You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup di pedesaan, diantaranya sukar dijangkau oleh obat modern dan tenaga medis karena masalah distribusi, komunikasi dan transportasi. Disamping itu daya beli yang relatif rendah menyebabkan masyarakat pedesaan kurang mampu mengeluarkan biaya untuk pengobatan modern, sehingga masyarakat cenderung memilih pengobatan secara tradisional. Obat tradisional mempunyai makna yang sangat penting karena disamping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh obat-obat modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanaman obat terdapat dalam jumlah berlimpah baik jumlah maupun jenisnya. Kemampuan antimikroba minyak essensial tanaman obat dan rempah seringkali lebih tinggi dibandingkan bahan pengawet kimia Selain itu, satu ekstrak tanaman dapat mengandung satu macam atau lebih senyawa

antimikroba. Komponen aktif yang berperan sebagai obat adalah zat-zat kimia yang terkandung didalam ramuan obat tersebut. Secara kemoterapi, komponenkomponen tersebut antara lain dapat berperan sebagai absorben, astringen, spasmolitik, anti bakteri, suportif dan sebagainya. Salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah tanaman jambu biji (Psidium guajava L.). Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki khasiat sebagi anti diare. Jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki varietas antara lain berdaging-buah warna putih dan berdaging-buah warna merah potensi jambu biji di Indonesia untuk dijadikan obat alternatif terhadap berbagai penyakit sangat besar. Hal ini disebabkan

karena jambu biji mudah ditemukan di Indonesia dan harganya relatif terjangkau. Bukan hanya buahnya, ekstrak atau rebusan daun jambu biji pun terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50%, Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30%, Shigella flexineri pada konsentrasi 40%, dan Salmonella typhi pada konsentrasi 40%. Komponen aktif dalam daun jambu biji yang diduga memberikan khasiat itu adalah zat tanin yang cukup tinggi. Selain itu, daunnya mengandung fenolik fitokimia yang jumlahnya berlebihan yang dapat menghambat peroksidasi dalam tubuh yang diharapkan mampu mencegah bermacam-macam penyakit kronis sekalipun. Jambu biji merupakan salah satu tanaman buah yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia, walaupun sebenarnya berasal dari Amerika Tropik. Tanaman ini berbuah sepanjang tahun, sering tumbuh liar, dan umumnya ditemukan pada ketinggian 1-1200 m dpl, serta tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur maupun liat. Jambu biji secara taksonomi tergolong ke dalam famili Myrtaceae, genus Psidium, spesies guajava, sehingga dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalam bahasa Inggris jambu biji dikenal sebagai guajava, sedangkan di Indonesia disebut juga jambu batu, jambu klutuk, atau jambu siki. Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang istimewa, buahnya memiliki kandungan zat gizinya yang tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat non gizi, seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi, tetapi tinggi akan serat pangan. Di dalam daun jamu biji antara lain mengandung tanin, minyak atsiri(eugenol), dan minyak lemak. Oleh karena adanya senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya

menyebabkan tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Pada umumnya bagian yang dapat digunakan dari tanaman ini adalah bagian daun (pemanfaatan hanya sebagian kecil saja yaitu sebagai obat anti diare,

disentri, radang usus dan gangguan pencernaan karena mempunyai kandungan zat tanin sebagai astringent dan anti mikroba), buah mengkal, ranting muda dan akar.

Selain berbagai kegunaan di atas daun jambu biji diduga memiliki zat aktif golongan steroid yang mempunyai daya spermicida. Bahan kimia yang terkandung dalam daun jambu biji diantaranya adalah Beta-sitosterol, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, eugenol, minyak atsiri dan berbagai senyawa lainya (Albana dkk, 1999). Manfaat daun jambu biji bagi orang awam daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji "bangkok" juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah. Daun jambu biji sudah dikenal sejak dahulu sebagai pencegah dan mengurangi diare. 3 helai jambu biji direbus dengan 2 gelas air putih lalu direbus,lalu disaring dan diminumkan pada orang yang terkena diare.

B. Tujuan
Mengetahui berbagai manfaat jambu biji untuk pengobatan dan cara memanfaatkannya serta sediaan fitofarmaka yang beredar di Indonesia.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat daun jambu biji untuk pengobatan? 2. Bagaimana cara memanfaatkan daun jambu biji untuk pengobatan? 3. Apa saja sediaan fitofarmaka yang mengandung jambu biji beredar di Indonesia?

BAB II MONOGRAFI
A. KLASIFIKASI JAMBU BIJI (Psidium guajava L) Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Myrtales : Myrtaceae (suku jambu-jambuan) : Psidium : Psidium guajava L.

Nama umum : Jambu biji Nama daerah Sumatra : Glima breueh (Aceh), Galiman (Batak), Masiambu (Nias), Jambu biji (Melayu) : Jambu klutuk (Sunda), Jambu klutuk (Jawa Tengah), Jambu biji (Madura) : Sotong : Libu (Dayak) : Gayomas (Manado), Dambu(Gorontalo), Hiabuto (Buol), Jambu (Bare), Jambu paratugala (Makassar), Jambu Paratukala (Bugis) : Guawa (Ende), Gothawas (Sika), Kejawas (Timor), Kejabos (Roti) : Koyawase (Seram), Lutu hatu (Ambon), Gewaya (Halmahera), Guwaya (Ternate)

Jawa Bali Kalimantan Sulawesi NTT Maluku

B. MORFOLOGI JAMBU BIJI 1. Akar (Radix) Di lihat dari percabangannya dan bentuknya, jambu biji memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang bentuknya kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi. Sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. 2. Batang (caulis) Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat di pandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan mempunyai percabangan. Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati). Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus). Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan pendukung bunga dan buah. 3. Daun (folium) Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan zat zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan respirasi. Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut daun bertangkai. Sifat sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut : a. Bangun daun (Circumscription) Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah - 2 : 1

b. Ujung (epex) Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 90 c. Pangkal (basis folii) Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus) d. Susunan tulang tulang daun (nervation atau vanation) Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip sirip pada ikan. e. Tepi daun (margo) Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer) f. Daging daun (intervinium) Sifat sifat lain yang perlu diperhatikan antara lain : Warna : hijau Permukaan daun Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin dan mengkilat jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih banyak terhadap warna hijaunya, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus). Daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365% [Burkill, 1997], 3,15% resin, 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu -pinene (Gambar 3.), pinene limonene, men- thol, terpenyl acetate, isopropyl alco- hol, longicyclene, caryophyllene, - bisabolene, caryophyllene oxide, copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene and curcumene [Zakaria, 1994]. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung

nerolidiol, -sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic acids. Selain itu juga mengandung minyak atsiri yang kaya akan cineol dan empat triterpenic acids sebaik ketiga jenis fla-vonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4arabinofuranoside (avicularin) (Gambar 4.) dan 3-L-4-pyranoside dengan aktivitas anti bakteri yang tinggi Oliver-Bever, 1986]. 4. Bunga Pada tumbuhan biji bunga merupakan alat perkembangan generatif. Bunga pada jambu biji terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing-masing terdiri atas 4-5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan tidak merapat memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan dengan daun-daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik. Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama.bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang. 5. Buah(fructus) Jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya. Buah ini terjadi dari satu bunga dengan setu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu biji termasuk dalam buah sejati tunggal yang berdaging (curnosus) dan bentuk buahnya bulat. Jambu biji ini akrab juga dengan nama Psidium

guajava (Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa); Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura). (11 January 2006). 6. Kandungan Kimia
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.

Kandungan Gizi jambu biji dalam 100 gram

Kandungan Energi Vitamin A Protein Vitamin B1 Lemak Vitamin B2 Karbohidrat

Jumlah 49,00 ka 25 SI 0,90 gr 0,05 mg 0,30 gr 0,04 mg 12,20 gr

Kandungan Vitamin C Kalsium Niacin Fosfor Serat Besi Air

Jumlah 87,00 mg 14,00 mg 1,10 mg 28,00 mg 5,60 gr 1,10 mg 86 gram

Jambu biji juga mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat pada buah tetapi juga berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus.

Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Selain pemasok andal vitamin C, jambu biji juga kaya serat, khususnya pectin (serat larut air), yang dapat digunakan untuk bahan pembuat gel atau jeli. Manfaat pectin lainnya adalah untuk menurunkan kolesterol yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh dan membantu pengeluarannya. Penelitian yang dilakukan Singh Medical Hospital and Research center Morrabad, India menunjukkan jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah serta tekanan darah penderita hipertensi essensial. Menurut Anthony C. Dweck (2001) buah jambu biji dapat dijadikan sebagai obat alternatif karena mengandung berbagai zat yang Info Ristek Vol. 4 No. 3/2006 3 berfungsi sebagai penghambat berbagai jenis penyakit, diantaranya jenis flavonoid, minyak atsiri, dan juga terdapat saponin berkombinasi dengan asam oleanolat., Morin-3-O- -L-lyxopyranoside, dan morin-3-O-- Larabopyranoside dan flavonoid, guaijavarin (Gambar 1), dan querce- tin (Gambar 2). Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati tunggal yang berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair. Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu. Bagian muda berambut dan berwarna hijau tua. Kalau masak berwarna kuning, berdaging yang menyelimuti biji-biji. Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik, berwarna kuning, panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah muda.

BAB III PEMBAHASAN


A. PARAMETER MUTU UJI Identifikasi simplisia Pemerian : bau khas aromatik; rasa kelat Pemeriksaan makroskopik Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5 sampai 1 cm helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6cm pinggir daun rata agak menggulung ke atas permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai bintk-bintik yang tembus cahaya ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang (berpenulangan) menyirip, warna putih kehijauan. B. Pemeriksaan mikroskopik Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata. Epidermis bawah: sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus. Stomata : tipe anisolitik , banyak terdapat pada permukaan bawah. rambut penutup : terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 m sampai 300 m, pangkal rambut kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang mengandung zat berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : terdapat di bawah epidermis atas, terdiri 2 sampai 3 lapis sel yang besar. Jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblas : terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak : rongga minyak bentuk lisigen besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah daripada di bagian atas. Jaringan palisade : terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak dibawah jaringan air, 2

lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berukutnya beongga lebih banyak. Serbuk warna hijau ke abuabuan. Fragmen pengenal banyak terdapat rambut penutup yang terlepas; hablur kalsium oksalat; stomata tipe anomositik; mesofil dengan kelenjar lisigen. Cara identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambahan 5 tetes asam sulfat P ; terjadi warna coklat tua. b. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna kuning kehijauan. c. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P terjadi warna kuning kehijauan. d. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna coklat kemerahan. e. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna kuning kehijauan. f. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v ; terjadi warna merah Kemurnian Kadar abu : tidak lebih dari 4,5% Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 19% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 18% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2% Bahan organik asing tidak lebih dari 2%

C. Simplisia Simplisia dari daun dan bunga adalah bahan yang diolah dari daun dan bunga jambu biji dan digunakan sebagai bahan obat, melalui proses pengeringan baik dengan matahari maupun oven dan belum mendapat pengolahan lebih lanjut. Pembuatan simplisia dari daun dan bunga jambu biji dapat dilakukan dengan pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 45oC sehingga kadar air dapat mencapai kurang lebih 9% atau menggunakan sinar mata hari langsung. Selama pengeringan perlu diperhatikan factor kebersihan agar tidak bercampur dengan kotoran dari luar. Selanjutnya simplisia tersebut dimasukkan dalam kemasan plastic yang kedab air dan diberi label. Simplisia disimpan ditempat yang kering dan bersih. Parameter dari kualitas simplisia dapat dilihat dari penampakan fisiknya ( yaitu bentuk, warna, baud an rasa), kebersihan ( bahan organic asing, pathogen, mikrobiologi) dan kandungan zat aktifnya.

Ekstrak kental daun jambu biji Ekstrak kental daun jambu biji adalah ekstrak yang dibuat dari daun Psidium guajava L., suku Myrtaceae, mengandung flavonoid tidak kurang dari 1,40% dihitung sebagai kuersetin. Pembuatan Ekstrak
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) telah digunakan masyarakat dan diproduksi oleh industri sebagai antidiare. Zat aktif yang berperan sebagai antidiare dalam

daun jambu biji adalah tanin. Tanin merupakan senyawa fenol yang larut dalam air, etanol atau campuran air-etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cairan penyari terhadap rendemen dan kadar tanin dalam ekstrak pada daun jambu biji dan untuk mengetahui cairan penyari yang paling optimal untuk pembuatan ekstrak daun jambu biji dengan kadar tanin yang paling maksimal. Penelitian inidilakukan dengan mengekstraksi daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara maserasi dengan cairan penyari etanol 50%, 70%, 90%. Ekstrak kental

yang diperoleh kemudian dihitung rendemennya dan dianalisis kandungan taninnya. Analisis kuantitatif tanin dilakukan dengan metode titrasi

permanganometri. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa secara kualitatif ekstrak etanol daun jambu biji mengandung tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cairan penyari mempengaruhi rendemen dan kadar tanin ekstrak daun jambu biji. Rendemen ekstrak untuk masing-masing ekstrak etanol 50%, 70%, 90% adalah 22,07%; 31,87%; 25,13%. Kadar tanin dalam ekstrak yang diperoleh dari masingmasing ekstrak etanol 50%, 70%, 90% adalah 23,37%; 14,28%; 10,96%. Cairan penyari yang paling optimal untuk pembuatan ekstrak daun jambu biji dengan kadar tanin paling banyak adalah etanol 50%. Rendemen Tidak kurang dari 12,3%. Gunakan etanol 95% P sebagai pelarut. Identitas Ekstrak Pemerian Ekstrak kental; coklat tua; berbau khas; rasa kelat Senyawa identitas Kuersetin Kadar air <83> Tidak lebih dari 10% Abu total <81> Tidak lebih dari 0,8% Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2% Kandungan Kimia Ekstrak Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,40% dihitung sebagai kuersetin. Lakukan penetapan sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151>. Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang 425 nm. D. Secara Empiris Untuk Pengobatan 1. Obat Diare Daun Jambu Biji banyak mengandung quercetin yang dapat membantu sebagai anti-diare. Pemanfaatan daun untuk pengobatan diare dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

a. Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan segenggam tepung beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam dua gelas air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, di saring dan air saringannya diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali dalam sehari. b. Sebanyak 30 g daun jambu segar yang telah dicuci ditumbuk sampai lumat. Selanjutnya ditambahkan dengan garam seujung sendok, dan setengah cangkir air panas, lalu diaduk samapai rata. Setelah dingin, di peras dan saring. Air saringannya diminum sekaligus. Jika penderita masih diare, pengobatan ini diulang 2-3 kali sehari. c. Seganggam daun jambu yang masih muda dan segar dicuci , kemudian direbus dalam tiga gelas air sampai tersisa separonya. Air rebusan ini digunakan untuk menyeduh satu sendok teh daun teh hijau, dan di minum selagi hangat. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh. 2. Obat Perut Kembung Tiga lembar daun jambu biji muda dan segar, lima butir adas, dan 1/2 jari kulit batang pulosari yang dipotong kecil-kecil, lalu cuci sampai bersih. Bahan-bahan tersebut direbus dalam 2 cangkir air sampai tersisa satu cangkir. Setelah dingin, disaring dan air saringannya digunakan sebagai obat. Cara pemakaiannya, bayi umur 3 bulan 5-7 kali sehari (masing-masing satu sendok), bayi umur enam bulan 3 kali sehari (masing masing satu sendok makan), anak umur 3 tahun 3 kali sehari (masing-masing 2 sendok makan), dan anak diatas 3 tahun 1 kali sehari (satu cangkir). 3. Obat Penurun Kadar Kolesterol Darah Sebanyak 7 lembar daun jambu biji, 2 genggam daun ceremai dan 10 lembar daun sirih (ketiganya herba segar),dicuci sampai bersih. Bahan-bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai tersisa separonya. Pada saat merebud panci harus ditutup. Setelah dingin, disaring, dan air saringannya diminum pagi dan malam hari, masing-masing gelas.

4. Obat Anyang-anyangan Kurang lebih segenggam daun jambu segar dan tepung beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam 3 gelas air sampai air rebusannya tersisa separonya. Setelah dingin, disaring, dan air saringannya diminum sehari 3 kali, masing-masing aetengah gelas. 5. Luka Berdarah dan Sariawan Daun jambu biji yang baru dipetik diambil secukupnya, kemudian dicuci. Selanjuntnya ditempelkan pada luka, dan dibalut dengan perban. Perban dan ramuan tersbut diganti 3 kali sehari sampai lukanya sembauh. Untuk pemakaian luar, daun yang masih segar direbus, dan air rebusannya digunakan untuk mencuci luka. Cara lain, giling daun segar sampai halus, lalu bubuhkan pada luka berdarah akibat kecelakaan dan benda tajam atau borok disekitar tulang. 6. Larutan Kumur Sakit Gigi Untuk Sariawan diambil 1 genggam daun jambu biji dan 1 potong kulit batang jambu biji lalu direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih. Selanjutnya disaring untuk diambil airnya. Ramuan ini diminum 2 kali sehari. Untuk sebagai larutan kumur mulut, ramuan ditunggu dingin lalu langsung digunakan untuk dikumur. Untuk sakit gigi, kunyah daun jambu biji yang sudah dicuci. 7. Demam Berdarah Untuk demam berdarah, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik menyebutkan bahwa pemberian ekstrak kering daun jambu biji selama 5 hari mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/l, pemberian ekstrak kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/l setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti. Dengan demikian, ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kuratif demam berdarah. Untuk meraciknya, di ambil daun Jambu Biji sebanyak 3-5 lembar,

di rebus dengan air sebanyak 2 gelas lalu diminum setiap 4 jam. Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat flavonoid dari daun jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan (replika) human immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus menjadi DNA di dalam tubuh manusia. Buah jambu biji atau guava merupakan salah satu buah terbaik yang dapat dimakan sehari-hari karena buah jambu Biji sangat kaya akan Vitamin C. Kandungan Vitamin C pada buah jambu biji sangat tinggi, yaitu 87 mg per 100 g buah Jambu Biji. Jumlah tersebut dua kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan jambu air dan jambu bol, kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat dari jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22 mg/100 g). Untuk mengobati penyakit tertentu, lebih disukai buah jambu biji yang daging buahnya berwarna merah. E. Perkembangan Pengujian DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang sejak 2003 meneliti ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik. Hasil penelitian dipaparkan oleh Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta, Rabu (10/3).

Ide penelitian berasal dari Badan POM dan mereka menunjuk Dr Drs Suprapto Ma'at MS. apoteker dari Patologi FK Unair untuk meneliti daun jambu biji. Seperti diketahui, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler. Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di FK Unair yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakriosit pada preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik. Hambat virus dengue Daun jambu biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue. Juga telah dilakukan uji awal berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan anak-anak. "Hasil penelitian dibagi-bagikan ke RS Jombang dalam bentuk 30 kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia Gresik 20 kapsul dan 20 sirup. Ada yang sukarela mau mencoba," kata Suprapto. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence based yang lebih kuat.

Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-Alfa olehmonosit dalam hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas pembuluh darah. Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr Soetomo Surabaya/FK Unair, yang akan dipimpin oleh Prof Dr dr Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M Nasirudin dengan Dr Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof dr Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa. Badan POM dalam waktu dekat juga akan melakukan kajian-kajian intensif dengan para pakar untuk mendukung tata laksana yang sekarang ini ada. Sampurno optimis karena daun jambu biji bahan bakunya sangat mudah diperoleh dan proses teknologinya sederhana. F. Uji Farmakologi 1. Efek Anti Bakteri Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Lamk.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi FKUB. Konsentrasi ekstrak yang dipakai yaitu 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3%. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilusi tabung. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis parametrik one way ANOVA dengan =0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan

konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus yaitu semakin tinggi dosis ekstrak semakin kecil jumlah pertumbuhan bakteri. Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak ditemukan karena ekstrak yang keruh sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yaitu 3%. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu daun jambu biji mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus secara in vitro.

Cara kerja : 1. Disediakan 7 tabung steril, 5 tabung sebagai uji antibakteri dan 2 tabung sebagai kontrol positif dan negatif. 2. Ekstrak daun jambu biji 5% dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril dengan konsentrasi: Tabung 1 : 0 ml Tabung 4 : 0,4 ml Tabung 2 : 0,2 ml Tabung 5 : 0,5 ml Tabung 3 : 0,3 ml Tabung 6 : 0,6 ml Aquades steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung, yaitu: Tabung 1 : 1 ml Tabung 4 : 0,6 ml Tabung 2 : 0,8 ml Tabung 5 : 0,5 ml Tabung 3 : 0,7 ml Tabung 6 : 0,4 ml 3. Menyiapkan perbenihan cair bakteri dengan konsentrasi kuman 1 x 106 CFU/ml. 4. Perbenihan cair bakteri dimasukkan ke dalam semua tabung konsentrasi, masing-masing sebanyak 1 ml. Sehingga konsentrasi akhir ekstrak daun jambu biji adalah : Tabung 1 : 0% (Kontrol positif) Tabung 4 : 2% Tabung 2 : 1% Tabung 5 : 2,5% Tabung 3 : 1,5% Tabung 6 : 3% 5. Tabung 7 (Kontrol negatif) hanya berisi 1ml ekstrak daun jambu biji 100%. 6. Masing-masing tabung di-vortex hingga larutan homogen. 7. Kontrol positif (0%) digoreskan satu ose pada NAP sebagai original inoculum (OI). 8. Semua tabung uji, tabung kontrol, dan OI diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C.

9. Pada hari kedua, semua tabung dikeluarkan dari inkubator. KHM didapatkan dengan cara melihat kejernihan tabung. 10. Kemudian dari masing-masing tabung uji diambil satu ose kemudian diinokulasikan pada NAP. Kemudian diinkubasi 18-24 jam pada suhu 370C. 11. Pada hari ketiga didapatkan data KBM dan dilakukan pengamatan kuantitatif pada masing-masing konsentrasi dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri dengan colony counter. KBM ditentukan dari tidak adanya jumlah koloni yang tumbuh pada NAP atau jumlah koloninya kurang dari 0,1% jumlah koloni di OI.

2. Uji Klinis Multisenter Sirup Ekstrak Daun Jambu Biji Pada Penderita Demam Berdarah Dengue Uji multisenter, acak, tersamar ganda. Bertujuan untuk mengevaluasi peran pemberian sirup ekstrak daun jambu biji dalam meningkatkan trombosit pada pasien Demam Berdarah Dengue. Selama bulan Desember 2006 sampai dengan Juni 2007 pasien rawat inap di RSU Soetomo Surabaya. 86 subyek penelitian (anak-anak), pasien dialokasikan secara acak ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok uji (mendapatkan sirup ekstrak daun jambu biji 3 kali 1 sendok teh setiap hari atau kelompok kontrol (mendapatkan sirup plasebo 3 kali 1 sendok teh setiap hari). Dari 86 subjek penelitian, jumlah trombosit kelompok uji meningkat secara signifikan dibanding dengan kelompok kontrol (p 0.01) dan banyaknya respon peningkatan jumlah trombosit pada kelompok uji berbeda signifikan dibanding kelompok kontrol (40 versus 23, p 0.01).

G. Uji Toksisitas Penelitian yang pernah dilakukan oleh Soegeng Soegijanto, Bagian Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada tahun 2004 menunjukkan bahwa, ekstrak kental daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab DBD dan meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik. Nilai LD50 ekstrak etanol jambu biji yang diberikan secara intra peritoneal pada tikus adalah 0,188 g/kg BB. LD50 ekstrak air jambu biji > 5 g/kg BB secara oral.

H. Bentuk Sediaan yang Beredar 1. StopDiar (PT. Air Mancur) Penggunaan Jambu biji bukan hanya

digunakan buahnya sebagai makanan dan pangan tapi daun jambu biji banyak digunakan sebagai obat diare dan lainnya StopDiar (PT. Air Mancur)

Khasiat : Tablet obat diare herbal yang telah diuji klinis oleh Bagian Farmakologi dan Toksikologi Universitas Gajah Mada untuk menyembuhkan diare. Komposisi : - Daun jambu biji - Kunyit - Daun poncosudo - Daun kecubung gunung Petunjuk pemakaian :

- Dewasa : 3 X sehari 2 tablet bila perlu 4 X sehari 2 tablet - Anak-anak : 3 X sehari 1 tablet bila perlu 4 X sehari 1 tablet 2. Jambu Biji (PT. Industri Jamu Borobudur)

PT. Industri Jamu Borobudur merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang

memproduksi obat-obatan herbal. Perusahaan ini sejak tahun 1979 sudah mulai

memproduksi obat herbal siap pakai. Dalam proses produksi PT Jamu Borobudur

menggunakan teknologi dengan standarisasi yang benar, juga dikontrol oleh tenaga terlatih. Produk yang dihasilkan berkualitas, higienis serta aman untuk dikonsumsi. Perusahaan ini juga telah memperoleh sertifikasi ISO 9001, sesuai dengan persyaratan GMP (Good Manufacturing Practices) atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Borobudur Extraction Center menggunakan teknologi moderen buatan Jerman dengan standar Eropa dalam memproses ekstrak kental dan ekstrak kering. Khasiat : Astringent, peluruh haid, dan sariawan. Komposisi : Ekstrak Psidii guajava L. Mekanisme Kerja : Tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transkriptase, yang berarti khasiat untuk mengatasi penyakit demam dengan menghambat pertumbuhan virus berinti RNA. Bahan itu juga disebutkan mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping.

Quersetin dan glikosida quersetin yang dapat menghambat kontraksi spontan ileum dan sekresi asetilkolin lambung penyebab diare, sehingga diare dapat teratasi dengan cepat. Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein.

3. Nodiar (PT. Kimia Farma) Komposisi : Attapulgite Psidii folium ekstrak Curcumae domesticae rhizoma Indikasi : Diare yang tidak spesifik Petunjuk pemakaian : Dewasa dan Anak-anak (12 tahun lebih) : Satu kali minum 2 tablet, maksimum 12 tablet dalam waktu 24 jam Anak-anak (6-12 tahun) : Satu kali minum 1 tablet, maksimum 6 tablet dalam waktu 24 jam 4. Diapet (PT. SOHO Industri Farmasi) Komposisi : Psidii folium Curcumae domesticae Rhizoma Coicis Semen (biji jali) Chebulae Fructus Indikasi : Diare yang tidak spesifik Petunjuk pemakaian : Dewasa & anak sehari 2 x @ 2 kapsul Penderita akut 2 x @ 2 kapsul per 1 jam 24% 20% 41% 8% 300 mg 50 mg 7.5 mg

BAB IV KESIMPULAN
Telah terbukti secara empiris jambu biji digunakan sebagai bahan obat alam yang berkhasiat sebagai anti diare, penambah trombosit darah pada pasien penderita DBD atau terapi suportif, dll. Hal ini disebabkan karena jambu biji mudah ditemukan di Indonesia dan harganya relatif terjangkau oleh masyarakat. Bukan hanya buahnya, ekstrak atau rebusan daun jambu biji pun terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50%, Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30%, Shigella flexineri pada konsentrasi 40%, dan Salmonella typhi pada konsentrasi 40%. Komponen aktif dalam daun jambu biji yang diduga memberikan khasiat itu adalah zat tanin yang cukup tinggi. Selain itu, daunnya mengandung fenolik fitokimia yang jumlahnya berlebihan yang dapat menghambat peroksidasi dalam tubuh yang diharapkan mampu mencegah bermacam-macam penyakit kronis sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. http://2117site.blogspot.com/2012/05/psidii-folium-daun-jambu-biji.html http://www.pustakasekolah.com/morfologi-jambu-biji.html http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf http://fh4djh4r.files.wordpress.com/2011/03/daun-jambu-biji.pdf http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/jeffi%20wahyu%2 0e%20_0710710044_.pdf

You might also like