You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang umum dan kompleks yang dapat mengenai semua usia. Penyakit ini ditandai dengan plak berbatas tegas yang disertai dengan skuama tebal berwarna keputihan. Lesi psoriasis terdistribusi secara simetris dengan predileksi utama di daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.1,2 Beberapa studi epidemiologi memperkirakan prevalensi

psoriasis di dunia berkisar antara 0,6 sampai 4,8%.2 Di Amerika serikat sekitar 2% populasi menderita penyakit ini. Sementara pada kelompok etnis tertentu misalnya Jepang, Aborigin Australia, dan Indian Amerika prevalensinya lebih rendah.2,3 Di Indonesia belum ada data pasti mengenai jumlah penderita psoriasis. Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari - Desember 2010, dari total 3.230 orang yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien (1,05%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah tersebut 16 pasien (47%) berjenis kelamin pria dan 18 pasien (52,9%) berjenis kelamin wanita. Psoriasis merupakan suatu penyakit yang tidak hanya menyebabkan gangguan fisik tetapi juga memberikan dampak

Universitas Sumatera Utara

psikologis pada penderitanya yaitu rasa malu, rendah diri dan depresi. Hal ini menyebabkan percobaan bunuh diri pada lebih dari 5% penderita psoriasis.1-3 Etiopatogenesis psoriasis bersifat kompleks dan belum dimengerti sepenuhnya. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor genetik, defek sistem imun, lingkungan dan faktor hormonal, salah satunya prolaktin.4,5 Prolaktin merupakan suatu neuropeptida yang disekresikan oleh hipofisis anterior. Prolaktin memiliki berbagai efek fisiologis, diantaranya sebagai suatu imunomodulator yang memiliki efek stimulasi proliferasi keratinosit epidermal pada manusia.5-8 Dalam beberapa penelitian sebelumnya, hormon prolaktin dianggap berperan dalam etiopatogenesis psoriasis dan berhubungan dengan derajat keparahan psoriasis. Penelitian yang dilakukan oleh Paus (1991); Girolomoni et al. (1993); DeBellis et al. (2005); Biswas et al. (2006) menyatakan bahwa prolaktin memberikan kontribusi pada patogenesis psoriasis dengan cara menstimulasi proliferasi keratinosit, produksi Interferon- (IFN-) dan menyebabkan terjadinya

angiogenesis.5 Weber et al. (1985) menunjukkan bahwa bromokriptin (sebuah inhibitor dopaminergik poten) yang menghambat sekresi prolaktin dapat menginduksi remisi lesi psoriasis epidermal dan bahkan psoriasis arthritis.9 Sementara itu Dunna dan Finlay (1989) menyatakan bahwa selama masa kehamilan, psoriasis cenderung lebih stabil pada mayoritas penderita psoriasis wanita dan kemudian

Universitas Sumatera Utara

memburuk pada periode postpartum. Hal ini menunjukkan terdapatnya peranan dari kadar prolaktin yang meningkat selama masa laktasi.10 Sejumlah laporan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar prolaktin serum pada pasien dengan psoriasis dibandingkan dengan populasi normal. Meskipun demikian hasil berbagai penelitian mengenai kadar prolaktin pada penderita psoriasis masih bersifat kontroversial. Penelitian yang dilakukan oleh Giasuddin et al. (1998) menunjukkan ditemukannya peningkatan kadar prolaktin yang signifikan pada pasien dengan psoriasis vulgaris dibandingkan dengan pasien dermatitis atopik dan subjek yang normal.11 Hasil yang sama juga tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al. (2009) serta Dilme et al. (2010) yang melaporkan adanya peningkatan kadar prolaktin yang signifikan pada kelompok psoriasis dibandingkan dengan kelompok kontrol.12 kadar prolaktin pada 39
- 14

Gorpelioglu et al. (2008) meneliti dengan psoriasis kemudian

pasien

membandingkannya dengan 36 orang kontrol. Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada kadar serum prolaktin diantara pasien dan kontrol.15 Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar prolaktin pada penderita psoriasis belum menunjukkan hasil yang konsisten. Selain itu penelitian mengenai kadar prolaktin serum pada berbagai derajat keparahan psoriasis juga belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian tersebut di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.2

Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu; bagaimana profil kadar prolaktin serum pada berbagai derajat keparahan penderita psoriasis vulgaris di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui profil kadar prolaktin serum penderita psoriasis vulgaris pada berbagai derajat keparahan.

1.3.2

Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran data demografik penderita psoriasis vulgaris di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui berbagai derajat keparahan pada penderita psoriasis vulgaris.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat dalam bidang akademik : untuk membuka wawasan mengenai etiopatogenesis psoriasis terutama hubungannya dengan kadar prolaktin dalam serum. 1.4.2 Manfaat dalam pelayanan masyarakat : menjadi landasan untuk pendekatan terapi psoriasis di masa yang akan datang, terutama mengenai penggunaan preparat antiprolaktin oral. 1.4.3 Manfaat bagi pengembangan penelitian: menjadi landasan teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

You might also like