Professional Documents
Culture Documents
Rinitis kronik
Santody Hasan 2008730112
IDENTITAS PASIEN
Nama Jenis kelamin Umur Alamat : : : : NY. A S Perempuan 27 tahun kampung kemang Rt Sindangjaya Cianjur : 548507
No. RM
ANAMNESI S
Autoanamnesis
KELUHA N UTAMA
ASMA (-)
RIWAYAT ALERGI
Alergi cuaca dingin (+) Debu (+) Makanan (-) Obat-obatan (-)
RIWAYAT PENGOBATAN
- Sakit ini belum berobat - Sakit sebelumnya berobat ke dr umum / PKM
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok (-)
PEMERIKSAA N FISIK
10
10
PEMERIKSAAN FISIK
Tampak sakit ringan
Composmentis
TD 110/70 mmHg
RR 18 x/menit
Nadi 78 x/menit Suhu 36.7 C
11
11
STATUS GENERALIS
Normocephal
Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) refleks pupil (+/+) isokor
12
12
13
13
14
14
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi ictus cordis tidak terlihat Batas jantung relatif dalam batas normal Bunyi jantung I dan II regular
15
15
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen supel Hepatomegali (-), splenomegali () Perkusi timpani seluruh kuadran abdomen Bising usus (+) normal
16
16
EKSTREMITAS
Superior
Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik
Inferior
Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik
17
17
AD
Aurikula
Normotia Helix sign (-) Tragus sign (-)
AS
Preaurikula Preaurikula appendege(-) Tanda radang(-) Fistula(-) Retroaurikula Tenang, udem(-) fistel(-), sikatriks (-) nyeri tekan(-) Tenang, udem(-) fistel(-), sikatriks (-) nyeri tekan( -) Preaurikula appendege(-) Tanda radang(-) Fistula(-)
18
18
AD
MAE
Hiperemis (-) udem (-) sekret (-) serumen (-), massa (-)
AS
Membran timpani Intak, reflek cahaya(+) (jam 5) Intak, reflek cahaya(+) (jam 7)
19
19
Sinistra
Hyperemis (-) Hypertrofi Deviasi (-) (-) (+)
Konka inferior
Septum Massa Passase udara
20
20
21
21
Pemeriksaan OROFARING
Sinistra
Tonsil
Tenang TI tidak melebar Faring Tenang Mukosa Granula Post nasal drip Tenang Mukosa Besar Kripta Detritus Perlengketan Tenang TI tidak melebar -
22
22
23
23
24
24
Pemeriksaan Maksilofasial
Dextra
(+)
Nervus
I. Olfaktorius
Penciuman
Sinistra
(+)
II. Optikus
Daya penglihatan Refleks pupil (+)i (+) isokor
III. Okulomotorius
Membuka kelopak mata Gerakan mata ke superior Gerakan mata ke inferior Gerakan mata ke medial Gerakan mata ke Laterosuperior
(+)
(+)
(+)
(+)
IV. Troklearis
(+) Gerakan mata ke lateroinferior (+)
25
25
Pemeriksaan Maksilofasial
Dextra
Nervus
Sinistra
V. Trigeminus
(+) Tes sensoris Cabang oftalmikus (V1) Cabang maksila (V2) Cabang mandibula (V3) (+)
(+)
VI. Abdusens
(+)
VII. Fasialis
Mengangkat alis Kerutan dahi Menunjukkan gigi Pengecapan lidah 2/3 anterior (+) (+) (+) (+)
(+)
VIII. Vestibulokoklearis
Tes garpu tala
(+)
26
26
Pemeriksaan Maksilofasial
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
X. Vagus
(+) (-) (+) Refleks muntah Refleks menelan Deviasi uvula Pergerakan palatum (+) (-) (+)
(+) (+)
XI. Assesorius
Memalingkan kepala Kekuatan bahu
(+) (+)
(-)
XII. Hipoglossus
Tremor lidah Deviasi lidah
(-)
27
27
PEMERIKSAAN LEHER
Dextra
Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-)
Pemeriksaan
Tiroid Kelenjar submental Kelenjar submandibula Kelenjar jugularis superior Kelenjar jugularis media
Sinistra
Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-) Pembesaran (-)
28
28
Resume
+ 27 tahun Bersin-bersin dari kedua hidung sejak 2 tahun Malam hari dan jika terkena debu Cairan menetes putih bening dari hidung ke mulut
29
29
Tidak mencium bau yang tidak sedap Sering batuk pilek Mukosa hidung hyperemis Hypertrofi pada konka inferior
Resume
30
30
DIAGNOSIS BANDING 1. 2.
Rinitis kronik Rinitis alergi
31
31
Anamnesis
Rinitis kronik
32
32
33
33
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Non-medikamentosa
Cetrizin 1 dd 1 tab
34
34
PROGNOSI S
35
35
PEMBAHASAN
36
36
TINJAUAN PUSTAKA
RINITIS
39
37
ANATOMI HIDUNG
Hidung luar berbentuk piramid :
Pangkal Hidung Ala Nasi
1. Pangkal hidung (bridge) 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung (nares
anterior)
Dorsum Nasi
Kolumela
Nasal Tip
Lubang Hidung
38
ANATOMI HIDUNG
Tampak Ventral
Tampak Inferior
39
ANATOMI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
VASKULARISASI
Bagian atas :a. Etmoid anterior & posterior a. Oftalmika a. Karotis interna Bagian bawah : a. Maksilaris interna ujung a. Palatina mayor & a. Sfenopalatina
41
ANATOMI HIDUNG
PERSARAFAN
Bagian rongga hidung depan & atas : persarafan sensoris dari n. Etmoidalis anterior Rongga hidung lainnya : sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.
42
Kompleks Osteomeatal
KOM bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea
KOM ; unit fungsional ventilasi dan drainase sinus-sinus yang letaknya di anterior (sinus maksila, etmoid anterior dan frontal)
Kompleks Osteomeatal
Bula Etmoid,
Agger Nasi
Ressus Frontal
45
ANATOMI HIDUNG
Penghidu
Molekul bau terikat protein spesifik (G-PCR) Aktivasi enzim Adenyl cyclase Percepatan konversi ATP cAMP Aksi cAMP akan membuka saluran ion Ca++, shg ion Ca++ masuk ke dalam silia Masuknya ion Ca Cl- keluar dari silia
ANATOMI HIDUNG
Penghidu - Aksi potensialAksonakson dari sel-sel reseptor glomeruli (bulbus olfaktorius) - Akson kontak dengan dendrit sel-sel mitralkorteks piriformis, medial amigdala dan korteks enthoris (identifikasi bau)
:
:
FISIOLOGI HIDUNG
48
49
49
50
DEFINISI
Rinitis :
Akut Kronik Alergi Atrofi
50
51
Rinitis Akut
Manifestasi dari : 1. Rinitis simplek / common cold / pilek / selesma / coryza 2. Penyakit eksantema : morbili, variola, varisela & pertusis 3. Penyakit spesifik 4. Iritasi lokal atau trauma sebagai reaksi sekunder
51
52
Rinitis kronis
Disebabkan peradangan rinitis hipertrofi, rinitis sika (sicca), dan rinitis spesifik (difteri, atrofi/ozaena, sifilis, tuberkulosa & jamur) Tidak disebabkan peradangan : rinitis alergi, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa
51
53
Rinitis Alergi
1. Intermitten (kadang-kadang). Gejalanya < 4 hari/minggu atau < 4 minggu, persisten (menetap). Gejalanya > 4 hari/minggu atau > 4 minggu. 2. Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian, tidur, bersantai, olahraga, belajar & bekerja. Rinitis alergi sedang & berat
54
55
PATOFISIOLOGI
Alergen Makrofag/ monosit (sel penyaji/ Antigen Presenting Cell) Fragmen pendek peptida & bergabung dengan molekul HLA kelas II
Mengaktifkan Th 0
histocompatibility complex)
Th 1 & Th 2
Meperoduksi Ig E
56
Disirkulasi darah, masuk ke jaringan & diikat oleh Ig E di permukaan mastosit & basofil
Kelenjar mukosa & sel goblet mengalami hipersekresi & permeabilitas kapiler , terjadi rinore
57
58
Etiologi
Hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Allergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen) dan spora jamur
Gejala klinik
gejala pada hidung dan mata (mata merah, gatal, disertai lakrimasi)
56
59
Timbulnya periodik Mengenai semua golongan usia ; mulai timbul pada anak-anak dan dewasa muda. Gejala penyakit bervariasi Faktor herediter sangat berperan
56
60
61
Etiologi
Allergen inhalan (indoor) dan (outdoor) Allergen inhalan indoor kasur kapuk, tutup tempat tidur, selimut, karpet, dapur, tumpukan baju dan bukubuku, serta sofa, serpihan kulit dan feses tungau D. Pteronyssinus, D. farinae dan Blomis tropicalis, kecoa dan bulu binatang peliharaan (kucing, anjing, burung) Allergen inhalan outdoor polen dan jamur
58
62
Gejala klinik
Allergic shiner
Bersin berulang
59
63
Gejala klinik
Allergic salute anak menggosokgosok hidung (karena gatal) dengan punggung tangan yang lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga bawah allergic crease
64
Anamnesis
Hampir 50 % diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis
61
65
Uji Kulit
Dengan uji kulit, alergen penyebab dapat dicari secara invivo
66
Komplikasi
Polip hidung Otitis media yang residif, terutama pada anak-anak Sinusitis paranasal
67
Menghindari kontak dengan alergen (avoidance) dan eliminasi Simptomatis: Medikamentosa antihistamin Operatif konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbinoplasty
68
Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rinitis alergi, tetapi karena adanya sumbatan hidung, sehingga menghambat drainase
69
thankyou
66
70