You are on page 1of 17

BAGIAN TIGA ANALISIS ISI BUKU I.

BAB IV MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU

A. Manusia sebagai individu Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang hidup di bumi ini, merupakan suatu makhluk hidup yang dianggap paling sempurna, apabila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Menurut para ahli, apabila melihat dan mempelajari secara intensif dan mendetail organism manusia maka banyak yang belum mengetahui tentang adanya pola-pola kelakuan manusia. Bila, para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan (patterns of behavior) maka para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan dalam arti yang khusus, yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks atau berbagai kelakuan yang tidak dipengaruhi oleh akal dan jiwanya. Dengan demikian, apa yang disebut dengan kepribadian atau personality. Menurut Koentjaraningrat, adalah susunan akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan tiap-tiap individu manusia. Secara umum, kepribadian memiliki beberapa unsure, yang mengisi akal dan alam jiwa manusia secara sadar dan nyata terkandung dalam otak manusia. Pertama, adalah pengetahuan yang didapat manusia secara sadar atau tidak disadari. Kemudian, kedua, adalah perasaan. Alam sadar manusia juga mengandung berbagai macam perasaan yang biasa bersifat subjektif. Selanjutnya, ketiga, dalah dorongan naluri. Naluri ini terkandung dalam organism manusia, khususnya dalam gennya. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu disebut oleh para ahli psikologi sebagai dorongan (drive).

B. Individu di dalam keluarga Seorang bayi lahir ke dunia sebagai suatu organisme kecil yang memiliki banyak kebutuhan fisik. Tetapi kemudian ia menjadi seorang manusia yang memiliki seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidak kesukaan, dan banyak hal lainnya, melalui suatu proses belajar yang kita sebut sebagai proses sosialisasi. Proses ini adalah suatu proses belajar yang mengubah dari suatu makhluk menjadi seorang manusia yang memiliki kepribadian tertentu. Jadi sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati norma-norma kelompok-kelompok lainnya, di mana ia hidup sebagai diri yang unik. 1. Delapan tahap kehidupan Menurut Erik Erikson (1933), orang asli Jerman yang hidup di Amerika Serikat, siklud kehidupan manusia dapat dicapai atas delapan tahap. Penjelasan Erik Erikson ini disebut sebagai teori tentang sosialisasi siklus kehidupan (life cycle socialization). Berikut adalah tabel delapan tahap kehidupan : Krisis Identitas yang Harus Dipecahkan Percaya Percaya Masa Kanak- Otonomi VS Malu-malu Kemauan VS Kebajikan Dasar untuk Dikembangkan

Usia Masa Bayi

Tidak Harapan

Kanak Awal (2-3 dan bimbang tahun) Masa Bermain Inisiatif Bersalah Masa Sekolah (6- Kerajinan 11 tahun) Remaja tahun) Rendah Diri (12-18 Identitas VS Kekacauan Kesetiaan Peran VS Rasa Kecakapan dan Rasa Tujuan

Dewasa tahun)

(19-35 Keakraban VS Isolasi

Kasih Sayang

Setengah Umur ( Generativitas 36-50 tahun) Masa Tua Stagnasi (51 Integritas Keputusasaan

VS Perawatan

VS Kebijakan

tahun lebih)

Sebagai ilustrasi, dalam tahap pertama, sang bayi sebenarnya belajar tentang rasa percaya ataupun tidak percaya pada tokoh ibu ataupun tokoh pengganti ibu. Kemudian pada tahap kedua, yaitu masa kanak-kanak awal, anak-anak belajar tentang berbagai hal seperti berjalan, berbicara, memanjat dan lainnya. Disini anak-anak mulai membangun otonomi, yaitu mulai memilih-milih dan mengungkapkan keinginannya. Di samping itu juga membentuk dan mengejar harapn-harapannya. Dalam tahap ketiga, seseorang memutuskan konflik Oedipus dan mulai mengembangkan penegrtian moralnya. Sedangkan di tahap keemapt, teori Erikson sama dengan teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud tentang perkembangan psikoseksual anak, yakni oral, anal, genital dan laten. Tajap kelima, remaja mengembangkan rasa identitas pribadi melalui interaksi dengan orang lain. Tahap keenam, orang dewasa mengembangkan hubungan aksih yang awet dengan lawan jenisnya. Selanjutnya pada tahap ketujuh orang dewasa usia lanjut akan mengembangkan sesuatu kepada keluarga dan pada masyarakat. Sedangkan pada tahap kedelapan, seorang individu menghadapi masa akhir hidup baik secara terhormat ataupun penuh keputusasaan. 2. Pentingnya gambaran diri Berbicara tentang gambaran diri pribadi, yaitu factor yang sangat mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seorang individu, dapat dilihat dari bberapa hasil penelitian yang menggambarkan pentingnya gambaran diri ini.

Gambaran diri yang tidak memuaskan sejak dini akan menyebabkan tingakh laku yang negative, seperti nakal, anti social dan tidak menyenangkan (lihat Schwartz & Tangri, 1965; Kaplan, 1975,1977). Sebenarnya sejumlah tingkah laku, mulai dari kebiasaan kebiasaan yang agak mengganggu sampai kepada kebiasaan yang sifatnya neurosis yang serius berhubungan dengan gambaran diri ini. 3. Pengalaman unik dan kepribadian

Pengalaman individu akan berbeda satu dengan yang lainnya, dan akan menghasilkan individu yang berbeda walaupun individu-individu tersebut dilihat dari latar belakangnya mereka ini berasal dari kelompok keluarga yang sama. Dengan demikian, pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang sempurna dan dapat menyamainya. Selain itu, pengalaman tidak hanya sekedar bertambah, tetapi sifatnya menyatu. Maksud dari penjelasan terakhir adlah bahwa sebuah kepribadian tidak dibangun seperti menyusun puzzle atau yang kita lihat sebagai kepingan-kepingan peristiwa yang merupakan suatu pengalaman bagi individu C. Individu di dalam masyarakat Sepanjang hidup seorang individu, maka terdapat kelompok-kelompok tertentu di sekitar kehidupannya yang dapat dikatakan cukup penting bagi diri individu tersebut. Di awal kehidupan seorang kehidupan seorang individu, amak kelompok referens yang awal bagi dirinya adalah kelompok keluarganya sendiri. Kelompok keluarga, pada awalnya merupakan kelompok yang terpenting bagi diri individu, karena merupakan kelompok yang satu-satunya ia miliki, khususnya sepanjang masa kanak-kanak.

1. Individu dan kelompok majemuk Masyarakat yang kompleks yang biasanya dikategori sebagai masyarakat majemuk, memiliki banyak kelompok dan kebudayaan yang bersifat khusus dengan standar yang berbeda dan kadang kala bertentangan. Dalam suatu masyarakat, individu harus bergerak dalam sejumlah kelompok dengan standar dan nilai yang berbeda. Setiap orang harus memiliki kemampuan untuk menentukan cara untuk mengatasi tantangan yang serba bertentangan. Di sini, individu harus dapat mengatasi masalah ini dengan cara memilah-milah kehidupan mereka dengan mengembangkan suatu diri yang berbeda bagi setiap kelompok referens yang mereka sukai yang sesuai dengan kehidupan nyata mereka, atau menolaknya. D. Manusia Sebagai Makhluk Sosial Kata social berasal dari kata socioes yang artinya berkumpul. Dengan kata lain, kata sosial menunjuk pada Society (masyarakat) sebagai suatu system dari kehidupan bersama. Dalam kehidupannya sebagai makhluk social, manusia terus berusaha mengembangkan self-nya untuk tetap dapat diterima oleh kelompoknya. Perkembangan diri (self) manusia, oleh Charles H. Cooley dijelaskan dalam teorinya yang dinamakan looking-glass self, di mana Cooley melihat bahwa konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sebagai mahkluk social, manusia selalu dihadapkan pada keharusan (paksaan yang diistilahkan sebagai bagian dari fakta social). Fakta social, menurut Emile Durkheim, adalah cara bertindak, berpikir dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa serta mengendalikannya. Interaksi social adalah hubungan antara individu satu dan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik.

Berdasarkan bentuknya, interaksi social dapat berupa konflik dan kerja sama. Konflik social yang terjadi dapat bersifat laten maupun manifest. Konflik social yang manifest adalah konflik social yang Nampak dan dapat kita lihat dengan jelas (mis. Tawuran pelajar, perang antarsuku, baku hantam antarpemuda, dan lain-lain). Sedangkan konflik social laten adalah konflik social yang tidak Nampak di permukaan dan bersembunyi dalam hubungan social yang dikemas dengan baik di luarnya. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksinya dengan orang lain, yaitu : 1. Tahap play stage, yaitu tahap di mana seorang anak mulai belajar mengambil peran orang lain yang ada di sekitarnya. 2. Tahap game stage, yaitu tahap di mana seorang anak tidak hanay mahir menirukan perilaku, kebiasaan dan tingkah laku orang-orang lain di sekitarnya, akan tetapi ia sudah mulai memahami apa makna dan arti dari peran orang yang ditirunya. 3. Tahap generalized other, yaitu tahap di mana seorang anak telah mampu memahami perannya dan peran-peran orang lain di sekitarnya. E. Manusia sebagai bagian dari suatu masyarakat Masyarakat, menurut Mario Levy, memiliki 4 kriteria yaitu : 1. Memiliki kemampuan untuk bertahan melebihi masa hidup seorang individu, 2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi, 3. Kesetiaan pada suatu system tindakan utama bersama 4. Adanya system tindakan utama yang bersifat swasembada

Sedangkan Talcott Parsons (1968) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu system social yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis, serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
6

Manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu memiliki kebutuhan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya artinya manusia selalu hidup berkelompok. Manusia bukan hanya makhluk individu yang berinteraksi dengan manusia lain, akan tetapi juga kelompok perlu berinteraksi dengan kelompok lain. Ada konsep utama dalam pembahasan struktur social, yaitu konsep status (status) dan konsep peran (role). Ralp Linton mendefinisikan status sebagai kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari status. Sehingga dalam statusnya, sesorang akan memiliki peran tertentu yang berhubungan dengan statusnya, seseorang akan memiliki peran tertentu yang berhubungan dengan statusnya di dalam kelompok dan masyarakatnya. Dengan demikian, dalam setiap statusnya seseorang akan memiliki banyak peran. Hal ini berarti bahwa bila orang tersebut memilliki banyak status dalam masyarakatnya, maka secara otomatis ia juga memiliki banyak sekali peran yang berkaitan dengan status-statusnya tersebut. Tiap-tiap individu dalam suatu kelas social tertentu, tidak serta merta hanya berinteraksi dengan sesama individu dan kelompok dari kelas social yang sama. Akan tetapi ada suatu kebutuhan hidup yang menuntut mereka juag berinteraksi dengan individu atau kelompok lain dari kelas social yang berbeda.

II.

BAB V MULTIKULTURALISME DAN KESEDERAJATAN A. Pengertian masyarakat multicultural Dalam pengertian sehari-hari kita memahami masyrakat multikultur

sebagia masyarakat yang beragam dan terdiri dari berbagai budaya. J Rex mendefinisikan masyarakat multikultur sebagai masyarakat yang membedakan antara kehidupan public dan kehidupan pribadi. Kehidupan public, yang meliputi area politik, ekonomi, pendidikan dan hokum, berlandaskan pada prinsip-prinsip budaya yang universal. Sedangkan dalam kehidupan pribadi yang meliputi kepercayaan dan agama, pendidikan moral dan sosialisasi primer, keberagaman nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok etnis ditujukam untuk terus hidup dan berkembang. Ketika kita bicara tentang keberagaman, kita juga mengenal istilah masyarakat plural. Apa yang dimaksud dengan masyarakat plural? Menurut Robert W. Hefner, masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen atau tatanan social yang hidup berdampingan, namun tanpa membaur dalam satu unit politik. 1. Kebudayaan Berbagai kerajaan yang pernah maupun masih bertahan di Indonesia saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Berbagai warisan seni budaya, filosofi kehidupan bahkan filosofi politik yang dihasilkan dari system kenegaraan dan pemerintahan yang juga beragam masih menjadi warisan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Menarik untuk dipahami bahwa pada satu titik waktu yang sama perbedaan atau kesenjangan peradaban juga terjadi pada masyarakat Indonesia. Masyarakat di Jakarta mungkin sudah biasa dengan perkembangan dan cara berpikir yang lebih luas dan mendunia, namun di bagian lain terutama di desadesa dan wilayah terpencil, masih banyak masyarakat kita yang hidup dengan nilai-nilai adat istiadat setempat dan wawasan berpikir yang masih terpaku pada dunia keseharian dan budaya mereka.
8

B. Multikulturalisme Kalau kita pikirkan kembali, kita tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa keberagaman kelompok budaya yang menjadi unsure masyarakat Indonesia sering kali menjadi batu sandungan baik dalam interaksi sehari-ahri maupun dalam penyusunan kebijakan pembangunan. Selain itu ketidakpekaan terhadap keberagaman budaya atau ketidakmampuan untuk berhadapan dengan budaya yang berbeda dapat memunculkan streotipe, prasangka bahkan diskriminasi dan rasialisme. Dalam konteks hubungan antara kelompok budaya, prasangkan memiliki konotasi yang negative. Stereotype adalah suatu citra yang dilekatkan pada suatu kelompok tertentu yang belum tentu benar. Sedangkan prasangka adalah suatu pendugaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap kelompok lain yang dipandang memiliki karakteristik negatif, buruk atau tidak menyenangkan. Stereotype yang dipelihara dapat menghasilkan parasnagka-prasangka dan juga pada praktiknya memunculkan tindakan-tindakan diskriminasi yang berkonotasi negative. Diskriminasi adalah suatu tindakan yang membeda-bedakan perlakuan berdasarkan karakteristik budaya kelompok tertentu. Secara umum multikulturalisme biasanya berhubungan dengan konsep etnisitas. Menurut H.A.R Tilaar, multikulturalisme pada masa modern, terutama dalam era globaliasasi, berbeda dengan multikulturalisme pada lalu.

Multikulturalisme modern di era globalisasi bersifat terbuka dan melihat ke luar. Multikulturalisme tidak hanya berarti beragamnya kelompok etnis dalam sebuah Negara, tetapi juga seluruh keompok etnis yang beragam di luar batas-batas Negara, termasuk di dalamnya perkembangan agama, isu jender dan kesadaran kaum marjinal.

KESEDERAJATAN DAN MULTIKULTURALISME A. Kesederajatan Kesederajatan menjadi konsep penting dalam memaknai keberagaman budaya. Kita telah paham bahwa kehidupan kita saat ini tidak mungkin terhindar dari keberagaman khususnya kebergaman budaya. Pertama, kesederajatan biacara tentang bagaimana cara pandang kita tentang keberagaman budaya. Kedua, dalam hal interaksi, kita bicara tentang bagaimana perilaku kita terhadap perbedaan tersebut. Manusia adalah makhluk yang sama tetapi juga berbeda. Oleh karena itu manusia harus diperlakukan sederajat karena dua karakteristik sebagai makhluk sama dan sebagai makhluk yang berbeda. Dengan argumentasi ini maka kesederajatan bukan berarti kesergaman perlakuan tatpi lebih kepada interaksi antara keseragaman dan perbedaan. Hak yang sederajat tidak berarti adanya hak-hak yang sama, karena individu yang memiliki latar belakang budaya dan kebutuhan yang berbeda mungkin membutuhkan hak-hak yang berbeda untuk menikmati kesederajatan.

Kesederajatan harus mampu menolak perbedaan-perbedaan yang tidak relevan namun juga harus diikuti oleh pengakuan yang penuh terhadap perbedaanperbedaan yang sah dan relevan dalam konteksnya. B. Kesederajatan dalam multikulturalisme Dalam pelaksanaannya maka multikulturalisme tidak dapat dipisahkan dengan Negara, oleh karena itu berbagai cara dan model diperkenalkan oleh para ahli untuk menjamin kesederajatan dalam masyarakat multikultur. Salah satu prinsip dalam multikulturalisme adalah bagaimana menjamin kesederajatan. Kesederajatan tidak sama dengan sama atau seragam untuk semua kelompok budaya yang hidup dalam masyarakat. Contohnya Will Kymlica mengenalkan 3 prinsip dasar yang harus diperhatikan seperti, pemerintahan sendiri, terjaminnya hak-hak polietnis dan prinsip keterwakilan dalam ruang-ruang politik, ekonomi

10

dan hokum. Tokoh lain Bhikhu Parekh, juga mengenalkan 3 model seperti proceduralist, civic assimiliationist, dan millet model. Menjamin kesederajatan tidaklah mudah apa;agi menerapkan

multikulturalisme dalam suatu masyarakat walaupun multikulturalisme mungkin sebuah jawaban untuk menjembatani perbedaan budaya dalam masyarakat. Salah satu tokoh Anne Philips, mengungkapkan beberapa hal yang perlu dijadikan titik perhatian dalam menerapkan multikulturalisme. Seperti melemahnya identitas nasional, orang semakin focus pada perbedaan kelompok bukan pada kesamaan, solidaritas sosial terhadap kelompok yang berbeda cenderung lemah. Akhirnya dalam menghadapi keberagaman dan perbedaan budaya, multikulturalisme perlu mencari keseimbangan antara keseragaman dalam bentuk kebijakan public untuk menuju identitas nasional tanpa ada penyeragaman budaya atau asimilasi secara paksa. III. BAB VI MORALITAS DAN HUKUM Sebagai makhluk yang beradab tentunya, manusia diharapkan mampu memiliki nilai-nilai moral yang disepakati bersama dalam masyarakat dimana ia tinggal dan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. A. Nilai Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan Kebudayaan, bila dilihat sebagai suatu konsep, pertama kali

dikembangkan oleh para ahli Antropologi menjelang akhir abad kesembilan belas. Sementara itu definisi pertama berasal dari seorang ahli antropologi asal inggris, EB Tylor (1871 : 1), yang menjelaskan kebudayaan sebagai: ... kempleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat ...

Berkaitan dengan pembahasan mengenai nilai, moraal dan juga pembahasan sebelumnya tentang kebudayaan maka salah satu wujud kebudayaan
11

adalah apa yang disebut sebagai sistem budaya. Sistem budaya ini berisi kumpulan gagasan nilai-nilai, norma-norma, pandangan-pandangan hidup, berbagai aturan, berbagai pengetahuan dan hal-hal lainnya yang bersifat abstrak, termasuk moral.

B. Nilai Moral Sebagai Rujukan Nilai Budaya Penggunaan istilah moral dapat digunakan untuk maksud yang berbeda, tentu sesuai dengan konteks dan makna pembicaraan yang dimaksud. Bila melihat asal usul kata dan istilah moral, maka kata ini berasal dari bahasa latin yaitu mos (yang arti jamaknya mores) yang berarti adat, kebiasaan. Istilah moral berarti nilai-nilai, norma yang menjadi pegangan bagi setiap orang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Sedangkan istilah amoral, berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana etis atau non moral. Sedangkan immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik atau secara moral buruk atau tidak etis. Dalam kamus Indonesia, amoral berarti immoral dalam pengertian di atas. Pengertian immoral ini kurang dikenal. Nilai berkaitan erat dengan manusia, baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari, maupun bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama, memandang nialai sebagai sesuatu yang objektif. Pandangan kedua, memandang nilai itu sebagai subjektif, yang artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya. C. Manusia Dan Moral Hampir sebagian perbuatan manusia berkaitan dengan nilai baik dan buruk, di mana hal ini terjadi sejak masa lampau. Sejarah telah membuktikan bahwa dalam segala zaman ditemukan keinsyafan manusia tentang tingkah laku

12

mereka yang baik dan buruk, atau yang harus dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Banyak orang berpendapat bahwa perbedaan khas manusia dan binatang adalah manusia memiliki rasio atau bakat untuk menggunakan bahasa atau lebih luas lagi menciptakan dan menggunakan simbol-simbol. Perbedaan lainnya adalah manusia memiliki kesadaran moral. Karena norma moral merupakan standar perilaku yang disepakati, maka moral dapat dipakai mengukur diri sendiri, sekaligus dapat dipakai untuk mengatur perilaku orang lain. Orientasi moral ini dipandang penting karena akan menentukan arah keputusan dan tindakan seseorang. Oleh karena itu orientasi moral akan sangat berpengaruh terhadap moralitas dan pertimbangan moral seseorang, karena pertimbangan moral merupakan hasil proses penalaran yang dalam proses penalaran tersebut ada upaya memprioritaskan nilai-nilai tertentu berdasarkan orientasi moral serta pertimbangan konsekuensinya.

D. Nilai-Nilai Luhur Budaya Banga Keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan bahasa pada orang Indonesia sering membuat kita sebagai orang Indonesia bangga sekaligus juga prihatin mengingat aneka warna maslah yang dapat timbul karena sifat keanekaragaman yang kita miliki tersebut. Masalah yang paling dasar yang bersangkut paut dengan sifat keanekaragaman tersebut adalah masalah kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian, ketika berbicara tentang kebudayaan nasional maka secara tersirat kita juga akan berbicara tentang nilai-nilai luhur budaya bangsa, karena salah satu wujud dari kebudayaan adalah sistem budaya atau sistem nilai budaya.

13

Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara A. Pengertian Hukum Dalam Masyarakat Dalam anggapan awal, hukum adalah unsur yang mutlak bagi semua masyarakat manusia. Kemudian, hukum dianggap merupakan gagasan yang pokok dalam masyarakat manusia, dan tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa hukum maka tidak akan ada masyarakat manusia. Dengan demikian, dari pengertian di atas maka studi-studi hukum dapat dilakukan dalam rangka pengertian bahwa hukum merupakan salah satu aspek kebudayaan, atau dapat dilakukan sebagai suatu objek yang otonom yang terpisah dari kebudayaan. Bagi suku-suku bangsa terpencill, sebenarnya pengertian peradilan yang terpusat tidak ada artinya bagi mereka. Karena, menurut penjelasan Malinowski (1926), hukum berbeda dengan adat, karena hukum dipandang sebagai kewajiban pihak yang satu denganhak pihak yang lain,yang tidak hanya didukung oleh motif psikologis tetapi juga oleh sesuatu kekuatan yang mengikat dan memiliki hubungan ketergantungan antara satu hal dengan hal lainnya. Di dalam setiap masyarakat, ada bermacam-macam sanksi hukum yang dapat berlakuuntuk lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Karena setiap individu di dalam masyarakat biasanya menjadi anggota sejumlah besar subkelompok dan ia harus tunduk pada peraturan-peraturan dari berbagai kelompok tersebut. Karena itu, dalam beberapa hal individutidak dapat tunduk pada peraturan-peraturan hukum yang saling bertentangan tersebut, terkecuali ada kekuasaan untuk menerapkan sanksi secara berbeda menurut tingkat-tingkat yang ada dalam masyarakat.

B. Manusia Dan Hukum Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dari sesamanya. Dalam konteks hubungan seperti itu maka perlu adanya keteraturan[, sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya. Hukum di dalam

14

masyarakat adalah suatu tuntutan, sehingga ada pameo ubi societas ibi ius artinya di mana ada masyarakat maka disana ada hukum. Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang menyatakan bahwa tujuan adanya hukum adalah untuk menciptakan keadilan. Tetapi terkait masyarakat, tujuan terciptanya hukum yang utama adalah untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan di dalam masyarakat.

C. Hukum Dan Adat Kebiasaan Dalam Masyarakat Banyak ahli ilmu sosial memandang bahwa penyesuaian dengan nilai-nilai dasar dan penagturan umum bukan dipelihara dengan jalan pelaksanaan menurut hukum dalam keputusan-keputusan penting secara formal atau tidak formal dan dibuat oleh para hakim ketua atau pemimpin lainnya. Penyesuaian dengan nilainilai dasar dan pengaturan umum dipelihara oleh kekuasaan adat yang telah diketahui oleh semua warga masyarakat, yang tanpa diuraikan lagi oleh seseorang atau dewan yang diberi kekuasaan oleh pengadilan.

D. Proses Tebentuknya Hukum dalam Masyarakat Hukum di dalam masyarakat terbentuk karena ada korelasi antara sistem politik dan sistem pengadilan sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, bila melihat perkembangan setiap masyarakat di dunia, apabila kita kaitkan denganaspek politik, otoritas dan kekuasaan maka kita akan melihat bahwa setiap masyarakat tersebut memiliki aspek pengelolaan dan organisasi sosial yang berbeda. Dalam berbagai masyarakat di dunia terdapat berbagai bentuk organisasi politik yang tujuanny adalah sebagai suatu sarana untuk memelihara tertib sosial dan mengurangi kesimpangsiuran sosial. Organisasi politik tersebut adalah band yang hidup secara nomaden.

15

E. Perwujudan Hukum Dan Sanksi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat Setiap masyarakat menciptakan lembaga-lembaga untuk mendorong orang agar matuhi peraturannya dan untuk menentukan tindakan yang layak, bila peraturan tersebut dilanggar. Dengan menggunakan sanksi, sampai batas-batas tertentu, masyarakat mengadakan pengendalian atas perilaku anggota-anggotanya. Dengan demikian, alam hal ini, aspek yang terpenting dari sistem pengendalian masyarakat adalah aspek hukum. Bila berbicara tentang hukum maka biasanya pembicaraan banyak berkaitan dengan masalah perselisihan atau penyelesaian perselisihan.

F. Sanksi Hukum dalam Masyarakat Sanksi pada umumnya diartikan sebagai apa yang oleh hukum itu sendiri dikatakan akan atau mungkin terjadi terhadap orang-orang yang dianggap bersalah karena melanggar suatu aturan hukum. Selain itu, sanksi dapat dibedakan atas sanksi formal atau informal. Hal ini terkait dengan diundangkannya sesuatu aturan tertentu atau tidak. Tetapi, sanksi formal seperti hukum, cenderung selalu beraturan karena berusaha menggariskan denagn tegas dan tepat tentang perilaku seseorang. Dengan demikian salah satu fungsi sanksi yang terpenting, baik sanksi hukum maupun bukan, adalah membuat orang takut untuk melanggar norma sosial. Dan dengan demikian kegunaan dari identifikasi sanksi sebagai kriteria dari hukum, di samping melihat fungsinya dalam mencapai konformitas pada tuntutan dari kelompok atau suatu masyarakat tertentu,adalah juga bahwa sanksi dapat digunakan dalam pembedaan kebiasaan yang netral dari hukum.

G. Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan Masyarakat Arti kesejahteraan sosial dalam pengkajian sosial terhadaphukum bersifat sangat kontekstual. Pemahaman mengenai kesejahteraan sosial haruslah ditempatkan dalam konteks politik, ekonomi dan sosial kultural setiap masyarakat dan pada dimensi waktu tertentu. Dengan demikian, pengertian kesejahteraa sosial dapat bersifat sangat pluralistik karena pada dasrnya konsepsi tentang

16

kesejahteraan sosial ada di dalam setiap masyarakat dunia dengan perumusan yang berbeda-beda. Berbicara tentang sanksi yang merupakan salah satu atribut terakhir dari hukum, yang bila digabungkan dengan ketiga atribut lainnya, maka akan menggambarkan sisat hakiki dari hukum. Menurut F Benda Beckmann, di tingkat awal istilah tersebut menunjukan keragaman nilai dan ideologi, dan dalam bentuk yang lebih konkret seperti tujuantujuan dari kebijakan. Menurut TO Ihromi, istilah dan konsep kesejahteraan sosial yang selama ini ada sebenarnya mengacu pada konsep-konsep kesejahteraan sosial yang datang dari Eropa dan Amerika. Dengan demikian, mekanisme kesejahteraan sosial yang konvensional adalah perlindungan terhadap mereka yang terjamin. Bagi mereka bekerja juga akan terjangkau oleh mekanisme kesejahteraan sosial, yang sepenuhnya ada di tangan pemerintah dan dengan dukungan finansial yang kuat dari negara-negara maju tersebut. Berdasarkan keragaman pengertian dan konsepsi normatif yang

terkandung dalam istilah kesejahteraan sosial; luasnya cakupan kegiatan; dan luasnya kondisi-kondisi sosial yang hendaknya diupayakan untuk diatasi oleh individu, kelompok, masyarakat, dan negara, maka menurut Ihromi (1993), kurang dirasa perlu untuk memikirkan variasi gejala yang relevan untuk dibuatkan definisinya mengenai kesejahteraan sosial tersebut. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengidentifikasi keseluruhan kompleks pranata, hubunganhubungan yang ada, interaksi yang terjadi, dan hubungan relasi yang ada dalam organisasi sosial dan apa artinya ketika sistem-sistem itu beroperasi secara bersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam rangka berupaya mengatasi kondisi-kondisi sosial tertentu.

17

You might also like