You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Cabai atau lombok (bahasa Jawa) adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Salah satu tanaman cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman cabai merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional . Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan vitamin dalam cabe adalah A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Sun et al. (2000). melaporkan cabai merah mengandung anti oksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas yaitu suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau kekeurangan elektron, sehingga elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari sel-sel tubuh kita yang lainnya. Kandungan terbesar anti oksidan dalam cabai terdapat pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Menurut data statistik Indonesia tahun 2009, luas panen, produksi dan hasil perhektar cabai besar NTB adalah 8,08 ton/ha, masih jauh di atas Bali yang hasil panen perhektaranya 11,55 ton/ha. Namun jika kita bandingkan dengan hasil panen perhektar cabai merah NTT yang jumlahnya sebesar 5,87 ton/ha, maka produksi cabai merah NTB masih jauh lebih besar. Begitupun jika kita bandingkan dengan pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang rata-rata hasil panen perhektarnya sebesar 6,03 ton/ha, 7,56 ton/ha, 5,19 ton/ha, 4,00 ton ha dan 4,57 ton/ha, maka hasil produksi tanaman cabai besar NTB masih jauh lebih . Data statistik produksi tanaman cabai provinsi NTB pada tahun 2007 adalah sebesar 2.676 ton/ha dengan luas areal panen sebesar 446 ha. Jika dibandingkan dengan data hasil sensus Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat tahun 2003-2006 tentang produksi tanaman cabai NTB dengan luas areal tanam dimana pada tahun 2003 adalah sebesar 488 ha meningkat menjadi 810 ha pada tahun 2004. Pada tahun 2005 luas areal tanaman menurun menjadi 549 ha sampai pada tahun 2006 menurun lagi menjadi 455 ha. Produksi tanaman cabai merah berturut-turut adalah sebesar 2.179 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3.904 ton pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 produksinya menurun sebesar 1.867 ton dan pada tahun 2006 produksinya menurun menjadi 1.825 ton. Data diatas menununjukkan bahwa produksi tanaman cabai mengalami penurunan dari tiap tahunnya. Penurunan produksi ini disebabkan karena semakin berkurangnya luas areal tanam cabai merah. Dengan semakin sempitnya luas areal tanam cabai ini menujukkan bawa peluang bisnis tanaman cabai merah meimilki prospek karena suplai dari tahun ke tahun belum mencukupi. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses pengolahan lahan, pemeliharaan, maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna sederhana dalam membudidayakannya. Pemberian unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam

dan penempatan hara pada daerah serapan akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan budidaya tanaman cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus menanggulangi bayaknya permintaan masyarakat tersebut adalah dengan manajemen pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian . Pemupukan merupakan tindakan yang bertujuan untuk menambah unsur hara yang sudah berada dalam tanah, memberikan unsur hara yang memang belum tersedia dalam tanah dan mengganti unsur hara yang diangkut oleh tanaman melalui panen. Sedangkan bahan penyubur tanaman yang ditambahkan kedalam tanah atau diberikan langsung kepada tanaman melalui penyemprotan pada permukaan daun disebut dengan pupuk. Sejarah mencatat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkatkan produksi pertanian karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia yang terus meningkat populasinya. Namun akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus tersebut dapat mengganggu keseimbangan kimia tanah sehingga produktifitas tanah menurun. Pemakain pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya residu yang berlebihan dalam tanah. Tumpukan residu pupuk ini dalam tanah akan menjadi racun tanah yang mengakibatkan tanah menjadi sakit. Pada tanah yang sakit ini akan terjadi degradasi mikrobia pengendali keseimbangan kesuburan tanah, ketidak seimbangan hara, dan munculnya mutanmutan hama dan penyakit tanaman. Menurut Go Ban Hong (1998), berbagai upaya program intensifikasi pada lahan sawah tidak lagi memberikan kontribusi pada peningkatan produktifitas lahan karena telah mencapai titik jenuh (Leveling Off) tetapi sebaliknya produktifitas lahan justru cenderung menurun. Disamping itu juga penggunaan pupuk sebagai salah satu sumber nutrisi tanaman apabila diberikan secara tidak bijaksana dapat menyebabkan penurunan kualitas dan produksi tanaman, dapat menimbulkan pencermaran lingkungan hidup dan dapat menurunkan ketahanan alami tanaman melawan gangguan lingkungan, hama dan penyakit.

BAB II PEMBAHASAN 1. Klasifikasi dan sistematika tanaman cabai Secara umum klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Cabai masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan dan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan seharihari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air Botani tanaman cabai Cabai merah termasuk tanaman semusim (setahun) yang berbentuk perdu, tingginya bisa mencapai 11/2 m atau lebih. Daun, Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerutkerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 11 cm, dengan lebar antara 1 5 cm . Batang, batang pada tanaman cabai merah tidak berkayu. Bentuknya bulat sampai agak persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijaun sampai keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan Akar, akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit. Akar tunggangnya dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme Bunga,

Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna. Artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 20 mm. Tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 6 daun mahkota Buah, Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell. Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama. 3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut: Keadaan Iklim Tanama cabai lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab sampai agak lembab, daerah yang memiliki tipe iklim ABACD, BABC, CABC, DABC (Menrut Schmidt dan Ferguson). Tanaman cabai tidak senang terhadap curah hujan lebat, tetapi pada stadia tertentu perlu banyak air. Di daerah yang iklimnya sangat basah tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam (Antraknosa). Oleh karena itu tanaman cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau. Pada musim hujan tanaman juga mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit, dan banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan mudah sekali gugur karena tekanan air hujan yang lebat. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 600 1200 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian apabila pada waktu berbunga tanaman cabai kekuranga air, maka banyak bunganya yang akan gugur tidak mampu menjadi buah. Pada umumnya tanaman cabai lebih senang ditanaman di daerah yang terbuka. Suhu Udara Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 210C 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanahpun juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau parteokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai, teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanah Tanah yang subur dan banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan memiliki drainase baik sanagt cocok untuk budidaya tanaman cabai merah. Tanaman cabai sebenarnya dapat tumbuh disegala macam tipe tanah, dan ketinggian tempat. Tanaman cabai merah akan

tumbuh baik pada ketinggian 0 1300 m dpl. Bahkan pada ketinggian 1500 m dpl pun tanaman cabai merah masih mampu tumbuh dan berbuah baik. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah menyebabkan tanaman cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu dan keguguran pada daun dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai berkisar antara 51/2 61/2. Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5 hanya saja buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya kerdil.

Bab iii Penutup

Daftar pustaka http://adeputraselayar.wordpress.com/2012/07/06/laporan-penelitian/ http://blog.ub.ac.id/abufatih/2013/02/20/laporan-praktikum-teknologi-produksi-tanaman-komoditascabai-merah-capsicum-annuum-l/

You might also like