You are on page 1of 155

1

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya


yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
BENCANA
2

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Pasal 35

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak
terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a
meliputi:

a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata uang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
UU No. 24 Tahun 2007
5
dalam situasi tidak terjadi bencana
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
a. kesiapsiagaan;
b. peringatan dini; dan
c. mitigasi bencana.

6
Ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai kewenangannya

Penyusunannya dikoordinasikan oleh Badan

Dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko
bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu
berdasarkan dokumen resmi yang berisi program
kegiatan penanggulangan bencana.

Ditinjau secara berkala oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah.
7
Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
Pemahaman kerentanan masyarakat
Analisis kemungkinan dampak bencana
Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana
Penentuan mekanisme kesiapan dan
penanggulangan dampak;
Alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yg
tersedia.
8
Rencana PB (Disaster Management Plan)
Rencana Mitigasi (Mitigation Plan)
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan)
Rencana Operasi (Operation Plan)
Rencana Pemulihan (Recovery Plan)

Dititikberatkan pada rencana yang disusun pada saat
situasi normal. Oleh karena itu pada tahap ini masih cukup
banyak waktu untuk merencanakan semua kegiatan yang
meliputi dari 4 (empat) tahap dalam penanggulangan
bencana.

Pada tahap ini juga direncanakan semua kegiatan untuk
semua jenis ancaman (hazard) yang dihadapi oleh suatu
wilayah dan kerentanan (vulnerability).

Oleh karena lingkup kegiatan luas dan jenis ancaman
cukup banyak, maka para pelaku (stakeholder) yang
terlibat juga akan lebih banyak.

lintas tahapan (multi phase)
lintas ancaman (multi hazard)
lintas pelaku (multi stakeholder)

- pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
- pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
- analisis kemungkinan dampak bencana;
- pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
- penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan
dampak bencana; dan
- alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang
tersedia.
Rencana Mitigasi
Rencana kegiatan yang diintegrasikan dengan
kegiatan rutin yang berorientasi pada PB
Rencana kegiatan rutin yang berorientasi pada
upaya pengurangan risiko bencana
Contoh :
- Rencana kegiatan akses yankes
- Rencana kegiatan imunisasi
- Rencana kegiatan penanggulangan Gizi
- Pelatihan nakes
- dll

Rencana Mitigasi
dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Kerentanan
CAKUPAN
IMUNISASI
STATUS
GIZI MASY
PHBS
NAKES TERAMPIL
KESIAPAN MENTAL
MASY
KEMAMPUAN MENOLONG
DIRI SENDIRI & KEL
AKSES KE
YANKES
JEJARING FASKES
14
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak
menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan
teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan
pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau
menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau
kritis.

Diarahkan pada satu jenis bencana
Disusun berdasarkan skenario dan tujuan tertentu
Ditetapkan tindakan teknis dan manajerial
Disusun sistem tanggapan dan pengerahan sumberdaya
Merupakan penerapan dari rencana
kontinjensi yang diberlakukan pada saat
terjadi kedaruratan.
Rencana Operasi Kedaruratan tidak selalu
sesuai dengan keadaan nyata di lapangan,
sehingga rencana kontijensi perlu
disesuaikan secara berkala.

Pemulihan merupakan awal upaya
pembangunan kembali dan menjadi bagian dari
pembangunan pada umumnya. Oleh karena itu
perencanaannya merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan.
Penyusunan rencana ini harus terintegrasi
dalam perencanaan pembangunan sektor.
Penyusunan rencana berdasarkan skala
prioritas

Peserta dibagi dalam 4 (empat) kelompok
Diskusi perbedaan antara ke empat Rencana
PB tersebut dari aspek:
- Kapan penyusunan rencana
- Lingkup rencana (global/spesifik)
- Jangka waktu berlakunya
Sajikan dalam bentuk matriks !

Aspek Ren PB Ren Mit. Ren Kon Ren Ops Ren Pem
Kapan
Lingkup
Jangka
Aspek Ren PB Ren Mit. Ren Kon Ren Ops Ren Pem
Kapan
sebelum sebelum Ada Potensi Pada Saat setelah
Lingkup
Menyeluruh
Umum
perkiraan
Spesifik,
berdasar
skenario
Sangat
Spesifik
(persis)
spesifik
Jangka
Panjang
(5 tahun)
Panjang/
Menengah/
Tahunan
Tertentu singkat
Panjang/
Menengah
WORKSHOP PERENCANAAN KONTINJENSI MENGHADAPI BENCANA
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian kontinjensi, keadan darurat,
rencana kontinjensi, dan arti pentingnya rencana
kontinjensi.
2. Menjelaskan kedudukan rencana kontinjensi dalam
penanganan darurat.
3. Menjelaskan proses penyusunan rencana kontinjensi.
4. Mengetahui saat yang tepat menyusun rencana
kontin jensi.
5. Membandingkan rencana kontinjensi dengan
rencana-rencana lainnya.
1. Definisi dan pengertian rencana kontinjensi.
2. Kajian antara rencana kontinjensi dengan
penanganan darurat
3. Pembedaan rencana kontinjensi dari rencana yang
lain.
4. Proses penyusunan rencana kontinjensi.
5. Produk perencanaan kontinjensi.
6. Materi UU 24/2007 dan PP 21/2008 yang terkait
dengan rencana kontinjensi.


BERDASARKAN UU 24/2007
SETIAP INSTANSI MEMBUAT

RENCANA PB, RENCANA KEDARURATAN BENCANA
DAN RENCANA KONTINJENSI


1. Rencana PB
2. Rencana Mitigasi
O 3. Rencana Kontinjensi (single-hazard)
O 4. Rencana Operasi
O 5. Rencana Pemulihan

Jenis-Jenis Rencana
dalam Penanggulangan Bencana


KONTINJENSI adalah suatu keadaan atau situasi yang
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga
tidak akan terjadi.

RENCANA KONTINJENSI
Suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana
yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi
mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan
yang diperkirakan tidak terjadi.









Kontinjensi dan Rencana Kontinjensi
Definisi Perencanaan Kontinjensi (UNHCR)
Suatu proses perencanaan kedepan, dalam
keadaan yang tidak menentu, dimana
skenario dan tujuan disepakati, tindakan
teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem
tanggapan dan pengerahan potensi disetujui
bersama untuk mencegah, atau
menanggulangi secara lebih baik dalam
situasi darurat atau kritis.


Kesiapsiagaan bencana: Suatu proses yang mengarah pada
kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan kejadian
bencana sehingga dapat:
mencegah bencana,
mengurangi dampak mereka
menanggapi secara efektif
memulihkan diri dari dampaknya
DIPERLUKAN SUATU RENCANA
Ada rencana,
tetapi tidak ada
rapat antarlembaga

Rencana yang
semakin baik
melalui
rapat antarlembaga


Ada rapat antarlembaga,
tetapi
tidak ada rencana



Tidak ada rencana,
Tidak ada rapat
antarlembaga
PROSES
PERENCANAAN

KETERKAITAN
RENCANA KONTINJENSI
DENGAN
RENCANA OPERASI KEDARURATAN
DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
PEMULIHAN PENCEGAHAN & MITIGASI
TANGGAP DARURAT KESIAPSIAGAAN
Bencana
Kajian Kilat
RENCANA PB
RENCANA
MITIGASI
RENCANA
PEMULIHAN
RENCANA
KONTINJENSI
RENCANA
OPERASI

Fasilitator membagi tiga kelompok, yaitu Rencana
Kontinjensi, dan Rencana Operasi kedaruratan.
Masing-masing membuat gambaran tentang definisi
rencananya, dan variabel-variabel berikut :

- kapan direncanakan?
- sifat rencana?
- pihak-pihak yang terlibat?
- ancaman yang mana?
- proyeksi WAKTU (Umur Perencanaan)?
- tataran/Level Pembuat Rencana?
- jenis Perencanaan?
DISKUSI KELOMPOK (20)
TINJAUAN RENKON
RENC.
OPERASI
Kapan di -
rencanakan?
SIFAT Rencana
PIHAK2 yang
Terlibat?
Ancaman yang
MANA?
Proyeksi WAKTU
(Umur
Perencanaan)
Tataran/Level
Pembuat
Rencana
Jenis
Perencanaan
PERBEDAAN SIFAT RENCANA
TINJAUAN RENKON
RENC.
OPERASI
Kapan di -
rencanakan?
Ada potensi
bencana
Pada saat darurat
SIFAT Rencana
Cukup spesifik -
Terukur
Sangat spesifik
kondisi
sebenarnya
PIHAK2 yang
Terlibat?
Yang akan terlibat
Yang sungguh
terlibat
Ancaman yang
MANA?
Satu ancaman
proyeksi
Satu ancaman yg
terjadi
Proyeksi WAKTU
(Umur
Perencanaan)
Waktu tertentu
Jadwal operasi -
Singkat
Tataran/Level
Pembuat
Rencana
Manajer
Pelaksana
Lapangan
Jenis
Perencanaan
Penyiapan Pengerahan
PERBEDAAN SIFAT RENCANA
?
?
Rencana kontinjensi
untuk ancaman
bencana yang mana?




?
?
?
?
?
?
?

O Masing-masing kelompok mendiskusikan apa
keuntungan dan kerugian dari setiap saat
(sekarang, nanti, menjelang, seketika)

O Tentukan saat yang paling tepat dalam
membuat perencanaan kontinjensi!!!

Diskusi Kelompok (15)
Kapan
perencanaan
kontinjensi
mulai dibuat?
1.
SEKARANG?
2.
Terdapat
Potensi
Bencana
3.
MENJELANG
Kejadian untuk
mengoptimalkan
informasi?
4.
SEKETIKA
setelah terjadi
bencana
supaya semua
diketahui scr
pasti?
?

RENKON dilakukan segera setelah ada tanda-
tanda awal (kemungkinan) akan terjadi bencana
atau ada peringatan dini (early warning).
Beberapa jenis bencana sering terjadi tiba-tiba
(waktunya), tanpa ada tanda-tanda terlebih dulu
(misal : gempa bumi), namun tetap dapat dibuat
RENKON-nya.

Kapan Penyusunan
RENKON dilakukan?
Apa Hubungan Rencana Antar
Lembaga dengan Rencana
Instansi dan Sektor?
Bagaimana membuat Rencana
Instansi dan Rencana Sektoral
menjadi Rencana Terintegrasi?

RENKON harus dibuat secara bersama-
sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multi-
sektor yang terlibat dan berperan dalam penanganan
bencana, termasuk dari pemerintah (sektor-sektor
terkait) , perusahaan negara, swasta, organisasi non-
pemerintah, lembaga internasional dan masyarakat.

RENCANA terintegrasi
L
S
M

SETDA
DINSOS
D
I
S
-
P
U

POLRES KODIM
DINSOS
LSM
DIS-PU
SETDA
DOLOG
DINKES
RENCANA
KONTINJENSI
DAERAH


RENKON dibuat berdasarkan:
Proses penyusunan dilakukan bersama,
Skenario dan tujuan yang disepakati bersama,
Dilakukan secara terbuka (tidak ada yg ditutupi)
Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku
Menyepakati konsensus yang telah dibuat
bersama,
Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat


Prinsip-prinsip Penyusunan RENKON
Penilaian
Bahaya
Pengembangan
Skenario
Perkiraan
kebutuhan
Ketersediaan
sumberdaya
Formalisasi
Penetapan kebijakan
dan Strategi
Kesenjangan
Aktivasi
Penentuan
Kejadian
Kaji Ulang
Simlasi/
Gladi
Perencanaan Sektoral
Proses Perencanaan Kontinjensi
BENCANA
RTL
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR
DALAM PENILAIAN RISIKO
BENCANA
Tujuan Sesi
Setelah pelatihan, peserta dapat :

1. Mengenali ancaman bahaya,
kerentanan/ kemampuan dan risiko
bencana.

2. Memahami proses penilaian risiko
bencana.
Pokok Bahasan
1. Proses kejadian Bencana
(Bahaya, Kerentanan & Risiko)
2. Penilaian Bahaya
3. Pengurangan Risiko
4. Penilaian Risiko
Kejadian Bencana
PEMICU

BAHAYA
KERENTANAN
RISIKO
BENCANA
Bahaya (hazard)
Suatu kondisi, secara alamiah maupun
karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan
kehilangan jiwa manusia.
Bahaya berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
Bahaya yg berisiko Tinggi
Didasarkan pada dua penilaian ancaman
yaitu:
- Probabilitas atau kemungkinan terjadinya
bencana dan
- Intensitas, dampak kerugian atau
kerusakan yang ditimbulkan

Hasil penilaian kemudian di plot kedalam
matriks peringkat bahaya.
Probabilitas Kejadian
Skala Probabilitas terjadi dalam 1 tahun
kedepan:
5 Pasti (hampir dipastikan 80 - 99% ).
4 Kemungkinan besar (60 80%)
3 Kemungkinan terjadi (40-60%)
2 Kemungkinan Kecil (20 40%)
1 Kemungkian sangat kecil (kurang 20%)
Dampak Kejadian
Dampak Kerugian yang ditimbulkan (khusus di
wilayah terancam):
5 Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan
lumpuh total)
4 Parah (60 80% wilayah hancur)
3 Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak)
2 Ringan (20 40% wilayah yang rusak)
1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah
rusak)
Diskusi Kelompok
Setiap Kelompok mendiskusikan Penilaian
Bahaya dengan cara:

Memilih 5 jenis ancaman bahaya
Memberikan penilaian Probabilitas
Memberikan penilaian Dampak
Menentukan Tingkat Bahaya
Penilaian Bahaya
Jenis Ancaman Bahaya P D
Gempa Bumi
Banjir
Tsunami
Longsor
Kerusuhan Sosial
dst.
P = Probabilitas (skala 1-5)
D =Dampak (skala 1-5)
Dampak
P
r
o
b
a
b
i
l
i
t
a
s

MATRIKS SKALA TINGKAT BAHAYA
1 2 3 4 5
1
2
3
5
4
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu
akibat keadaan (faktor fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan) yang
berpengaruh buruk terhadap upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
Faktor-faktor Kerentanan
Fisik
- Prasarana dasar,
konstruksi/bangunan,dll
Ekonomi
- Kemiskinan, penghasilan, dll
Sosial
- Pendidikan, kesehatan, politik,
hukum, kelembagaan, dll
Lingkungan
- Tanah, air, tanaman, hutan, lautan, dll
Kemampuan (capability)
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh
perorangan, keluarga dan masyarakat yang
membuat mereka mampu mencegah,
mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan
cepat atau segera pulih dari suatu
kedaruratan dan bencana.
Risiko (risk)
Besarnya kerugian atau kemungkinan
hilangnya (jiwa, korban, kerusakan dan
kerugian ekonomi) yang disebabkan oleh
bahaya tertentu di suatu daerah pada
suatu waktu tertentu.

Risiko dapat dinilai secara kuantitatif,
dan merupakan probabilitas dari dampak
atau konsekwesi suatu bahaya.
Bencana (disaster) merupakan fungsi dari
ancaman, kerentanan, dan kemampuan suatu
daerah.

H x V/C

R =
R =Risiko
H =Ancaman (hazard)
V =Vulnerebility (kerentanan)
C =Capacity (kemampuan)
UNSUR RISIKO BENCANA
Bahaya
(H)
Kerentanan
(V)
Risiko = Bahaya * Kerentanan
Kerentanan
Bahaya
Risiko
Bencana
PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Kerentanan
CAKUPAN
IMUNISASI
STATUS
GIZI MASY
PHBS
NAKES TERAMPIL
KESIAPAN MENTAL
MASY
KEMAMPUAN MENOLONG
DIRI SENDIRI & KEL
AKSES KE
YANKES
JEJARING FASKES
Penentuan Kejadian
1. Tentukan hanya satu ancaman yang akan dijadikan
dasar perencanaan kontinjensi
2. Cara penentuan :
- melalui penilaian bahaya (bottom up)
- ditetapkan secara top down
3. Apabila suatu daerah mempunyai banyak ancaman,
maka perencanaan kontinjensinya harus dibuat
masing-masing
4. Setelah penentuan kejadian ini dilanjutkan dengan
Pengembangan Skenario.

Catatan : Jika penyusunan renkon dilakukan pada saat
potensi sudah sangat nyata, maka tahapan penilaian
risiko tidak usah dilakukan, akan ttp langsung pada
pengembangan skenario.
LANGKAH-LANGKAH
PENILAIAN RISIKO
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Langkah-Langkah
+Pengumpulan bahan
+Menetapkan jenis bahaya
+Menetapkan variabel
penilaian
+Penetapan cara penilaian
+Buat matriks penilaian
+Penilaian
+Menetapkan hasil luarannya
PENGUMPULAN BAHAN
Bahan yg dikumpulkan :
Data inventarisasi ancaman/bahaya menurut wilayah (banjir, tanah
longsor, gempa bumi, konflik dll)
Kerentanan
Data Demografi (Jml Pddk, Kelompok Rentan, Dll)
Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan (RS, Pusk, Pustu,
Ambulans, Dll)
Ketersediaan Tenaga Kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan Dll)
Data Cakupan Yankes (Imunisasi, Kia, Gizi Dll)
Manajemen (peraturan pendukung, sistem peringatan dini, sistem
pembiayaan, rencana penanganan dll)
Dpt berupa data primer maupun sekunder yg diperoleh secara lintas
program/sektor
Data dpt disajikan dlm bentuk peta yg menggambarkan: topografi
wilayah, jenis ancaman/bahaya, demografi, sumber daya dll
PENETAPAN JENIS BAHAYA
(yg mungkin terjadi)
Kelompok jenis Ancaman/Bahaya
1) Tsunami
2) Gempa bumi
3) Letusan gunung berapi
4) Angin puyuh
5) Banjir
6) Tanah longsor
7) Kebakaran hutan
8) Kekeringan
9) KLB penyakit menular
10) Kecelakaan transportasi/industri
11) Konflik dg kekerasan
PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN
Karakteristik bahaya
Kerentanan
Manajemen
MATRIKS PENILAIAN RISIKO
No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst
I BAHAYA
- Frekuensi
- Intensitas
- Dampak
- Keluasan
- Durasi
Sub Total
II KERENTANAN
- Fisik
- Sosial
- Ekonomi
Sub Total
III MANAJEMEN
- Kebijakan
- Kesiapsiagaan
- PSM
Sub Total
NILAI AKHIR
Frekuensi
Gambaran kemungkinan suatu bahaya/ancaman utk terjadi
Mis: sering, jarang, kemungkinan kecil terjadi/tdk pasti
Intensitas
Diukur dari kekuatan dan kecepatan secara kuantitatif/
kualitatif
Mis : - Banjir dpt diukur dari ketinggiannya (cm)
- Angin puting beliung diukur dari kecepatan anginnya (km/jam)
- Gempa bumi diukur dari kekuatan getarannya (SR)
- Konflik dpt diukur dng melihat jenis senjata yg dipergunakan
(benda-benda tumpul, senjata tajam, senjata api, bom dll)

Dampak
Pengukuran seberapa besar akibat thd kehidupan rutin
Mis: parah, sedang, ringan
Karakteristik bahaya
Keluasan
Luasnya daerah yg terkena
Secara sederhana dpt diukur dng memanfaatkan tingkat wilayah administratif
(kampung, desa, kecamatan, kabupaten/kota)
Durasi/Rentang waktu (time frame)
Rentang waktu mulai adanya tanda-tanda awal hingga terjadinya dan
lamanya proses bencana berlangsung
Jenis ancaman yg tdk memiliki tanda-tanda awal lebih
berbahaya dibanding yg memiliki
Mis : - Gempa bumi tdk memiliki tanda-tanda awal dan berlangsung singkat
- Gunung meletus memiliki tanda-tanda awal dan waktu terjadinya msh
dpt diperkirakan sejak tanda-tanda awal diketahui dan
lamanya proses bisa 1 hari atau lebih
- Banjir memiliki tanda-tanda awal dan waktu terjadinya msh dpt
diperkirakan sejak tanda-tanda awal diketahui dan lamanya proses
dpt hitungan jam, hari bahkan minggu
Karakteristik bahaya
Penilaian berdasarkan :
Masing-masing jenis bahaya/ancaman
Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel
Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan
Utk penilaian variabel karakteristik bahaya :
+ 1 = Ancaman/Bahaya dgn risiko rendah
+ 2= Ancaman/Bahaya dgn risiko sedang
+ 3 = Ancaman/Bahaya dgn risiko tinggi
PENETAPAN CARA PENILAIAN
PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN
Karakteristik bahaya
Kerentanan
Manajemen
Kerentanan
Fisik
Kekuatan konstruksi bangunan fisik thd bencana
- Bagaimana konstruksi perumahan pddk dlm menghadapi ancaman
bencana ?
- Bagaimana konstruksi fasilitas umum yg ada dlm menghadapi
ancaman bencana ?
- Bagaimana konstruksi gedung pemerintahan dlm menghadapi
ancaman bencana ? dll
Sistem transportasi dan telekomunikasi (akses jalan,
sarana angkutan, jaringan komunikasi dll)
- Bagaimana akses jalan/jembatan bila bencana terjadi ?
- Bagaimana sarana transportasi bila bencana terjadi ?
- Bagaimana jaringan komunikasi bila bencana terjadi ? dll
Kerentanan
Sosial
Kependudukan
- Bagaimana proporsi kelompok rentan ?
Kesehatan
- Bagaimana status imunisasi bayi ?
Status sosek
- Bagaimana proporsi pddk miskin ?
Kerentanan
Perekonomian
Dampak primer
- Berdampak pd hilangnya mata pencaharian penduduk ?
Dampak sekunder
- Berpengaruh pd inflasi ?
Penilaian berdasarkan :
Masing-masing jenis bahaya/ancaman
Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel
Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan
Utk penilaian variabel kerentanan :
+ 1 = kerentanan rendah
+ 2= kerentanan sedang
+ 3 = kerentanan tinggi
PENETAPAN CARA PENILAIAN
MATRIKS PENILAIAN RISIKO
No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst
I BAHAYA
- Frekuensi
- Intensitas
- Dampak
- Keluasan
- Durasi
Sub Total
II KERENTANAN
- Fisik
- Sosial
- Ekonomi
Sub Total
III MANAJEMEN
- Kebijakan
- Kesiapsiagaan
- PSM
Sub Total
NILAI AKHIR
PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN
Karakteristik bahaya
Kerentanan
Manajemen
Kebijakan
O Ada/tidaknya kebijakan, peraturan perundangan, Perda,
Protap, tentang penanggulangan bencana ?
Kesiapsiagaan
O Ada/tidaknya sistem peringatan dini ?
O Ada/tidaknya rencana penanganan (termasuk pembiayaan) ?
Peran serta masyarakat
O Ada tdknya kesadaran & kepedulian masyarakat akan bencana ?
Manajemen
Penilaian berdasarkan :
Masing-masing jenis bahaya/ancaman
Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel
Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan
Utk variabel manajemen dinilai dgn skala terbalik :
1 = kemampuan tinggi
2 = kemampuan sedang
3 = kemampuan rendah
PENETAPAN CARA PENILAIAN
MATRIKS PENILAIAN RISIKO
No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst
I BAHAYA
- Frekuensi
- Intensitas
- Dampak
- Keluasan
- Durasi
Sub Total
II KERENTANAN
- Fisik
- Sosial
- Ekonomi
Sub Total
III MANAJEMEN
- Kebijakan
- Kesiapsiagaan
- PSM
Sub Total
NILAI AKHIR
Cara penilaian :
Nilai variabel karakteristik bahaya merupakan hasil
penjumlahan nilai frek, intensitas, dampak, keluasan dan durasi
Nilai variabel kerentanan merupakan hasil penjumlahan nilai
fisik, sosial dan ekonomi
Nilai variabel manajemen merupakan hasil penjumlahan nilai
kebijakan, kesiapsiagaan dan peran serta masyarakat
Setelah didpt nilai masing-masing variabel, kmd nilai tsb
dijumlahkan
(nilai karakteristik bahaya + kerentanan + manajemen)
PENILAIAN AKHIR
Ancaman/bencana (event) dengan
nilai tertinggi merupakan yg harus
diprioritaskan
KELUARAN
87
WORKSHOP PERENCANAAN KONTINJENSI MENGHADAPI BENCANA
Tujuan

O Merumuskan kebijakan dan strategi
untuk penanganan darurat secara
bersama-sama

O Menyepakati bersama kebijakan dan
strategi yang telah disusun.

Pokok Bahasan

O Merumuskan Kebijakan

O Merumuskan Strategi




O Kebijakan merupakan dasar untuk pelaksanaan tanggap
darurat.
O Kebijakan mengacu pada norma-norma
(internasional, nasional, kearifan lokal dll).
O Kebijakan dirumuskan dengan mengakomodasi peran-
aktif/aspirasi masyarakat.
O Strategi lebih mengacu pada kebutuhan sektor-sektor.
O Disepakati semua pihak.


1. Prinsip-prinsip kebijakan
2. Mendiskusikan aspek-aspek
kebijakan.
Kelompok perencana kontinjensi
harus menentukan:
O Norma-norma universal
- Hukum HAM internasional
Contoh: Dilarang mempekerjakan anak dibawah umur
- Hukum Humaniter
Contoh: tidak deskriminatif (suku, agama, ras, dll)
- Penanganan Pengungsi
Contoh: pemenuhan kebutuhan dasar sesuai standar minimum

O Konstitusi, Legislasi/UU, Peraturan dll.
O Budaya, norma adat, agama, dsb.

PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN
O Mengacu pada kebijakan yang lebih tinggi
O Menentukan tujuan umum tanggap-darurat.
O Menentukan peran pemerintah, LSM, badan-badan
internasional, masyarakat dan dunia usaha.
O Meletakkan standar yang akan dipakai bersama.
O Mengerahkan sumberdaya untuk dimobilisasi.

O Memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit
bagi korban bencana secara cuma-cuma.
O Mengerahkan segala sumberdaya yang
tersedia untuk tanggap darurat.
O Menerapkan prinsip gotong royong pemerintah, LSM,
lembaga adat, dunia usaha dan badan internasional.
O Menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari.
O Memperhatikan kelompok rentan




O Menunjuk RS rujukan dan mendirikan rumah sakit
darurat/lapangan
O Mendistribusikan persediaan obat-obatan ke RS rujukan
dan RS darurat/lapangan
O Membangun penampungan darurat secara
kolektif/terkonsentrasi.
O Mendirikan Posko, Pos Dukungan Lapangan, Pos
Pelayanan dan Pusat Informasi (media centre) PB.
O Membentuk kelompok-kelompok masyarakat untuk
tanggap darurat
O Menempatkan aparat keamanan untuk melindungi korban
bencana di semua lokasi bencana/pengungsian.

Contoh
Pernyataan Strategi
STANDAR
PELAYANAN KESEHATAN DALAM
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
AKIBAT BENCANA
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
RUANG LINGKUP
1. Pelayanan kedaruratan medik (pengobatan dan
perawatan)
2. Pengendalian penyakit potensial wabah
3. Pelayanan gizi darurat
4. Pengawasan kualitas dan kuantitas air bersih
5. Higiene dan sanitasi
6. Kesehatan reproduksi
7. Penanganan stres pasca trauma

PENGERTIAN
+Ada batas minimal kebutuhan utk hidup bagi
korban/ pengungsi yg bila tdk terpenuhi
menimbulkan masalah kesehatan
+Dlm penanggulangan (perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi) diperlukan standar sebagai acuan
PELAYANAN KEDARURATAN MEDIK
Memakai standar pengobatan yg
berlaku sesuai diagnosis
Menggunakan sistem pelayanan
rujukan yg berlaku
1 Poskes lapangan (rawat jalan)
utk melayani 5.000 org, minimal
ditangani 1 org perawat
PELAYANAN KEDARURATAN MEDIK
1 Faskeslap setingkat Puskesmas utk melayani
20.000 orang, setiap 2.000 pengungsi ada 1
tempat tidur utk rawat inap
1 Faskeslap dilayani minimal 2 dokter, 6-8
perawat dan 1 bidan
1 RS (lapangan) utk melayani 200.000 orang
PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH
Kasus penyakit utama
-Campak, Diare, ISPA dan Malaria

Kasus penyakit lain
- Cacar, Meningitis, TBC, Typhoid, Hepatitis, Tetanus,
PMS/HIV, Cacingan, Scabies dll
- Vaksinasi (campak)
+ Muncul 1 kasus dari hsl pemantauan atau cakupan seblmnya
<90%
+ Vaksinasi pd anak 6 bl 15 thn
+ Pemberian kapsul vit. A
- Target cakupan 100%
- Dilaksanakan oleh Pusk
- Yg digunakan vaksin dan jarum suntik sekali pakai sesuai ketentuan
WHO
- Persediaan vaksin 140% dari target populasi (15% yg
kemungkinan terbuang, 25% cadangan)

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH
- Persediaan jarum suntik 125% dari target
sasaran (25% cadangan)
- Pemantauan jalur distribusi vaksin
- Kotak pengaman utk jarum suntik yg tlh
digunakan
- Bayi yg tlh di vaksin sebelum usia 9 bl perlu di
ulang bila usianya lebih dari 9 bln
- Penyuluhan

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH
PELAYANAN GIZI DARURAT
-Tahap awal
Fase 1 (pengungsi baru dtng, blm di identifikasi,
pemberian mkn sama, maks 5 hr)
Fase 2 (sdh ada gambaran pengungsi, perencanaan
pemberian mkn sdh terinci, 2.100 kkal, 40 gr
lemak, 50 gr prot/hr)

-Tahap Pemulihan
Surveilans (screening, memantau perkembangan
status gizi)
Intervensi PMT (darurat terbatas, terapi)
Penyuluhan


PELAYANAN GIZI DARURAT
- Prev. gizi kurang >15% atau 10-14,9% dgn faktor pemburuk
Paket umum dan PMT darurat utk seluruh kel. Rentan (balita, bumil,
buteki dan lansia)
PMT Darurat yg diberikan (700 1.000 kkal)
PMT terapi bagi penderita gizi buruk
- Prev. gizi kurang 10-14,9% atau 5-9,9% dgn faktor
pemburuk
PMT darurat terbatas pd balita, bumil, buteki dan lansia yg kurang
gizi
PMT terapi bagi penderita gizi buruk
- Prev. gizi kurang <10% tanpa faktor pemburuk atau <5%
dgn faktor pemburuk
Normal (pelayanan melalui yankes setempat)
PMT terapi bagi penderita gizi buruk
FAKTOR PEMBURUK (AGGRAVATING FACTORS)
Ada satu atau lebih tanda berikut ini :
Rata2 asupan makanan pengungsi <2100 kkal/hr
Angka kematian kasar >1/10.000 pddk/hr
Angka kematian balita >2/10.000 balita/hr
Cakupan imunisasi campak pd balita <80% atau
ditemukan kasus campak
Pneumonia balita 1%/bln
Ditemukan kasus malaria pd bayi
PELAYANAN GIZI DARURAT
KEBUTUHAN GIZI RATA-RATA
Energi 2.100 kkal
Protein 10-12% total energi (52-63 gr)
Lemak 17% total energi (40 gr)
Vit. A 1.666 IU (0,5 mg RE)
Thiamin (B1) 0,9 mg
Riboflavin (B2) 1,4 mg
Niacin 12 mg
Vit. C 28 mg
Vit. D 3,2 3,8 ug calciferol
Fe 22 mg
Iodium 150 ug


PELAYANAN GIZI DARURAT
REKOMENDASI WHO UTK PEMBERIAN KAPSUL VIT. A
Vaksinasi massal
6 12 bln 100.000 IU (di ulang setelah 4-6 bln)
>12 bln 200.000 IU (di ulang setelah 4-6 bln)
Penanganan kasus campak atau defisiensi Vit .
A
<6 bln, 50.000 IU pd hari pertama dan dosis yg
sama pd hari kedua
6-12 bln, 100.000 IU pd hari pertama dan dosis
yg sama pd hari kedua
>12 bln, 200.000 IU pd hari pertama dan dosis
yg sama pd hari kedua

PELAYANAN GIZI DARURAT
PENANGANAN DAN KEAMANAN BAHAN PANGAN
_Tdk di dpt penyebaran penyakit akibat lokasi pengelolaan pangan
_Petugas pengelola memiliki pengetahun cukup
_Pengendalian mutu
_Batas kadaluwarsa min. 6 bln sesudah diterima
_Ada prasarana penyimpanan yg memadai
_Bhn makanan sesuai dng yg biasa dikonsumsi dan tdk bertentangan
dng tradisi/agama
_Makanan utk balita memenuhi syarat dlm hal rasa dan sesuai dng
kemampuan cerna
_Mudah diakses
_Adanya upaya pendampingan bagi yg tdk mampu mengolah/makan
sendiri
PELAYANAN GIZI DARURAT
Tiap KK memiliki piranti pokok : 1 panci bertutup, 1 baskom, 1 pisau
dapur, 2 sendok kayu
Tiap org memiliki : 1 piring mkn, 1 sendok, 1 cangkir
Tiap KK memiliki 2 alat pengambil air kapasitas 1-20 lt dan penyimpanan
air tertutup ukuran 20 lt

KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
PELAYANAN GIZI DARURAT
PENGAWASAN KUALITAS & KUANTITAS AIR BERSIH
Minimum 7 liter/orang/hari (fase awal)
Tingkatkan menjadi 15-20 liter/orang/hari secepat mungkin
Tempat pendistribusian air tidak lebih dari 100 meter dari pemukiman
Minimal satu tempat (kran) utk 80-100 pengungsi dan tidak lebih dari 200
pengungsi tiap pompa tangan atau sumur
Kurang dari 10 bakteri Coli/100 ml air
Tiap jamban maks 20 org
Jarak jamban <50 m dari pemukiman
Letak penampungan kotoran >30 m dari sumber air
PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA
HIGIENE DAN SANITASI
Sampah rmh tangga dibuang dari pemukiman/dikubur
Tdk terdpt limbah medis
Bak sampah keluarga tdk lebih 15 m dari pemukiman/barak
atau lubang sampah umum tdk lebih 100 m dari
pemukiman/barak
Tempat sampah kapasitas 100 lt/10 KK

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
HIGIENE DAN SANITASI
Tdk ada air yg menggenang disekitar sumber air, tempat tinggal
dan jalan

Ada saluran pembuangan air

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
HIGIENE DAN SANITASI
PEMUKIMAN
Luas lokasi penampungan 45 m2
per orang (ideal), 30 m2 per
orang (minimum)
Utk mencegah kebakaran setiap
bangunan 300 m2 dibuat jarak
30 m
Tempat tinggal : luas lantai 3,5-
4,5m2 per orang, terlindung dari
terik matahari dan hujan, aliran
udara dan suhu optimal
HIGIENE DAN SANITASI
PERLENGKAPAN DIRI
Para pengungsi (pddk setempat) memiliki akses utk memperoleh
selimut yg cukup
Pria >=14 th min. 1 stel lengkap
Wanita >=14 th min. 2 stel lengkap dan pembalut wanita yg cukup
Anak 2-14 th min. 1 stel lengkap
Anak sampai 2 th min. 2 set pakaian, 1 handuk, 1 syal bayi, 6 popok,
sabun bayi, minyak bayi
Semua mendpt alas kaki
Sabun mandi 250 gr/org/bln
HIGIENE DAN SANITASI
KESEHATAN REPRODUKSI
-Pelayanan KB
-Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir
-Pencegahan dan Penanganan PMS (termasuk
HIV/AIDS)
-Kesehatan Reproduksi Remaja
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL
- Kit Kesehatan Reproduksi (Puskesmas) 10.000 penduduk/
3 bl
- Distribusi kondom (20% dari pria dewasa, 12 bh/bln)
- Kit persalinan bersih (clean delivery kit) terdiri : 1 m
2
plastik,
sabun mandi, pisau cukur, seutas tali/benang, lembar petunjuk
- Pelayanan kontrasepsi (pil dan suntik)
- Pengobatan PMS
- Yankes korban kekerasan seksual (metode pil kontrasepsi
darurat/ECP)

KESEHATAN REPRODUKSI
METODE PIL KONTRASEPSI DARURAT /ECP (NEHK 98)
- ECP tdk boleh diberikan kalau sdh dipastikan hamil
- Bila tersedia pil dosis tinggi yg mengandung 0,5 mg
ethinylestradiol dan 0,25 mg levonorgestrel :
+2 pil hrs diminum sekaligus sbg dosis awal sesegera
mungkin tetapi tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian,
diikuti dng 2 pil lagi 12 jam kemudian
- Bila tersedia pil dosis rendah yg mengandung 0,3 mg
ethinylestradiol dan 0,15 mg levonorgestrel :
+4 pil hrs diminum sekaligus sbg dosis awal sesegera
mungkin tetapi tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian,
diikuti dng 2 pil lagi 12 jam kemudian
- Bila tersedia pil yg mengandung 0,75 mg levonorgestrel :
+1 pil hrs diminum sbg dosis awal sesegera mungkin tetapi
tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian, diikuti dng 1
pil lagi 12 jam kemudian
KESEHATAN REPRODUKSI
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL
- Kit Kesehatan Reproduksi (Pusk/RS) 30.000
penduduk/ 3 bl
- Kit Persalinan profesional
- Pelayanan insersi IUD
- Manajemen pelayanan komplikasi akibat aborsi
- Alat dan benang utk menjahit cervix dan vagina yg robek
- Vacuum extractor

- Kit Kesehatan Reproduksi (RS rujukan) 150.000
penduduk/ 3 bl
- Tersedianya obat dan bhn hbs pakai serta alkes penanganan
bedah caesar
- Pelayanan transfusi (termasuk test HIV)
KESEHATAN REPRODUKSI
PENANGANAN STRES PASKA TRAUMA
- Kegiatan :
- Penyuluhan kelompok besar (>20 org)
- Bimbingan kelompok kecil (5-20 org)
- Konseling perorangan
- Petugas : psikiater, psikolog, dokter, perawat, kader
terlatih
- Sarana rujukan : puskesmas, klinik psikologi, RSU, RSJ
Kapan suatu
kejadian/bencana
dikatakan situasi
darurat ???
SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS
Situasi dimana keamanan ikut menjadi faktor dalam situasi darurat ????????
OAngka Kematian Kasar >1/10.000
penduduk/hr
OAngka Kematian Balita >2/10.000 balita/hr
SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS
PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN

Angka kematian /10,000/hari =

Jumlah Kematian x 10,000
Jumlah Hari x Jumlah Penduduk

Jika dalam waktu 1 minggu ada kematian 12 orang dari 6.000
penduduk, berapa Angka Kematian ?
SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS
PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN

12 (kematian) x 10.000
7 (hari) x 6.000 (jmlh penduduk)








atau
2,8/10.000/hari
Darurat
SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS
ANALISIS KEGIATAN DAN
KEBUTUHAN SUMBER DAYA
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TUJUANNYA
Untuk mengetahui besarnya kesenjangan
antara ketersediaan dan kebutuhan
Menentukan cara mengatasi kesenjangan
Perkiraan kebutuhan anggaran
Menetapkan pelaksana kegiatan
Menetapkan alternatif yang paling mungkin
dilakukan
LANGKAH-LANGKAH
Berdasarkan :
Skenario yang telah dikembangkan
Inventarisasi sumber daya
Identifikasi kebutuhan
Standar minimal


IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN
INVENTARISASI SUMBER DAYA
(Hal-hal yang Perlu Diperhatikan..)
Berdasarkan skenario yg dikembangkan
Sesuai dgn kebijakan umum yg telah disepakati
Inventarisasi mencakup tenaga, sarana dan pembiayaan
Didasari dgn keterbukaan
Lakukan analisis kesenjangan antara kebutuhan dan
sumber daya yg ada
Adanya upaya utk mencari bagaimana cara mengatasi
kesenjangannya
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN
INVENTARISASI SUMBER DAYA
Kegiatan apa saja
yang diperlukan ?
Siapa saja
yang terlibat ?
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN
INVENTARISASI SUMBER DAYA
Sumber daya apa saja
yang dibutuhkan ?
(bhn, alat, biaya)
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN
INVENTARISASI SUMBER DAYA
CONTOH
Skenario :
Pada bencana gunung meletus di kabupaten X,
terdapat pengungsi sebanyak 10.000 jiwa yang
berada di gedung sekolah dasar 1.000 jiwa dan
yang ditenda-tenda dilapangan sepak bola
sebanyak 9.000 jiwa.
Analisis kesenjangan kebutuhan jamban :
- Inventarisasi :
Di gedung SD ada 15 jamban ( 10 baik dan 5 rusak)
Di Lapangan sepak bola tidak ada jamban
- Identifikasi kebutuhan :
berdasarkan standar minimal 20 orang / jamban
Jadi kebutuhan jamban :
10.000 = 500 jamban
20
- Kesenjangan yang ada : 500 10 = 490 jamban

CARA, PELAKSANA DAN ANGGARAN
ALTERNALTIF :
Membangun jamban cemplung oleh Dinas PU dengan biaya
Rp.150.000,-/jamban X 490 = Rp. 73.500.000,-

Meminjam jamban portable/ mobile ke Kabupaten tetangga
oleh Dinas Kebersihan Kota sebanyak 49 kontainer (@ 10
jamban) dengan biaya 49 X Rp. 1.000.000,-/bln = Rp.
49.000.000,-/bln

Membangun jamban permanen 490 buah
(model leher angsa) dan MCK oleh Dinas PU
dengan toatal biaya Rp. 145.000.000,-
Meminjam jamban portable/ mobile dan
membuat jamban cemplung oleh Dinas
Kebersihan/PU.
Menggerakkan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan jamban secara mandiri dengan
bahan lokal atas bintek dari Dinas
kes/PU/kebersihan.

PENYUSUNAN NASKAH
RENCANA KONTINJENSI
(RINCIAN)
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PRINSIP DALAM PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
Proses penyusunan dilakukan bersama
Adanya skenario dan tujuan yg disepakati
bersama
Dilakukan secara terbuka
Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku
Menyepakati konsensus yg tlh dibuat bersama
Dibuat utk menghadapi keadaan darurat
Merupakan dokumen yg hidup dan terus
menerus diperbarui/diperbaiki secara berkala
sesuai situasi dan perkembangan yg ada
PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN
PENGORGANISASIAN
Berupa kegiatan tanggap darurat
Pengorganisasian menyangkut siapa yg
melaksanakan, kapan pelaksanaannya dan
bagaimana mekanismenya
Penetapan waktu pelaksanaan hrs berdasarkan
prioritas kegiatan dan dng batasan waktu
pelaksanaan yg jelas
Rincian sumber daya yg akan dimanfaatkan
sebaiknya disusun secara jls per kegiatan
Utk memudahkan sebaiknya dibuat matrik/Gantt
Chart
X
X
X
X
X
X
ORG. 1
ORG. 2
ORG. 3
ORG. 4
ORG. 5
ORG. 6
Waktu
GANTT CHART
X

FORMAT RENCANA KONTINJENSI
Bab I Pendahuluan
(gambaran umum wilayah, ancaman dan kerentanan yg ada yg
berisiko menimbulkan bencana dan hasil pengembangan skenario)
Bab II Tujuan
Bab III Kebijakan Umum
(kebijakan yg disusun bersama berdasarkan skenario yg disepakati
bersama)
Bab IV Uraian Kegiatan
(rencana kegiatan, siapa pelaksananya, dll)
Bab V Pembiayaan
(rincian rencana pembiayaan per kegiatan, sumber biaya sesuai
kesepakatan bersama)
Bab VI Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut
(penjelasan-penjelasan mengenai tindak lanjut)
Bab VII Penutup
Lampiran
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana penyebarluasan informasi ?
Sosialisasi unit terkait, kelompok masyarakat dll
Advokasi ke pengambil keputusan
Penyampaian info ke Prov dan Pusat
Rencana simulasi ?
Gladi posko, gladi lapangan
Rencana evaluasi ?
Kapan renkon akan diperbaiki


PENUGASAN 5
1. Susun naskah rencana
kontinjensi
2. Paparkan naskah rencana
kontinjensi
Sampai jumpa
145
Pokok Bahasan
1. Pengertian Skenario
2. Peran skenario dalam kontinjensi
3. Jenis skenario (ringan, sedang, berat)
4. Penyusunan Skenario
5. Asumsi Dampak
6. Skenario Dampak

147
Setelah mengikuti materi ini, peserta
diharapkan dapat:

1. Mengetahui tentang peran skenario dan
pengembangannya dalam penyusunan
perencanaan kontinjensi
2.Mengembangkan berbagai skenario kejadian
bencana berdasarkan risiko bencana yang
telah ditentukan


Apa itu skenario ?
Skenario adalah susunan cerita tentang RISIKO
yang diperkirakan/mungkin akan terjadi.
Peran Skenario dalam Kontinjensi

Membuat gambaran kejadian yang diperkirakan
akan terjadi secara jelas dan rinci (lokasi,
waktu, durasi, skala, dan dampaknya).

Skenario harus realistis

Jenis Skenario yang mana?
Buat alternatif 3 skenario
(ringan, sedang, berat).
Pilih skenario yang berdasar
data ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Skenario harus disusun dan
disepakati bersama
Gambarkan secara kronologis kejadian bencana.
O Tentukan tingkat risikonya dilihat dari segi dampak dan
waktu kejadian
contoh :
1. Ringan : gempabumi VII MMI pada jam 16.00
2. Sedang : gempabumi VII MMI pada jam 10.00
3. Berat : gempabumi VII MMI pada jam 01.00

O Membuat asumsi dampak terhadap beberapa aspek :
1. Kependudukan (kematian, hilang, luka-luka, pengungsian, pindah)
2. Fasilitas/Asset (fasum, fasos seperti mesjid, gereja, sarana vital seperti
PLN, PDAM, TELKOM,)
3. Ekonomi (pasar, pabrik, ruko, perbankan, transportasi, BBM, sembako,
ternak, dll)
4. Pemerintahan (kantor, aparat, peralatan, dokumen/arsip, layanan publik)
5. Lingkungan (sawah, ladang, tambak, hutan, mangrove, sumber air, dll)
PENYUSUNAN SKENARIO
ASUMSI DAMPAK
ASUMSI merupakan dasar dari masing-masing skenario dan harus
dinyatakan secara jelas, sehingga pihak-pihak lain memahami.
Membuat Asumsi
Contoh: (Aspek Kependudukan)
Berdasarkan jenis skenario (ringan, sedang, berat), diasumsikan
populasi yang terkena bencana berjumlah antara 100,000 jiwa
sampai 500,000 jiwa.
Diasumsikan bahwa 10% sampai 30% pengungsi akan tiba dalam
keadaan tanpa makanan tanpa naungan, (dasar: )
Diasumsikan bahwa pengungsi tidak mempunyai akses ke pasar
lokal selama minggu pertama...
Diasumsikan bahwa aparat dan pejabat Pemda juga menjadi
korban bencana, sehingga .
PEMILIHAN SKENARIO DAMPAK
Ditentukan satu tingkat dampak
(Ringan/Sedang/Berat)
PENUGASAN 2
Peserta dibagi menjadi lima kelompok (sesuai dengan skenario
dampak):
1. Kependudukan
2. Fasilitas/Asset
3. Ekonomi
4. Pemerintahan
5. Lingkungan

Kelompok harus menggambarkan skenario bencana ditinjau dari
gambaran kejadiannya, dampak terhadap unsur-unsur terancam (5
aspek), dan jangka waktu (durasi) tanggap daruratnya.
Gunakan data dan peta untuk menggambarkan skenario.
Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusi

You might also like