You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia memiliki derajat yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan, baik anak normal maupun anak yang memiliki ketunaan dalam kehidupannya sehingga memerlukan pendidikan khusus. Sebagai warga negara, baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus memiliki kewajiban dan hak yang sama dalam proses pembangunan bangsa. Dalam bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan falsafah Pancasila yang tertuang dalam UUD !"# Pasal $ yaitu %Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran&. 'nak tuna netra seperti juga anak normal lainnya berhak mendapatkan pendidikan, Hal ini diatur dalam UUSP( tentang Sistem Pendidikan. 'nak tuna netra mengalami problem dalam banyak hal, yang disebabkan anak tuna netra mengalami kesulitan dalam mengembangkan hampir bidang studi, salah satunya adalah bidang studi )atematika. *emampuan dasar yang harus dimiliki siswa sebagai bekal mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan berhitung. *emampuan berhitung siswa perlu dipupuk dan dilatih dengan berbagai teknik agar tertanam dalam pola berpikir anak sehingga nantinya dalam mempelajari matematika tak ada kendala dalam hal kemampuan berhitung. Setelah siswa menyelesaikan studi di tingkat SD kemampuan berhitung yang harus telah dikuasai adalah meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan penarikan akar. *emampuan berhitung itu harus dikuasai anak untuk diterapkan pada himpunan bilangan 'sli, cacah, bulat, dan pecahan+desimal.

Salah satu kemampuan berhitung yang kurang dikuasai dengan baik oleh siswa adalah penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat ,negatif dan positif-. Hal ini biasanya dikarenakan pada saat pembelajaran siswa masih dalam tahap berpikir kongkrit sementara kebanyakan pembelajaran di kelas tidak didukung oleh media pembelajaran yang memadai. *esenjangan antara anak yang tertangani dan anak yang belum tertangani ternyata sangat jauh berbeda. .ang belum tertangani seakan menjadi anak yang hanya menjadi beban orang tua, saudara dan masyarakat, dengan harapan anak yang tertangani bisa diterima dalam keluarga masyarakat dan bisa mandiri tanpa harus tergantung pada orang tua. Sekolah /uar 0iasa merupakan sekolah yang diselenggarakan bagi anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan berfikir dan bersosialisasi. 1enjang pendidikan yang diselenggarakan meliputi Taman *anak2*anak ,T*/0-, Sekolah Dasar /uar 0iasa ,SD/0-, Sekolah )enengah Pertama /uar 0iasa ,S)P/0- dan Sekolah )enengah 'tas /uar 0iasa ,S)'/0-. 0idang studi )atematika untuk Sekolah Dasar /uar 0iasa ,SD/0dimulai dari kelas 3 4 53. )atematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh banyak siswa. 0erdasarkan penelitian )atematika terdiri dari sub bidang studi 'ljabar, 6eometri dan 'ritmatika. Sub bidang studi 'ritmatika memerlukan ketrampilan dalam berhitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hasil belajar )atematika terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Padahal manusia dalam kehidupan sehari2hari tidak lepas dari berhitung baik dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian ataupun pembagian. Siswa tuna netra, baik yang termasuk dalam kategori low 7ision ,penglihatan lemah- ataupun buta total, memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini tentu berpengaruh pula kepada cara belajar mereka. Pada umumnya, siswa tuna netra menggunakan indera peraba atau sentuhan

pada saat belajar karena keterbatasan penglihatan mereka. (amun, mereka juga menggunakan indera pendengaran mereka untuk menerima materi pembelajaran. *husus untuk siswa tuna netra kelompok low 7ision, mereka masih dapat menggunakan indera penglihatan mereka, namun dalam kondisi tertentu. Tipe siswa yang cenderung menggunakan indera peraba atau sentuhan, disebut tipe taktil. Tipe siswa yang cenderung menggunakan indera pendengaran pada saat belajar, disebut tipe auditif, sedangkan siswa yang cenderung menggunakan indera penglihatan, disebut tipe 7isual. Secara umum, siswa tuna netra, terutama kelompok buta total, mengkombinasikan dua macam indera yang mereka miliki, yaitu pendengaran dan peraba ,sentuhan-. Tipe siswa seperti ini disebut tipe auditif2taktil. Tipe belajar seperti ini dinilai lebih efektif dalam pembelajaran karena ketika guru memberikan penjelasan materi kepada siswa, siswa dapat belajar secara auditif, sedangkan untuk aplikasi pembelajarannya mereka dapat belajar secara taktil. 0iasanya, mereka menggunakan huruf 0raille, atau media pembelajaran tang menggunakn sentuhan. Siswa tuna netra dengan keterbatasan fisik harus dapat menguasai kecakapan berhitung yang sederhana dan praktis. Dengan keterbatasan tersebut guru dituntut untuk mencari media, metode serta memberikan suasana belajar yang kondusif. 1.2 Rumusan Masalah 0erdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 9 %0agaimana profil siswa tuna netra kelas 333 SD yang bertipe auditif2 taktil pada pembelajaran matematika ,pokok bahasan operasi hitung- di SD/0 *ota 1ambi:&

1.3 Batasan Masalah 0atasan masalah dalam penelitian ini adalah dengan memilih pokok bahasan operasi hitung. ;bjek penelitian yang dipilih adalah anak2 anak tuna netra kelas 33 SD/0 *ota 1ambi. 1.4 Tu uan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan siswa tuna netra kelas 333 SD yang bertipe auditif2taktil pada pembelajaran matematika ,pokok bahasan operasi hitung- di SD/0 *ota 1ambi 1.! Man"aat )anfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah9 . 0agi guru untuk menambah kajian pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan mengubah sikap mengajar pada kegiatan belajar mengajar berikutnya sesuai dengan tipe siswa yang diajar 8. 0agi siswa bisa mempermudah dalam menerima materi dan mengerjakan soal2soal pada materi operasi hitung $. 0agi dunia pendidikan memberikan moti7asi kepada instansi terkait ,Depdikbud- untuk selalu memantau pelaksanaan pendidikan dan penyesuaian model pembelajaran kepada siswa, khususnya siswa tuna netra

"

BAB II

TIN#AUAN PU$TA%A 2.1 %&nse' Anak Tuna Netra 2.1.1 Pengert(an tentang Anak Tuna Netra Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak,netra berarti mata atau penglihatan. 1adi secara umum tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta,tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. 'da anak buta yang sama sekali tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping buta total,masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa. 3stilah buta ini mencakup pengertian yang sama dengan istilah tunanetra atau istilah asingnya blind. Untuk memberikan pengertian yang tepat tentang buta itu, perlu dirumuskan pengertian sebagai berikut 9 )enurut Slamet <iadi adalah %Seseorang dikatakan buta jika ia tidak dapat mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan% ,Slamet <iadi , !=", hal. 8$-. )enurut Pertuni tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali ,buta total- hingga mereka yang masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 8 point dalam keadaan cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata ,kurang awas-. Pertuni ,persatuan tunanetra indonesia- yang berkedudukan di jakarta. Salh satu wadah institusi ormas, yang mengakfokasi hak2 hak tunanetra dalam kehidupan dan penghidupan dalam

masyarakat. 0aik dari segi hukum, H') ,hak asasi manusia- dan pendidikan. Definisi masih bersifat umum dan pengertiannya pun terlalu luas, meskipun telah diarahkan untuk keperluan pendidikan. Untuk itu kami memberikan pengertian secara khusus, bahwa orang yang kehilangan penglihatan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu sukar atau tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan dengan metode yang biasanya dipergunakan disekolah biasa. Sebenarnya anak buta dalam pendidikan tidak saja mempergunakan metode khusus, melainkan juga alat2alat bantu khusus, yang digunakan untuk membaca dan menulis diantaranya adalah 9 huruf braille, riglet dan pen. Huruf 0raille adalah huruf timbul yang khusus digunakan untuk para penyandang tuna netra. Huruf ini terdiri dari kumpulan titik2titik yang disusun sedemikian rupa untuk menggantikan huruf biasa. Penulisannya pun menggunakan mesin ketik khusus 0raile. (amun untuk penghitungan, penyandang tuna netra dapat menggunakan sempoa atau dekak2dekak. 'lat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah hori>ontal. 'kibat hilang+berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra2indra pendengaran, yang dan lainnya lain seperti, perabaan, sehingga penciuman, tidak sedikit sebaginya

penyandang tuna netra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. 2.1.2 %las("(kas( Tuna Netra *lasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain9

)enurut /owenfeld, , !##9p.8 !-, klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu 9 . Tunanetra sebelum dan sejak lahir@ yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. 8. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil@ mereka telah memiliki kesan2kesan serta pengalaman 7isual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. $. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja@ mereka telah memiliki kesan2kesan 7isual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. ". Tunanetra pada usia dewasa@ pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan2latihan penyesuaian diri. #. Tunanetra dalam usia lanjut@ sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan2latihan penyesuaian diri. ?. Tunanetra akibat bawaan ,partial sight bawaan-

*lasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu 9 . Tunanetra ringan ,defecti7e 7ision+low 7ision-@ yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program2program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan+kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 8. Tunanetra setengah berat ,partially sighted-@ yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.

$. Tunanetra berat ,totally blind-@ yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

)enurut BH;, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu 9 . Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 8C+8CC dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 8C derajat. 8. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 8C+AC sampai dengan 8C+8CC yang dapat lebih baik melalui perbaikan. )enurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi

pendidikan, yaitu 9 . 'nak yang memiliki ketajaman penglihatan 8C+AC atau kurang setelah memperoleh pelayanan medik. 8. 'nak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan fasilitas pendidikan yang khusus.

2.1.3 Pen)e*a* Tuna Netra Secara ilmiah, ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, apakah itu faktor dalam diri anak ,internalataupun faktor dari luar anak ,eksternal-. Hal2hal yang termasuk faktor internal yaitu faktor2faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan 9 faktor gen ,sifat pembawa keturunan-, kondisi psikis ibu, kekurangan gi>i, keracunan obat dan sebagainnya.

Daktor eksternal yaitu faktor2faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. )isalnya 9 kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis ,tang- saat melahirkan sehingga system sayafnya rusak, kurang gi>i atau 7itamin, terkena racun, 7irus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, dan peradangan mata karena penyakit, bakteri, atau 7irus.

2.1.4 %arakter(st(k Anak Tuna Netra . *arakteristik 'nak Tuna (etyra dalam 'spek 'kademis 0ateman dalam Hallahan E*auffman , !! 9$ 8mengemukakan bahwa dari hasil penelitian, diperoleh beberapa fakta yang memberikan kesan bahwa anak tunanetra baik yang kurang lihat maupun buta, ketinggalan dari temannya yang awas. 0erkaitan dengan tersebut, Samuel Hayes dalam )oh. 'min , !=?9 $- telah mengukur kecerdasan tunanetra dengan menggunakan dan tes kecerdasan dengan Hayes 0inet yang dengan tidak menghilangkan nomor2nomor yang menggunakan penglihatan menggantinya nomor2nomor menggunakan penglihatan dari Standford20inet. Tes tersebut menguji 8.$ 8 anak2anak buta, dan menemukan bahwa angka 3F rata2rata mereka adalah !=,=. Studi yang dilakukan oleh kephart A Schwart> , !A"menunjukkan bahwa anak2anak yang mengalami gangguan penglihatan yang berat cenderung memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan, dan mampu berprestasi, seperti anak awas. 8. *arakteristik 'nak Tuna (etra dalam 'spek Pribadi dan Sosial

Hallahan E *auffman , !! 9$ $- mengemukakan bahwa hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa anak tunanetra secara umum tidak dapat menyesuaikan diri ,maladjusted- sehingga masalah kepribadian bukan merupakan sifat+pembawaan dari ketunanetraannya. Sikap negatif orang awas, dapat terjadi karena adanya penilaian yang salah atau persepsi negatif terhadap tunanetra 0eberapa literatur mengemukakan karakteristik yang mungkin terjadi pada anak tunanetra yang tergolong buta sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari kebutaannya ialah 9 - Guriga pada orang lain 8- )udah tersinggung $- *etergantungan pada orang lain $. *arakteristik 'nak Tuna (etra dalam 'spek Disik+Sensoris dan )otorik+Perilaku . 'spek Disik dan Sensoris Dari kondisi matanya dan sikap tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku.Dari segi indera, umumnya anak tunanetra menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibanding dengan anak awas. 8. 'spek )otorik Dari aspek motorik+perilaku anak tunanetra menunjukkan karakteristik sebagai berikut 9 a. 6erakannya agak kaku dan kurang fleksibel b. Perilaku Stereotipee ,Stereotip beha7ior2.1.! Permasalahan Anak Tuna Netra Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu 9

. Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak ,di satu sisi-. 8. Upaya pemanfaatan secara optimal indera2indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan ,di sisi lain-. Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama2tama guru harus menguasai karakteristik+strategi pembelajaran yang umum pada anak2anak awas, meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek2aspek lainnya. /angkah berikutnya adalah menganalisis komponen2 komponen mana saja yang perlu atau tidak perlu dirubah+dimodifikasi dan bagaimana serta sejauh mana modifikasi itu dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek+proses pembelajaran memegang peran yag sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip2 prinsip yang harus diperhatikan, antara lain 9

. Prinsip 3ndi7idual Prinsip indi7idual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun ,P/0 maupun pendidikan umum- guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan2perbedaan indi7idu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan indi7idu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di

samping adanya perbedaan2perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan ketunanetraannya ,tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab2sebab ketunanetraan, dampak sosial2psikologis akibat kecacatan, dll-. Secara umum, harus ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip layanan indi7idu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. 3nilah alasan dasar terhadap perlunya Program 4 IEP-. ,Individual Education

8. Prinsip *ekonkritan+Pengalaman Penginderaan Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Dalam bahasa 0ower , !=?- disebut sebagai pengalaman penginderaan langsung. 'nak tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan 7isual yang memiliki dimensi jarak, bunga yang sedang mekar, pesawat yang sedang terbang, atau seekor semut yang sedang mengangkut makanan. Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap objek, atau situasi. 'nak tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat+media dan lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran yang

mendukung

dan

rele7an.

Pembahasan

mengenai

alat

pembelajaran akan disampaikan pada bagian khusus.

$. Prinsip Totalitas Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep. Dalam bahasa 0ower , !=?- gagasan ini disebut sebagai multi sensory approach, yaitu penggunaan semua alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek. Untuk mendapatkan gambaran mengenai burung, anak tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran bentuk, sifat permukaan, kehangatan. Dia juga harus memanfaatkan pendengarannya untuk mengenali suara burung dan bahkan mungkin juga penciumannya agar mengenali bau khas burung. Pengalaman anak mengenai burung akan menjadi lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan anak yang hanya menggunakan satu inderanya dalam mengamati burung tersebut. Hilangnya penglihatan pada anak tunanetra menyebabkan dirinya menjadi sulit untuk mendapatkan gambaran yang utuh+menyeluruh mengenai objek2objek yang tidak bisa diamati secara seretak ,suatu situasi atau benda berukuran besar-. ;leh sebab itu, perabaan dengan beberapa tekhnik penggunaannya menjadi sangatlah penting.

". Prinsip 'kti7itas )andiri

Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. 'nak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan moti7ator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan mendengar dan mencatat. *eharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau konsep. 3si pelajaran ,fakta, konsep- adalah penting bagi anak, tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi pelajaran tersebut.

Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan sama sekali.

8.8. Tipe 0elajar Siswa Setiap anak dilahirkan dengan aspek kecerdasan yang berbeda sesuai dengan fungsi otaknya. ;tak berkaitan dengan mata dan dengan modalitas. )odalitas menurut DePorter ,8CC#9 ="- merupakan jaringan

"

kerja saraf yang jauh lebih kompleks daripada tele7isi. )odalitas yang dimaksud adalah modalitas 7isual, auditorial, dan kinestetik. Setiap jaringan saraf memiliki kemungkinan tidak terbatas, semuanya berasal dari tempat yang sama. Semua orang memiliki akses salah satu modalitas belajar pada ketiga modalitas tersebut. 'kan tetapi, hampir semua orang cenderung pada yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi ,0andler dan 6rinder dalam DePorter, 8CC#9="-. 'da juga orang yang kecenderungannya tidak hanya pada salah satu aspek modalitas, tetapi juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu ,)arko7a dalam DePorter, 8CC#9 =#-. Dalam tulisan ini istilah ketiga yang menunjukkan pada gerak dan rasa, digunakan dengan istilah &taktil& ,Baluyo, !!#9A=-. Taktil ,3nggris9 tactile yang berarti berkenaan dengan indra perasa atau pengecap-. Teori lain seperti yang dikatakan di atas, teknik ini didasari oleh adanya keragaman tipe belajar yang dilakukan anak. *eberagaman tipe belajar ini tentu akan mempengaruhi daya tangkap, pemahaman dan gaya belajarnya. Untuk itu, bagi seorang guru, pemahaman akan tipe belajar siswa penting sekali diketahui agar dapat mengoptimalkan kelebihan potensi siswa yang ada atau sebaliknya dapat juga mengatasi segala kekurangannya. *arena itu, dalam kaitannya dengan penelitian ini guru perlu memahami teori2teori berkenaan dengan accelerated learning, accelerated teaching, Huantum learning, dan lain2lain. 0erdasarkan keragaman tipe belajar, siswa dapat dikelompokkan dari segi cara2cara yang mereka senangi dalam mengenali sesuatu, yakni ada siswa bertipe 7isual, bertipe auditif, dan bertipe taktil. Pada dasarnya semua siswa memiliki ketiga tipe belajar tersebut. Hanya, setiap siswa mempunyai kecenderungan pada gaya mana yang lebih ia sukai daripada gaya2gaya yang lain. 8.8. Tipe 5isual

Seorang siswa yang bertipe 7isual, perolehan belajar akan lebih cepat dengan cara melihat ,proses 7isualisasi-. ;leh karena itu, untuk menciptakan gambaran, ingatan ataupun pemahaman dalam otaknya harus ada gambar2gambar sebagai medianya. Sangat sulit bagi dan anak bertipe 7isual ini kalau yang hanya akan membayangkan mendengarkan hal2hal

dipelajarinya, tetapi tidak ada alat peraganya. Dengan kata lain, seorang 7isual, belajar akan lebih cepat dengan menggunakan mata sebagai indera pelengkap. Siswa 7isual senang belajar dari buku, presentasi yang menggunakan gambar2gambar, 7ideo, dan berbagai alat belajar yang menarik bagi mata ,0ang 'l, 8CC#-. DePorter E Hernacki ,8CC$9 ?2 =- menjelaskan beberapa ciri orang 7isual, orang auditori, dan orang bertipe taktil ,kinestetik- seperti pada bagian di bawah ini. Pada orang bertipe 7isual, ia menyebutkan sejumlah ciri sebagai berikut9 , - mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar@ ,8- mengingat dengan aosiasi 7isual@ ,$mempunyai masalah untuk mengingat instruksi 7erbal kecuali jika ditulis, dan sering minta bantuan orang untuk mengulanginya@ ,"membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah@ ,#- mencoret2coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau di dalam kegiatan rapat@ ,?- lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato@ ,A- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak@ ,=- pengeja yang baik dan dapat melihat kata2kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka@ dan ,!- teliti terhadap detail, dan lain2lain. 8.8.8 Tipe 'uditori Seorang siswa yang bertipe auditori lebih suka belajar dengan cara mendengarkan dibanding disuruh membaca sendiri. 3a berpikir logis analitis dan memiliki urutan dalam berpikir. 3a lebih

nyaman bila pembelajaran yang diberikan berkaitan dengan bunyi dan angka, mengikuti petunjuk dengan keteraturan. 3a lebih banyak mempergunakan kemampuan mendengar dengan koordinasi imajinasi dan kemampuan fantasinya untuk memahami suatu konsep maupun untuk menyimpan suatu ingatan. *arena itu, siswa auditori lebih mudah menangkap pelajaran yang disampaikan dengan lantunan kaset, ceramah yang disampaikan dengan suara merdu dan enak didengar, serta berbagai media yang menggunakan media suara. Siswa auditori kurang tertarik membaca, kalaupun membaca dengan suara keras. 3tu sebabnya, siswa auditori mudah terganggu oleh keributan. *alau membaca mudah mengantuk. *arena itu, bagi siswa auditori kegiatan membaca sebaiknya dilakukan bersama2sama dengan membuat catatan2catatan pendek atau merekam suaranya sendiri ketika membaca. 0erdasarkan uraian di atas, orang bertipe auditori menurut DePorter E Hernacki ,8CC$9 ?2 =- memiliki ciri2ciri seperti9 , - belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusiakan daripada apa yang dilihat@ ,8- merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita@ ,$- berbicara dengan irama yang terpola@ ,$- pembicara yang fasih@ ,"- suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar@ ,#- senang membaca keras dan mendengarkan@ ,?- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara@ dan ,A- mudah terganggu oleh keributan. 8.8.$ Tipe Taktil Selanjutnya, seorang siswa yang bertipe taktil, belajar lebih mudah diserap melalui alat peraba, yaitu tangan atau kulit. Pada sumber lain ,DePorter E Hernacki, 8CC$9 $- menyebutkan tangan merupakan modalitas belajar kinestetik, yakni belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. ;rang2orang yang bertipe ini mempunyai ciri9 , - berbicara dengan perlahan@ ,8-

menanggapi

perhatian

fisik@

,$-

menyentuh

orang

untuk

mendapatkan perhatian mereka@ ,"- berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain@ ,#- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak@ ,?- belajar melalui memanipulasi dan praktik@ ,Amenghapal dengan cara berjalan dan melihat@ ,=- banyak menggunakan isyarat tubuh@ dan,!- tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. Dalam kegiatan belajar, 7isual, audio, dan kinestetik ini merupakan konsep kunci berbagai teori dan strategi belajar ,DePorter E Hernacki, 8CC$9 ?-. 0erlandaskan pada teori di atas, ketiga modalitas belajar tersebut dapat disatukan. (amun, pada siswa tuna netra, secara umum tentu modalitas 7isual tidak dapat digunakan, terutama pada anak yang buta total. ;leh karena itu, pada penelitian ini hanya ditujukan untuk anak tuna netra dengan menggunakan modalitas belajar auditori dan taktil, yang selanjutnya disebut dengan tipe auditif2taktil.

BAB III MET+DE PENELITIAN 3.1 Ran,angan Penel(t(an Penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskritif. )enurut <iduwan ,8CC!- Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. ;leh karena itu, penelitian ini akan berangkat dari penggalian data berupa pandangan berupa informan dalam bentuk cerita rinci atau asli yang diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan para subjek penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa tuna netra kelas 333 SD/0 *ota 1ambi. Hal yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah profil siswa tuna netra tipe auditif2taktil kelas 333 SD pada pembelajaran matematika ,pokok bahasan operasi hitung- di SD/0 *ota 1ambi. Pendeskripsian ini ditelusuri melalui pengamatan langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran matematika yang di lakukan oleh subjek penelitian maupun dari hasil wawancara yang dilakukan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang prosedur penelitiannya menghasilkan data deskriptif berupa kata2kata tertulis atau lisan dari orang2 orang atau perilaku yang dapat diamati ,)oleong 8CCA9 ?-. )aka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif2deskriptif. 3.2 $u* ek Penel(t(an Sumber data adalah siswa kelas 333 SD/0 *ota 1ambi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tuna netra. Dari sumber data tersebut dipilih siswa tuna netra kelas 333 SD/0 sebagai subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan hasil obser7asi langsung ,pengamatan ciri fisik-.

3.3 Instrumen Penel(t(an Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri ,Sugiyono, 8CC!-. 1adi 3nstrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama, peneliti berperan sebagai perencana pengumpul data, analisator, penafsir data, dan pelapor penelitian ,Sugiyono, 8CC!)enurut )oleong ,8C C9 ?$-, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah cukup rumit yaitu menjadi instrumen penelitian. 3nstrumen utama dalam penelitian adalah pewawancara ,peneliti sendiri- yang dipandu dengan pedoman obser7asi. Sebagai instrumen utama, peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. 3nstrumen lainnya adalah berupa angket untuk memilih subjek, mengindentifikasi permasalahan yang di hadapi siswa saat melaksanakan pembelajaran matematika, dan pedoman wawancara, pedoman obser7asi yang dimaksudkan untuk membimbing peneliti dalam mengungkap permasalahn, kendala yang di hadapai siswa tersebut. 1.4. Pe-&man &*ser.as( Pedoman obser7asi berupa aspek2aspek yang akan diamati selama pembelajaran matematika berlangsung. ;bser7asi atau pengamatan difokuskan pada kegiatan siswa pada pelaksanaan pembelajaran matematika berlangsung guna mengidentifikasi permasalahan2permasalahan yang dialami siswa. Pedoman obser7asi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pedoman obser7asi tentang profil siswa tuna netra tipe auditif2taktil kelas 333 SD pada pembelajaran matematika ,pokok bahasan operasi hitung- di SD/0 *ota 1ambi. Sebelum membuat pedoman obser7asi tersebut, peneliti membuat kisi2kisi yang akan menjadi acuan dalam pembuatan pedoman obser7asi. *isi2 kisi tersebut ditentukan dengan mengkaji proses kegiatan siswa selama

8C

persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. /alu dari kisi2kisi tersebut disusun pedoman obser7asi. 3.! Pengum'ulan Data Proses pengumpulan data ini menggunakan wawancara berdasarkan lembar tugas pemecahan masalah. Gara yang dilakukan adalah dengan wawancara dan direkam melalui audio 7isual. Secara garis besar langkah2 langkah wawancara berdasarkan pedoman obser7asi, angket dan wawancara secara mendalam untuk menggali tentang apa, bagaimana dan mengapa, berkaitan dengan permasalahan yang diberikan. 3./ Anal(s(s Data 'nalisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistimatis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan2bahan lain dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit2unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang lain ,Sugiyono, 8CC!9 8A"-. Sedangkan menurut 0ogdan dan 0iklen yang dikutip oleh )oleong ,8CCA9 8"=- analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah2milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. 1adi, analisis data yang akan dilakukan adalah dengan mengolah semua data yang telah diperoleh dari hasil obser7asi, baik yang tertulis maupun lisan. )isalnya data dari hasil wawancara dan angket.

You might also like