Professional Documents
Culture Documents
dalam pembahasan berikut kita hanya akan menggunakan pendekatan pertama yaitu
menggunakan uraian taylor.
Uraian Deret Taylor
Uraian Taylor dari f(x+∇x) disekitar x adalah :
fX+∆X=fX+∆X1!∂f∂X+(∆X)22!∂2f∂X2+(∆X)33!∂3f∂X3+…
=fX+n=1∞(∆X)nn!∂nf∂Xn (1.1)
∂f∂X=fX+∆X-fX∆X-∆X2!∂2f∂X2-(∆X)23!∂3f∂X3+…
(1.2)
0∆X→orde ∆X
∂f∂X=fX+∆X-fX∆X+0∆X (1.3)
Ini adalah pendekatan turunan pertama dari fungsi f terhadap X. aturan
pendekatan ini disebut pendekatan beda maju.
Pendekatan beda maju pada hakikatnya
menyatakan slop fungsi f di B menggunakan titik
C di titik B. Jika kita menggunakan indeks I untuk
menyatakan titik-titik diskrit dalam arah X, maka
persamaan (1.3) dapat dituliskan sebagai berikut :
∂f∂Xi=fi+1-f∆X+0(∆X) (1.4)
Makin kecil ∆X makin baik pendekatan numeric yang kita lakukan.
Sekarang tinjau Uraian Taylor dari f(X-∆X) disekitar X
fX-∆X=fX-∆X∂f∂X+∆X22!∂2f∂X2-∆X33!∂3f∂X3+…
=fX+n=1∞±(∆X)nn!∂nf∂Xn (1.5)
+ untuk n genap
- untuk n ganjil
Dari persamaan (1.5) kita peroleh
∂f∂X=fX-fX+∆X∆X+0(∆X)
Atau
∂f∂Xi=fi-fi-1∆X+0∆X (1.6)
Ini adalah pendekatan beda mundur dari ∂f∂X yang pada hakikatnya menyatakan
slope fungsi f dititik B menggunakan harga fungsi di titik A dan B
Atau
∂f∂Xi=fi+1-fi-1∆X+0(∆X)2
(1.10)
Ini adalah pendekatan beda pusat dari ∂f∂X yang pada hakikatnya menyatakan slope
fungsi f di titik B menggunakan harga fungsi di titik A dan C
Ringkasan :
∂f∂Xi=fi+1-f∆X+0(∆X) Forward Difference (Beda Maju)
∂f∂Xi=fi-fi-1∆X+0(∆X) Backward Difference (Beda
Mundur)
∂f∂Xi=fi+1-fi-1∆X+0(∆X)2 Central Difference (Beda Pusat)
Sekarang kita ingin melakukan pendekatan dari differensial dengan orde yang lebih
tinggi. Tinjau kembali uraian taylor :
fX+∆X=fX+∆X∂f∂X+(∆X)22!∂2f∂X2+(∆X)33!∂3f∂X3+… (1.11)
Selanjutnya kita cari uraian Taylor dari fungsi f(X+2∆X) disekitar X
fX+2∆X= fX+∆X∂f∂X+(∆X)22!∂2f∂X2+(∆X)33!∂3f∂X3+…
(1.12)
Kalikan persamaan (1.11) dengan 2 dan ambil selisihnya dengan persamaan (1.12),
hasilnya :
-2fX+∆X-fX-2∆X=-fX+(∆X)2∂2f∂X2-(∆X)3∂3f∂X3+… (1.13)
Atau
∂2f∂X2i=fi+2-2fi+1+f(X)(∆X)2+0(∆X)
(1.14)
Ini adalah pendekatan beda maju dari ∂2f∂X2 dengan tingkat kesalahan O(∆X).
Dengan cara yang sama kita dapat menentukan pendekatan beda mundur dari ∂2f∂X2
sebagai berikut :
∂2f∂X2i=fi-2-2fi-1+fi-2(∆X)2+0(∆X)
(1.15)
Untuk mendapatkan pendekatan bedapusat dari ∂2f∂X2 adalah dengan cara
menjumlahkan persamaan (1.7) dan persamaan (1.8)
fX+∆X=fX+∆X∂f∂X+∆X22!∂2f∂X2+∆X33!∂3f∂X3+… (1.7)
fX-∆X=fX-∆X∂f∂X+∆X22!∂2f∂X2-∆X33!∂3f∂X3+… + (1.8)
fX+∆X+fX-∆X=2fX+∆X2∂2f∂X2+…
∂2f∂X2=fX+∆X-2fX+fX-∆X(∆X)2+0(∆X)2
Atau
∂2f∂X2i=fi+1-2fi+fi-1(∆X)2+0(∆X)2
(1.16)
Pendekatan untuk diferensial dengan orde yang lebih tinggi seperti ∂3f∂X3, ∂4f∂X4
dst. Dapat kita lakukan denga prosedur yang sama seperti halnya dalam mencari
∂2f∂X2. Pada hakikatnya kita harus menggunakan uraian Taylor dari fX+∆X,
fX+2∆X, fX+3∆X, fX+4∆X, dst. Tatapi ada cara lain yang lebih sederhana. Untuk
kemudahan kita defenisikan :
Beda maju fi+1-fi sebagai ∆fi
Beda mundur fi-fi-1 sebagai ∇fi
Beberapa operator untuk pendekatan beda pusat diberikan oleh rumusan-rumusan
berikut :
δfi =fi+1-fi-1=∆fi+∇f
δfi =fi+12-fi-12
δ2fi=δ(δfi)
=δfi+12-fi-12
=fi+1-fi-fi-fi-1
=fi+1-2fi+fi-1
=∆fi-∇fi=∆∇fi
∂2f∂X2=fX-2fX+∆X+2fX+2∆X(2∆X)2+O(∆X)
∂f∂X=-2fX+∆X+4fX+2∆X-3fX2∆X+O(∆X)
kita
terapkan pendekatan beda maju dalam waktu dan pendekatan beda pusat dalam
ruang. Dari persamaan (1.4) :
∂f∂t=fijn+1-fijn∆t+O(∆x)
dan
∂2f∂y2=fi,j+1n-2fijn+fi,j-1n(∆y)2+O∆y2
Jadi persamaan beda hingga dari persamaan (1.23) dapat ditulis sebagai :
fijn+1-fijn∆t=αfi+1,jn-2fijn+fi-1,jn(∆x)2+fi,j+1n-2fijn+fi,j-
1n(∆y)2+O∆t,(∆x)2,(∆y)2 (1.24a)
Terlihat disini turunan kedua dari f terhadap x dan y kita nyatakan pada langkah
waktu n, artinya nilai dari fungsi diketahui besarnya, hanya ada satu besaran yang
tidak diketahui dari persamaan (1.24a) yaitu fijn+1. Jadi dengan mudah kita dapat
langsung menentukan fijn+1 dari persamaan (1.24a). pendekatan ini dikenal dengan
pendekatan ekxplisit. Pendekatan ini sederhana dan mudah pengerjaannya, tetapi
harus memenuhi kriteria stabilitas.
Kita dapat menyatakan ∂2f∂x2 dan ∂2f∂y2 pada langkah waktu n+1, persamaannya
diberikan oleh :
fijn+1-fijn∆t=αfi+1,jn+1-2fijn+1+fi-1,jn+1(∆x)2+fi,j+1n+1-2fijn+1+fi,j-
1n+1(∆y)2+O∆t,(∆x)2,(∆y)2 (1.24b)
dari persamaan (1.24b) terlihat bahwa ada 5 besaran yang belum diketahui yaitu :
fi,j-1n+1, fi-1,jn+1, fi,j+1n+1, fi+1,jn+1, fijn+1 yang harganya tidak dapat
ditentukan secara langsung dari persamaan (1.24b). persamaan (1.24b) diterapkan di
semua titik grid dari domain yang dimodelkan sehingga di peroleh n persamaan dan n
besaran yang tidak diketahui dan sistem persamaan tersebut diselesaikan secara
simultan. Pendekatan ini disebut pendekatan secara implisit.
Pendekatan ini lebih stabil dari pendekatan eksplisit. Selanjutnya kita dapat merubah
bentuk persamaan (1.24a) menjadi
fijn+1-fijn∆t-αfi+1,jn+1-2fijn+1+fi-1,jn+1(∆x)2+fi,j+1n+1-2fijn+1+fi,j-
1n+1(∆y)2=O∆t,(∆x)2,(∆y)2 (1.25)
ruas kanan menyatakan kesalahan memutus (truncating error). Karena orde terendah
diruas kanan adalah orde satu,maka pendekatan beda hingga diatas disebut
pendekatan beda hingga dengan derajat ketelitian orde 1.
Bila misalnya ruas kanan berbentuk (∆t)2,(∆x)2,(∆y)2, maka pendekatan ini disebut
pendekatan dengan ketelitian orde 2.
Contoh penerapan :
1. Tentukan pendekatan beda maju dari ∂4f∂x4
∆4fi=∆3∆fi=∆3fi+1-fi=∆2∆fi+1-∆fi
=∆2fi+2-fi+1-fi+1-fi =∆2fi+2-2fi+1-fi
=∆∆fi+2-2∆fi+1+∆fi=∆[fi+3-fi+2-2fi+2-fi+1)+(fi+1-fi
=∆fi+3-3fi+2+3fi+1-fi
=∆fi+3-3∆fi+2+3∆fi+1-∆fi
=fi+4-fi+3-3(fi+3-fi+2)+3fi+2-fi+1-(fi+1-fi+1)
=fi+4-4fi+3+6fi+2-4fi+1+fi
2. Tentukan pendekatan beda maju dari ∂3f∂x3 dengan orde kesalahan ∆x untuk
spasi grid yang sama (lihat gambar).
y fi+3
fi+2
fi+1
fi
x x x
fx+3∆x=fx+3∆x∂f∂x+(3∆x)22!∂2f∂x2+(3∆x)33!∂3f∂x3+O(3∆x)4 (3)
∂3f∂x3 ditentukan dari ke-3 persamaan di atas, dari pers. (1) dan (3) didapat :
3fi+1-fi+3=2fi-3(∆x)2∂2f∂x2+3(∆x)3∂3f∂x3+O(∆x)4 (4)
Dan dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
fi+2-fi+1=-fi-(∆x)2∂2f∂x2+(∆x)3∂3f∂x3+O(∆x4) (5)
Dari persamaan (5) dan (4_ diperoleh rumusan untuk ∂3f∂x3 yaitu :
∂3f∂x3=fi+3-3fi+2+3fi+1-fi(∆x)3+O(∆x)
Dimana :
∆3fi=∆2∆fi=∆2fi+1-fi=∆∆fi+1-∆fi
=∆fi+2-fi+1-fi+1-fi=∆fi+2-2fi+1+fi
=∆fi+2-2∆fi+1+∆fi
=fi+3-fi+2-2fi+2-fi+1+fi+1-fi
=fi+3-3fi+2+3fi+1-fi
Jadi, ∂3f∂x3=fi+3-3fi+2+3fi+1-fi(∆x)3+O(∆x)
3. Diberikan fx=14x2 hitung turunan pertama dari f pada x = 2 menggunakan
pendekatan beda maju dan beda mundur dengan orde kesalahan O(∆x).
bandingkan hasilnya dengan menggunakan pendekatan beda pusat dengan orde
O(∆x)2 dan dengan solusi eksaknya.
Gunakan ∆x = 0.1 dan ∆x = 0.4.
Solusi :
untuk ∆x = 0.1 didapat
Beda maju ∂f∂x=fi+1-fi∆x+O∆x
∂f∂xi=2=f(2.1)-f(2.0)0.1+O0.1
=14-4.1-14-40.1+O0.1
=1.025+O0.1
Untuk mendapatkan pendekatan beda mundur dengan orde (∆x)3 kita harus
mensubtitusikan pendekatan beda mundur dari ∂2f∂x2 dan ∂3f∂x3 dalam persamaan
diatas. Tetapi kita harus hati-hati dalam menentukan pendekatan beda mundur untuk
∂2f∂x2 dengan orde kesalahan (∆x)2 dan pendekatan beda mundur untuk ∂3f∂x3
dengan orde kesalahan (∆x). persamaan beda mundurnya adalah :
∂2f∂x2=-fi-3-4fi-2+5fi-1-fi(∆x)2+O(∆x)2
∂3f∂x3=-fi-3-2fi-2+3fi-1-fi(∆x)3+O(∆x)
∆x33!fi+3+3fi+2-3fi+1+fi∆x3+O(∆x)+O(∆x)4
atau
6∆x∂f∂x=-2fi-3+9fi-2-18fi-1+11fi+O∆x4
∂f∂x=-2fi-3+9fi-2-18fi-1+11fi6(∆x)3+O∆x4
BAB II
MODEL HIDRODINAMIKA
2.1 Persamaan Hidrodinamika Sederhana untuk Kasus 1 Demensi
Persamaan hidrodinamika sederhana satu dimensi yang lengkap adalah :
ut+uux+gζx =disipasi+gaya luar (2.1)
(Hu)x+ζt =0 (2.2)
Sistem persamaan (2.1) dan (2.2) adalah persamaan yang diintegrasikan terhadap
kedalaman jadi kecepatan u adalah kecepatan yang dirata-ratakan terhadap
kedalaman.
u=1H-Dζuzdz
(2.3)
Kedalaman total H diberikan oleh
H=ζ+D
(2.4)
D : still water level (permukaan air dalam keadaan tenang)
ζ : elevasi terhadap D
Dimana Hjn=D+ζjn
Penyelesaian eksplisit ini adalah stabil bersyarat Kriterium stabilitas
Untuk menentukan kriteria kestabilan sistem persamaan (I) dan (II)
a. Kita tulis I dan II adalah bentuk matriks.
Ingat bahwa titik tumpu ζ Letaknya berjarak ∆x/2 dari titik u, H dianggap
konstan.
b. Tentukan matriks amplifikasi dari sistem persamaan yang digabungkan.
c. Kita tentukan nilai eigen dari matriks amplifikasi, A.
dimana Hjn=D+ζjn
Persamaan II dapat dituliskan dengan n n-1 :
Dalam rumus u=ueikx;ζ=ζ0eikx
Kita dapat menuliskan :
I. ζjn=ζjn-1-HnΔtΔxujn-1/2eik∆x2-e-ik∆x2
I. ζjn=ζjn-1-HnΔtΔx2isin(kΔx2)ujn-1/2
Dengan cara yang sama kita juga dapat menulis I dalam bentuk matriks sbb:
I. ujn+1/2ζjn=-2igΔtΔxsinkΔx2110ζjn-1ujn-1/2
β=2ΔtΔxgHnsinkΔx2
βmax2=4=4Δt2Δx2gHn→ Δt=ΔxgHn
Jadi dari 2) dan 3). Dapat disimpulkan bahwa kriteria stabilitas penyelesaian eksplisit
dari persamaan hidrodinamika satu dimensi yaitu : Δt≤ΔxgHn
Criteria stabilitas Counrant-Friederichs_Lewy (CFL), yaitu λ≤1
2.3 Pengerjaan Implisit (Crank_Nicholson)
Kembali perhatikan persamaan (2.5) dan (2.6) :
ut+gζx=0 (2.5)
ζt+HUx=0 (2.6)
Persamaan selisih dari persamaan (2.5) dan (2.6) diselesaikan secara implicit adalah :
I. ujn+1-ujn+gΔt2Δxζj+1n+1-ζjn+1+ζj+1n-ζjn=0
II. ζjn+1-ζjn+HjnΔt2Δxujn+1-uj-1n+1+ujn-uj-1n=0
Gambar susunan letak titik u dan ζ dari penjelasan implicit (crank_nicholson) dengan
kasa Richardson adalah seperti gambar berikut :
Untuk menyelesaikan system persamaan I dan II diatas,tentukan ujn+1-uj-1n+1
dari I :
ujn+1=ujn-gΔt2Δxζj+1n+1-ζjn+1+ζj+1n-ζjn
uj-1n+1=uj-1n-gΔt2Δxζjn+1-ζj-1n+1+ζjn-ζj-1n
dimana Hin=D+ζin
a. Pengertian Eksplisit dari Persamaan I dan II adalah
I. ujn+1/2-ujn1/2+gΔt2Δx12Dj+ζjn+Dj+1-ζj+1n)(ζj+1n-ζjn=0
II. ζjn+1-ζjn+ΔtΔxujn+1/2-uj-1/2n+1/2=0
Persamaan (III) dapat diselesaikan dengan metode gauss ataumetode interatif yang
lain.
2.5 Pemodelan Hidrodinamika di dalam Kanal Satu Dimensi dengan
Memperhatikan Gesekan Dasar dan Stress Angin.
a). Pengerjaan Eksplisit
Persamaan model yang dipakai adalah persamaan Hidrodinamika dalam kecepatan
(persamaan 5 dan 6 + gesekan).
I. ut+gζx=(τs-τb)/H
II. ζt+Hux=0
un+1=un-Δt.rununH
Untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua cara pendiskritan di atas kita
tinjau dua kasus berikut :
a) H besar, maka (rΔt|un|/H adalah kecil sehingga un+1 = un. untuk kedua
pendikritan di atas.
b) H kecil, maka harga (rΔt|un|/H adalah besar yang biasa saja lebih besar dari
satu. Bila terjadi maka cara pertama akan menghasilkan un+1 = -un yangsecara
fisis gesekan akan merubah arah arus, hal ini tidak kita inginkan. Kondisi ini
tidak akan kita temui bila digunakan cara kedua.
Bila (rΔt|un|)/H=1 maka pendiskritan cara pertama akan menghasilkan un+1=0,
artinya energy kinetik dihilangkan hanya oleh gesekan dasar. Hal ini tidak terjadi
pada pendiskritan cara kedua.
Kelemahan pendiskritan cara pertama juga berlaku bila kita menggunakan persamaan
hidrodinamika dalam bentuk transport (volume) :
I. ut+gHζx=τs-τb
II. ζt+Ux=0
dimana τs=ρLCDw|w|
=λw|w|
λ=3.2x10-6
τb=ru|u|H2
R = 3 x10-3
Bentuk penyelesaian eksplisit dari persamaan hidro dalam bentuk transport dan
menggunakan pendiskritan cara pertama untuk gesekan dasar adalah :
Ujn+1/2=Ujn1/2.1-r∆t|Un-12|Hj2+∆tλww-gΔtΔxHjn(Hj+1n-Hjn-Dj+1+Dj)
dimana Hjn=Hjn+Hj+1n2
b). Pengerjaan Implicit
Pengerjaan implisit dari persamaan hidrodinamika dalam bentuk transport (volume)
yang menghitung stress angin dan gesekan dasar adalah sbb :
I. Ujn+1=Ujn+∆tλww-gΔtΔxHjn12ζj+1n+1+ζjn+1+ζj+1n-ζjnRj
dengan Rj=11+r∆t|ujn|Hjn2
I. ζjn+1-ζjn+Δt2ΔxUjn+1-ζj-1n+1+ζjn-ζj+1n=0
Sistem persamaan I dan II ini kita transformasikan dalam bentuk persamaan debit
(Q), dimana :
Q = kecepatan x penampang yang dialiri
=uxA
= u x H x B; B : lebar kanal
Q = UB atau U = Q/B
Subtitusikan harga U ini kedalam sistem persamaan I dan II diperoleh :
I. 1BQt-2QBHξx+r(BH)2QQ+gHξx=λW|W|
II. ξx+1BQx=0
Perubahan dalam ruang dari leber diabaikan terhadap variasi ruang dari Q dan ξ
Persamaan selisih dari sistem persamaan dalam bentuk debit di atas diberikan oleh :
I. Qjn+1-Qjn-QjnHjξj+1n+1-ξj+1n+ξjn+1-ξjn+rΔtBjHj2Qjn+1|Qjn|
+gBjHjΔtΔxξj+1n+1-ξjn+1=Bj∆t.λ.wjwj
II. ξjn+1-ξjn+ΔtBjΔxQjn+1-Qj-1n+1=0
Atau
I. ξj+1n+1gBjHjΔtΔx-QjnHj- ξjn+1gBjHjΔtΔx-
QjnHj+Qjn+11+rΔtBjHj2Qjn=
II. ξjn+1+ΔtBjΔxQjn+1-Qj-1n+1=ξjn
Sistem persamaaan ini dapat diubah bentuknya sesuai dengan kondisi kanal yang
akan dimodelkan.
Kasus a. Kedua Ujung Kanal Terbuka
Sebagai syarat batas pada kedua ujung yang terbuka diberikan harga ξ. Untuk kondisi
kanal seperti itu kita bentuk satu persamaan dalam ξ dengan jalan mensubtitusikan
persamaan I kedalam persamaan II. Dengan kata lain kita sunstitusikan harga Qjn+1
dan harga Qj-1n+1 yang diperoleh dari persamaan I kedalam persamaan II.
Hasilnya adalah:
ξjn+1+εjγjδj-αj ξj+1n+1+βj. ξjn+1-εjγj-1δj-1-αj ξj+1n+1+βj-1. ξj-
1n+1=ηj
Persamaan-persamaan IIIa dan IIIb dapat diselesaikan dengan eliminasi Gauss atau
metoda iteratif yang untuk menghitung ξ dan Q yang hasilnya digunakan untuk
menghitung Q (dari persamaan I) dan ξ dari persamaan II.
Pemecahan persamaan hidrodinamika diatas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
metoda eksplisit dan metoda implisit.
Penyelesaian dengan metoda eksplisit
Persamaan selisih untuk pengerjaan eksplisit diberikan:
I. Uj,kn+12=Uj,kn+12-gΔtΔxH*ξj,k+1n-
ξj,kn+ΔtλWxW(x)2+W(y)2.Rx
Dengan H*=(ξj,k+1n-ξj,kn+Dj,k+1n+Dj,kn)/2
Rx=1(1+rΔtUj,kn2+V*2/H*2)
V*=Vj,kn+Vj,k+1n+Vj-1,kn+Vj-1,k+1n/4
II. Vj,kn+12=Vj,kn+12-gΔtΔyH*ξj,kn-
ξj+1,kn+ΔtλWyW(x)2+W(y)2.Ry
Dengan H*=(ξj,kn-ξj+1,kn+Dj,kn+Dj+1,kn)/2
Ry=1(1+rΔtVj,kn2+U*2/H*2)
U*=Uj,kn+Uj,k-1n+Vj+1,kn+Vj+1,k-1n/4
III. ξj,kn+1=ξj,kn-ΔtUj,k+Uj,k-1Δx+Vj-1,k+Vj,kΔxn+1/2
Syarat stabilitas:
Δt≤ Δl2 g Hmax ; Δl=minΔx,Δy, Hmax=max(D+ξ)
Fluktuasi yang ekstrim ini akan hilang setelah berlangsung interaksi nx perioda pasut
( umumnya 2-5x perioda pasut) dan setelah itu keadaan seimbang akan tercapai.
Syarat Batas
1. Syarat batas tertutup
a. Tidak ada aliran tegak lurus batas:
– Bila batas sejajar sumbu x maka v = 0
– Bila batas sejajar sumbu y maka u = 0
b. Tidak ada aliran sejajar batas atau ‘no slip’
– Bila batas sejajar sumbu x maka v = 0 dan u = 0
– Bila batas sejajar sumbu y maka u = 0 dan v = 0
2. Syarat harga terbuka dapat berupa harga pengamatan lapangan atau harga
yang diperoleh dari pengamatan numeric.
Contoh penspesifikasikan syarat batas terbuka:
Laut terbuka : ξ = ξ (t) dari pengamatan pasang surut.
Sisi barat:
U1,j=2U2,j-U3,j
V1,j=2V2,j-V3,j
ξ1,j=2ξ2,j-ξ3,j
Gambar susunan letak titik u, v, dan ξ dengan kasa Richardson adalah seperti gambar
berikut:
Kriteria stabilitas untuk model dua dimensi:
Δt≤ Δl2 g Hmax ; Δl=minΔx,Δy, Hmax=max(D+ξ)
atau ∆t≤∆x22AH
Untuk suku coriolis, kriteria stabilitasnya adalah
1+f2∆t2<1
Dimana ξ adalah suatu harga yang kecil ; misalnya 10-4. Untuk mempercepat
konvergensi diperkenalkan suatu metoda interasi lain yang merupakan modifikasi
dari metoda Gauss – Seidel dan disebut metoda relaksasi.
x1(1+1)=x1(1)+ωx1(1+1)*-x1(1)
0 < ω < 2 yang disebut faktor relaksasi ( parameter relaksasi ).
X1 (1+1)* adalah harga X1 (1+1) yang ditentukan dengan metode Gauss-Seidel.
Untuk 1 < ω < 2 metode ini disebut over relaxation.
untuk0 < ω < 1 metoda ini disebut under relaxation.
Vt=gHζy=τby+Y
ζt+Ux+Vy=0
Persamaan selisih dalam bentuk semi-implisit dari persamaan diatas diberikan oleh :
I. Un+1=RxnUn+∆tXn-gH-n2∆xζrn+1+ζ1n-ζrn-ζ1n
II. Vn+1 = R y nVn+∆t(Yn-gH-n2∆yζon+1+ζun+1+ζon-ζun)
τbx = rUn+1H2 (Un)2+(V)2
C1ζ1n+Coζon+1-Cr+C1+Co+Cuζn-Crζrn-Cuζun+∆tU11+Rx1+∆tRx1X1-
Ur1+Rxr+∆tRxrXr2∆x+∆tUu1+Ryu+∆tRyuXu-Uo1+Ryo+∆tRyoXo2∆y-
C1ζ1n+1-Coζon+1+1+Cr+C1+Co+Cuζn+1-Crζrn+1-Cuζun+1=Dn
Contoh :
Cr2=g∆t2∆x2RxrnH-n
Sistem persamaan diatas dapat diselesaikan dengan cara interasi; disini misalnya
menggunakan metode Succesive Over Relaxation (SOR)
ζn+1=1-wζn+w*D+C1ζ1n+Coζon+Crζrn+1+Cuζun+1
Dimana w*=w1+Cr+C1+Co+Cu
Oleh :