You are on page 1of 7

LIMFOMA

Limfoma adalah kanker yang tumbuh akibat perubahan genetic (mutasi) sel limfosit (sel darah putih yang bertanggung jawab atas pertahanan alami tubuh). Mutasi ini bisa menyerang batas tepi (lineage) sel B, sel T, ataupun sel NK. Saat ini ada sekitar 43 jenis limfoma yang dikategorikan ke dalam: Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-hodgkin (NHL). Klasifikasi biasanya didasarkan atas jenis sel yang mengalami mutasi: B cell, T cell, ataupun natural killer cell tumor. WHO memperkirakan sekitar 1,5 juta orang di dunia saat ini hidup dengan NHL dan 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini tiap tahun. Sekitar 55 persen dari NHL tipenya agresif dan tumbuh cepat (contoh: Limfoma Burkitt). NHL merupakan kanker tercepat ketiga pertumbuhannya setelah kanker kulit dan paru-paru. NHL banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia 45-60 tahun.Makin tua usia makin tinggi risiko terkena limfoma karena daya tahan tubuhnya menurun.

Untuk mengenal lebih jauh limfoma, kita perlu mengenai lebih lanjut mengenai system limfatik tubuh. Sistem pembuluh getah bening (system limfatik) merupakan system pertahanan alami tubuh terhadap infeksi. Sistem ini bekerja melalui cairan limfatik dalam pembuluh getah bening.

Cairan limfatik merupakan cairan putih menyerupai susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (jenis sel darah putih). Limfosit terdiri dari dua jenis, yaitu sel B dan T. Sel B layaknya pabrik senjata di dalam tubuh, yang memproduksi protein, disebut antibodi, yang dimaksudkan untuk menyerang musuh (bakteri). Mereka memeriksa sel tubuh beberapa kali dalam sehari untuk melihat jika ada sel-sel yang sakit. Jika ditemukan sel yang sakit atau sel yang tua, limfosit memusnahkannya.

Organ organ yang terkait dengan pembuatan dan sirkulasi limfosit adalah: limpa (spleen), kelenjar timus, sum sum tulang dan amandel (tonsil). Limfoma biasanya menyerang organ organ ini.

Hingga kini penyebab limfoma belum diketahui secara pasti. Ada empat kemungkinan penyebabnya yaitu faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteri dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet, pewarna kimia).

Gejala Limfoma: pembengkakan kelenjar getah bening pada daerah leher, ketiak atau pangkal paha penurunan berat badan secara drastis rasa lelah yang terus menerus batuk-batuk dan sesak napas gatal-gatal demam tanpa sebab keringat dingin pada malam hari

Seringkali penderita hanya memiliki semacam benjolan atau pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Karena tidak ada gejala khas, banyak pasien limfoma biasanya baru terdeteksi saat sudah stadium lanjut dan ini menyulitkan pengobatan.

Pengobatan Limfoma: Pengobatan limfoma tergantung dari jenis dan tipe limfoma. Limfoma indolen (derajat rendah) biasanya berkembang lambat sehingga perlakuannya hanya dipantau terus sambil tetap waspada. Jika kemudian mulai menimbulkan gejala, maka radioterapi atau kemoterapi disarankan; meskipun hal ini tidak menyembuhkan limfoma, mereka dapat mengurangi gejala, terutama limfadenopati (pembengkakan limpa yang biasanya menyakitkan).

Limfoma Hodgkin biasanya diperlakukan dengan radioterapi saja, asalkan belum menyebar. Penyakit NHL memerlukan kemoterapi sistemik, kadang dikombinasikan dengan radioterapi.

Limfoma agresif, seperti NHL cepat tumbuh dan menyebar. Jika dibiarkan tanpa pengobatan, pasien dapat meninggal dalam kurun waktu enam bulan. Diagnosa dan pengobatan yang dilakukan sedini mungkin dapat meningkatkan harapan hidup.

KANKER USUS Penyebab Kanker Usus Penyebab kanker usus hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya kanker usus, antara lain: Usia: golongan orang tua (berusia diatas 50 tahun) lebih beresiko terkena kanker ussu Pola makan minim sayuran dan buah-buahan Obesitas atau penderita diabetes Merokok dan/atau pecandu alkohol Riwayat polip usus atau penyakit usus: orang-orang yang sering mengalami polip usus, penyakit ulcerative colitis ataupun penyakit Crohn, lebih besar resikonya untuk terkena kanker kolorektal Riwayat kanker usus dalam keluarga: Jika Anda memiliki keluarga dekat (orangtua atau saudara kandung) yang menderita kanker ini, risiko Anda mungkin meningkat

Gejala Kanker Usus Kanker kolorektal biasanya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala biasanya baru timbul pada stadium lanjut. Gejala-gejala kanker usus, yaitu: - Tinja berbentuk runcing(seperti pinsil) - Darah dalam tinja - Perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit yang semakin intens). - Sakit perut - Sering kelelahan - penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab jelas

Bagaimana Kanker Usus Diketahui Orang berusia 50 tahun keatas ataupun memiliki riwayat keluarga terkena kanker usus, sangat disarankan untuk melakukan SKRINING secara berkala mulai usia 50 tahun untuk deteksi dini kanker usus. Mengapa ? Karena ketika polip pra-kanker dan kanker usus besar ditemukan dan diobati pada tahap awal, angka kesembuhan mendekati 100 persen. Kolonoskopi umumnya dianggap sebagai skrining dan diagnosa terbaik untuk kanker usus besar.

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: Kolonoskopi: teropong usus besar Guaiac Fecal Occult Blood Test (gFOBT): untuk menemukan darah dalam tinja gejala awal kanker usus, biasanya dilanjutkan dengan kolonoskopi Enema barium: tablet barium dimasukkan ke dalam usus besar melalui anus kemudian dilakukan foto rontgen Digital Rectal Examinations (DRE): colok dubur Test penanda tumor CEA dan CA 19-9, yaitu melalui pengambilan sample darah untuk meneliti adanya peningkatan protein tertentu yang terkait dengan keberadaan kanker usus.

Tahapan Perkembangan Kanker Usus Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam kolon atau rektum. Stadium I merupakan tahapan dimana sel-sel kanker telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum, tetapi tapi belum tembus keluar. Stadium II merupakan tahapan kanker yang mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening. Stadium III merupakan tahapan dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tetapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain. Stadium IV merupakan tahapan kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Usus Empat jenis utama pengobatan untuk kanker kolorektal adalah: - Pembedahan - Radioterapi - Kemoterapi - Target terapi

Tergantung pada tahap kanker anda, dua atau lebih jenis pengobatan dapat digunakan pada saat yang sama, atau dilakukan satu persatu.

Pembedahan untuk Kanker Usus Pembedahan biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal. Suatu Polipectomi adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh dokter (ahli endoskopi) untuk mengangkat polip usus yang dianggap berbahaya (mengarah ke pra-kanker) pada saat dilakukannya kolonoskopi. Bila sudah menjadi kanker, maka perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut kolektomi atau reseksi segmental. Biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena kanker (termasuk node getah bening didekatnya), dan kemudian menyambungkan kembali bagian usus yang tersisa. Pada operasi ini, dokter mungkin menganggap perlu untuk membuat lumbang pembuangan tinja sementara (ostomi) di pinggang pasien untuk memberikan waktu ususnya sembuh. Suatu bedah laparoskopi kolostomi (lihat gambar dibawah)- menggunakan tehnik yang lebih canggih yang tidak memerlukan sayatan panjang seperti pada operasi pembedahan biasa (open surgery). Beberapa manfaat dari metode ini adalah rasa sakit sesudah operasi jauh lebih berkurang dan pasien tidak perlu rawat inap terlalu lama di RS.

Untuk jenis kanker dubur (rectum) stadium awal, dokter bisa melakukan pembedahan seperti eksisi local dan reseksi trans-anal local, dengan alat ditempatkan ke dalam anus, tanpa harus membuat sayatan pada kulit.

Pada kasus kanker usus dan kanker rectum tahap II dan III, mungkin memerlukan penanganan/pembedahan yang lebih serius, dengan salah satu metode ini: Reseksi Low Anterior: Metode ini dilakukan bila posisi kanker terletak diatas rectum dekat dengan perbatasan usus besar. Dokter bedah perlu membuat sayatan terbuka pada perut untuk mengangkat bagian yang terkena kanker (beserta kelenjar getah bening terinfeksi), tanpa mempengaruhi Anus. Pada metode ini, pasien masih dapat BAB seperti biasa (melalui anus). Proctectomy dengan colo-anal anastomotosis: Bila letak kanker diantara bagian tengah dan 2/3 bawah dubur, maka seluruh rektum dan usus besar yang melekat pada anus perlu diangkat. Ini disebut anastomosis colo-anal

(anastomosis berarti koneksi). Ini adalah operasi yang sulit untuk dilakukan. Untuk itu dokter akan membuat kantong pembuangan tinja sementara (ostomi) hingga ususnya sembuh. Operasi kedua diperlukan kemudian untuk menutup pembukaan ostomi. Reseksi Abdominoperineal (AP): bila kankernya berada pada bagian bawah rectum dekat dengan anus, maka ahli bedah perlu mengangkat juga anusnya. Akibatnya sebuah lubang pembuangan tinja (ostomi) permanent perlu dibuat untuk mengeluarkan tinja/kotoran dari tubuh pasien selanjutnya Eksenterasi panggul: Jika kanker rektum sudah menyebar ke organ terdekat, maka diperlukan suatu pembedahan radikal, yang mungkin melibatkan pengangkatan usus besar, anus ataupun kandung kemih/prostate/rahim yang terinfeksi. Suatu ostomi diperlukan untuk pembuangan tinja permanent. Jika kandung kemih diangkat, sebuah urostomy (pembuka untuk buangan air seni) juga diperlukan.

Efek samping Pembedahan. Efek samping dari operasi tergantung pada banyak hal, seperti tingkat operasi dan kesehatan umum seseorang sebelum operasi. Rasa sakit sesudah operasi, umum dirasakan. Efek lain yang mungkin timbul antara lain: pendarahan, pembekuan darah di kaki, dan kerusakan organ terdekat selama operasi. Pada kasus yang jarang terjadi, sambungan usus bisa bocor dan menyebabkan infeksi. Selain itu setelah operasi, kemungkinan bisa timbul jaringan parut pada bagian kulit yang dioperasi. Pembuatan ostomi ataupun urostomi juga kadang bisa menimbulkan rasa ganjil dan stress bagi pasien pada tahap awal. Untuk itu, diperlukan bimbingan dari paramedic Anda agar Anda bisa terbiasa menjalani kebiasaan BAB maupun berkemih yang baru. Pembedahan juga bisa berdampak pada kehidupan seksual Anda. Beberapa efek samping yang mungkin timbul antara lain, tidak keluarnya air mani saat orgasme, gangguan ereksi pada pria, serta rasa sakit dan menurunnya gairah seksual pada wanita.

Radioterapi untuk Kanker Usus Radioterapi dalam mengobati kanker usus terutama digunakan ketika sel-sel kankernya sudah menempel ke organ dalam atau ke lapisan dalam perut (abdomen). Dalam hal ini radioterapi digunakan setelah operasi pengangkatan untuk memastikan seluruh sel-sel kanker yang tersisa mati. Radiasi jarang digunakan untuk mengobati kanker usus besar yang telah menyebar (metastasis). Untuk kanker rektum, radiasi sering diberikan baik sebelum atau setelah operasi untuk membantu mencegah kankernya kambuh. Sebuah tehnik khusus radioterapi dapat dilakukan pada kasus kanker dubur dengan tumor kecil. Tehnik radio-surgery terapi ini memungkinkan pengangkatan tumor, tanpa perlu melakukan operasi pembedahan terbuka. Brachytherapy (terapi radiasi internal): Dalam metode ini, pelet kecil atau biji bahan radioaktif ditempatkan langsung ke kankernya dalam jangka pendek dengan tujuan mematikan kankernya tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Metode ini dilakukan untuk orang-orang yang karena satu dan lain hal tidak dapat menjalani operasi.

Kemoterapi untuk Kanker Usus Kemoterapi (kemoterapi) melibatkan penggunaan obat-obatan melalui infus ke dalam aliran darah ataupun tablet minum untuk mematikan sel-sel kankernya. Kemo kadang digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan kankernya, atau pada kasus kanker usus yang telah bermetastasis ke hati.

Target Terapi untuk Kanker Usus Target terapi, kadang disebut sebagai smart drugs, yaitu hanya memfokuskan diri untuk mematikan sel-sel kankernya, sehingga tidak mengganggu sel-sel normal lainnya.

Contoh obat-obatan target terapi untuk kanker usus, adalah: bevacizumab (Avastin ), panitumumab (vectibix), dan cetuximab (Erbitux). Obat ini merupakan antibodi monoclonal buatan (versi manusia) untuk menyerang kanker pada akar molekulnya.

Target terapi biasanya dilakukan bersamaan dengan kemoterapi untuk meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

You might also like