilaku dewasa ini mempunyai peran yang sangat besar dalam status kesehatan
baik individu maupun masyarakat.
11)
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
menulis, membaca dan sebagainya. Sedangkan pengertian yang lain, perilaku
adalah refleksi dari kejiwaan seperti emosi, berfikir, keinginan, sikap,
pengertian, motivasi dan lain sebagainya. Perilaku merupakan refleksi dari
beberapa gejala kejiwaan misalnya perilaku ibu dalam menjaga dan
memelihara kandungannya agar tidak terjadi gangguan baik saat mengandung
maupun melahirkan.
12)
2. Perilaku Dalam Bidang Kesehatan
Untuk mengetahui perilaku dalam bidang kesehatan, terlebih dahulu
perlu kita mengetahui tentang konsep kesehatan. Konsep sehat menurut WHO
menyebutkan bahwa sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik,
mental dan sosial, tidak terbatas pada bebas penyakit dan kelemahan saja.
11)
Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu :
12)
a. Perilaku Sehat
Berhubungan dengan tindakan seseorang untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan untuk mencegah
penyakit dan kebersihan perorangan serta memilih makanan yang
bermanfaat bagi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku
sehat ini adalah tindakan dari seseorang yang menganggap dirinya sehat.


b. Perilaku Sakit
Segala tindakan seseorang yang merasa dirinya sakit, termasuk
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab
penyakit dan usaha-usaha pencegahan penyakit. Perilaku sakit yaitu
tindakan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan
termasuk semua usaha untuk mencari kesembuhan.
Disamping itu, perilaku manusia adalah hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan
demikian perilaku kesehatan merupakan suatu bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan.
Tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :
13)
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang memudahkan terjadinya perilaku, antara lain pengetahuan
individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pandangan atau
persepsi, tradisi, norma, pendapatan, pendidikan, umur dan status sosial.
2. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku antara lain
mencakup adanya ketrampilan dan sumber daya seperti fasilitas dan
pelayanan kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.
3. Faktor Pendorong
Faktor-faktor yang mampu menguatkan seseorang untuk perilaku
tersebut antara lain sikap dan perilaku petugas kesehatan serta dorongan
yang berasal dari keluarga, masyarakat dan tokoh masyarakat sekitarnya.
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan menurut WHO ditentukan oleh
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
obyek kesehatan. Disamping itu perilaku kesehatan seseorang juga ditentukan
oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat
mendukung perilaku kesehatan seperti uang, waktu dan tenaga.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
14)
b. Sikap
Sikap merupakan interaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap
tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup.
14)
c. Praktek
Praktek atau tindakan adalah suatu perbuatan nyata atau aktivitas nyata
sehubungan dengan stimulus atau obyek. Untuk terwujudnya suatu sikap
untuk menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
14)

G. Perilaku Sehat Ibu Hamil
Seorang wanita dikatakan hamil bila mengalami tanda dan gejala kehamilan.
Gejala pasti dari kehamilan adalah dengan adanya gejala yang berasal dari
janin,yaitu denyut jantung janin. Sedangkan tanda-tanda kemungkinan kehamilan
antara lain Amenorea (tidak dapat haid), mual dan muntah, perut membesar, uterus
membesar, kontraksi uterus (bila dirangsang), gerak dan denyut jantung janin,
terlihat tulang janin dalam foto rontgen.
15)
Berikut adalah beberapa perilaku sehat
ibu hamil yang perlu diperhatikan agar janin tidak dalam keadaan rentan :
1. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah hal yang perlu dipantau agar bila ada
penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberikan penanganan yang
memadai. Selain itu tujuan dari pemeriksaan kehamilan itu sendiri adalah
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai
dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik.
Karena itu selama kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan secara
berkala, yang dimulai sejak kehamilan muda. Makin tinggi risiko kehamilan
yang dipunyai oleh ibu, makin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan
kehamilannya lebih sering.
4)
Selain pemeriksaan, perlu juga dilakukan perawatan (Antenatal Care)
yaitu perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan, karena
keadaan ibu banyak mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan
pertumbuhan janin dalam kandungan.
4)
Dalam penerapan praktis, sering dipakai standar minimal pelayanan
antenatal yang harus didapat ibu ketika melakukan pemeriksaan kehamilan
yang biasa disebut sebagai 5T , yaitu :
4)
a. Timbang berat badan dan (pengukuran) tinggi badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
d. Pemberian Tetanus Toxoid (TT) minimal 2 kali selama hamil.
e. Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama hamil.
Dan standar frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, yaitu :
a. Satu kali pada trimester I.
b. Satu kali pada trimester II.
c. Dua kali pada trimester III.


2. Kebiasaan makan
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan :
4)
a. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu.
c. Persediaan untuk masa laktasi baik untuk janin maupun ibu seperti
persediaan zat besi, protein, kalsium dan lain-lain.
Gizi yang baik membantu ibu mengurangi keletihan yang biasanya akan
menyebabkan ketegangan dan bertambahnya rasa sakit. Setiap hari ibu hamil
harus makan 1 2 piring lebih banyak dari dari keadaan tidak hamil.
Disamping itu tambahlah dengan makanan selingan pada pagi hari dan sore
hari seperti bubur kacang hijau, kue lemper, dll.
4)
Makanan sehat untuk ibu hamil harus mengandung tiga kelompok
makanan seperti dibawah ini :
4)
a. Zat tenaga membentuk tenaga ditubuh kita untuk hidup dan bergerak.
Diperlukan ibu untuk proses pertumbuhan janin dan tenaga ibu.
Contohnya adalah beras, jagung, ubi, singkong dan sagu.
a. Zat pembangun atau protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
badan secara baik terutama untuk anak-anak dan ibu hamil selain itu
untuk daya tahan tubuh. Contohnya adalah susu, daging, ikan, unggas,
telur, kedelai, kacang tanah.
b. Lemak yang berfungsi sebagai sumber tenaga juga untuk memperoleh
jenis vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A.
c. Vitamin dan mineral sangat diperlukan untuk pemeliharaan badan dan
membantu pencernaan. Vitamin yang diperlukan saat hamil adalah :
1. Vitamin A contohnya adalah minyak ikan, kuning telur, wortel,
sayuran dan lain-lain.
2. Vitamin B Contohnya adalah telur, ginjal, otak ikan, beras tumbuk,
kacang-kacangan dan lain-lain.
3. Vitamin C. Contohnya adalah buah-buahan berwarna kuning,
sayur-sayuran segar.
4. Mineral yang sangat dibutuhkan adalah kalsium dan fosfor.
Untuk pemenuhan vitamin dan mineral yang tidak cukup didapat dari
makanan, ibu harus mengkonsumsi tablet multivitamin dan mineral.
5)
Kebutuhan zat pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari
makanan saja walaupun makanan yang dikonsumsi cukup baik kualitasnya.
Oleh karena itu ibu membutuhkan suplementasi. Salah satunya adalah dengan
mengkonsumsi suplemen seperti tablet tambah darah satu tablet perhari
selama masa kehamilan untuk memenuhi kebutuhan Fe ibu yang meningkat
selama masa kehamilan.
4)
3. Aktivitas
Banyak faktor diduga dapat mempengaruhi kesudahan kehamilan. Salah
satu faktor adalah pekerjaan ibu selama hamil. Dinegara berkembang,
terutama daerah pedesaan, banyak wanita yang melakukan pekerjaan berat
dimasa hamil, karena harus bekerja keras membantu mencukupi kebutuhan
ekonomi. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk bekerja lebih dari 3 jam setiap
harinya. Karena bila bekerja lebih dari 3 jam setiap harinya apalagi dengan
posisi berdiri dapat menjadi sumber kelelahan yang dinilai mempunyai
pengaruh terhadap kesudahan kehamilan.
8)
Bekerja ketika hamil meningkatkan risiko pre eklampsia, mematikan
lima kali lipat. Wanita hamil bekerja perlu mengurangi stres akibat kerja yang
mereka alami, kondisi ditempat kerja sangat rawan memicu terjadinya stres.
Akibatnya hormon didalam tubuh akan meningkat dan akan mempengaruhi
sistem saraf simpatik dalam otak. Akibatnya, terjadilah tekanan darah tinggi.
Selain itu ibu hamil harus mendapat masa istirahat yang lebih panjang, jam
kerja fleksibel serta hindari bepergian saat lalu lintas padat. Di Indonesia, ibu
hamil diberi cuti hamil selama tiga bulan yaitu satu setengah bulan sebelum
bersalin dan satu setengah bulan setelah bersalin.
7)
Bagi ibu yang tidak bekerja di kantor, tidak ada gunanya untuk berbaring terus
menerus seperti orang sakit. Hal ini justru akan merugikan karena istirahat
yang lama akan melemahkan otot dan memberi waktu untuk pikiran yang
bukan-bukan. Istirahat yang diperlukan adalah 8 jam di malam hari dan 1 2
jam di siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk
istirahat.
7)
5. Senam Hamil
Dahulu, melakukan senam selama masa kehamilan dianggap tabu. Ibu-
ibu hamil hanya diminta istirahat di rumah, memanjakan badan tanpa
melakukan kegiatan berat badan apapun. Kini, profesi medis pada umumnya
menyetujui bahwa kegiatan senam akan tetap aman bagi ibu hamil yang tidak
memiliki komplikasi medis atau gangguan-gangguan yang pernah terjadi
sebelumnya, seperti perdarahan pada vagina atau pernah mengalami
keguguran kandungan.
Kegiatan senam tidak selalu membuat proses persalinan menjadi lebih
mudah, tetapi akan sangat bermanfaat dalam beberapa hal. Manfaat senam
hamil sebagai berikut :
16)
a. Memperbaiki sirkulasi
b. Meningkatkan keseimbangan otot dan menguatkan otot perut.
c. Mengurangi bengkak-bengkak
d. Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal,termasuk sembelit
e. Mengurangi kejang kaki
Hasil penelitian selama 2 tahun di New York yang menunjukkan bahwa
wanita hamil yang melakukan senam hamil 30 menit dengan frekuensi 5 hari
dalam sepekan melahirkan bayi yang lebih besar dan sehat.
16)
Senam hamil dilakukan sejak usia 24 minggu atau 6 bulan dengan
frekuensi sekali dalam seminggu, di bawah pengawasan seorang instruktur
senam untuk memantau gerakan yang benar.
16)

H. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang ada, maka didapat kerangka teori sebagai berikut :












Status wanita
dalam keluarga
Status keluarga
dalam
masyarakat
Status
kesehatan
Status
reproduksi
Akses
pelayanan
Perilaku sehat :
Pemeriksaan
kehamilan,
kebiasaan
makan,
aktivitas fisik,
senam hamil.
Komplikasi
persalinan
Status
masyarakat




Sumber : Modifikasi dari WHO-Depkes RI-FKM UI 1998, Safe Motherhood modul
I & II 1998.







I. Kerangka Konsep
Variabel bebas

Variabel Terikat






Aktivitas fisik
Senam hamil
Kebiasaan makan

Kejadian komplikasi
persalinan
Perilaku sehat ibu :


Pemeriksaan
Kehamilan


J. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pemeriksaan kehamilan ibu dengan kejadian komplikasi
persalinan.
2. Ada hubungan antara kebiasaan makan ibu hamil dengan kejadian komplikasi
persalinan.
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik pada ibu hamil dengan kejadian
komplikasi persalinan.
4. Ada hubungan antara senam hamil pada ibu dengan kejadian komplikasi
persalinan.

You might also like