You are on page 1of 10

NasDem Desak KPK Tuntaskan Kasus Century

Rabu, 4 Desember 2013 | 7:18

[JAKARTA] Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera menuntaskan pengusutan kasus korupsi yang merugikan negara dalam jumlah besar, seperti kasus Century dan proyek Hambalang. "Pengusutan kasus ini harus segera dituntaskan oleh KPK untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada institusi penegakan hukum," kata Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh dalam pernyataan politiknya saat menutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai NasDem, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (3/12). Menurut dia, aroma kontaminasi politik dalam sejumlah pengungkapan kasus korupsi harus dijawab oleh KPK dengan kerja keras dan transparansi dengan berpegang pada mekanisme hukum yang berlaku. "KPK adalah harapan terakhir tegaknya hukum dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika rakyat berharap KPK dapat membentengi diri dari intervensi politik dan penggiringan opini pulik," kata Surya. Partai NasDem sendiri, katanya, memiliki semangat dan komitmen yang sama dengan KPK dalam memberantas kasus korupsi di Indonesia. Tidak ada toleransi bagi setiap pelaku korupsi di Indonesia, termasuk apabila praktik korupsi tersebut dilakukan legislator dari partainya. "NasDem tidak akan lakukan pembelaan hukum kepada kader yang korup," kata Surya. Menurut dia, NasDem memiliki komitmen moralitas yang mengikat agar pemberantasan korupsi tak boleh terhenti dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan penguasa atau partai politik. Desakan atas penuntasan kasus korupsi di Indonesia itu merupakan salah satu butir rekomendasi Partai NasDem dari enam butir yang ditelurkan dalam Rakernas I partai itu.

Partai NasDem juga mendesak pemerintah melindungi dan menegakkan harkat kemanusiaan petani, nelayan dan buruh sebagai ujung tombak roda perekonomiaan nasional dan mengehentkan liberalisasi sektor pangan. Terakhir, Partai NasDem mendesak pemerintah menyelenggarakan pendidikan wajib 12 tahun diiringi peningkatan mutu dan kompetensi guru. Ketua KPK Abraham Samad saat menjadi pembicara dalam Rakernas I Partai NasDem, mengatakan, banyaknya pengangguran dan kemiskinan disebabkan kasus korupsi masih merajalela di Indonesia. "Kalau mau menciptakan negara yang bersih dan maju, maka harus dilakukan pemberantasan korupsi. Jangan bermimpin memajukan negara tanpa pemberantasan korupsi," kata Samad. Ia menyebutkan di Indonesia terdapat tiga bidang rawan korupsi yaitu, bidang ketahanan pangan, ketahanan energi dan lingkungan, serta perpajakan. "Ketiga bidang tersebut memiliki banyak celah untuk korupsi. Liberalisasi bidang pangan juga menjadi masalah yang semakin serius di Indonesia," ujarnya. Dalam kesempatan yang sama Samad menambahkan, korupsi sekarang mengalami evolusi dan regenerasi. Evolusi perilaku korupsi menurutnya berubah dari yang bersifat tradisional seperti suap menjadi 'white collar crime' yang sistematik. Mengenai tudingan KPK melakukan tebang pilih, Samad membatahnya. Ia mengklarifikasi bahwa KPK membuat skala prioritas akan kasus yang ditangani. Kasus yang menjadi prioritas itu diistilahkannya dengan sebutan 'grand corruption'. "Yaitu korupsi yang melibatkan pejabat penyelenggara negara dan mengakibatkan kerugian negara yang signifikan," tuturnya. [Ant/L-8]
Sumber : http://www.suarapembaruan.com/home/nasdem-desak-kpk-tuntaskan-kasus-century/45931

Jumat, 29/11/2013 13:50 WIB

Ketua DPD: Kasus Akil Mochtar Puncak Korupsi di Indonesia

Rivki - detikNews Jakarta - Masalah korupsi di Indonesia sepertinya tidak mengenal kata akhir. Praktik korupsi seakan makin menjadi-jadi dengan berbagai modus, terutama saat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar, tertangkap tangan KPK karena diduga menerima suap terkait pilkada. Ketua DPD Irman Gusman menganggap penangkapan Akil merupakan puncak kasus korupsi di Indonesia. Kasus Akil sungguh mencederai kepercayaan publik kepada lembaga peradilan. "Kasus Akil Mochtar merupakan puncak kasus korupsi di Indonesia," ujar Irman dalam diskusi 'Indonesia Menjawab Tantangan: Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang' di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jl Salemba Raya, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2013). Irman mengatakan, merajalelanya korupsi lantaran perilaku 'menilep' uang negara sudah membudaya di Indonesia. Bahkan cenderung sistemik. Kasus korupsi sudah seolah menjadi warisan budaya. "Seperti kata Mochtar Lubis, korupsi sudah menjadi budaya. Dan juga sudah sistemik," tuturnya.

Irman menilai, Indonesia butuh banyak waktu membenahi persoalan korupsi yang sudah menjamur itu. Menurutnya, memberantas korupsi di negara ini sangat sulit.

"Perlu waktu untuk mengatasi itu dengan baik," pungkasnya.


Sumber : http://news.detik.com/read/2013/11/29/135019/2427427/10/ketua-dpd-kasus-akil-mochtarpuncak-korupsi-di-indonesia

Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia resmi jadi tersangka korupsi


Diperbaharui 4 October 2013, 9:59 AEST By Laban Laisila

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia, Akil Mochtar menjadi tersangka dua kasus dugaan suap dan menyita barang bukti uang sekitar Rp 3 milyar dalam mata uang asing dan Rupiah.

Lambang Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia. (Credit: ABC) Kepastian status tersangka bukan ketua MK itu disampaikan KPK Kamis (3/10/2013) malam setelah penyidik menggelar pemeriksaan terhadap 13 orang selama lebih dari dua belas jam sejak penggerebekan Rabu (2/10/2013) malam. Ketua MK, Akil Mochtar, merupakan pejabat tertinggi negara yang pertama, sekaligus dari institusi tertinggi penegak hukum di Indonesia yang ditangkap KPK. Dia diduga menerima suap terkait perkara sengketa pemilihan dua kepala daerah, yakni di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten.

Dari kronologi yang disampaikan oleh pimpinan KPK, penyerahan uang dilakukan langsung di rumah tersangka dalam mata uang US$ dan SING$ senilai Rp 2 milyar, sementara Rp 1 milyar lainnya disita dari tempat lain. Kalau kita jumlah keseluruhan ini kurang lebih Rp 3 milyar, oleh karena itu KPK sudah menetapkan secara resmi orang orang yang menjadi tersangka, ungkap Ketua KPK Abraham Samad. Total termasuk Akil, KPK menetapkan enam orang tersangka dalam dua kasus suap tersebut. Penyelenggara negara lainnya yang ikut ditanggkap bersama dengan Ketua MK adalah seorang anggota DPR dari fraksi Golkar, fraksi terkuat jaman Orde Baru yang juga ikut dalam aliansi Sekertariat Gabungan (SetGab) bersama Demokrat yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keenam tersangka juga langsung ditahan sejak status tersangka diberikan. Kini semua tersangka ditahan dalam Rutan KPK, jelas pimpinan K PK lainnya, Bambang Widjoyanto. KPK mendalami kasus dugaan korupsi ini setelah mendapat laporan dari masyarakat sejak awal September lalu. KPK juga akan melakukan penyelidikan lanjutan menyusul dugaan kemungkinan ada orang lain yang terlibat dalam kasus korupsi ini. Sementara kita akan fokus pada apa yang sudah kami temukan dulu, sehingga kami tidak mengandai-andai apakah ada kolega dari pak AM yang terlibat, lanjut Widjoyanto. Bentuk Majelis Kehormatan Ini adalah kasus dugaan korupsi pertama yang menghantam Mahkamah Konstitusi juga sekaligus melibatkan ketuanya. Delapan hakim MK lainnya memutuskan untuk segera membentuk Majelis Kehormatan Hakim untuk menentukan posisi Akil Mochtar. Hakim MK yang baru saja diangkat beberapa pekan lalu, Patrialis Akbar, kepada media menyatakan kalau Majelis Kehormatan dibentuk untuk mengembalikan integritas institusi pengadilan tertinggi di Indonesia itu. Jangan kejadian ini untuk menghancurkan MK, karena kejadian ini tidak menutup kemungkinan terjadi dimanapun, elak Akbar. Kasus ini juga mendapat respon dari berbagai pihak, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sempat memberikan pernyataan. Berat tugas seorang hakim Mahkamah Konstitusi dan hakim manapun sejatinya dan ini menjadi pelajaran kita semua untuk pemilihan posisi posisi di lemabaga negara, katanya.
Sumber : http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-10-03/ketua-mahkamah-konstitusi-indonesiaresmi-jadi-tersangka-korupsi/1199912

KPK Sidik Kasus Korupsi Lain yang Diduga Libatkan Nazaruddin


Penulis : Icha Rastika Sabtu, 28 September 2013 | 17:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyidik kasus dugaan korupsi lain yang menjerat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengungkapkan, kasus ini berbeda dengan kasus suap wisma atlet SEA Games atau kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) pembelian saham perdana PT Garuda Indonesia yang menjerat Nazar. Dulu Nazaruddin kan hanya dikaitkan dengan tipikor (tindak pidana korupsi), sekarang ini TPPU dan tipikor atas kasus yang lain yang tidak berkaitan dengan kasus yang terdahulu, kata Bambang di Jakarta, Jumat (27/9/2013).

Menurut Bambang, kasus Nazaruddin yang baru ini berkaitan dengan kekayaan yang diperolehnya dari tindak pidana korupsi. Kasus kedua bukan hanya Garuda, Garuda hanya salah satu, ujar Bambang.

Kasus ini juga berkaitan dengan proyek lain yang pernah diurus mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu. Bambang mengatakan, sejumlah saksi sudah diperiksa terkait penyidikan kasus lain Nazarudin ini. Namun Bambang tetap menolak membeberkan kasus baru ini meskipun didesak wartawan.

Itu yang tidak bisa saya sebut. Kalau baca sprindik (surat perintah penyidikan) yang dulu, kan sprindiknya ada dua. Sudah ada itu, tidak mungkin diperiksa kalau tidak ada sprindiknya. Ada tipikor yang kelanjutannya. Pokoknya selain wisma atlet, saya tidak mau sebut, pokoknya ada lah, ujar Bambang.

TRIBUNNEWS/HERUDIN Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, saat menunggu sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta Selatan, dengan agenda jawaban penuntut umum atas eksepsi Nazaruddin, Rabu (14/12/2011). Dia juga menegaskan bahwa KPK tidak berhenti mengusut kasus-kasus yang berkaitan dengan Nazaruddin. Wakill Ketua KPK Busyro Muqoddas pernah mengungkapkan bahwa KPK membutuhkan waktu paling tidak 10 tahun untuk menyelesaikan seluruh kasus dugaan korupsi yang melibatkan Nazaruddin. Selain sangat banyak, kasus dugaan korupsi yang melibatkan Nazaruddin sangat kompleks dan struktural. Kasus terkait Nazaruddin juga menyangkut sejumlah pihak, di antaranya sejumlah kementerian, perguruan tinggi, dan rumah sakit. Nazaruddin juga kerap menyebut bekas koleganya di Partai Demokrat seperti Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, dan sejumlah nama lain ikut terlibat.

Melalui Grup Permai KPK menelisik seluruh dugaan kasus korupsi yang melibatkan Nazaruddin melalui Grup Permai dengan sejumlah anak perusahaannya. Wakil Direktur Keuangan Grup Permai Yulianis di persidangan beberapa waktu lalu mengatakan, Grup Permai dan anak perusahaannya berperan menggiring proyek-proyek pemerintah agar tendernya dimenangkan mereka yang membayar perusahaan itu.

Dalam kasus dugaan suap wisma atlet misalnya, PT Anak Negeri, salah satu anak perusahaan Grup Permai, berperan membantu PT Duta Graha Indah (PT DGI) Tbk memenangkan tender proyek. Upaya itu berbuah fee yang harus diberikan kepada petinggi Grup Permai, salah satunya Nazaruddin. Dalam kasus suap wisma atlet, Nazaruddin diputus menerima fee Rp 4,6 miliar dari PT DGI. Nazaruddin dinyatakan bersalah dan dihukum tujuh tahun penjara. Berdasar dokumen KPK, sejumlah proyek di beberapa kementerian diduga tendernya digiring oleh Grup Permai dan anak usahanya. Kementerian itu antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Agama, hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Belakangan, Nazaruddin mengungkapkan 12 proyek pemerintah yang menurutnya dikorupsi. Ke-12 proyek itu adalah proyek e-KTP senilai Rp 5,8 triliun; proyek fiktif pengadaan pesawat Merpati jenis MA 60 yang nilainya mencapai 200 juta dollar; proyek gedung pajak senilai Rp 2,7 triliun; proyek PLTU Kalimantan Timur senilai Rp 2,3 triliun pada 2010-2011; proyek PLTU Riau senilai Rp 1,3 triliun; proyek Diklat Mahkamah Konstitusi senilai Rp 200 miliar; proyek pembangunan gedung MK senilai Rp 300 miliar; proyek Refinery unit RU 4 Cilacap senilai 930 juta dollar; proyek Simulator SIM, proyek Hambalang berkaitan Wisma Atlet; proyek di Kementerian Pendidikan Nasional (Diknas); dan proyek pengadaan dean distribusi baju hansip di Kementerian Dalam Negeri.

Sumber ::http://nasional.kompas.com/read/2013/09/28/1737242/KPK.Sidik.Kasus.Korupsi.Lain.yang.Didug a.Libatkan.Nazaruddin.

You might also like