You are on page 1of 1

Apa yang mahasiswa/I ketahui tentang hubungan penyakit telinga hidung dan tenggorok?

? Dilihat dari segi anatomi, antara telinga, hidung dan tenggorok saling berhubungan. Telinga berhubungan dengan hidung dan tenggorok melalui suatu saluran yang disebut tuba Eustachius, dimana muara tuba Eustachius terletak di nasofaring, tepatnya di depan lekukan yang disebut fosa Rosenmuller. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Dari nasofaring berlanjut ke orofaring dan hipofaring. Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga mulut. Hipofaring terbuka ke arah depan masuk ke introitus laring. Sehingga apabila timbul penyakit pada telinga, hidung, atau tenggorok, dapat menyebar ke bagian lainnya. Contoh kasus yang sering terjadi misalnya rhinitis. Secara fisiologis hidung mempunyai suatu sistem pertahanan aktif terhadap virus, bakteri, jamur, dan partikel berbahaya ang disebut system transport mukosilier, yang dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lendir. Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar seromusinosa submukosa. Pada dinding lateral hidung terdapat dua rute besar transport mukosilier. Rute pertama merupakan gabungan sekresi sinus frontal, maksila, dan etmoid anterior. Sekret ini biasanya bergabung di dekat infundibulum etmoid. Selanjutnya berjalan menuju tepi bebas prosesus uncinatus dan sepanjang dinding medial konka inferior menuju nasofaring melewati bagian antero-inferior orifisium tuba eustachius. Transpor aktif berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pada nasofaring. Selanjutnya jatuh ke bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan proses menelan. Rute kedua merupakan gabungan sekresi sinus etmoid posterior dan sphenoid yang bertemu di resesus sfenoetmoid dan menuju nasofaring pada bagian postero-superior orifisium tuba eustachius. Sekret yang berasal dari meatus superior dan septum akan bergabung dengan secret rute pertama. Pada rhinitis terjadi inflamasi dari mukosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Proses inflamasi ini mengaktifkan sel mast yang kemudian mengeluarkan sel-sel mediator inflamasi, salah satunya histamin. Pengeluaran histamine ini menyebabkan hipersekresi kelenjar mukosa dan sel goblet serta meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan timbul rinore. Sekret yang terbentuk ini kemudian melalui system transport mukosiliar. Sekret yang melewati muara sinus paranasal yang terletak di lateral rongga hidung dapat mengakibatkan infeksi ke sinus paranasal sehingga terjadi sinusitis. Selanjutnya secret melewati muara tuba eustachius sehingga dapat menginfeksi tuba eustachius dan menyebabkan obstruksi tuba. Obstruksi ini menyebabkan terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan terjadi otitis media akut. Sekret yang berjalan terus ke nasofaring selanjutnya akan jatuh ke bawah dan dapat menginfeksi tonsil yang menyebabkan tonsillitis, ke faring menyebabkan faringitis, atau ke laring menyebabkan laryngitis.

You might also like