You are on page 1of 3

ANALISIS UU MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN

No 1.

UUD/UU UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2.

UU 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Bunyi Pasal Pasal 24 ayat 1 (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. ***) Pasal 1. Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Pasal 2. (1) Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA". (2) Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila Pasal 4 ayat 1 (1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang Pasal 5 (1) Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. (2) Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.

Pasal 50 (1) Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

DATA TAMBAHAN MENGENAI KETIDAKADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM Hasil jajak pendapat Harian Kompas awal Oktober 2001 menyebutkan bahwa sebanyak 72,7 % responden menilai WNI belum mendapat perlakuan yang adil; 71% responden menilai tidak ada satu pun institusi hukum yang adil. Mengenai putusan pengadilan, sebanyak 45,3% responden menilai putusan pengadilan didasarkan pada pertimbangan uang, 30,5% menilai karena pertimbangan politik, dan hanya 9,3% responden yang masih percaya bahwa putusan pengadilan di Indonesia didasarkan pada pertimbangan hukum. Jajak kompas sembilan tahun lalu itu tak jauh berbeda dengan jajak kompas yang terbaru tahun 2010. Jajak pendapat Kompas 9-10 Februari 2010 menyimpulkan bahwa publik menjadi apatis terhadap penegakan hukum yang tak berkeadilan. Dari 838 pemilik telepon di 10 kota di Indonesia, juga kedekatan seseorang dengan penguasa akan berpengaruh terhadap proses penegakan hukum. Proses penegakan hukum yang berlangsung di negeri ini, mulai dari kepolisian, kejaksaan, hingga kehakiman, dianggap belum memenuhi rasa keadilan. Rata-rata delapan dari 10 responden menyatakan, proses penegakan hukum, baik dari lembaga kepolisian, kejaksaan, maupun kehakiman, tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat. Hanya satu dari setiap 10 responden menyatakan proses hukum di institusi ini memenuhi rasa keadilan. Ketidakpuasan terutama mengarah pada penanganan kasus korupsi, kriminalitas serta kasus politik dan hak asasi manusia. Sekitar 65% responden menyatakan, proses hukum pada ketiga jenis kasus itu tidak adil. Adapun pada kasus kriminal, sebanyak 55% responden juga menyatakan rata-rata penanganan kasusnya tidak adil.1

Umar Sholehudin, Hukum dan Keadilan Masyarakat, hal 2.

You might also like