Professional Documents
Culture Documents
Epidemiologi:
1898: Guam 1962: di Irian Jaya, Indonesia 1983: istilah ALS digunakan Insidens: 2 per 100.000 per tahun Prevalensi: 6 per 100.000 populasi per tahun > = 1,5-2 : 1 Orang kulit putih > orang kulit hitam Rata-rata usia onset 55 tahun
2
Definisi:
degenerasi neuron motorik pada kornu anterior medula spinalis, intiinti motorik batang otak (traktus kortikobulbar) dan degenerasi traktus kortikospinalis dengan hasil akhir yang fatal. ditandai dengan degenerasi UMN dan LMN.
4. 5. 6.
Frontal Dementia: atrofi frontal pada girus presentralis. Pseudobulbar Palsy: jalur kortikobulbar; gejala yg dominan kelumpuhan tipe UMN. Progressive Bulbar Palsy: nukleus saraf kranialis. Gejala klinis yg dominan adalah kelumpuhan progresif otot2 yang dipersarafi oleh saraf kranial daerah bulbar, yg bersifat LMN. Primary Lateral Sclerosis: jika traktus kortikospinalis saja yang terkena. Karenanya gejala yg muncul hanya kelumpuhan UMN. Progressive Muscular Atrophy: sel kornu anterior. Hanya muncul tanda2 kelumpuhan LMN. Amyotrophic Lateral Sclerosis: Kelumpuhan UMN & LMN.
6
Terdapat 2 tipe
1. Familial (10 15%): diturunkan secara Autosom dominan (terbanyak): kromosom 21
Mean survival: 3 tahun
ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa Mean survival: 4 tahun
Gejala Klinis
Bulbar onset (19-25%): gejala yg dominan
adalah kelumpuhan tipe LMN (flaksiditas, atrofi, fasikulasi dan hiporefleksi)
kelumpuhan dan fasikulasi didapatkan pula refleks tendon yang meningkat/hiperrefleksi, spastisitas, babinski positif (UMN)
Gejala Klinik
Pada stad lanjut: otot-otot bulbar/nukleus
batang otak juga terkena mengakibatkan disfagia, disartria dan kelemahan otot2 wajah. Fasikulasi lidah biasanya menonjol.
Gejala klinis
diawali dengan kelumpuhan, yg sangat sering dimulai pada lengan bawah dan tangan (40 50%), jarang pada tungkai (25 30%), dimana terutama pada otototot elevator kaki. Biasanya gejala-gejala pada mulanya unilateral. Sekitar 25 % penderita disertai dengan gangguan otototot tenggorokan yang mengakibatkan kesulitan berbicara dan menelan. Kelumpuhan secara lambat meluas ke tubuh dan mengenai lengan dan tungkai.
11
Gejala klinis
Kesulitan berbicara (dysarthria) and menelan
(dysphagia) bisa terjadi pada riwayat penyakit. Dysphagia biasanya lebih sulit menelan cairan dibandingkan makanan padat. Mengeces (sialorrhoe) bukan disebabkan oleh produksi saliva yang berlebihan tetapi berkaitan dengan dysphagia yang parah. Kadang-kadang penderita tertawa atau menangis tanpa ada sebab yang jelas.Ini disebabkan telah terjadi disfungsi batang otak.
12
Patologi:
Makroskopis: tampak penebalan pada radiks anterio medula spinalis. Sangat jelas pada daerah cervical dan lumbosacral. Mikroskopis: Hilangnya neuron2 pada korteks motorik Hilangnya neuron2 pada nukleus saraf kranialis Hilangnya neuron motorik di kornu anterior medula spinalis dan batang otak. Hilangnya sel Betz pada korteks serebri dan degenerasi pada traktus kortikospinalis.
13
Prosedur Diagnosis:
pada ekstremitas) tanpa gangguan sensorik dan atau refleks tendo yang meningkat pada otot yang lumpuh. Gangguan LMN berupa kelemahan dan atrofi. EMG: adanya fibrilasi, gelombang runcing positif, amplitudo meningkat, aktivitas insersi yang memanjang dan fasikulasi.
14
Prosedur Diagnosis:
Biopsi otot menunjukkan denervasi atrofi
dgn fasikulus atrofi bercampur dengan fasikulus normal. Tidak ada abnormalitas pada px. Myelografi, MRI & CT Scan. LCS normal. Enzim-enzim otot seperti creatinine phosphokinase (CK) bisa meningkat pada kasus-kasus yang berkembang cepat.
15
Diagnosis:
Px.EMG: perluasan denervasi dan reinervasi.
Adanya fibrilasi, fasikulasi & polifasik, atrofi dan denervasi. Kecepatan Hantar Saraf tepi umumnya masih dalam batas normal. Biopsi otot: adanya atrofi fasikulus otot bercampur dgn fasikulus yang normal. Peningkatan kadar enzim otot dalam serum (CK) dpt terjadi tapi tidak setinggi pada penyakit-penyakit otot.
16
17
Diagnosis Banding
Kondisi-kondisi yang mengenai traktus piramidalis dan LMN akan memberikan gambaran klinis yang menyerupai ALS, diantaranya:
Terapi:
Belum ada obat yang dapat
menyembuhkan maupun memperlambat progresifitas penyakit Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi keluhan klinis, suportif dan menanggulangi komplikasinya. Penanganan yang dapat dilakukan saat ini adalah terapi simtomatik dan fisioterapi.
19
Terapi
Riluzole (glutamat antagonis)
menunjukkan perpanjangan hidup, dgn memperbaiki kesulitan menelan dan memperpanjang waktu sampai pasien membutuhkan bantuan pernafasan. Efikasi dari terapi imunosupresifimunomodulator maupun berbagai faktor neurotropik tidak terbukti.
20
Prognosis:dubia ad malam
Mean survival:
3 hal yang mempengaruhi harapan hidup:
Usia saat pertama kali timbul gejala Waktu yang tertunda dari onset hingga masuk klinik Timbulnya perubahan fungsi respirasi 3 tahun: 50% > 5 tahun: 28%
LMN
22
23