Professional Documents
Culture Documents
Seakan memanggil nyawaku tuk kembali ke tempat segalanya bermuara. Hamparan kerikil hilang di bawah kakiku, dan aku terjatuh ke dalam dimensi hampa. Terjun bebas, ku lipat kedua tanganku ke dada, ku pejamkan mata. Dan hal-hal sepele yang semula begitu mengganggu, melintas pelan menjawil kesadaran. Aku sungguh muak dan takut dengan perjalananku. Di atas sana mentari masih bersinar tak peduli. Aku terus meluncur dengan cepat. Tujuan yang pasti, dasar jurang yang begitu jauh di bawah. Lagu perpisahan mendengung di tangkup pendengaranku, wajah-wajah bahagia mencekikku dengan suara tawa. Aku ingin hidup. Ku rentangkan tangan untuk menggapai kekuatan tersembunyi dalam hatiku. Ternyata aku tak begitu peduli tentang bagaimana takdirku mengalir. Hal-hal yang menyakitkan, saat-saat yang berat, dan amarah seperti besi panas yang memampatkan rongga pernafasanku. Aku masih tak begitu memahami, namun ku buka kelopak mata dan terangnya kenyataan seketika menghantam sisi-sisi matiku. Gagak itu bergegas pergi seolah dipecut seseorang. Dan kedua tungkaiku masih berdiri di tempat sebelumnya. Diantara pekikan kendaraan dan lalu lalang orang yang melintas di Aku mati-matian ingin hidup.