You are on page 1of 6

2. Karakteristik Fisikokimia Patch transdermal Kualitas patch transdermal dapat dievaluasi dengan uji karakteristik fisikokimia patch transdermal.

a. Visual patch transdermal Pengamatan visual terhadap ketujuh formula patch dilakukan oleh 20 responden dengan cara survey accidental. Pengamatan visual yang dilakukan oleh responden meliputi 4 pernyataan positif yaitu, apakah warna patch rata dan tidak ada bercak pada permukaan patch, apakah patch lentur, apakah permukaan patch halus dan apakah permukaan patch tidak berminyak (Prabhakara dkk., 2010). Responden mengisi kuesioner dengan memilih satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan patch yang diamati. Pendapat dan persepsi responden diukur dengan skala Likert yaitu: sangat setuju (SS) dengan nilai 4, setuju(S) dengan nilai 3, tidak setuju (TS) dengan nilai 2 atau sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1 (Lampiran 3). Dengan demikian range nilai hasil pengamatan visual terhadap satu patch yaitu 4 16.

b. Ketebalan patch transdermal Pengujian ketebalan patch pada tiap formula adalah dengan mengukur ketebalan satu persatu 3 patch. Pengukuran tebal patch menggunakan alat jangka sorong dan dilakukan pada 3 titik yang berbeda (Parivesh dkk., 2010). c. Bobot patch transdermal Pengujian variasi bobot patch pada setiap formula adalah dengan cara menimbang satupersatu 3 patch, kemudian dihitung bobot rata-ratanya (Parivesh dkk., 2010).

d. Persentase susut pengeringan (loss on drying)) patch transdermal

Patch ditimbang satu-persatu dan dimasukkan dalam moisture balance pada suhu 105oC hingga layar pada alat menunjukkan angka susut pengeringan. e. Persentase daya serap kelembaban (moisture uptake) patch transdermal Patch ditimbang kemudian dimasukkan dalam climatic chamber pada suhu 25oC selama 24 jam. Selanjutnya patch dikeluarkan dari desikator dan ditimbang kembali. Persen daya serap kelembaban dihitung menggunakan rumus berikut ini (Patel dkk., 2009):

........................(9)

f. Ketahanan terhadap pelipatan (folding endurance) patch transdermal. Pengujian ketahanan terhadap pelipatan dilakukan dengan melipat patch berkali-kali pada posisi yang sama sampai patch tersebut patah. Jumlah pelipatan tersebutlah yang dianggap sebagai nilai ketahanan terhadap pelipatan (Parivesh dkk., 2010).

g. Kandungan zat aktif dalam patch transdermal (drug content). i. Penetapan panjang gelombang maksimum (max) kalium losartan Kalium losartan ditimbang seksama lebih kurang 150,0 mg dilarutkan dalam campuran pelarut diklorometan-etanol-aquades dengan perbandingan (5:11:3) pada labu takar 50,0 mL dan diencerkan hingga 50,0 mL (larutan baku induk). Larutan kalium losartan diambil sejumlah 10,0 L dan diencerkan dengan ditambahkan etanol absolut sampai 2000,0 L pada mikrotub. Panjang gelombang maksimum losartan ditentukan dengan melakukan scanning larutan pada panjang gelombang 190-400 nm menggunakan spektrofotometer UV. Pada penelitian diketahui panjang gelombang maksimum losartan adalah 210 nm. h. Kandungan zat aktif dalam patch transdermal (drug content). ii. Penetapan panjang gelombang maksimum (max) kalium losartan

Kalium losartan ditimbang seksama lebih kurang 150,0 mg dilarutkan dalam campuran pelarut diklorometan-etanol-aquades dengan perbandingan (5:11:3) pada labu takar 50,0 mL dan diencerkan hingga 50,0 mL (larutan baku induk). Larutan kalium losartan diambil sejumlah 10,0 L dan diencerkan dengan ditambahkan etanol absolut sampai 2000,0 L pada mikrotub. Panjang gelombang maksimum losartan ditentukan dengan melakukan scanning larutan pada panjang gelombang 190-400 nm menggunakan spektrofotometer UV. Pada penelitian diketahui panjang gelombang maksimum losartan adalah 210 nm.

iii.

Scanning larutan blanko patch transdermal. Patch tanpa kalium losartan (placebo) dilarutkan dalam 10,0 mL campuran pelarut

diklorometan-etanol-aquades dengan perbandingan (5:11:3). Larutan blanko patch transdermal diambil sejumlah 10,0 L dan diencerkan dengan ditambahkan etanol absolut sampai 2000,0 L pada mikrotub. Panjang gelombang maksimum losartan ditentukan dengan melakukan scanning larutan pada panjang gelombang 190-400 nm menggunakan spektrofotometer UV.

iv.

Pembuatan kurva baku kalium losartan Kurva baku kalium losartan dibuat dari larutan induk dengan kadar kalium losartan 30

mg/mL. Kurva baku dibuat dengan cara mengambil seksama sejumlah larutan induk, kemudian diencerkan dengan etanol absolut dengan seri pengenceran masing-masing 5 ppm, 9 ppm, 12 ppm, 15 ppm, 18 ppm, 21 ppm dan 24 ppm. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 210 nm, lalu dibuat persamaan garis linier hubungan absorbansi dengan kadar kalium losartan. Persamaan regresi linier digunakan untuk menentukan kadar losartan pada tiap patch transdermal.

v. Uji kandungan zat aktif (drug content) patch transdermal Patch transdermal kalium losartan ditimbang seksama, dilarutkan dalam 10,0 mL campuran pelarut diklorometan-etanolaquades dengan perbandingan (5:11:3). Larutan patch transdermal kalium losartan diambil sejumlah 10,0 L dan diencerkan dengan ditambahkan etanol absolut sampai 2000,0 L pada mikrotub. Selanjutnya larutan divorteks selama 20 detik kemudian absorbansinya diukur

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 210 nm. 3. Penentuan formula optimum a. Penentuan profil sifat komponen dan interaksinya Penentuan profil sifat komponen dan interaksinya ditentukan dengan simplex lattice design berdasarkan rumus (Bolton, 1997):
Y = 1(A)+2(B)+3(C)+12(A)(B)+13(A)(C)+23(B)(C)+123(A)(B)(C)......................(10) Keterangan: Y : respon hasil percobaan. A : proporsi komponen Asam oleat. B : proporsi komponen Isopropil Alkohol. C : proporsi komponen Propilen glikol. 1 : koefisien yang didapat dari percobaan dengan A = 1 bagian (100 %). 2 : koefisien yang didapat dari percobaan dengan B = 1 bagian (100 %). 3 : koefisien yang didapat dari percobaan dengan C = 1 bagian (100 %). 12 : koefisien dengan A dan B masing-masing 0,5 bagian (50 %). 13 : koefisien dengan A dan C masing-masing 0,5 bagian (50 %). 23 : koefisien dengan B dan C masing-masing 0,5 bagian (50 %). 123 : koefisien dengan A, B dan C masing-masing 1/3 bagian (33,3 %).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dimasukkan dalam persamaan untuk mendapatkan nilai koefisien dan selanjutnya akan diperoleh persamaan untuk menghitung respon. Persamaan yang didapat digunakan untuk pengolahan program optimasi Design Expert versi 7.

b. Penentuan formula optimum

Penentuan formula optimum menggunakan Design Expert versi 7. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dan pengolahan data respon maka akan diperoleh diagram contour plot. Daerah optimum dengan parameter yang dikehendaki diperoleh dengan menggabungkan masing-masing diagram contour plot membentuk desisability contour plot. Kemudian dipilih satu titik optimum untuk menentukan proporsi masing-masing komponen. 4. Pengujian transpor in vitro losartan dalam formula optimum a. Pembuatan Posphate Buffer Salin (PBS) pH 7,4 Aquades bebas CO2 sebanyak 800 mL dimasukkan dalam gelas beker 1000 mL, kemudian ditambahkan 2,045 g NaCl, 8,5176 g Na2HPO4, dan 5,4436 g KH2PO4, diaduk dengan pengaduk magnetik hingga larut sempurna. Derajat keasaman larutan diukur dengan pH meter, dan pH larutan dibuat 7,4 dengan menambahkan salah satu komponen dapar tetes demi tetes hingga didapat pH 7,4. Larutan dipindahkan dalam labu takar 1 liter, kemudian ditambahkan aquades bebas CO2 sampai tanda batas. b. Penyiapan kulit tikus Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan galur Wistar. Tikus dikorbankan dengan dietil eter, kemudian rambut pada kulit bagian punggung dipotong dengan alat pencukur tanpa merusak lapisan stratum corneum. Kulit tikus dipisahkan, lapisan lemak yang masih menempel dihilangkan dan selanjutnya dipotong melingkar sesuai dengan ukuran sel difusi. Kulit yang digunakan diukur ketebalannya dan sebelum digunakan direndam dalam PBS pH 7,4 selama 1 jam. c. Uji transpor losartan dalam sediaan patch transdermal Uji transpor dilakukan dengan menggunakan sel difusi tipe vertikal yang dimodifikasi. Bagian donor berisi sediaan patch transdermal kalium losartan. Membran pemisah kompartemen

donor dan aseptor adalah kulit tikus

dengan

luas

membran efektif 1,77 cm2. Membran

diletakkan antara kompartemen donor dan kompartemen aseptor dengan sisi dermis menghadap kompartemen aseptor. Kompartemen aseptor berisi PBS pH 7,4 sebanyak 25 mL dan diaduk dengan pengaduk magnetik. Pengamatan dilakukan selama 44 jam dan sampel diambil pada jam ke 0, 16, 18, 20, 22, 24, 40, 42 dan 44, setiap kali pengambilan sampel sebanyak 1mL dilakukan penambahan PBS pH 7,4 sebanyak 1 mL. Sampel disimpan dalam wadah flakon tertutup dan kadar losartan ditetapkan dengan instrumen high performance liquid chromatography (HPLC).

You might also like