You are on page 1of 11

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada

prencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Elemen dari perencanaan geometrik jalan : Alinyemen horizontal/ trase jalan : trase jalan memperlihatkan apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus , menikung kiri, atau kanan. Alinyemen vertikal/ penampang memanjang jalan: pada gambar tersebut akan terlihat apakah jalan tersebut datar, mendaki atau menurun. Penampang melintang jalan : bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan , kelandaian lereng tebing galian dan timbunan.

II.4. PENAMPANG MELINTANG JALAN Potongan melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian bagian jalan. Bagian bagian jalan yang utama dapat dikelompaokkan sebagai berikut : a. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas Jalur lalu lintas Lajur lalu lintas Bahu jalan Trotoar Median b. Bagian yang berguna untuk draenase jalan Saluran samping Kemirangan melintang jalur lalu lintas Kemirangan melintang bahu Kemiringan tegak c. Bagian pelengkap jalan. Kereb Pengaman tepi d. Bagian konstruksi jalan Lapisan perkerasan jalan Lapisan pondasi atas Lapisan lpondasi bawah Lapisan tanah dasar e. Daerah manfaat jalan (damanja) f. Daerah milik jalan (damija)

g. Daerah pengawasan jalan (dawasja) Penjelasan : 1. Jalur Lalu Lintas Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa jalur (lane) kendaranaan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus untuk dilewati oleh suatu rangkaian beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal untuk 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal 1 lajur lalu lintas. Lebar Lajur Lalu Lintas Lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan karena : Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat. Lajur lalu lintas mungkin tepat sama degan lebar kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan. Lintasan kendaraan tidak mengkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena selama bergerak akan mengalami gaya gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentritugal ditikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain yang menyiap. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Pada jalan local (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75) cukup memadai untuk jalan 2 jalur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m sebagiknya 3,50 m. Jumlah Lajur Lalu Lintas Kemiringan melintang jalur lalu lintas dua jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 1,5% - 3% untuk jenis lapisan permukaan dengan memperguna kan bahan pengikat seperti aspal atau semen. Sedangkan untuk jalan berkerikir, kemiringan melintang dibuat sebesar 5%. Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk kebutuhan gaya sentritugal yang bekerja, disamping kebutuhan akan draenase. 2. Bahu jalan Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai berikut:

1. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti untuk beristirahat. 2. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. 3. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasilitas jalan yang bersangkutan. 4. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping. 5. Ruang pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (tempat penempatan alat alat dan penimbunan material). 6. Ruang untuk lintasan kendaraan kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan. Jenis Bahu Jalan Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas : 1. Bahu yang tidak diperkeraskan, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat, bahu ini dipergunakan untuk daerah daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya. 2. Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dari pada bahu yang tidak diperkeras. Bahu dipergunakan untuk jalan jalan dimana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya. Lebar Bahu Jalan Besarnya lebar bahu jalan dipengaruhi oleh : 1. Fungsi jalan, jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan local. Dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih besar dari jalan local. 2. Volume lalu lintas, volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih besar dibandingkan dengan volume lalu lintas yang lebih rendah. Kegiatan disekitar jalan. Jalan yang melintas daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebat bahu jalan yang lebih besar dari pada jalan yang melintasi daerah rural. 3. Ada atau tidaknya trotoar 4. Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi. Lereng Melintang Bahu Jalan Berfungsi atau tidaknya lereng melintang perkerasan jalan untuk mengalirkan air hujan sangat ditentukan oleh kemiringan melintang bagian samping jalur perkerasan itu sediri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan. Kemiringan melintang bahu yang tidak baik ditambah pula dengan bahu dari jenis tidak diperkeras akan menyebabkan turunnya daya dukung lapisan

perkerasan, lepasnya ikatan antara agregat dan aspal yang akhirnya dapat memperpendekumur pelayanan jalan. Untuk itu, haruslah dibuat kemiringan bahu jalan yang sebesar besarnya tetapi maman dan nyaman bagi pengemudi kendaraan. Kemiringan melintang jalur perkerasan jalan, yang dapat bervariasi sampai 6 % tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan kemungkinan penggunaan bahu jalan. 3. Trotoar (Jalur pejalan kaki / side walk) Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pelalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Lebar Trotoar Lebar trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki yang di inginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 3,0 m merupakan nilai yang umum diguanakan. 4. Median Pada arus lalu lintas yang tinggi sering kali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah. Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah jalanyang membagi jalan dalam masing masing arah. Lebar median bervariasi 1,0 12 m. median dengan lebar sampai 5 m sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar kendaraan. Funsi Median : Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat saat darurat. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi / mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah. Menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi. Mengamankan kebebasan samping dari masing masing arah arus lalu lintas. Jalur tepi Median Jalur tepi median adalah jalur yang terletak berdampingan dengan median. Jalur tepi median ini berfungsi untuk mengamankankebebasan samping dari arus lalu lintas. Lebar jalur tepian median dapat bervariasi antara 0,25 0,75 m dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus. 5. Saluran Samping Saluran samping berbentuk trapesium atau persegi panjang. Untuk daerah perkotaan dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Saluran samping berguna untuk : Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan atau pun dari bagian luar jalan. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air.

6. Talud kemiringan lereng Talud jalan umumnya dibuat 2 H : 1 V, tetapi untuk tanah tanah yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman. Berdasarkan keadaan tanah lokasi tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (brem) atau pun hanya ditutupi rumput saja. 7. Kereb Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan , yang terutama dimaksudkan untuk keperluan keperluan draenase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan. Berdasarkan fungsinya kereb dibedakan atas : Kereb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat di daki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir dan dipinggir jalan, tingginya antara 10 15 cm. Kereb penghalang (barriar Curb), adalah kereb yang direncanakan untuk yang dibuat menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan jalan tanpa pagar pengaman, tingginya berkisar 25 30 cm. Kereb berparit (gutter curb) adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan, tingginya berkisar 10 20 cm. Kereb penghalang berparit. Kereb berparit (gutter curb), adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 25 30 cm. Kereb berparit (gutter curb), adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar 10 20 cm. Kereb penghalang berparian memberikan ketegasan tepi perkerasan. Berdasarkan fungsinya kereb dibedakan atas : Kereb peninggi (mountable curb) adalah kereb yang direncanakan agar dapat di daki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan. Tingginya antara 10 25 cm. Kereb penghalang (barrier curb) adalah kereb yang direncanakan yang untuk dibuat menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan jalan tanpa pagar pengaman. Bahan urugan yang mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari yang seharusnya, tidak boleh dipadatkan sebelum dikeringkan dengan cara digelar atau cara lain yang umum dipakai. Pekerjaan pemadatan tanah urugan harus dilaksanakan pada kadar air optimum sesuai sifat sifat pemadat yang tersedia. Sebelum pekerjaan konstruksi timbunan dimulai pada tempat yang telah selesai dibabat dan dibersihkan, harus mengerjakan pengisian lubang lubang yang disebabkan karena pencabutan akar akar pohon, belukar, saluran dan sebagainya, dengan menggunakan material yang baik. Penghamparan dan pemadatan material pada lapisan lapisan horizontal dengan tebalnya tidak boleh lebih dari 20 cm. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, harus mengadakan percobaan pemadatan atas jalur jalur jalan yang

akan dipadatkan dengan panjang tertentu, dengan alat alat dan bahan bahan yang sama seperti yang akan digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengatur kadar optium yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai. Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalan sebagai berikut : Lapisan tanah yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan sub grade, harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang dipakai dengan percobaan titik. Lapisan berikutnya tidak boleh dihamparkan sebelum laisan terdahulu selesai dipadatkan. Lapisan di bawah lapisan tanah dasar sedalam 30 cm atau kurang harus dipadatkan sampai 100 % dari kepadatan maksimum. 1. Penyelesaian Pekerjaan lapisan Tanah Dasar Harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : Penurunan, bila diakibatkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan material tidak lebih dari 30 cm hingga dapat dicapai kembali permukaan yang ditentukan. Bagian atas dari konstruksi timbunan tersebut harus digarak sebelum material tambahan itu dihamparkan. Permukaan akhir, harus dipermukaan kembali sesuai dengan keperlukan tikungan dan kemiringan melintang. Stabilitas timbunan, kontraktor bertanggung jawab atas stabilitasi dari timbunan dan harus mengganti bagian bagian yang rusak, yang diakibatkan karena kebocoran kontraktor atau akibat aliran air. 2. Pekerjaan Pondasi Bawah Persiapan Tanah Dasar Sebelum penghamparan agregat dimulai, terlebih dahulu tanah dasar harus sudah siap sebagaimana dipersyaratkan dalam rencana. Pencampuran dan Penghamparan Dengan peralatan tidak bergerak / berjalan (stasioner). Agregat dan air harus dicampur dalam alat pencampur yang sudah disetujui oleh direksi. Selama pencampuran kadar air harus sesuai dengan yang diperlukan pada pemadatan. Setelah selesai pencampuran, bahan diangkut ke tempat pekerjaan dengan menjaga kadar air dalam batas yang dipersyaratan dan harus dihampar dengan alat telah disetujui direksi. Dengan peralatan bergerak / berjalan (mobil). Setelah bahan untuk tiap lapis dihampar dengan mesin penebar agregat atau mesin lain pencampuran berjalan sehingga campuran merata. Selama pencampuran, jumlah air harus diatur agar diperoleh kadar air yang sesuai dengan persyaratan. Cara pencampuran ditempat, setelah bahan untuk setiap lapis dihampar, sambil mengatur kadar airnya bahan dicampur dengan motor grader sampai benar benar rata. Pemadatan Setelah selesai penghamparan dan peralatan, tiap lapisan harus segera dipadatkan dan seluruh lebar hamparan dengan menggunakan mesin gilas roda besi atau mesin gilas roda karet, atau mesin gilas lainnya.pada bagian lurus, pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi

hamparan bergesar ke bagian tengah sejajar dengan sumbu jalan dan diusahakan berlangsung terus menerus sampai seluruh permukaan selesai terpadatkan dimulai dari bagian yang rendah ke arah bagian yang tinggi. Apabila pada suatu tempat harus segera dilakukan pembongkaran dan penggantian atau penambahan bahan dan kemudian memadatkannya kembali seperti mencapai kepadatan yang seragam dan rata dengan permukaan disekitarnya yang telah selesai dipadatkan. Kepadatan setiap lapis minimumharus mencapai 95 % kepadatan berdasarkan percobaan kepadatan berat dan harus mencapai tebal seluruh lapisan. 3. Pekerjaan Pondasi Atas Persiapan pada permukaan lapis pondasi bawah, sebelum penghamparan agraret dimulai, permukaan lapisan pondasi bawah harus sudah sempurna dikerjakan, dibentuk sebagaimana disyaratkan dalam gambar rencana. 4. Pekerjaan Lapisan Penutup. Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal beton merupakan suatu lapis permukaan konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Lapis beton mempunyai sifat sifat yaitu : Mempinyai nilai structural Kedap air Mempunyai stabilitas tinggi Peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan. Pelaksanaan pekerjaan lapisan aspal beton Campuran hanya dapat dihamparkan apabila permukaan jalan benar benar karing, cuaca tidak berkabut atau hujan. Pekerjaan tidak boleh dilakukan apabila peralatan pengangkutan, mesin penghampar atau mesin penggilas atau buruh tidak memungkinkan untuk menjamin unit pencampuran dapat bekerja dengan kecepatan produksi minimum 60 % kapasitasnya. DAMAJA : meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. DAMIJA :Damija merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina jalan dengan suatu hak tertentu. DAERAH PENGAWASAN JALAN (DAWASJA) Dawasja adalah sejalur tanah tertentu yang terletak diluar damija yang pengguanaan diawasi oleh Pembina jalan.

PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN A. Kendaraan Rencana 1. Kendaraan Ringan / Kecil (LV) Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda dan dengan as 2,0 3,0 ( meliputi : mobil penumpang, oplet, microbus, pick up dan truck kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). 2. Kendaraan Sedang (MHV) Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 5,0 (termasuk bus kecil, truck dua as dengan enam roda, sesuai dengan klasifikasi Bina Marga). 3. Kendaraan Berat / Besar (LB LT) a. Bus besar (LB) Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 6,0 m b. Truck Besar (LT) Truck tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama ke kedua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga) 4. Sepeda Motor (MC) Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 ( meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga) 5. Kendaraan Tak Bermotor (UM) Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi: sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai dengan klasifikasi Bina Marga) Catatan : Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi unsur hambatan samping.

Tabel. Dimensi Kendaraan Rencana DIMENSI KATEGORI KENDARAAN KENDARAAN (cm)

TONJOLAN (cm)

RADIUS PUTAR (cm)

RADIUS TONJOLAN ( cm ) 780 1410 1370

RENCANA Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Minimum Maksimum Kecil Sedang Besar 130 410 410 210 260 260 580 1210 2100 90 210 120 150 240 90 420 740 290 730 1280 1400

B. Kecepatan Rencana (VR) VR adalah kecepatan rencana pada suatu ruas jalan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik, jalan yang memungkinkan kendaraan kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti, VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari tabel : KECEPATAN RENCANA VR (Km / Jam) FUNGSI JALAN DATAR BUKIT GUNUNG Arteri Kolektor Lokal 70 120 60 90 40 70 60 - 80 50 - 60 30 - 50 40 - 70 30 - 50 20 - 30

Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km / jam.

C. Komposisi Lalu Lintas Volume Lalu Lintas Harian Rata rata (VLHR), adalah perkiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun lalu lintas dinyatakan dalam SMP/ hari. Satuan Mobil Penumpang (SMP) Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah menjadi ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan EMP. Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) Faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, EMP = 1,0) Tabel Ekivalen Mobil Penumpang (EMP). Faktor (F) Faktor F adalah variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam Faktor VLHR (K) Faktor untuk mengubah volume yang dinyatakan dalam VLHR menjadi lalu lintas jam sibuk Volume Jam Rencana (VJR) VJR, adalah perkiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus :

K VJR = VLHR x F VJR digunakan untuk menghitung jumalh jalur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang No. JENIS KENDARAAN DATAR / BUKIT 1,0 1,2 - 2,4 1,2 - 5,0 GUNUNG 1,0 1,9 - 3,5 2,2 - 6,0

1 Sedan, Jeep, Station Wagon 2 Pick - Up, Bus Kecil, Truck Kecil 3 Bus Besar dan Truck Besar

diperlukan. Tabel Penentuan Faktor K dan Faktor F berdasarkan Volume Lalu lintas Harian Rata rata.

VLHR > 50.000 30.000 - 50.000 10.000 - 30.000 5.000 - 10.000 1.000 - 5.000 < 1.000

FAKTOR - K (%) 4- 6 6- 8 6- 8 8 - 10 10 - 12 12 - 16

FAKTOR - F (%) 0,9 - 1 0,8 - 1 0,8 - 1 0,6 - 0,8 0,6 - 0,8 < 0,6

Kapasitas C Volume lalu lintas maksimum (mantap) yang dapat digunakan dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya : rencana geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya. Derajat Kejenuhan (DS) Rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas, biasanya dihitung per jam. JARAK PANDANG Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang

membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebutdengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan JarakPandang Mendahului (Jd). Jarak Pandang Henti Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu: o jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem; dan o jarak pengereman (Jh,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Jh,dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus:

You might also like