You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam mekanika batuan, sifat-sifat batuan yang penting diketahui adalah :
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, porositas, kandungan air, absorpsi dan angka pori.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan uniaksial, kuat tarik, modulus elastisitas,
Poisson Ratio, sudut geser dalam dan kohesi.
3. Sifat Dinamik seperti cepat rambat gelombang primer, cepat rambat gelombang
skunder, modulus rigit dinamik, dinamik Youngs Modulus, konstanta Lame dan Bulk
Modulus.
4. Sifat Abrasivitas seperti Schimazek F Value (Schimazek & Knats, 1987) dan Cerchar
Abrasivity Index (Valantine, 1973).
Penentuan sifat-sifat batuan tersebut dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan (in-
situ).
Dalam penuntun praktikum ini akan diuraikan penentuan sifat fisik dan sifat mekanik
batuan. Pengujian sifat fisik dan mekanik batuan di laboratorium pada umumnya dilakukan
terhadap percontoh (sample) yang diambil di lapangan. Satu percontoh dapat digunakan
untuk menentukan kedua sifat batuan tersebut. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik
batuan yang merupakan pengujian tak merusak (non destructive test), kemudian
dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanik yang merupakan pengujian merusak
(destructive test) sehinggga batuan percontoh hancur.
Pengujian terhadap percontoh batuan yang dapat dilakukan di laboratorium mekanika
batuan meliputi :
1. Uji Sifat Fisik, untuk menentukan :
- Bobot isi asli (
nat
)
- Bobot isi kering (
dry
)
- Bobot isi jenuh (
sat
)
- Berat jenis murni (
tr
)
- Berat jenis semu (
app
)
- Kandungan air asli (W
nat
)
- Kandungan air jenuh (W
sat
)



2
- Derajat kejenuhan (S)
- Porositas (n) dan
- Angka pori (e)
2. Uji Kuat Tekan (Uniaxial Compressive Strength), untuk menentukan :
- Kuat tekan (o
c
)
- Batas elastik (o
e
)
- Modulus elastisitas (E)
- Poissons Ratio (v)
3. Uji Triaksial (Triaxial Test), untuk menentukan :
- Selubung kekuatan (strength envelope)
- Kuat geser (t)
- Sudut geser dalam (|)
- Kohesi (c)
4. Uji Geser Langsung (Direct Shears Test), untuk menentukan :
- Garis Coulombs shear strength
- Kuat geser (t)
- Sudut geser dalam (|)
- Kohesi (c)
5. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Brazillian Test), untuk menentukan kuat tarik tidak
langsung (o
t
).
6. Uji Schimidt Hammer, untuk menentukan kuat tekan berdasarkan jumlah rebound.
7. Uji Beban Titik (Point Load Test), untuk menentukan kuat tekan secara tidak langsung
melalui nilai Index Franklin.










3
BAB II
PENGUJIAN SIFAT FISIK BATUAN

2.1. PEMBUATAN PERCONTOH
Percontoh batuan untuk diuji berupa inti bore (core) dari hasil pemboran inti di lapangan
atau dapat dibuat di laboratorium. Pembuatan percontoh di lapangan yaitu dengan
melakukan pemboran inti (core drillling) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di
lapangan, sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat
digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi percontoh dua kali
diameternya.
Pembuatan percontoh di laboratorium dapat dibuat dari blok batuan yang diambil di
lapangan kemudian di bor dengan pengintian di laboratorium. Hasil percontoh yang
diperoleh umumnya berbentuk silinder dengan diameter 50 70 mm, kemudian dipotong
dengan mesin potong batu untuk mendapatkan ukuran tinggi percontoh dua kali
diameternya. Ukuran percontoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut
di atas tergantung dari maksud dan tujuan pengujian.
Pembuatan percontoh di laboratorium dapat juga dilakukan dengan membuat model fisik
percontoh dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi praktikum mahasiswa. Model fisik
percontoh batuan dapat dibuat dari campuran krikil, pasir dan semen. Perbandingan
campuran ini disesuaikan dengan kebutuhan. Semakin besar campuran semennya maka
percontoh akan semakin kuat. Campuran ini kemudian diaduk dan dimasukkan ke dalam
pipa paralon dengan ukuran diameter 50 70 mm dan tinggi dua kali diameternya,
selanjutnya dibiarkan dengan jangka waktu 7 sampai 27 hari. Pengujian percontoh
sebaiknya dilakukan setelah jangka waktu selama 27 percontoh model fisik tersebut dibuat.
2.2. PERALATAN
Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah :
1. Neraca listrik dengan ketelitian 0,1 gram
2. Eksikator dan pompa vakum, dipakai pada saat penjenuhan percontoh.
3. Oven, dipakai untuk pengeringan percontoh setelah penjenuhan.





4
2.3. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut.
1. Penimbangan berat asli percontoh (Wn)
2. Penjenuhan percontoh dalam eksikator dengan cara :
- Eksikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi vaselin dengan rata.
- Percontoh dimasukkan ke dalam eksikator dengan hati-hati, kemudian ditutup
dengan rapat agar udara luar tidak dapat masuk ketika dihisap dengan pompa
vacum.
- Udara dalam eksikator dihisap dengan bantuan pompa vacum selama 15 menit,
dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada dalam percontoh. Pastikan
tidak ada kebocoran pada selang penghisap dan pada penutup eksikator.
- Setelah 15 menit, penghisapan dihentikan dan kran selang yang dihubungkan ke
pompa vacum ditutup, kemudian ke dalam eksikator masukkan air sehingga
percontoh terendam sepertiganya, air dibiarkan masuk melalui selang dengan
sendirinya akibat perbedaan tekanan dalam eksikator, yaitu dengan membuka kran
pada selang yang dihubungkan ke bak air.
- Setelah itu tutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan buka kran pada
selang yang dihubungkan ke pompa vacum, selanjutnya penghisapan dilakukan lagi
selama 15 menit, kemudian penghisapan dihentikan lagi.
- Setelah penghisapan dihentikan dan masukkan lagi air dengan cara seperti tersebut
di atas sehingga percontoh terendam dua per tiganya. Kemudian lanjutkan lagi
penghisapan selama 15 menit atau sampai benar-benar tidak ada lagi gelembung
udara keluar dari sisi-sisi percontoh. Kemudian biarkan percontoh terendam hingga
benar-benar jenuh selama 24 jam.
3. Setelah perendaman selama 24 jam, percontoh dalam eksikator dikeluarkan dan
ditimbang segera dalam keadaaan jenuh sehingga didapat berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi percontoh dalam kondisi jenuh tergantung dalam air, sehingga diperoleh
berat jenuh tergantung dalam air (Ws)
5. Kemudian percontoh dikeringkan kembali, dengan cara memasukkannya ke dalam
oven selama 24 jam pada temperatur 90
o
C.
6. Setelah di oven selama 24 jam, keluarkan percontoh dari oven kemudian timbang
sehingga didapat berat kering (Wo).



5
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-persamaan yang ada pada sub
bab 2.4.
2.4. PERHITUNGAN SIFAT-SIFAT FISIK PERCONTOH
Penimbangan berat percontoh
- Berat percontoh asli (natural) = Wn
- Berat percontoh kering (setelah di oven selama 24 jam dengan temperatur 90
o
C) = Wo
- Berat percontoh jenuh (setelah dijenuhkan selama 24 jam) = Ww
- Berat jenuh tergantung dalam air = Ws
- Volume percontoh tanpa pori-pori = Wo Ws
- Volume percontoh total = Ww Ws
Penentuan sifat-sifat fisik
1. Bobot isi asli (natural density) =
Ws Ww
Wn


2. Bobot isi kering (dry density) =
Ws Ww
Wo


3. Bobot isi jenuh (Saturated density) =
Ws Ww
Ww


4. Berat jenis murni = r bobotisiai
Ws Ww
Ww
:


5. Berat jenis semu =
r bobotisiai
Ws Ww
Wo
:


6. Kandungan air asli = % 100 x
Wo
Wo Wn

7. Kandungan air jenuh = % 100 x
Wo
Wo Ww

8. Derajat kejenuhan = % 100 x
Wo Ww
Wo Wn


9. Porositas = % 100 x
Ws Ww
Wo Wn


10. Angka Pori =
n
n
1







6
BAB III
PENGUJIAN KUAT TEKAN
(UNIAXIAL COMPRESSIVE STRENGTH TEST)

3.1. TEORI
Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan untuk memberikan beban pada percontoh
batuan. Pada saat percontoh batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara
teratur dan meningkat, maka kondisi percontoh batuan cenderung mengalami perubahan
bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (A
d
) dan arah vertikal (A
l
).
Sehingga percontoh batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk volumetrik.
Perubahan bentuk dalam arah lateral terhadap diameter disebut regangan lateral,c
l
dan
perubahan bentuk dalam arah vertikal terhadap tinggi disebut regangan aksial,c
a
serta
perubahan bentuk disebut dengan regangan volumetrik,c
v
(lihat Gambar 3.1)
Gambar 3.1
Regangan aksial dan lateral

Dari nilai-nilai regangan-regangan tersebut oleh Bieniawski ditentukan sebagai dasar untuk
menentukan perilaku batuan yang dinyatakan dalam hubungan tegangan-regangan berupa
kurva tegangan-regangan (lihat Gambar 3.2). Dari kurva tersebut dapat ditentukan sifat
mekanik batuan yaitu kuat tekan, batas elastik, Modulus elastisitas dan Poissons Ratio.




d
l
A
l

A
d

c
l
= A
d
/d
c
a
= A
l
/l
c
v
=c
a
+ 2c
l




7
















Gambar 3.2. Kurva Tegangan-Regangan

Kuat Tekan Uniaksial
Kuat tekan uniaksial adalah perbandingan beban yang diberikan pada percontoh batuan
terhadap luas permukaan percontoh yang menerima beban. Hal ini dapat dituliskan dengan
rumus o
c
= P/A. Kuat tekan ini diperhitungkan pada saat percontoh batuan mengalami
keruntuhan (failure) dengan beban (P) yang bekerja pada saat terjadinya keruntuhan. Dari
kurva tegangan-regangan (Gambar 3.2) dapat ditentukan bahwa kuat tekan uniaksial
percontoh batuan terdapat pada bagian puncak (peak).
Batas Elastik
Penentuan harga batas elastik berdasarkan dari kurva tegangan-regangan yang diperoleh
dari pengujian kuat tekan uniaksial. Penentuan ini dilihat dari kondisi garis yang linier dari
grafik regangan aksial terhadap beban yang diberikan. Batas akhir garis linier ini kemudian
diproyeksikan terhadap bebab yang diberikan, sehingga nilai tersebut merupakan batas
elastik percontoh batuan (lihat Gambar 3.2).

Kurva Tegangan-Regangan
0
2
4
6
8
10
12
14
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000
Regangan (mikrostrain)
T
e
g
a
n
g
a
n

(
M
P
a
)
axial
lateral
volumetrik
kN atau MPa



8
Modulus Elastisitas
Harga modulus elastisitas adalah perbandingan antara selisih nilai tegangan aksial (Ao)
dengan selisih nilai regangan aksial (Ac). Perbandingan nilai ini diambil pada garis yang
linier dari kurva tegangan-regangan (lihat Gambar 3.2)
Ada beberapa defenisi modulus elastisitas :
1. Tangent Youngs Modulus (Et) ; diukur pada tingkat tegangan sebesar 50% o
c
.
2. Average Youngs Modulus (Eav) ; diukur dari rata-rata kemiringan kurva atau bagian
garis linier yang terpanjang dari kurva.
3. Secant Youngs Modulus (Es) ; diukur dari nilai tegangan nol sampai nilai tegangan
50% o
c
.
Poissons Ratio
Poisson Ratio adalah perbandingan antara regangan lateral terhadap regangan aksial pada
kondisi tegangan sebesar o
i
. Nilai o
i
diukur pada titik garis singgung yang ditarik sejajar
dengan tegangan aksial pada saat kurva regangan volumetrik mulai berubah arah. Titik
garis singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial maka akan
diperoleh o
i
. Melalui titik o
i
buat garis tegak lurus tegangan aksial sehingga memotong
kurva regangan aksial dan regangan lateral. Kemudian dari masing-masing titik potong
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan regangan lateral, maka
akan diperoleh nilai c
ai
dan c
li
(lihat Gambar 3.3). Dari nilai akan dihitung nilai Poissons
Ratio dengan persamaan v = c
li
/ c
ai
pada tingkat tegangan o
i
.
Gambar 3.3. Pengambilan Nilai c
li
dan c
ai

Kurva Tegangan-Regangan
0
2
4
6
8
10
12
14
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000
Regangan (mikrostrain)
T
e
g
a
n
g
a
n

(
M
P
a
)
axial
lateral
volumetrik
kN atau MPa
oi
cai cli



9
3.2. TUJUAN
Pengujian kuat tekan uniaksial bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai :
- Kuat tekan percontoh batuan (o
c
)
- Batas elastik (o
e
)
- Modulus Elastisitas (E)
- Poissons Ratio (v)
3.3. PERALATAN
- Alat pengebor inti, terdiri dari beberapa diameter.
- Alat pemotong batu.
- Garenda, kikir dan amplas untuk menghaluskan permukaan percontoh.
- Squareness, untuk mengukur penyimpangan kesejajaran permukaan percontoh.
- Jangka Sorong, untuk mengukur tinggi dan diameter percontoh.
- Dial gauge, untuk mengukur perpindahan dan regangan.
- Mesin Kuat Tekan Uniaksial.
3.4. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan pengujian kuat tekan uniaksial dilakukan sebagai berikut.
1. Preparasi Percontoh
- Haluskan permukaan percontoh dengan menggunakan amplas, kikir atau gerenda.
- Ukur kesejajaran permukaan percontoh dengan menggunakan alat Squareness
(tidak lebih besar dari satu kali putas dial pengukur).
- Ukur diameter dan tinggi percontoh dengan jangka sorong. Pengukuran ini
dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing diameter (atas dan bawah) dan
tinggi percontoh.
2. Tahapan Pengujian
- Percontoh batuan dimasukkan pada alat uji kuat tekan uniaksial
- Pasang dial gauge untuk pengukuran secara aksial dan lateral
- Atur kedudukan jarum penunjuk besaran beban yang bekerja pada kondisi awal.
- Hidupkan mesin kuat tekan dan atur kecepatan pembebanan.
- Setelah platen (plat landasan) menyentuh permukaan percontoh, atur dial gauge
pada kedudukan nol (atau baca jarum dial gauge pada kondisi awal).
- Amati proses pembebanan, catat pergerakan deformasi secara aksial dan lateral dari
dial gauge.



10
- Secara terus menerus amati proses pembebanan dengan teliti. Hentikan
pembebanan setelah jarum hitam pembaca bergerak kembali kedudukan nol. Jarum
merah menunjukkan pembebanan maksimum pada saat percontoh mengalami
failure.
- Jika percontoh batuan telah failure, maka pengujian tekah selesai, kemudian data-
data hasil pengujian diolah dan dibuatkan kurva tegangan-regangan.






























11
BAB IV
PENGUJIAN KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG
(BRAZILLIAN TEST)


4.1. TEORI
Pengujian kuat tarik tidak langsung menggunakan alat kuat tekan uniaksial, dimana
percontoh batuan diletakkan diantara dua platen, kemudian diberikan beban sehingga
batuan mengalami failure. Pemberian beban dilakukan pada bagian diameterikal percontoh
batuan (lihat Gambar 4.1). Percontoh batuan dibuat dengan geometri ; tinggi (tebal)
percontoh setengah dari diameternya.
Kuat tarik batuan secara tidak langsung dapat dihitung dengan rumus :
Gambar 4.1. Pemberian Beban Pada Uji Kuat Tarik

4.2. TUJUAN
Tujuan dari pengujian kuat tarik tidak langsung (Brazillian Test) adalah untuk menentukan
nilai kuat tarik dari percontoh batuan.
4.3. PERALATAN
- Mesin kuat tekan uniaksial
- Pemotong batu (Rock Cutter)
- Garenda, kikir dan amplas
- Jangka Sorong

RH
P
t
t
o =
Bidang
Failure
P
P
Keterangan :
P : beban (kN)
R : jari-jari percontoh
H : tinggi (tebal) percontoh



12
4.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Preparasi Percontoh
- Haluskan permukaan percontoh dengan menggunakan amplas, kikir atau gerenda.
- Ukur kesejajaran permukaan percontoh dengan menggunakan alat Squareness
(tidak lebih besar dari satu kali putas dial pengukur).
- Ukur diameter dan tinggi(tebal) percontoh dengan jangka sorong. Pengukuran ini
dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing diameter (atas dan bawah) dan
tinggi (tebal) percontoh.
2. Tahapan Pengujian
- Percontoh batuan dimasukkan pada alat uji kuat tekan uniaksial
- Atur kedudukan jarum penunjuk besaran beban yang bekerja pada kondisi awal.
- Hidupkan mesin kuat tekan dan atur kecepatan pembebanan.
- Amati proses pembebanan secara terus menerus dengan teliti. Hentikan
pembebanan jika percontoh batuan telah mengalami failure. Catat nilai akhir
pembebanan pada saat percontoh batuan mengalami failure.
- Hitung nilai kuat tarik percontoh batuan dengan menggunakan rumus di atas.




















13
BAB V
UJI TRIAKSIAL (TRIAXIAL TEST)


5.1. TEORI
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian yang sangat penting dalam mekanika
batuan, karena percontoh batuan diberikan gaya secara tiga arah atau batuan mengalami
tegangan tiga sumbu x, y dan z yang saling tegak lurus (confining pressure). Sehingga
menunjukkan kondisi massa batuan yang terdapat di alam yang mengalami gaya dari
berbagai arah.
Tegangan yang diberikan pada percontoh batuan secara vertikal (sumbu y) dilakukan
dengan alat penekan piston yang terdapat pada alat kuat tekan uniaksial. Dan tegangan
horizontal (sumbu x dan z) diberikan tegangan melalui oli silinder yang dimasukkan
kedalam triaxial cell (lihat Gambar 5.1). Tegangan vertikal ini dikonotasikan sebagai o
1

dan tegangan horizontal dikonotasikan sebagai o
2
dan o
3
(o
2
= o
3
).














Gambar 5.1. Triaxial cell.

Tegangan-tegangan yang bekerja pada triaxial cell dan tegangan yang diberikan secara
vertikal dari alat kuat tekan uniaksial dapat dilihat pada Gambar 5.2.



14































Gambar 5.2. Bagian-Bagian Alat Uji Triaxial.




15
Tegangan vertikal yang diberikan selalu lebih besar dari tegangan horizontal (o
3
>o
2
= o
3
).
Semakin besar tegangan secara horizontal yang diberikan maka tegangan vertikal untuk
membuat batuan failure akan semakin besar, karena meningkatnya tegangan horizontal
akan menaikkan kekuatan batuan.
Tegangan-tegangan yang bekerja akan mengakibatkan terjadinya regangan-regangan.
Regangan ini diukur dengan alat dial gauge dan strain gauge. Dimana strain gauge
diletakkan secara vertikal dan horizontal seperti yang terlihat pada potongan penampang
triaxial cell Gambar 5.3.



















Gambar 5.3. Potongan Penampang traxial cell

Hasil pengujian triaksial akan memberikan kurva intrinsic dan lingkaran mohr (lihat
Gambara 5.4)





16













Gambar 5.4. Kurva Intrinsic dari Pengujian Triaksial

o31 o32 o33 o11 o12 o13
C
|



17
5.2. TUJUAN
Tujuan pengujian triaksial adalah untuk menentukan :
- Selubung kekuatan (strength envelope)
- Kuat geser (t)
- Sudut geser dalam (|)
- Kohesi (c)
5.3. PERALATAN
- Mesin kuat tekan uniaksial
- Triaksial Cell
- Mesin Pemotong Batuan
- Jangka Sorong
- Gerenda, kikir dan amplas
- Ring karet
- Karet pembalut percontoh
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Preparasi percontoh seperti dalam pengujian kuat tekan uniaksial.
2. Balut percontoh dengan karet dan ring karet pada kedua ujungnya.
3. Buka tutup triaksial cell dengan cara melepaskan baut triaksial cell, lalu letakkan
percontoh dalam triaksial cell, kemudian tutup lagi dan pasang baut triaksial cell.
4. Atur posisi platen di atas bola baja pada triaksial cell untuk menekan percontoh secara
axial (o
1
) dan pasangkan selang pada tempat masuknya oli silinder (o
2
dan o
3
) .
5. Setelah semua dipasang, periksa lagi secara hati-hati, terutama pada platen dan selang
oli silinder. Kemudian berikan beban secara bersamaan. Atur o
1
dan buat konstan
dengan harga yang dikehendaki (mulai dari yang rendah). Selanjutnya berikan (o
2
=o
3
)
secara bertingkat hingga batuan failure.
6. Catat pembacaan terakhir tegangan yang diberikan saat batuan failure (o
1
) dan. (o
2
=o
3
)
dan buatkan kurva intrinsiknya.
7. Hal yang sama pada pengujian percontoh berikutnya (minimal tiga percontoh). Dengan
demikian pengujian telah selesai.

You might also like