You are on page 1of 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN

Dedi Sugandi, Tri Wahyuni dan Umi Pudji Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu E-mail: fathin.unee@gmail.com

ABSTRAK
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran sekaligus untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Pada penerapannya, partisipasi masyarakat menjadi unsur terpenting dalam pelaksanaan konsep RPL (Rumah Pangan Lestari). Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani di Desa Tebing Kaning dalam pemanfaatan lahan pekarangan dalam kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Pengkajian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2012 pada Kelompok Pemanfaatan Pekarangan Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei dengan penarikan petani contoh sebagai responden sebanyak 30 orang, dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data yang diambil terdiri dari data primer, meliputi karakteristik petani serta faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan dan data sekunder diambil dari data Desa Tebing Kaning serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bengkulu Utara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani di Desa Tebing Kaning dalam pemanfaatan lahan pekarangan diantaranya mendapat nilai tinggi (0,5 1,0) yaitu minat/hobi, menghemat pengeluaran belanja, mudah dalam budidaya, meningkatkan hubungan sosial dengan tetangga, memenuhi kebutuhan akan sayuran, memperindah halaman, dan menambah pengetahuan budidaya sayuran dan wanita tani di Desa Tebing Kaning masih membutuhkan bimbingan penyuluh dan pendampingan teknologi dari peneliti BPTP Bengkulu. Kata kunci: partisipasi, pemanfaatan, pekarangan, wanita tani

PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor yang penting karena memiliki peran yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkulu Utara. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bengkulu Utara yaitu sebesar 38,13% pada tahun 2010 terutama dari sektor tanaman pangan (BPS, 2011). Sayuran merupakan salah satu sub sektor penunjang dalam peningkatan PDRB. Tanaman sayur-sayuran yang diusahakan di Kabupaten Bengkulu Utara diantaranya adalah kacang panjang, cabe, terung, buncis, dan lain-lain yang penanamannya dilakukan dengan sistem tumpang sari di lahan sawah dengan produksi yang berfluktuasi. Kebutuhan akan sayuran masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara yang melebihi produksi menyebabkan pasokan sayuran dari luar kabupaten menjadi sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara. Kebutuhan akan sayuran yang belum mencukupi dikarenakan lahan yang terbatas menjadi peluang bagi pemanfaatan lahan pekarangan yang belum termanfaatkan dengan maksimal. Lahan pekarangan memiliki fungsi multi guna, karena lahan yang relatif sempit bisa menghasilkan bahan pangan nabati dan bahan pangan hewani yang berasal dari unggas. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran sekaligus untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Astuti, 2012). Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam (Badan Litbang, 2012). Dampak yang diharapkan dari pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) antara lain: 1) Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari, 2) Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah,

sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos, 3) Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal, dan 4) Berkembangnya usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan lestari dan sehat (Badan Litbang, 2012). Pada penerapannya, partisipasi masyarakat menjadi unsur terpenting dalam pelaksanaan RPL. Menurut PTO PNPM PPK (2007) dalam Azis Turindra (2009), pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani di Desa Tebing Kaning dalam pemanfaatan lahan pekarangan dan mendeskripsikan karakteristik wanita tani dalam kegiatan M-KRPL di Desa Tebing Kaning. BAHAN DAN METODA Pengkajian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2012 pada Kelompok Pemanfaatan Pekarangan Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tebing Kaning merupakan salah satu daerah yang dijadikan sebagai lokasi kegiatan M-KRPL BPTP Bengkulu. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei dengan penarikan petani contoh sebagai responden sebanyak 30 orang, dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik petani serta faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan. Data sekunder diambil dari data Desa Tebing Kaning dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten Bengkulu Utara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Menurut Nasution dan Barizi dalam Rentha (2007), penentuan interval kelas untuk masing-masing indikator adalah : NR = NST NSR
Dimana :

dan

PI

= NR : JIK
PI JIK : Panjang Interval : Jumlah Interval Kelas

NR : Nilai Range NST : Nilai Skor Tertinggi NSR : Nilai Skor Terendah

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Keseluruhan responden pengkajian sengaja dipilih hanya wanita, karena pada pelaksanaan di lapangan peran wanita lebih dominan daripada laki-laki yang mencapai (75%) dalam hal pemanfaatan pekarangan sebagai lahan penanaman sayuran Dilihat dari umur sebagian besar responden berumur 26-35 tahun (40,00%) dan 36-45 tahun (36,67%). Namun dila dilihat dari usia produktif keseluruhan responden tersebut (100%) masuk kedalam umur produktif (15-55) Tahun (Tabel 1) dan menurut Kusumosuwidho (1981) dalam Qoriah Saleha, et al. (2012), kelompok umur produktif mulai umur 15-64 tahun. Sehingga kondisi ini sangat mendukung pencapaian keberhasilan RPL di Desa Tebing Kaning.

Tabel 1. Karakteristik wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan di desa Tebing Kaning Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara.
No 1. Karakteristik Umur (Tahun) Kelompok 16 25 26 35 36 45 46 55 SD SMP SMA DIPLOMA SARJANA 12 34 9 21 Jumlah (orang) 2 12 11 5 11 9 8 1 1 30 70 Persentase (%) 6,67 40,00 36,67 16,66 36,67 30,00 26,67 3,33 3,33 Rata-rata 36,70

2.

Pendidikan (Tahuan)

9,17

3.

Jumlah anggota rumah tangga (orang)

2,67

Sumber: Data primer terolah.

Berdasarkan data pada Tabel 1, tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti, sebagian besar responden (36,67%) berpendidikan sangat rendah (SD), sebagian lagi (30%) berpendidikan rendah (SMP), diikuti sebagian (26,67%) berpendidikan sedang, dan 6,33% berpendidikan tinggi (masing-masing 3,33% Diploma dan 3,33% Sarjana). Menurut Suyastiri (2008), semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, umumnya semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk memenuhi pola konsumsi yang seimbang dan memenuhi syarat gizi serta selektif dalam kaitannya tentang ketahanan pangan. Dikarenakan pendidikan wanita tani di Desa Tebing kaning rata-rata 9 tahun (SMP) yang termasuk kedalam tingkat pendidikan rendah, maka bimbingan penyuluh dan pendampingan teknis dari BPTP Bengkulu masih sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Desa Tebing Kaning. Jumlah anggota keluarga rumah tangga responden relatif sedikit dengan jumlah rata-rata 2,67 orang. Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pola konsumsi pangan. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka kebutuhan pangan yang dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang belum tentu sama (Suyastiri, 2008). Faktor Pendorong Pemanfaatan Lahan Pekarangan Hasil analisis memperlihatkan bahwa faktor pendorong yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan sangat tinggi, semata-mata karena kesadaran dan bukan karena adanya program pemerintah atau harga jual produk tinggi. Hal ini dapat dilihat hampir semua faktor pendorong memiliki skor tinggi (0,50-1,00) seperti: minat/hobi; menghemat pengeluaran belanja, adanya program pemerintah, mudah dalam budidayanya, meningkatkan hubungan sosial dengan tetangga, memenuhi kebutuhan akan sayuran, memperindah halaman, dan menambah pengetahuan budidaya sayuran kecuali faktor harga jual tnggi dan adanya program pemerintah msingmsing dengan nilai 0,40 dan 0,00 dengan nilai rendah (Tabel 2).

Tabel 2. Faktor Pendorong wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan di desa Tebing Kaning Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Faktor Pendorong Minat/Hobi Harga jual tinggi Menghemat pengeluaran belanja Adanya program pemerintah Mudah dalam budidayanya Meningkatkan hubungan sosial dengan tetangga Memenuhi kebutuhan akan sayuran Memperindah halaman Menambah pengetahuan budidaya sayuran Skor 0,97 0,40 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Sumber : Data primer terolah Keterangan : Rendah (0,00 0,50) ; Tinggi ( 0,50 1,00)

Hobi dapat dikatakan sebagai sebuah pemenuhan kebutuhan batiniah untuk melepaskan diri dari kejenuhan dan kelelahan karena rutinitas harian. Karena sifatnya itulah, yang berlaku dalam soal hobi adalah kesenangan yang tak terhingga. Karena hobi, responden bekerja dengan senang hati. Yang pasti ada kesungguhan baik dalam memulai usaha hingga mengembangkannya dan melakukan sesuatu dengan landasan cinta, bukan keterpaksaan agar kita bekerja untuk hasil yang terbaik dan penuh keikhlasan (Mike Rini, 2012). Dalam hal ini responden banyak memilih memanfaatkan lahan pekarangan karena hobi dengan skor tinggi (0,97). Harga jual tinggi memperoleh skor rendah dengan nilai 0,40. Ternyata harga jual tinggi tidak menjadi faktor pendorong yang kuat, terutama jika pada pemeliharaan budidayanya cukup rumit. Terlihat pada alasan pemilihan sayuran yang dibudidayakan, rata-rata responden memilih sayuran dengan tingkat pemeliharaan yang rendah. Faktor pendorong menghemat pengeluaran belanja mendapat skor tinggi (1,00). Menurut Siti Rochaeni dan Erna M. Lokollo (2005), pengeluaran rumah tangga petani yang paling besar adalah pengeluaran untuk konsumsi karena konsumsi merupakan salah satu kebutuhan primer rumah tangga. Sehingga sangatlah wajar jika menghemat pengeluaran belanja menjadi salah satu faktor pendorong dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Adanya program pemerintah seharusnya tidak menjadi pendorong utama dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Dikhawatirkan bahwa jika program pemerintah telah terhenti, maka responden yang menjadikan program pemerintah sebagai pendorong tidak akan melanjutkan pemanfaatan lahan pekarangan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang rendah (0,00), bahwa seluruh responden (pada awalnya) memanfaatkan lahan pekarangan karena adanya program dari pemerintah. Buah Tropis (2011), menyatakan bahwa yang pertama kali dipikirkan seseorang saat hendak memulai untuk memilih jenis/varietas tanaman buah/sayuran adalah dengan memikirkan jenis/varietas tanaman buah/sayuran yang paling gampang berbuah/memberikan hasil terlebih dahulu. Jenis/varietas tanaman buah yang paling mudah berbuah, mudah pemeliharaan, dan sedikit hama dan penyakit yang mengganggu saat dibudidayakan (baik ditanam di lahan, maupun ditanam di dalam pot). Budidaya yang mudah menjadi pilihan utama dengan skor tinggi oleh responden dengan nilai 1,00. Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak dapat hidup sendiri, walaupun secara fisik dapat hidup tanpa adanya orang lain, tetapi secara psikologis tidaklah mungkin. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan pokok. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa manusia merupakan makhluk individual sekaligus sebagai makhluk sosial. Hubungan sosial ini sangat penting peranannya. Dalam hubungan sosial akan terdapat rasa aman atau tidak aman. Rasa aman inilah yang menjadi dambaan seseorang dalam hubungan sosial karena rasa aman inilah yang dapat menjadikan orang merasa bahagia. Rasa aman ini akan didapat seseorang bila hubungan sosialnya memuaskan (Tri Ratna Murti, 2007). Meningkatkan hubungan sosial dengan tetangga dalam faktor pendorong responden memanfaatkan lahan pekarangan mendapat skor tinggi dengan nilai 1,00.

Menurut Aswatini, dkk (2008), analisis tentang pola konsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan di berbagai provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa secara rata-rata, konsumsi sayursayuran dan buah-buahan di masyarakat Indonesia sampai tahun 2007 masih berada di bawah anjuran PPH, sebesar 120 kkal/kapita/hari, berdasarkan kebutuhan energi sebesar 2000 kkal/kapita/hari. Salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan energi sesuai anjuran PPH karena faktor ekonomi. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber bahan sayur-sayuran dan buah-buahan, kebutuhan akan sayur-sayuran dan buah-buahan dapat terpenuhi tanpa harus menambah pengeluaran. Kebutuhan akan sayuran sebagai faktor pendorong responden mendapat skor tinggi dengan nilai 1,00. Aspek pemanfaatan lahan pekarangan akan memberikan tiga keuntungan, yaitu estetika, ekonomi dan aspek hidup sehat, yang akan membantu penghuni dan keluarganya memiliki kehidupan hijau dan sehat. Berkebun di halaman rumah memberikan responden banyak kreativitas dan alternatif. Penataan lahan pekarangan yang memperhatikan estetika, akan membuat halaman rumah menjadi lebih indah. Memperindah halaman sebagai faktor pendorong pemanfaatan lahan pekarangan mendapat skor tinggi dengan nilai 1,00. Menambah pengetahuan budidaya sayuran mendapat skor tinggi dengan nilai 1,00 menunjukkan bahwa responden tertarik untuk memanfaatkan lahan pekarangan dikarenakan bertambahnya pengetahuan mereka. Pada pelaksanaan kegiatan M-KRPL, responden mendapat pelatihan budidaya mulai dari pembuatan kompos, penyiapan media tanam, penyemaian, penanaman, pengendalian orgasnisme pengganggu tanaman (OPT), dan penanganan hasil. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita tani di Desa Tebing Kaning dalam pemanfaatan lahan pekarangan adalah minat/hobi, menghemat pengeluaran belanja, mudah dalam budidaya, meningkatkan hubungan sosial dengan tetangga, memenuhi kebutuhan akan sayuran, memperindah halaman, dan menambah pengetahuan budidaya sayuran. Wanita tani di Desa Tebing Kaning membutuhkan bimbingan penyuluh dan pendampingan teknologi BPTP Bengkulu.

2.

Saran Fokus lanjutan yang perlu dilakukan untuk memperkuat hasil kajian ini adalah, menganalisis bagaimana pengelolaan organisasi, pengolahan dan pemasaran yang baik dapat membantu wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan.

DAFTAR PUSTAKA Aswatini, Mita Noveria dan Fitranita. 2008. Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. III No. 2 (Online). isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/320897119.pdf [28 Nopember 2012]. Azis Turindra. 2009. Pengertian Partisipasi. http://turindraatp.blogspot.com/2009/ 06/pengertianpartisipasi.html [28 Nopember 2012]. Badan Litbang Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. BPS Kab. Bengkulu Utara. 2011. Bengkulu Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Utara. Arga Makmur. Buah Tropis. 2011. Memilih Jenis/Varietas Tanaman Buah. http://buahtropis.wordpress. com/2011/02/08/memilih-jenisvarietas-tanaman-buah/ [27 Nopember 2012]. Mike Rini. 2012. Hobi yang Menghasilkan Uang. http://topselindo.ucoz.com/index/ hobby_menghasilkan_uang/0-14 [27 Nopember 2012]. Qoriah Saleha, Hartoyo dan Dwi Hastuti. 2012. Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur (Online). http://202.124.205.111/index.php/jikk/article/ view/5150/3526 [27 Nopember 2012]. Rentha, T. 2007. Identifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1). Universitas Sriwijaya. Palembang. Siti Rochaeni dan Erna M. Lokollo. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi Volume 23 No 2: 133 158. Suyastiri, N.M. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perdesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Ekonomi Pembangunan 13 (1):51-60. Tri Ratna Murti. 2007. Meningkatkan Hubungan Sosial Bagi Manusia. http://tiangawan.tripod.com/art2-hubsos.htm [27 Nopember 2012]. Umi Pudji Astuti, 2012. Petunjuk Teknis: Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

You might also like