You are on page 1of 14

PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN ) PROPINSI DIY TAHUN 2007- 2009

I.

PENDAHULUAN 1.A. LATAR BELAKANG Sebagai bangsa yang besar dari negara kepulauan, Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Swasembada beras lestari adalah salah satu perwujudan dari kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional yang merupakan salah satu dari gerakan Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Ketahanan pangan nasional merupakan kunci dari ketahanan nasional. Peningkatan produksi beras 2 (dua) juta ton tahun 2007 dan peningkatan produksi 5% per tahun sampai tahun 2009 perlu diupayakan dalam rangka pemantapan ketersediaan beras yang bersumber dari produksi dalam negeri. Sedangkan untuk propinsi DIY dalam rangka mendukung peningkatan produksi beras 2 juta ton mendapatkan target . ton GKG atau setara . ton beras dalam tahun 2007, untuk tahun berikutnya diharapkan naik 5 % per tahun samnpai tahun 2009. Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan upaya yang terkoordinasi untuk membangun pertanian tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah melalui pendekatan agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian dan pedesaan terpadu dan berkelanjutan dengan berbasis sumberdaya pertanian. Disamping itu kelembagaan pedesaan juga di bina, baik yang berfungsi sebagai penghantar (delivery) yaitu kelembagaan penyuluhan pertanian, perkreditan, pemasok sarana produksi, serta pengolahan dan pemasaran hasil, maupun yang berfungsi sebagai penyerap / penerima (receiving) yaitu kelompok tani dan koperasi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan adanya Petunjuk pelaksana di tingkat daerah dalam dalam rangka pelaksanaan Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional agar koordinasi antar instansi terkait lebih terarah dan terkendali baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun dari segi pengawasan dan pengendalian. 1.B. PENGERTIAN 1. Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) adalah kegiatan peningkatan produksi beras disertai penyediaan input sarana dan prasarana peningkatan produksi beras, melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian, teknologi dan kelembagaan. Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional, yang selanjutnya disebut gerakan P2BN adalah upaya bersama yang terkoordinasi, sinergis dan sinkron antar berbagai pemangku kepentingan dari tingkat nasional sampai tingkat desa dalam rangka peningkatan produksi beras nasional. Gerakan hemat air, adalah upaya bersama yang terkoordinasi, sinergis dan sinkron antar berbagai pemangku kepentingan dari tingkat nasional sampai tingkat desa dalam rangka menghemat air. Penyuluh pertanian adalah petugas PNS, Swasta, maupun swadaya ang melakukan kegiatan penyuluhan. Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Program penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara sistimatis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Rekomendasi teknologi adalah anjuran penerapan teknologi sesuai dengan spesifik lokasi. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut pemerintah adalah presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Wali Kota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya di sebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT), yaitu suatu pendekatan inovatif dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi, melalui perbaikan sistim/pendekatan dalam perakitan paket teknologi padi yang mengintegrasikan komponen teknologi yang bersifat sinergis, dilakukan secara partisipatif oleh petani, serta bersifat spesifik lokasi. Konservasi tanah dan air, ialah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lahan dan air agar dapat berfungsi secara optimal dan lestari sebagai faktor produksi, faktor pengatur tata air, faktor pelindung lingkungan hidup, baik dengan vegetasi, kimiawi maupun bangunan pencegah erosi. Rencana Definitif kelompok (RDK) atau rencana usahatani kelompok (RUK) adalah rencana kerja usaha tani dari kelompok tani untuk satu periode tertentu (1 tahun) yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian

2.

3. 4. 5.

6. 7. 8.

9. 10.

11.

12.

13.

Bidang TPH

kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani sehamparan wilayah kelompok tani seperti : sasaran areal tanam, pola tanam, gerakan-gerakan, jadwal kegiatan, pembagian tugas, dan lain-lain. 14. Rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK), adalah rencana kebutuhan kelompok tani untuk 1 periode tertentu (satu tahun) yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani meliputi benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang merupakan pesanan kelompok tani kepada penyalur atau lembaga pelayanan lainnya. 15. Pos Simpul Koordinasi (POSKO) adalah simpul pengambilan keputusan koordinatif dalam penyelenggaraan gerakan peningkatan produksi beras nasional yang berada di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa. 16. Agribisnis, adalah sistim usaha tani yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana, budidaya, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.

II.

TUJUAN DAN SASARAN 2.A. Tujuan 1. Memantapkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa. 2. Meningkatkan produksi padi. 3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 2.B. Sasaran 1. Terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa. 2. Tercapainya peningkatan produksi padi dari ton GKG menjadi.. juta ton GKG atau tambahan produksi padi sebesar kurang lebih ton GKG (kurang lebih ton beras). 3. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

III. ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 1. Organisasi gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) tahun 2007 merupakan wahana (wadah) untuk mewujudkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian gerakan sebagaimana dimaksud dalam peraturan presiden republik Indonesia Nomor . Tahun 2007 tentang tim koordinasi peningkatan produksi beras nasional yang tersusun sebagai berikut : a. b. c. d. e. Tim Tim Tim Tim Tim koordinasi tingkat nasional P2BN pelaksana tingkat propinsi P2BN pelaksana tingkat kabupaten/kota P2BN pelaksana tingkat kecamatan P2BN pelaksana tingkat kalurahan/desa P2BN

2. Sesuai dengan peraturan presiden Republik Indonesia dengan nomor .. tahun 2007 tentang tim koordinasi peningkatan produksi beras nasional susunan tim koordinasi tingkat nasional peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah sebagai berikut : Pengarah : I. Menteri koordinator bidang perekonomian II. Menteri koordinator bidang polbukam III. Menteri koordinator bidang Kesra.

Ketua pelaksana : Menteri Pertanian Sekretaris merangkap anggota : Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Anggota : 1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Perhubungan 3. Menteri Kehutanan 4. Menteri Perindustrian 5. Menteri Perdagangan 6. Menteri Keuangan 7. Menteri Pekerjaan Umum 8. Menteri Energi dan SDM 9. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 10. Menteri Negara BUMN

Bidang TPH

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Menteri Koperasi dan UKM Menteri Negara PPN / BAPPENAS Panglima TNI Kapolri Kepala BPS Kepala BPPT Kepala BMG Direktur Utama Perum Bulog Direktur Utama PT Sang Hyang Seri Direktur Utama PT PUSRI Direktur Utama PT PERTANI.

3. Tim pelaksana Tingkat propinsi peningkatan produksi beras nasional ditetapkan dengan SK Gubernur dengan susunan tim pelaksana tingkat propinsi peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah sebagai berikut : Ketua : Gubernur Ketua pelaksana : ditetapkan oleh Gubernur Sekretaris merangkap anggota : Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan. Anggota : a. Dinas / Instansi terkait b. Pemangku kepentingan lainnya c. KTNA propinsi / perwakilan petani 4. Tim pelaksana tingkat kabupaten / kota peningkatan produksi beras nasional ditetapkan dengan SK Bupati / Walikota dengan susunan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah sebagai berikut : Ketua : Bupati/Walikota Ketua pelaksana : ditetapkan Bupati/Walikota Sekretaris merangkap anggota : Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan Anggota : 1. Dinas/Instansi terkait 2. Pemangku kepentingan lainnya 3. KTNA kabupaten/kota/perwakilan petani 5. Tim pelaksana tingkat kecamatan peningkatan produksi beras nasional ditetapkan dengan SK camat dengan susunan tim pelaksana tingkat kecamatan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah sebagai berikut : Ketua : Camat Ketua pelaksana : ditetapkan oleh Bupati/walikota Sekretaris merangkap anggota : Kepala Dinas yang membidangi Tanaman Pangan Anggota : 1. Dinas/Instansi terkait 2. Pemangku kepentingan lainnya 3. KTNA kecamatan/perwakilan petani 6. Tim pelaksana tingkat kalurahan/desa peningkatan produksi beras nasional ditetapkan dengan SK lurah / kepala desa dengan susunan tim pelaksana tingkat kalurahan/kepala desa peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah sebagai berikut : Ketua : Lurah/kepala desa Ketua pelaksana : ditetapkan oleh camat Sekretaris merangkap anggota penyuluh pertanian lapangan Anggota : 1. Aparat kalurahan/desa lingkup pertanian 2. Kontak tani/kelompok tani 7. Sesuai dengan peraturan presiden Republik Indonesia nomor .. tahun 2007 tentang tim koordinasi peningkatan produksi beras nasional untuk membantu kegiatan tim koordinasi di pusat dan tim pelaksana di propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa di bentuk sekretaris yang dinamakan POSKO dengan tugas dan fungsi sebagai berikut : a. POSKO I (tingkat nasional) : POSKO I berada pada Direktorat Jenderak Tanaman Pangan yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. Mengatur kerjasama dan mengintegrasikan serta mensinkronisasi seluruh administrasi Gerakan P2BN

Bidang TPH

2.

3.

4.

5. 6. 7. 8. 9. b.

Menyiapkan bahan kebijakan dan langkah-langkah strategis gerakan peningkatan produksi beras nasional secara terkoordinasi dan terpadu dalam rangka peningkatan produksi beras 2 juta ton tahun 2007 dan 5% per tahun sampai tahun 2009. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan peningkatan produktivitas yang terkait dengan ketersediaan lahan, penerapan teknologi, dampak iklim, infrastruktur pertanian, sarana produksi, akses permodalan petani, pengelolaan stok beras, kelembagaan pertanian dan kegiatan lain gerakan peningkatan beras nasional. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi sasaran dan realisasi tanam dan panen, prasarana dan sarana produksi, dukungan permodalan, dukungan pasca panen serta pemasaran dan pengolahan hasil. Menginventarisir permasalahan yang timbul dan memberikan saran penyelesaian masalah. Menyusun pedoman umum gerakan peningkatan beras nasional Menyusun bahan arahan untuk Tim Koordinasi Propinsi dan kabupaten/kota dalam rangka peningkatan produksi beras nasional Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan peningkatan produksi beras nasional secara berkala Melakukan kegiatan lain yang terkait dengan peningkatan produksi beras nasional.

POSKO II (tingkat propinsi) POSKO II berada pada Dinas Pertanian Propinsi yang membidangi Tanaman Pangan dan mempunyai tugas, wewenang serta tanggung jawab sebagai berikut : 1. Mengatur kerjasama dan mengintegrasikan serta mensinkronisasi seluruh administrasi Gerakan P2BN di tingkat Propinsi 2. Menyiapkan bahan dan langkah-langkah teknis operasional gerakan peningkatan produksi beras secara terkoordinasi dan terpadu 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan peningkatan produktivitas yang terkait dengan ketersediaan lahan, penerapan teknologi, dampak iklim, infrastruktur pertanian, sarana produksi, akses permodalan petani, pengelolaan stok beras, kelembagaan pertanian, dan kegiatan lain gerakan peningkatan produksi beras. 4. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi sasaran dan realisasi tanam dan panen, prasarana dan sarana produksi, dukungan permodalan, dukungan pasca panen serta pemasaran dan pengolahan hasil. 5. Menginventarisir permasalahan yang timbul dan memberikan saran penyelesaian masalah. 6. Menyusun pedoman pelaksanaan gerakan peningkatan beras nasional di tingkat propinsi 7. Menyusun bahan arahan untuk tim koordinasi kabupaten/kota dan kecamatan dalam rangka peningkatan produksi beras nasional. 8. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan peningkatan produksi beras nasional di tingkat propinsi secara berkala 9. Melakukan kegiatan lain yang terkait dengan peningkatan produksi beras POSKO III (tingkat kabupaten/kota) POSKO III berada pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ang membidangi Tanaman Pangan dan mempunyai tugas wewenang serta tanggungjawab sebagai berikut : 1. Mengatur kerjasama dan mengintegrasikan serta mensinkronisasi seluruh administrasi Gerakan P2BN di tingkat Kabupaten/Kota 2. Menyiapkan bahan dan langkah-langkah teknis pelaksanaan gerakan peningkatan produksi beras secara terkoordinasi dan terpadu. 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan peningkatan produktivitas yang terkait dengan ketersediaan lahan, penerapan teknologi, sarana produksi, akses permodalan petani, pengelolaan stok beras, kelembagaan pertanian, dan kegiatan lain gerakan peningkatan produksi beras. 4. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi sasaran dan realisasi tanam dan panen, prasarana dan sarana produksi, dukungan permodalan, dukungan pasca panen serta pemasaran dan pengolahan hasil. 5. Menginventarisir permasalahan yang timbul dan memberikan saran penyelesaian masalah. 6. Menyusun pedoman pelaksanaan gerakan peningkatan beras nasional di tingkat kabupaten/kota 7. Menyusun bahan arahan untuk tim koordinasi kecamatan dan kalurahan/desa dalam rangka peningkatan produksi beras nasional. 8. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan peningkatan produksi beras nasional di tingkat kabupaten/kota secara berkala 9. Melakukan kegiatan lain yang terkait dengan peningkatan produksi beras POSKO IV (tingkat kecamatan) POSKO IV berada pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau kantor kecamatan dan mempunyai tugas , wewenang serta tanggung jawab sebagai berikut : 1. Mensinkronisasikan kegiatan P2BN di tingkat kecamatan 2. Mengkompilasi CP/CL P2BN

c.

d.

Bidang TPH

3. 4. 5.

Mengkompilasi hasil pencatatan realisasi luas tanam, luas panen, produktivitas (ubinan). Produksi , penggunaan pupuk serta penggunaan benih di tingkat desa. Menginventarisir permasalahan yang timbul dan memberikan saran penyelesaian masalah. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan peningkatan produksi beras nasional di tingkat kecamatan secara berkala

e.

POSKO V (Tingkat kalurahan/desa) POSKO V berada pada kantor desa/kalurahan dan mempunyai tugas, wewenang serta tanggung jawab sebagai berikut : 1. Melaksanakan kegiatan P2BN di tingkat kalurahan/desa 2. Menginventarisir CP/CL P2BN 3. Mengkoordinir dan membantu penyusunan RUK dan RDKK 4. Melakukan pencatatan realisasi luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi serta penggunaan pupuk dan penggunaan benih. 5. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan peningkatan produksi beras nasional di tingkat kalurahan/desa secara berkala

8. Kelembagaan di daerah dikembangkan melalui : a. Lembaga penghantar (Delivery) yaitu : 1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah Intitusi yang mempunyai tugas mempersiapkan Komponen teknologi melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya terpadu (PTT) yang spesifik lokasi dan melakukan pendampingan dan pengawalan dalam penerapan komponen teknologi di tingkat usahatani. 2. Badan koordinasi/Komisi Penyuluhan/Balai Penyuluhan Pertanian adalah institusi yang mempunyai tugas menyusun programa penyuluhan, membimbing penyusunan rencana kerja penyuluh dan melakukan penyuluhan pertanian. 3. Unit Pelayanan Teknis di daerah yang terkait yang memberikan jasa administrasi dan pengawasan 4. Perbankkan dan lembaga perkreditan lainnya yang melayani jasa perbankkan. 5. Lembaga/pengusaha di pedesaan yang melayani kebutuhan petani dan menyediakan sarana produksi seperti benih, pupuk dan menyediakan sarana produksi pertanian dan lain-lain. 6. Perusahaan mitra yang melaksanakan fungsi perencanaan, bimbingan teknis, pelayanan sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil, untuk mewujudkan kesatuan sistem produksi yang terpadu, secara vertikal dari usahatani keluarga yang berada dalam wilayah bimbingannya. 7. Instansi teknis pertanian yang melakukan pengaturan dan pelayanan teknis sesuai dengan biodang tugasnya di pedesaan b. Lembaga penerima (Receiving), yaitu : 1. Kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang melaksanakan usahatani, saling bekerjasama dan diketuai oleh kontak tani/ketua kelompok tani/ketua gabungan kelompok tani. 2. Lembaga ekonomi pedesaan/koperasi yang membangun dan mengembangkan kerjasama ekonomi dalam rangka upaya meningkatkan pelaksanaan produktivitas dan pendapatan petani dengan mengembangkan sistim pelayanan perkreditan, sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengamanan harga jual yang menguntungkan.

IV.

Peran Departemen/ Institusi terkait 1. Untuk mewujudkan gerakan peningkatan produksi beras nasional, peran setiap Departemen/Non departemen/ lembaga/Institusi yang terlibat dalam hubungan operasional P2BN adalah sebagai berikut : a. Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen pertanian beserta aparat Dinas Teknis terkait di daerah adalah penanggungjawab kebijakan teknis dan pelaksana teknis komoditas, yaitu bertanggungjawab atas : 1. Tersedianya bahan-bahan pertimbangan untuk penetapan sasaran areal, produktivitas dan produksi beras. 2. Penyebaran teknologi 3. Penyiapan sarana dan prasarana infrastruktur usaha tani 4. Penyiapan dan pengawasan sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian 5. Monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan PTT oleh petani. 6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman. b. Badan penelitian dan pengembangan Departemen Pertanian beserta aparat teknis terkait di daerah adalah penanggungjawab kebijakan teknis dan pelaksana teknis komoditas, yaitu bertanggungjawab atas : 1. Penyiapan teknologi pendukung 2. tersedianya bahan-bahan pertimbangan untuk penerapan teknologi spesifik lokasi untuk peningkatan produksi beras 3. Penyiapan petunjuk teknis penerapan teknologi 4. Monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan PTT oleh petani

Bidang TPH

c. Badan pengembangan sumberdaya manusia pertanian beserta aparat teknis terkait di daerah adalah bertanggungjawab atas : 1. Penyelenggaraan pelatihan bagi aparat penyuluh dan petugas pertanian. 2. Perumusan kebijakan tentang penyelenggaraan dan operasional penyulhan 3. Pembinaan penyuluhan pertanian d. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan otonomi daerah, Direktorat Jenderal Pembangunan Pedesaan dan Direktorat Jenderak Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri, di tingkat pusat serta aparat Pemerintahan Daerah bertanggungjawab atas : 1. Koordinasi gerakan P2BN dengan Gubernur dan Bupati/Wali kota 2. Desentralisasi stok beras pemerintah di kabupaten/kota 3. Pelaksanaan penggerakan aparat pemerintah daerah serta petani/kelompok tani e. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada Departemen Perdagangan pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertanggungjawab atas : 1. Jaminan kecukupan pendistribusian pupuk sampai di lini IV sesuai HET 2. Kebijakan import benih padi hibrida tidak diperlakukan sama dengan import beras. f. Direktorat Jenderal Induistri Agro dan Kimia, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan menengah pada Departemen Perindustrian pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertanggungjawab atas pengaturan pengadaan pupuk dan pestisida hasil produksi dalam negeri serta pengolahan hasil.

g. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air pada departemen pekerjaan umum pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertanggungjawab atas : 1. Melakukan percepatan rehabilitasi dan O & P jaringan irigasi sesuai dengan rencana, sehingga dapat mendukung pertanaman MT 2007. 2. Melakukan rehabilitasi/peningkatan jaringan utama /O & P pada lokasi rehabilitasi jaringan tingkat usahatani (JITUT) TA.2006 seluas .. ha di .. kabupaten dan TA 2007 seluas .. ha, .. kabupaten . 3. Melakukan optimalisasi jaringan irigasi pada lokasi pengembangan PTT dan padi hibrida Tahun Anggaran 2007. h. Departemen Perhubungan pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan di daerah bertanggungjawab atas : Jaminan ketersediaan dan kebijakan khusus angkutan, sarana dan prasarana produksi antar wilayah. i. Departemen Keuangan bertanggungjawab atas : Perlu dibuat HS Code tersendiri untuk benih padi (Rice Seed) sehingga bila import benih padi memiliki HS code sendiri maka produser clearence di Bea dan Cukai cukup menggunakan surat anda izin pemasukan (SIP) dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Departemen energi dan Sumberdaya Mineral bertanggungjawab atas : Jaminan dan kelancaran pasokan gas untuk industri pupuk.

j.

k. TNI dan POLRI bertanggungjawab atas : 1. Melakukan pengawasan distribusi sarana produksi. 2. membantu melakukan sosialisasi dan penyuluhan gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) 3. Menggerakkan potensi masyarakat dalam mendukung produksi beras nasional (P2BN) 4. Membantu kegiatan rehabilitasi prasarana pendukung gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) 5. Melakukan seluruh kegiatan yang terkait dengan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) melalui bakti TNI / POLRI. l. Direktorat jenderal Bina Produksi Kehutanan dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial pada Departemen Kehutanan pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertangungjawab atas pembinaan teknis konservasi tanah dan air serta rehabilitasi lahan dan perluasan areal produksi pada lahanlahan kehutanan.

m. Direktorat Jenderal pembinaan Pengembangan Masyarakat dan KawasanTransmigrasi pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertanggungjawab atas pembinaan teknis pemanfaatan lahan-lahan di kawasan transmigrasi dan perluasan areal produksi pada lahan lahan transmigrasi n. Deputi I, Deputi II dan Deputi III Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada tingkat pusat serta aparat pemerintahan daerah bertanggungjawab atas pembinaan dan pengembangan kelembagaan koperasi dalam pelayanan pembiayaan/permodalan, sarana produksi serta pasca panen dan pemasaran hasil. o. Kementerian negara BUMN :

Bidang TPH

1. Peninjauan harga tebus pupuk berkenaan dengan margin Fee distributor dan pengecer 2. Percepatan pelaksanaan kemitraan sinergi BUMN, produsen benih, pupuk, perbankan, Perum Jasa Tirta dan Perum Bulog dengan petani/kelompok tani p. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi cuaca / hujan buatan masing-masing 2 kali di DAS Citarum, DAS Jratunseluna, DAS Bengawan Solo dan DAS Brantas guna pengisian waduk-waduk di DAS tersebut. q. Badan Meteorologi dan Geofisika Peningkatan pemantauan dan prakiraan iklim dan cuaca serta kelancaran arus informasi tentang cuaca dan iklim r. Badan Urusan Logistik (Bulog) di tingkat pusat dan aparatnya di daerah bertanggungjawab atas : 1. Kelancaran dan terjaminnya pemasaran beras 2. Kelancaran dan terjaminnya pembelian gabah hasil produksi untuk cadangan beras nasional.

s. Badan Pusat Statistik (BPS) di tingkat pusat dan aparatnya di daerah bertanggungjawab atas : 1. Melakukan monitoring dan evaluasi 2. Melakukan pendataan pencapaian peningkatan produksi beras nasional (P2BN) 3. Refreshing petugas, petugas BPS dan Dinas Pertanian di tingkat Propinsi dan Kabupaten dan refreshing petugas pencatatan data produksi padi di lapangan : Mantri Statistik dan Mantri Tani. 4. Penambahan jumlah semple ubinan pengukuran produktivitas 5. Pengelolaan data dan informasi pemanfaatan lahan t. Holding Pupuk dan PT Pusri bertanggungjawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk urea, SP36 / TSP, KCl, ZA dan NPK mulai dari lini I sampai dengan lini V.

u. Sekretariat P2BN di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa adalah bertanggungjawab atas : 1. Terwujudnya keterkaitan fungsional berbagai instansi yang berperan dalam gerakan P2BN yang sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian. 2. Terwujudnya ketertiban subsistem teknologi, penyuluhan, penerangan, pelayanan sarana produksi, pelayanan kredit, pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran hasil pertanian 3. Perumusan kebijakan, pengolahan, pemantauan, dan pengendalian keragaan kegiatan gerakan P2BN V. Pengelolaan gerakan peningkatan produksi beras nasional. 5.A. Strategi . Untuk mencapai sasaran diatas, strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan produktivitas, yang dicapai melalui perbaikan mutu benih, pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu tanaman(OPT) dan penyediaan air serta penggunaan pupuk organik, pengembangan kemitraan antar BUMN, Swasta dan kelompok tani 2. Perluasan areal tanam, dicapai melalui pencetakan sawah baru, pemanfaatan lahan-lahan sub optimal, penyediaan air melalui JITUS, JIDES, Pengembangan TAM , DAM parit, pompanisasi dan hujan buatan serta pengamanan terhadap OPT dan Dampak fenomena iklim (DFI). 3. Pengamanan produksi diupayakan melalui pengendalian OPT dan antisipasi dampak fenomena iklim serta pengurangan kehilangan hasil melalui teknologi panen dan pasca panen, serta revitalisasi penggilingan padi. 4. Pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usaha tani. 5.B. Langkah operasional. 1. Peningkatan produktivitas Implementasi peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) di .. kabupaten sentra prod pada .. kecamatan dengan areal seluas ha, padi hibrida di.. kabupaten pada .. kecamatan mencakup areal .. ha dan perbaikan intensifikasi non PTT pada areal . ha dengan sarana yang meliputi : Bantuan benih bermutu varietas unggul non hibrida sebanyak : . ton(.. ha) yang dimulai sejak bulan Maret sampai dengan bulan September 2007, benih yang diberikan terdiri dari varietas Ciherang, Cibogo, Ciliwung, Mengkoga, Cigeulis, Situbagendit, Situpatenggang dan lain-lain. a. Bantuan benih padi hibrida sebanyak : . ton (. ha) yang akan dilakukan pada MK 2007 (April September 2007). b. Pupuk bersubsidi terdiri dari urea, .. ton, SP 36.. ton, ZA ton, dan NPK . Ton. c. Pengembangan pupuk organik di kabupaten, diberikan untuk penambahan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimiawi dan biologis tanah. 2. Perluasan areal tanam/panen

Bidang TPH

Implementasi perluasan areal tanam meliputi : a. Perbaikan jaringan irigasi tingkat usahatani seluas . ha b. Perbaikan jaringan irigasi desa untuk seluas ha c. Pengembangan tata air mikro untuk seluas ha d. Optimasi lahan seluas ..ha e. Pemanfaatan air permukaan sebanyak unit f. Pemanfaatan air dangkal sebanyak .. unit 3. Pengamanan produksi dilakukan melalui : a. Pengendalian OPT, dan untuk pengendalian OPT ini disediakan bantuan : 1 Pestisida kg atau liter 2. Pestisida cadangan nasional .. kg atau liter 3. Mobilitas POPT di sediakan . unit sepeda motor 4. SL-PHT . unit dan SLI unit. b. Pengurangan kehilangan hasil dengan gerakan penerapan manajemen pasca panen, teknologi panen dan pasca panen melalui mobilisasi peralatan sebagai berikut : 1. Sabit bergerigi sebanyak unit 2. Terpal pengadaan baru sebanyak . lembar 3. Pedal threser sebanyak . unit 4. Power threser sebanyak . unit 5. RMU sebanyak unit 6. Revitalisasi penggilingan padi skala kecil berupa rehabilitasi konfigurasi yang terdiri dari : - alat pembersih (cleaner) unit - alat pemisah gabah-beras (separator) ..unit - cleaner + separator ..set - polisher cleaner separator .set

4. Pemberdayaan Kelembagaan Pertanian dan Dukungan Pembiayaan Usahatani a. Implementasi pemberdayaan kelembagaan peranian melalui : 1. Pemberdayaan penyuluh pertanian .. orang 2. Pembenahan kelompok tani . ribu kelompok 3. Pembenahan gabungan kelompok tani (Gapoktan) . kelompok 4. Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). kelompok 5. Penambahan tenaga penyuluh pertanian . orang POPT orang b. Pembiayaan usahatani, disediakan melalui : 1. Kredit ketahanan pangan (KKP) Rp . Milyar 2. Skim pelayanan pembiayaan pertanian (SP3) Rp milyar 3. Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) RP milyar 4. Dana bantuan kredit investasi pertanian sebesar Rp milyar 5.C. Operasional Gerakan P2BN 1. Sosialisasi dan pemantapan program tingkat pusat dan daerah yang meliputi : a. Rapat-rapat koordinasi tingkat pusat b. Nota kesepahaman Mentan dengan Gubernur di 16 propinsi pelaksana P2BN c. Rapat koordinasi antara pusat dengan propinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan serta petani untuk menyusun program dan kegiatan bersama d. Rapat-rapat antara propinsi,kabupaten dan pemangku kepentingan e. Rapat-rapat antara kanupaten, kecamatan dan pemangku kepentingan serta petani f. Pertemuan Teknis Penyuluh, POPT, PBT, kelompok tani dll g. Pelatihan-pelatihan bagi petugas dan petani, pelatihan bagi petugas terlampir h. Penyebarluasan informasi baik melalui media cetak maupun elektronik. 2. Operasionalisasi gerakan-gerakan, meliputi : a. Gerakan penyusunan RUK/RDKK (Rencana Usaha Kelompok/ Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) sudah selesai paling lambat akhir februari khususnya untuk kelompok tani penerima bantuan benih. b. Demonstrasi Plot PTT di areal pengembangan di 16 propinsi c. Mobilisasi penyuluh, POPT, PBT ke daerah/desa pelaksana d. Penyaluran benih dan pupuk sesuai dengan kaidah 6 tepat e. Kemitraan sinergi BUMN / Swasta dengan petani khususnya produsen benih dalam rangka pengembangan padi hibrida. f. Peningkatan pengawasan pupuk, benih, dan pestisida oleh KPP, POPT dan PPNS. g. Detasering petugas pusat dan propinsi minimal 1 minggu sampai tingkat kecamatan dan desa.

Bidang TPH

h. Pendampingan dan pengawalan teknologi agar inovasi teknologi sampai ke lahan petani oleh peneliti/penyuluh pertanian. Rencana penempatan peneliti/penyuluh untuk pengawalan teknologi adalah seperti terlampir. i. Penanganan pasca panen dan pemasaran hasil melalui pendampingan j. Pemberdayaan POSKO di berbagai tingkatan dilakukan melalui rapat-rapat POSKO di masing-masing tingkat dengan tugas dan fungsi untuk memantau kemajuan pelaksanaan P2BN serta memecahkan permasalahan yang bersifat spesifik lokasi yang dilaksanakan sekurang-kurangnya setiap pekan atau sewaktu-waktu bila diperlukan. k. Supervisi dan pembinaan dilaksanakan oleh penanggungjawab wilayah secara berjenjang sampai tingkat kelompok tani. l. Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggungjawab wilayah baik tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota. Keberhasilan gerakan peningkatan produksi beras nasional dua juta ton sangat tergantung adanya peran aktif kepemimpinan formal maupun non formal serta partisipasi seluruh masyarakat, optimalisasi dan sinergi pemanfaatan dana baik dari APBN, APBD, Perbankan, swasta serta adanya jaminan harga yang dapat memberi insentif bagi petani untuk berproduksi. 5.D. Pola gerakan P2BN. Pola pelaksanaan gerakan P2BN adalah sebagai berikut : 1. Kepemimpinan daerah sangat menentukan bagi suksesnya gerakan P2BN, oleh karena itu ketua pelaksana dan sekretaris agar mengupayakan hal-hal sebagai berikut a. Pemberian informasi yang lengkap dan teratur kepada Gubernur/Bupati/Walikota. b. Pertemuan koordinasi yang perlu dijadwalkan untuk dipimpin langsung oleh Gubernur/Bupati/Walikota c. Memfasilitasi kampanye gerakan P2BN oleh Gubernur/Bupati/Walikota 2. Partisipasi petani / eklompok tani : a. Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan alat (instrumen)untuk mengusahakan agar petani secara massal mau, dan mampu melaksanakan penerapan teknologi baru dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu. b. Gerakan P2BN terlaksana dengan baik apabila kelompok tani mampu menyusun dan melaksanakan RDK dan RDKK, aparatur pelayanan (koperasi & perusahaan mitra) mampu melayani kelompok tani sesuai dengan RUK dan RDKK dan pimpinan daerah/wilayah/masyarakat mampu berperan sebagai pemimpin gerakan. c. Pemasyarakatan penyusunan dan pelaksanaan RUK dan RDKK terkait langsung dengan dukungan para camat dan Lurah/Kepala Desa, untuk itu perlu dipahami 5 langkah sebagai berikut : 1. Lurah/Kepala Desa mengadakan pertemuan dengan kontak tani/ketua kelompok tani yang ada di desa 2 bulan sebelum musim tanam untuk mengatur dan menetapkan jadwal musyawarah kelompok tani. 2. Menggerakkan petani anggota kelompok tani supaya hadir dan aktif dalam musyawarah/pertemuan/acara kelompok tani 3. Menghadiri musyawarah kelompok tani untuk menyusun RUK dan RDKK. 4. Memberikan dorongan / bimbingan kepada anggota kelompok tani ang seringkali / selalu tidak hadir 5. Melakukan pengawasan dengan memberikan koreksi (menasehati persuatif dan edukatif) kepada anggota kelompok tani yang menyimpang dalam pelaksanaan kesepakatan musyawarah penyusunan RUK/RDKK.

5.E. Penerapan Unsur-Unsur Teknologi 1. Penerapan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu merupakan komponen teknologi tepat guna dan spesifik lokasi yang tersedia untuk dapat diterapkan oleh petani memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang berkesinambungan agar petani mau dan mampu menerapkannnya. Penerapan teknologi pertanian dilaksanakan melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi dan mendapatkan produktivitas tinggi untuk itu diperlukan adanya berbagai penyesuaian berdasarkan spesifik lokasi Pelaksanaan PTT pada berbagai skala usahatani dan tipologi lahan yang lebih luas, memerlukan upaya rekayasa sosial dan ekonomi baik di tingkat kelompok tani maupun antar kelompok tani. Penerapan teknologi dapat dilakukan secara individu maupun melalui kerjasama dalam ikatan satu kelompok tani sehamparan.

2.

3.

5.F. Sosialisasi dan penyuluhan pertanian 1. Sosialisasi dan penyuluhan pertanian dalam rangka gerakan peningkatan produksi beras nasional dilaksanakan melalui kampanye penyebarluasan informasi dan kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan motivasi dan mengoptimalkan pencapaian produksi melalui penerapan komponen teknologi PTT

Bidang TPH

2.

3.

Sosialisasi dan penyuluhan pertanian juga dilakukan dengan memanfaatkan media masa (cetak maupun audio visual) , lembaga komunikasi yang ada di masyarakat dan meningkatkan peran serta institusi penyuluhan di propinsi/kabupaten/kota/ kecamatan/desa serta pusat penerangan masyarakat. Kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani melalui pemasyarakatan penerapan teknologi sesuai anjuran, meningkatkan kemampuan kelompok tani serta kelembagaan di pedesaan lainnya dengan pola agribisnis

VI.

Koordinasi 6.A. Perencanaan. 1. Perencanaan gerakan peningkatan produksi beras nasional tahun 2007, pada dasarnya merupakan perpaduan antara perencanaan yang berasal dari daerah (kelompok tani) , dengan perencanaan kebijakan tingkat nasional. Setiap kebijakan program dan perencanaan kebutuhan sarana produksi, permodalan, alat dan mesin pertanian, dan sarana penunjang pertanian dalam rangka mendukung gerakan P2BN, harus terlebih dahulu dibahas / disepakati oleh instansi terkait sesuai dengan tingkatannya. Rencana gerakan P2BN bersumber dari hasil musyawarah petani dalam kelompok tani dan hasil musyawarah di tingkat gabungan kelompok tani. Gerakan P2BN tahun 2007, di tetapkan dalam bentuk Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Pelaksana Koordinasi Nasional. Keputusan Gubernur/Ketua pelaksana propinsi, keputusan bupati/walikota / ketua pelaksana kabupaten/kota Camat / Ketua pelaksana kecamatan dan lurah / kepala desa / ketua pelaksana kalurahan / desa menyusun program yang merupakan penjabaran dari keputusan bupati/wali kota / ketua pelaksana kabupaten / kota tentang gerakan P2BN, setelah berkonsultasi dengan KTNA, kelompok tani dan lembaga pelaku utama pembangunan pertanian

2.

3. 4.

5.

6.B. Optimasi Gerakan P2BN 1. 2. Seluruh petani pelaskana gerakan P2BN diupayakan untuk memanfaatkan teknologi/inovasi baru spesifik lokasi yang dianjurkan. Anjuran teknologi untuk produksi padi ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian propinsi dengan memperhatikan hasil-hasil penelitian dari BPTP, serta petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Tanaman pangan Apabila timbul eksplosi organisme pengganggu tanaman yang tidak dapat ditanggulangi oleh petani/kelompok tani maka pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan instansi berwenang, mengusahakan bantuan untuk penanggulangan dan menggerakkan masyarakat secara serentak dan massal untuk mengatasi eksplosi tersebut. Untuk melaksanakan kegiatan P2BN, kegiatan sosialisasi dan penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian, aparat pemerintah dan kelompok swadaya masyarakat yang dikoordinasikan oleh camat/ketua pelaksana kecamatan. Materi sosialisasi, penerangan dan penyuluhan diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, peningkatan peran serta dan kemampuan kelompok tani, lembaga pendukung / koperasi dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha tani. Untuk mencukupi kebutuhan benih nggul baru bermutu tinggi pada setiap musim tanam diupayakan penangkaran benih oleh kelompok tani, penangkar benih yang bekerjasama dengan produsen benih berbadan hukum. Upaya pengadaaan dan penyaluran sarana produksi khususnya pupuk dilakukan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan-ketentuan dalam peraturan Menteri Pertanian beserta petunjuk pelaksanaannya, sedangkan sarana produksi lainnya diserahkan kepada mekanisme pasar sesuai dengan permintaan petani. Petani peserta gerakan P2BN yang membutuhkan pinjaman modal dapat memanfaatkan kredit yang persyaratan dan ketentuannya ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Bank pemberi kredit. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan peningkatan usahatani, dikembangkan hubungan kerjasama kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha (BUMN dan Swasta), dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

3.

4.

5.

6.

7.

8. 9.

6.C. Tata Kerja 1. Koordinasi dalam gerakan P2BN adalah koordinasi perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan peningkatan produksi padi/beras, yang dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan kewenangannya masing-masing Sebagai perwujudan koordinasi dilaksanakan antara lain dengan diterbitkannya petunjuk teknis/surat edaran, forum/rapat yang terencana dan terjadwal

2.

Bidang TPH

10

3.

4. 5. 6.

Rapat koordinasi untuk membahas kebijakan dan pelaksanaan gerakan P2BN yang dipimpin oleh ketua pelaksana koordinasi nasional atau ketua pelaksana propinsi dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 2 bulan. Rapat khusus atau rapat yang bersifat berkala oleh pelaksana propinsi/kabupaten/kota yang membahas perencanaan, apelaksanaan kegiatan dan pemecahan dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali dalam satu musim tanam Pembinaan dan supervisi yang di pimpin oleh ketua pelaksana koordinasi nasional / ketua pelaksana propinsi untuk memotivasi dan memecahkan masalah dilakukan minimal 2 kali dalam musim tanam. Pengamatan lapangan untuk membantu pemecahan masalah dilapangan dilakukan oleh Tim antar instansi sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dalam 1 musim tanam Kunjungan lapangan dalam rangka supervisi wilayah dilakukan terkoordinasi dengan instansi terkait agar dperoleh efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya.

6.D. Pemantapan Koordinasi 1. Untuk memperlancar pelaksanaan gerakan P2BN dan menjamin kelancaran koordinasi operasional dapat dibentuk pos simpul koordinasi (POSKO) aparatur pemerintah. POSKO aparat mulai dari tinkat kalurahan/desa sampai nasional sekaligus berperan sebagai sekretariat gerakan peningkatan produksi beras nasional dan bertanggungjawab pada masing-masing tingkat koordinasi. a. POSKO I : Di tingkat nasional, berada pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan pimpin oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Deptan b. POSKO II : Di tingkat propinsi berada pada Dinas Pertanian Propinsi dan di pimpin oleh Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan c. POSKO III : Di tingkat Kabupaten/Kota berada pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan. d. POSKO IV : Di tingkat kecamatan berada pada Balai Penyuluhan Pertanian atau kantor cabang Dinas Pertanian Kecamatan dan di pimpin oleh Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan. e. POSKO V : di tingkat kaburahan/desa berada pada Pos Penyuluhan Pertanian Pedesaan dan di pimpin oleh penyuluh pertanian lapangan. 2. Tugas dan Fungsi Posko a. Posko II : di tingkat propinsi Tugas posko : mengupayakan agar terlaksananya rencana-rencana kegiatan gerakan P2BN oleh unsur pelayanan maupun oleh kelompok tani dan melaksanakan tindakan korektif. Fungsi : 1. Memantau pelaksanaan gerakan P2BN di wilayahnya 2. Mengidentifikasi masalah yang di jumpai 3. Memecahkan masalah dan mengusulkan pemecahan masalah yang perlu dipecahkan di tingkat posko I 4. Melaksanakan korektif terhadap aparat pelayanan, pengaturan dan penyuluhan pertanian. 5. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan instansi terkait. 6. Pembinaan posko III 7. Menyusun dan mengirimkan laporan pelaksanaan gerakan P2BN ke posko I 8. Membentuk kelompok-kelompok kerja yang bertugas antara lain menganalisa, mengidentifikasi masalah, merumuskan materi, menyusun pedoman/skenario pelaksanaan suatu kegiatan, mengajukan alternatif pemecahan untuk tindakan korektif masing-masing di bidang penyuluhan pertanian teknologi dan budidaya, sarana produksi, pasca panen dan pemasaran hasil, konservasi tanah dan air serta keterpaduan kelompok tani. Frekwensi rapat : 2 minggu sekali. b. Posko III : ditingkat kabupaten/kota Tugas posko : mengupayakan agar terlaksananya rencana-rencana kegiatan gerakan P2BN dan melaksanakan tindakan korektif. Fungsi : 1. Memantau pelaksanaan gerakan P2BN pada setiap kecamatan di wilayahnya. 2. Mengidentifikasi masalah yang dijumpai 3. Memecahkan masalah dan mengusulkan pemecahan masalah yang perlu dipecahkan di tingkat posko II. 4. Melaksanakan korektif terhadap aparat pelayanan, pengaturan dan penyuluhan pertanian. 5. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan instansi terkait. 6. Pembinaan posko IV 7. Menyusun dan mengirimkan laporan pelaksanaan gerakan P2BN ke posko II

Bidang TPH

11

8. Membentuk kelompok-kelompok kerja yang bertugas antara lain menganalisa, mengidentifikasi masalah, merumuskan materi , menyusun pedoman/skenario pelaksanaan suatu kegiatan, mengajukan alternatif pemecahan untuk tindakan korektif masing-masing di bidang penyuluhan pertanian, teknologi dan budiddaya, sarana produksi, pasca panen dan pemasaran hasil, konservasi tanah dan air serta keterpaduan kelompok tani. Frekwensi rapat : 2 minggu sekali. c. Posko IV : Di tingkat Kecamatan Tugas posko : mengupayakan agar terlaksananya rencana-rencana kegiatan gerakan P2BN dan kesepakatan-kesepakatan musyawarah kelompok tani dalam kegiatan gerakan P2BN dan melaksanakan tindakan korektif. Fungsi : 1. Memantau pelaksanaan gerakan P2BN pada setiap kalurahan/desa di wilayahnya 2. Mengidentifikasi masalah yang di jumpai. 3. Memecahkan masalah dan mengusulkan pemecahan masalah yang perlu pemecahan di tingkat posko III 4. Melaksanakan korektif terhadap aparat penyuluhan pertanian 5. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan instansi terkait. 6. Pembinaan posko V 7. Menyusun dan mengirimkan laporan pelaksanaan gerakan P2BN ke posko III 8. Membina keterpaduan kelompok tani dengan lembaga-lembaga yang berada di wilayahnya. Frekwensi rapat : 2 minggu sekali. d. Posko V. : di tingkat kalurahan/desa Tugas posko : mengupayakan agar terlaksananya rencana-rencana kegiatan gerakan P2BN dan kesepakatan-kesepakatan musyawarah kelompok tani dalam kegiatan gerakan P2BN dan melaksanakan tindakan korektif. Fungsi : 1. Memantau pelaksanaan gerakan P2BN di wilayahnya. 2. Mengidentifikasi masalah yang di jumpai. 3. Memecahkan masalah dan mengusulkan pemecahan masalah yang perlu dipecahkan di tingkat posko IV. 4. Melaksanakan korektif terhadap aparat penyuluh pertanian. 5. Menyusun dan mengirimkan laporan pelaksanaan gerakan P2BN ke posko IV 6. Membina keterpaduan kelompok tani dengan lembaga-lembaga yang berada di wilayahnya Frekwensi rapat : 2 minggu sekali 3. Kegiatan posko Sesuai dengan tugas dan fungsi posko tersebut diatas maka beberapa kegiatan posko yang perlu dilaksanakan disemua tingkat adalah : a. Melengkapi data dan informasi pada ruangan posko. 1. Rencana pertanaman yang dijadwalkan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan di wilayahnya 2. Jadwal kegiatan di rinci per bulan, lokasi dan penanggungjawab gerakan massal (dilengkapi dengan network planing) 3. Peta lokasi sasaran yang melaksanakan gerakan P2BN. 4. Struktur organisasi posko (ketua, sekretaris, anggota dsb) 5. Kebutuhan sarana produksi 6. Data pendukung kegiatan gerakan P2BN seperti penyuluh pertanian, kelompok tani, kios sarana produksi, alat dan mesin pra dan pasca panen dll 7. Keragaan pelaksanaan gerakan P2BN, termasuk pencapaian sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas, produksi, varietas (dilaksanakan oleh mantri tani dan mantri statistik), penyaluran sarana produksi, penerapan teknologi dll. b. Memantau pelaksanaan gerakan P2BN di wilayahnya, mengidentifikasi masalah yang di jumpai dan melaksanakan tindakan korektif. c. Melaksanakan rapat posko dua minggu sekali, menyusun risalah rapat dan mengirimkan ke posko diatasnya. d. Mengusulkan pemecahan masalah yang tidak bisa dipecahkan di posko yang bersangkutan e. Mengadakan pembinaan/bimbingan kepada kelembagaan petani dan posko dibawahnya. 4. Untuk menjamin kelancaran kegiatan geralan P2BN pada setuiap tingkatan, diupayakan dibentuk tim kerja yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tingkatan, secara umum pokja yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Bidang TPH

12

a. b. c. d. e. f.

Penyuluhan dan pendampingan pertanian. Rehabilitasi insfrastruktur Pengadaan dan distribusi sarana produksi Pemantauan pasar dan distribusi produksi Teknologi dan budidaya Tim kerja lain sesuai kebutuhan

5. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian, telah di tunjuk anggota tim teknis pada tim koordinasi nasional agar tim teknis dapat lebih efektif memberikan masukan dan saran-saran, aspek teknis dalam rangka pelaksanaan tugas tim koordinasi nasional, maka timteknis ini terdiri dari bidang-bidang : a. Penyuluhan dan pendampingan pertanian. b. Rehabilitasi insfrastruktur c. Pengadaan dan distribusi sarana produksi d. Pemantauan pasar dan distribusi produksi e. Teknologi dan budidaya 6.E. Monitoring dan Pelaporan 1. Laporan kegiatan Gerakan P2BN dilakukan bertingkat yaitu dari ketua tim pelaksana kecamatan kepada ketua tim pelaksana kabupaten dan ketua tim pelaksana kabupaten/kota kepada ketua tim pelaksana propinsi selanjutnya ketua tim pelaksana propinsi kepada ketua tim koordinasi nasional, sedangkan laporan yang bersifat berkala dilakukan bertingkat melalui jalur sekretariat tim pada setiap tingkatan. 2. Data dan Informasi yang dilaporkan adalah meliputi seluruh perkembangan pelaksanaan kegiatan pada setiap tingkatan organisasi. a. Posko I : ditingkat nasional b. Posko II : ditingkat propinsi c. Posko III : ditingkat kabupaten/kota d. Posko IV : ditingkat kecamatan e. Posko V : ditingkat kaluran/des 3. Materi dan jadwal pelaporan mulai dari posko V sampai ke posko I, sebagai berikut a. Materi : 1. Laporan penyaluran benih padi hibrida dan inbrida 2. Laporan stok dan penyaluran pupuk (urea,SP36,ZA dan NPK) termasuk cadangan pupuk. 3. Laporan stok dan penyaluran pestisida. 4. Laporan penyaluran perkreditan 5. Laporan serangan hama penyakit dan bencana alam 6. Laporan permasalahan dan upaya pemecahan. 7. Hal-hal lain yang dianggap perlu Format pelaporan seperti terlampir b. Laporan, kepresiden dilaksanakan setiap 2 minggu, sehingga secara berjenjang, ditetapkan jadwal sebagai berikut : 1. Tingkat pimpinan : H-O 2. Posko I : setiap tanggal (H-3) 3. Posko II : setiap tanggal (H-7) 4. Posko III : setiap tanggal (H-10) 5. posko IV : setiap tanggal (H-12) 6. Posko V : setiap awal bulan (H-14) VII. PEMBIAYAAN Penyediaan dukungan anggaran rutin dan pembangunan untuk pelaksanaan pelayanan administrasi perkantoran dan menggerakkan aparat pengaturan, pelayanan dan penyuluhan pertanian dalam rangka pelaksanaan gerakan P2BN diatur dengan mengikluti ketentuan pokok sebagai berikut : 1. Biaya dalam rangka penyelenggaraan sekretariat tim dan biaya operasional untuk mengkoordinasikan penyusunan rencana, gerakan pembinaan/pengendalian, pengawasan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat dan daerah di sediakan dari dana APBN dan APBD. Dana APBN yang tersedia lebih diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan rutin dan pokok yang strategis bagi pencapaian sasaran program secara nasional. Sedangkan APBD lebih ditekankan untuk membiayai kegiatan-kegiatan [pokok yang juga menjadi urusan rumah tangga daerah. Kedudukan dana APBN dari sisi program adalah melengkapi penyediaan dana APBN/APBD secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan kepentingan prioritas pembangunan pada masing-masing daerah 2. Biaya dalam rangka penyelenggaraan operasional tim koordinasi nasional dari setiap instansi yang terkait dibebankan pada APBN dan APBD masing-masing instansi/lembaga.

Bidang TPH

13

VIII. P E N U T U P Petunjuk pelaksana ini merupakan pedoman dalam pengelolaan gerakan peningkatan produksi beras nasional tahun 2007, mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kalurahan/desa. Untuk pedoman operasional pada tingkat propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, perlu di buat pedoman pelaksanaan oleh gubernur/ketua tim pelaksana propinsi, bupati/walikota selaku ketua tim pelaksana kabupaten / kota , camat selaku ketua tim pelaksana kecamatan. Sedangkan lurah / kepala desa selaku ketua tim pelaksana kalurahan/desa menerbitkan rencana kerja operasional di tingkat lapangan. Mengingat banyak pihak yang aktif berpartisipasi dan menjadi komponen operasional dari gerakan P2BN, maka keserasian kerjasama dalam suatu sistem koordinasi di bawah pimpinan Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Lurah/Kepala Desa dalam kawasannya perlu di bina untuk menumbuhkan disiplin, semangat dan sinkronisasi kegiatan semua aparat yang terlibat. Karena koordinasi dan sinkronisasi itu tergantung dari kelancaran arus informasi, maka pemantauan harus dlakukan dengan tertib serta teratur dan berkelanjutan sehingga setiap masalah yang timbul di lapangan dapat diatasi dengan cara yang tepat secara dini.

Bidang TPH

14

You might also like