You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Produksi usahatani beberapa tanaman semusim seperti Tomat ceri, cabai dan kacang panjang dapat dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Tanaman tomat ceri merupakan tanaman yang diutamakan didaerah tersebut, karena memiliki keuntungan yang lebih daripada tanaman cabai dan kacang panjang. Sedangkan cabai mempunyai banyak kegunaan, diantaranya untuk sambal, acar, bumbu masak, lalab, untuk bahan obat-obatan dan sebagainya. Cabai tidak hanya mengandung zat yang rasanya pedas,tetapi juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan tubuh manusia. Setiap pohon tanaman cabai besar, jika tanaman tersebut sehat dan subur, dapat menghasilkan 2,00 kg. Rata-rata hasil produksi cabai adalah 15,00-20,00 ton/ha/mt. Kacang panjang merupakan sayuran polong yang digemari oleh masyarakat luas. Kacang panjang dipromosikan sebagai sumber protein nabati bagi penduduk. Kandungan protein kacang panjang cukup tinggi yaitu 22,30% dalam biji kering, 4,10% pada daun dan 2,70% pada polong muda. Dimana potensi hasil keuntungannya yaitu bagaimana keuntungan yang diperoleh melalui proses produksi dapat setinggi mungkin untuk mendapatkan produksi yang optimum. Hasil kegiatan usahatani tanaman semusim tersebut tidak hanya untuk konsumsi sehari-hari tetapi hasil produksi juga untuk dijual. Dan petani di daerah Ngijo pun pada umumnya menanarn lebih dari satu jenis tanaman, sehingga biaya produksi untuk suatu kegiatan usahatani kadangkala juga untuk usahatani yang lain. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui tentang proses usaha tani cabai,kacang panjang dan tomat ceri di lahan Bapak Eko. Baik dalam hal pengelolaan lahan maupun tanaman, biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh. 1.2 Manfaat Diharapkan mahasiswa mengerti maupun memahami tentang proses usaha tani pada tanaman musiman yang ada di berbagai tempat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Tani Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Menurut Mosher (1968) usahatani adalah: suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya . Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. (Anonymous,2012) 2.2 Pengertian Biaya Produksi Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan barang-barang yang di produksi perusahaan tersebut. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat

menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi, terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya.

Biaya produksi yang di keluarkan setiap perusahaan dapat di bedakan dalam 2 jenis, yaitu : 1. Biaya Ekplisit yaitu : Semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan input lain yang di bayar melalui pasaran (pembayaran berupa uang). 2. Biaya Tersembunyi yaitu : pembayaran untuk keahliaan keusahawanan produsen tersebut modalnya tersendiri yang di gunakan dalam perusahaan dan banguanan perusahaan yang di miliki. Teori biaya produksi erat kaitannya dengan teori fungsi pengeluaran. Kedua-duanya membedakan analisisnya kepada jangka pendek dan jangka panjang. Kedua-duanya juga dipengaruhi oleh hukum produksi marjinal yang semakin berkurang.

Jangka pendek yaitu : jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.

Jangka panjang yaitu : jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.

Biaya Produksi Dalam Jangka Pendek

Kalau dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap dan faktor produksi berubah, maka dengan sendirinya biaya produksi yang ditimbulkan oleh proses produksi juga menyangkut biaya tetap dan biaya variabel.

Yang dimaksud biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan, biaya tetap ini harus tetap dikeluarkan dalam jumlah yang sama.
3

Yang termasuk dalam biaya tetap ini misalnya gaji tenaga administrasi, penyusutan mesin, penyusutan gedung dan peralatan lain, sewa tanah, sewa kantor dan sewa gudang. Dalam jangka panjang biaya tetap ini akan mengalami perubahan

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan.

Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, listrik dsb. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Jika digambarkan dalam kurva, maka pola biaya tetap total (TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat sebagai berikut:

Biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang besar kecilnya mengikuti banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Gambar yang menunjukkan bahwa kurva biaya variabel total terus menerus naik. Jadi semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin tinggi.

Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya disebut biaya total (TC). Jadi, TC = TFC + TVC. Total Cost (TC) berada pada jarak vertikal di semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan biaya berubah total (TVC), yaitu sebesar n.

(Anonymous,2012) 2.3 Pengertian Penerimaan dan Pendapatan a. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: (1) TRi = Yi . Pyi Yaitu: TR = Total Penerimaan. Y = Produksi yang diperoleh dalah usahatani iPy = Harga Y Bila macam tanaman yang diusahakan adalah lebih dari satu, maka rumus (1) menjadi n (2) TR = Y.Pyi = 1 Yaitu: n = jumlah macam tanaman yang diusahakan oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: (a) Analisis parsial usahatani, dan (b) Analisis keseluruhan usaha tani.Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis).

Dalam menghitung penerimaan usaha tani, beberapa hal perlu diperhatikan: - Pertama, hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak, contoh: 1. Menghitung produksi padi per ha sangat mudah karena proses panennya serentak 2.Menghitung produksi asparagus relative sulit karena selama proses produksi, asparagus tersebut dipanen beberapa kali - Kedua, hati-hati dalam menghitung penerimaan karena: 1. Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan 2.Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual berbeda-beda - Ketiga, bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir biasanya sering dipakai oleh para peneliti untuk memudahkan perhitungan. b. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya, jadi: Pd = TR TC Keterangan : Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC=Total Biaya Dalam banyak hal jumlah TC ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Oleh karena itu, setiap kali melakukan analisis, perlu disebutkan analisis apa yang digunakan. Untuk menggali data yang dipergunakan untuk keperluan analisis cash-flow, maka seperangkat pertanyaan diajukan dan disusun, meliputi 5 komponen yaitu: (1) Pengenalan Tempat (2) Keterangan Pencacahan (3) Produksi (4) Biaya atau pengeluaran usahatani, dan (5) Keterangan Umum. (Anonymous,2012)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Wawancara Responden Nama petani : Pak Eko Alamat : Ampel Gento, Karang Ploso Tanggal wawancara : Rabu, 04 Desember 2012 Nama pewawancara : a. Karakteristik rumah tangga petani Identitas keluarga petani
KK/Anggota No. Keluarga (Istri/Anak/lainnya) Umur (Tahun) Jenis Kelamin L P D1 manajemen 1. Eko 46 L S1 teknik mesin 2. 3. 4. Supiyani Fatkharudin Ayuni 45 14 11 L P P SD SMP SD Karyawan swasta Carik Petani Pendidikan Pekerjaan Pokok Sampingan

b. Kepemilikan Kegiatan Usahatani dan Jenis Tanaman


Sawah No. Status lahan Irigasi (ha) Blok Jenis Tanaman 1. Tanah ganjaran Sawah Tadah Hujan (ha) Jenis Tanaman Jenis Tanaman Jenis Tanaman Jenis Tanaman 35 m2 Tanaman tomat ceri Tegalan/Lahan Kering (ha) Pekarangan (ha) Jumlah (ha)

c. Biaya Usahatani Lahan : tegalan


No. 1. Biaya Biaya tetap (Fixed Cost) - Bibit Pengolahan awal sampai panen 2. Biaya variable - Pupuk mutiara - Pestisida Agrimed - Antrakol 3. Total biaya 1,5 kuintal (3 sak) 100 cc 1 kg @ 1 sak Rp 750.000 Rp 125.000 Rp 90.000 Rp. 2.250.000 Rp Rp 125.000 90.000 6000 bibit Borongan @ 5 gr Rp 75.000 Rp 225.000 Jumlah

Tanaman/Hewan : Tomat ceri


Harga Total

Rp 1.750.000

Rp 1.750.000

Rp 4.440.000

d. Penerimaan/Tahun Produksi
No. 1. Jenis Komoditas Tomat ceri Jumlah 2,5 kg/tanaman 15.000 kg Total Rp 7.500.000 Harga Rp 500/kg Total Rp 7.500.000

e. Tabel Pendapatan
No. 1. 2. 3. Jenis Biaya Biaya total (Total cost) Penerimaan (Total revenue) Pendapatan Total Rp 4.440.000 Rp 7.500.000 Rp 3.100.000

f. Pemasaran Hasil
No. 1. Komoditi Sayuran Jenis tanaman : tomat ceri 1 kg Sisanya Tengkulak Persentase yang dikonsumsi Persentase yang dijual Tempat menjual

g. Kelembagaan
No. Lembaga di tingkat petani Lembaga yang bermitra dengan petani manfaat Lembaga yang mengkoordinir pengairan Lembaga untuk mengayomi 2. Sumber Makmur perkumpulan petani (GAPOKTAN) Lembaga untuk mengayomi 3. Sumber Rejeki perkumpulan petani (GAPOKTAN)

1.

HIPPA

h. Kendala-kendala yang Dihadapi Petani dan Cara Mengatasinya


No. Kendala Bidang Petani Kebijakan pemerintah yang 1. menyebabkan rendahnya harga tomat ceri Ekonomi Solusi seharusnya memiliki

kewenangan untuk menjual hasil panennya tanpa melalui tengkulak sehingga keuntungan yang di peroleh dapat dimanfaatkan langsung oleh petani

3.2 Pembahasan Wawancara Responden dan Analisis Data Petani yang menjadi responden dalam wawancara yang dilakukan pada hari Rabu, 04 Desember 2012 adalah Bapak Eko, seorang petani yang juga menjabat sebagai Carik di desanya. Beliau memiliki seorang istri bernama Supiani dan dua orang anak bernama Fatkharudin dan Ayuni. Status kepemilikan lahan seluas 35 m2 yang kerjakan oleh Bapak Eko adalah tanah ganjaran dan milik kamituwo di desa tersebut. Jenis tanaman yang ditanam yaitu tanaman tomat ceri dengan total seluruh tanaman 6000 batang dan di sela sela tanaman tomat ceri yang di budidayakan di Tanami tanaman kacang panjang dan cabai yang hasil produksinya sebagian besar di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga bapak eko dan hanya
9

sebagian kecil yang diperjualbelikan atau barter dengan hasil panen tetangga.Sehingga komoditas yang lebih di utamakan karena nilai ekonomisnya lebih tinggi adalah tanaman tomat ceri dan jumlah tanaman yang dibudidayakan juga lebih banyak. Bapak Eko tidak menggunakan alat dan mesin pertanian dalam proses budidayanya. Karena harga sewa dan membeli alat pertanian menurut Bapak Eko terlalu mahal. Untuk hama penyakit, menurut Bapak Eko, hama penyakit merupakan hal yang wajar dalam budidaya tanaman. Hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman tomat ceri yaitu hama Thrips, cabuk, dan ulat. Dalam penanganannya, Bapak Eko menggunakan pestisida kimia dengan pengaplikasian yang sesuai dengan anjuran pada label. Sedangkan dalam pemupukan, Bapak Eko menggunakan pupuk anorgani karena, menurut Bapak Eko, pupuk anorganik bekerja lebih cepat dibandingkan dengan pupuk organik, kecuali pupuk organik yang berbentuk bulat. Bapak Eko menggunakan pupuk organik hanya jika tersedia kotoran sapi dan kotoran kambing. Dalam proses pengelolaan tanaman tomat ceri, mulai dari awal sampai panen Bapak Eko membutuhkan biaya sebesar Rp 4.440.000. Sedangkan penerimaan/tahun produksi yang
diperoleh Bapak Eko adalah sebesar Rp 7.500.000. Sehingga total pendapatan yang diterima oleh Bapak Eko adalah Rp 3.100.000. Menurut petani responden, total pendapatan yang diterima tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Kendala yang dihadapi oleh Bapak Eko yaitu kebijakan pemerintah yang menyebabkan rendahnya harga tomat ceri. Solusi yang di anjurkan untuk kendala tersebut yaitu petani seharusnya memiliki kewenangan untuk menjual hasil panennya tanpa melalui tengkulak sehingga keuntungan yang di peroleh dapat dimanfaatkan langsung oleh petani.

10

Bab IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan bapak Eko dapat kami simpulkan bahwa keuntungan yang di peroleh pak eko masih tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan pemasukan keluarga juga di tambah dari penghasilan yang di peroleh ibu Eko yang bekerja di pabrik swasta.

4.2 Saran Saran kami harapannya pemerintah mampu membuat kebijakan di mana petani dapat menjual hasil panennya sendiri dan melarang praktik penjualan melalui tengkulak yang merugikan pihak petani.

11

DOKUMENTASI

Lahan milik Pak Eko

Proses Wawancara

Lahan Tanaman Tumpangsari (Tomat ceri,Kacang Tanah dan Cabe)

12

You might also like