Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. BENCANA 2
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pasal 35
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi:
a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana; c. pencegahan; d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana; f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata uang; g. pendidikan dan pelatihan; dan h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. UU No. 24 Tahun 2007 5 dalam situasi tidak terjadi bencana a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana; c. pencegahan; d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana; f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. pendidikan dan pelatihan; dan h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana a. kesiapsiagaan; b. peringatan dini; dan c. mitigasi bencana.
6 Ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya
Penyusunannya dikoordinasikan oleh Badan
Dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.
Ditinjau secara berkala oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. 7 Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana Pemahaman kerentanan masyarakat Analisis kemungkinan dampak bencana Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak; Alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yg tersedia. 8 Rencana PB (Disaster Management Plan) Rencana Mitigasi (Mitigation Plan) Rencana Kontinjensi (Contingency Plan) Rencana Operasi (Operation Plan) Rencana Pemulihan (Recovery Plan)
Dititikberatkan pada rencana yang disusun pada saat situasi normal. Oleh karena itu pada tahap ini masih cukup banyak waktu untuk merencanakan semua kegiatan yang meliputi dari 4 (empat) tahap dalam penanggulangan bencana.
Pada tahap ini juga direncanakan semua kegiatan untuk semua jenis ancaman (hazard) yang dihadapi oleh suatu wilayah dan kerentanan (vulnerability).
Oleh karena lingkup kegiatan luas dan jenis ancaman cukup banyak, maka para pelaku (stakeholder) yang terlibat juga akan lebih banyak.
- pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; - pemahaman tentang kerentanan masyarakat; - analisis kemungkinan dampak bencana; - pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; - penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan - alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. Rencana Mitigasi Rencana kegiatan yang diintegrasikan dengan kegiatan rutin yang berorientasi pada PB Rencana kegiatan rutin yang berorientasi pada upaya pengurangan risiko bencana Contoh : - Rencana kegiatan akses yankes - Rencana kegiatan imunisasi - Rencana kegiatan penanggulangan Gizi - Pelatihan nakes - dll
Rencana Mitigasi dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Kerentanan CAKUPAN IMUNISASI STATUS GIZI MASY PHBS NAKES TERAMPIL KESIAPAN MENTAL MASY KEMAMPUAN MENOLONG DIRI SENDIRI & KEL AKSES KE YANKES JEJARING FASKES 14 Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.
Diarahkan pada satu jenis bencana Disusun berdasarkan skenario dan tujuan tertentu Ditetapkan tindakan teknis dan manajerial Disusun sistem tanggapan dan pengerahan sumberdaya Merupakan penerapan dari rencana kontinjensi yang diberlakukan pada saat terjadi kedaruratan. Rencana Operasi Kedaruratan tidak selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, sehingga rencana kontijensi perlu disesuaikan secara berkala.
Pemulihan merupakan awal upaya pembangunan kembali dan menjadi bagian dari pembangunan pada umumnya. Oleh karena itu perencanaannya merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Penyusunan rencana ini harus terintegrasi dalam perencanaan pembangunan sektor. Penyusunan rencana berdasarkan skala prioritas
Peserta dibagi dalam 4 (empat) kelompok Diskusi perbedaan antara ke empat Rencana PB tersebut dari aspek: - Kapan penyusunan rencana - Lingkup rencana (global/spesifik) - Jangka waktu berlakunya Sajikan dalam bentuk matriks !
Aspek Ren PB Ren Mit. Ren Kon Ren Ops Ren Pem Kapan Lingkup Jangka Aspek Ren PB Ren Mit. Ren Kon Ren Ops Ren Pem Kapan sebelum sebelum Ada Potensi Pada Saat setelah Lingkup Menyeluruh Umum perkiraan Spesifik, berdasar skenario Sangat Spesifik (persis) spesifik Jangka Panjang (5 tahun) Panjang/ Menengah/ Tahunan Tertentu singkat Panjang/ Menengah WORKSHOP PERENCANAAN KONTINJENSI MENGHADAPI BENCANA Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian kontinjensi, keadan darurat, rencana kontinjensi, dan arti pentingnya rencana kontinjensi. 2. Menjelaskan kedudukan rencana kontinjensi dalam penanganan darurat. 3. Menjelaskan proses penyusunan rencana kontinjensi. 4. Mengetahui saat yang tepat menyusun rencana kontin jensi. 5. Membandingkan rencana kontinjensi dengan rencana-rencana lainnya. 1. Definisi dan pengertian rencana kontinjensi. 2. Kajian antara rencana kontinjensi dengan penanganan darurat 3. Pembedaan rencana kontinjensi dari rencana yang lain. 4. Proses penyusunan rencana kontinjensi. 5. Produk perencanaan kontinjensi. 6. Materi UU 24/2007 dan PP 21/2008 yang terkait dengan rencana kontinjensi.
BERDASARKAN UU 24/2007 SETIAP INSTANSI MEMBUAT
RENCANA PB, RENCANA KEDARURATAN BENCANA DAN RENCANA KONTINJENSI
1. Rencana PB 2. Rencana Mitigasi O 3. Rencana Kontinjensi (single-hazard) O 4. Rencana Operasi O 5. Rencana Pemulihan
Jenis-Jenis Rencana dalam Penanggulangan Bencana
KONTINJENSI adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.
RENCANA KONTINJENSI Suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Kontinjensi dan Rencana Kontinjensi Definisi Perencanaan Kontinjensi (UNHCR) Suatu proses perencanaan kedepan, dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.
Kesiapsiagaan bencana: Suatu proses yang mengarah pada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan kejadian bencana sehingga dapat: mencegah bencana, mengurangi dampak mereka menanggapi secara efektif memulihkan diri dari dampaknya DIPERLUKAN SUATU RENCANA Ada rencana, tetapi tidak ada rapat antarlembaga
Rencana yang semakin baik melalui rapat antarlembaga
Ada rapat antarlembaga, tetapi tidak ada rencana
Tidak ada rencana, Tidak ada rapat antarlembaga PROSES PERENCANAAN
KETERKAITAN RENCANA KONTINJENSI DENGAN RENCANA OPERASI KEDARURATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PEMULIHAN PENCEGAHAN & MITIGASI TANGGAP DARURAT KESIAPSIAGAAN Bencana Kajian Kilat RENCANA PB RENCANA MITIGASI RENCANA PEMULIHAN RENCANA KONTINJENSI RENCANA OPERASI
Fasilitator membagi tiga kelompok, yaitu Rencana Kontinjensi, dan Rencana Operasi kedaruratan. Masing-masing membuat gambaran tentang definisi rencananya, dan variabel-variabel berikut :
- kapan direncanakan? - sifat rencana? - pihak-pihak yang terlibat? - ancaman yang mana? - proyeksi WAKTU (Umur Perencanaan)? - tataran/Level Pembuat Rencana? - jenis Perencanaan? DISKUSI KELOMPOK (20) TINJAUAN RENKON RENC. OPERASI Kapan di - rencanakan? SIFAT Rencana PIHAK2 yang Terlibat? Ancaman yang MANA? Proyeksi WAKTU (Umur Perencanaan) Tataran/Level Pembuat Rencana Jenis Perencanaan PERBEDAAN SIFAT RENCANA TINJAUAN RENKON RENC. OPERASI Kapan di - rencanakan? Ada potensi bencana Pada saat darurat SIFAT Rencana Cukup spesifik - Terukur Sangat spesifik kondisi sebenarnya PIHAK2 yang Terlibat? Yang akan terlibat Yang sungguh terlibat Ancaman yang MANA? Satu ancaman proyeksi Satu ancaman yg terjadi Proyeksi WAKTU (Umur Perencanaan) Waktu tertentu Jadwal operasi - Singkat Tataran/Level Pembuat Rencana Manajer Pelaksana Lapangan Jenis Perencanaan Penyiapan Pengerahan PERBEDAAN SIFAT RENCANA ? ? Rencana kontinjensi untuk ancaman bencana yang mana?
? ? ? ? ? ? ?
O Masing-masing kelompok mendiskusikan apa keuntungan dan kerugian dari setiap saat (sekarang, nanti, menjelang, seketika)
O Tentukan saat yang paling tepat dalam membuat perencanaan kontinjensi!!!
Diskusi Kelompok (15) Kapan perencanaan kontinjensi mulai dibuat? 1. SEKARANG? 2. Terdapat Potensi Bencana 3. MENJELANG Kejadian untuk mengoptimalkan informasi? 4. SEKETIKA setelah terjadi bencana supaya semua diketahui scr pasti? ?
RENKON dilakukan segera setelah ada tanda- tanda awal (kemungkinan) akan terjadi bencana atau ada peringatan dini (early warning). Beberapa jenis bencana sering terjadi tiba-tiba (waktunya), tanpa ada tanda-tanda terlebih dulu (misal : gempa bumi), namun tetap dapat dibuat RENKON-nya.
Kapan Penyusunan RENKON dilakukan? Apa Hubungan Rencana Antar Lembaga dengan Rencana Instansi dan Sektor? Bagaimana membuat Rencana Instansi dan Rencana Sektoral menjadi Rencana Terintegrasi?
RENKON harus dibuat secara bersama- sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multi- sektor yang terlibat dan berperan dalam penanganan bencana, termasuk dari pemerintah (sektor-sektor terkait) , perusahaan negara, swasta, organisasi non- pemerintah, lembaga internasional dan masyarakat.
RENKON dibuat berdasarkan: Proses penyusunan dilakukan bersama, Skenario dan tujuan yang disepakati bersama, Dilakukan secara terbuka (tidak ada yg ditutupi) Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku Menyepakati konsensus yang telah dibuat bersama, Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat
Prinsip-prinsip Penyusunan RENKON Penilaian Bahaya Pengembangan Skenario Perkiraan kebutuhan Ketersediaan sumberdaya Formalisasi Penetapan kebijakan dan Strategi Kesenjangan Aktivasi Penentuan Kejadian Kaji Ulang Simlasi/ Gladi Perencanaan Sektoral Proses Perencanaan Kontinjensi BENCANA RTL PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR DALAM PENILAIAN RISIKO BENCANA Tujuan Sesi Setelah pelatihan, peserta dapat :
1. Mengenali ancaman bahaya, kerentanan/ kemampuan dan risiko bencana.
2. Memahami proses penilaian risiko bencana. Pokok Bahasan 1. Proses kejadian Bencana (Bahaya, Kerentanan & Risiko) 2. Penilaian Bahaya 3. Pengurangan Risiko 4. Penilaian Risiko Kejadian Bencana PEMICU
BAHAYA KERENTANAN RISIKO BENCANA Bahaya (hazard) Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Bahaya yg berisiko Tinggi Didasarkan pada dua penilaian ancaman yaitu: - Probabilitas atau kemungkinan terjadinya bencana dan - Intensitas, dampak kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan
Hasil penilaian kemudian di plot kedalam matriks peringkat bahaya. Probabilitas Kejadian Skala Probabilitas terjadi dalam 1 tahun kedepan: 5 Pasti (hampir dipastikan 80 - 99% ). 4 Kemungkinan besar (60 80%) 3 Kemungkinan terjadi (40-60%) 2 Kemungkinan Kecil (20 40%) 1 Kemungkian sangat kecil (kurang 20%) Dampak Kejadian Dampak Kerugian yang ditimbulkan (khusus di wilayah terancam): 5 Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan lumpuh total) 4 Parah (60 80% wilayah hancur) 3 Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak) 2 Ringan (20 40% wilayah yang rusak) 1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak) Diskusi Kelompok Setiap Kelompok mendiskusikan Penilaian Bahaya dengan cara:
Memilih 5 jenis ancaman bahaya Memberikan penilaian Probabilitas Memberikan penilaian Dampak Menentukan Tingkat Bahaya Penilaian Bahaya Jenis Ancaman Bahaya P D Gempa Bumi Banjir Tsunami Longsor Kerusuhan Sosial dst. P = Probabilitas (skala 1-5) D =Dampak (skala 1-5) Dampak P r o b a b i l i t a s
MATRIKS SKALA TINGKAT BAHAYA 1 2 3 4 5 1 2 3 5 4 Kerentanan (vulnerability) Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya- upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Faktor-faktor Kerentanan Fisik - Prasarana dasar, konstruksi/bangunan,dll Ekonomi - Kemiskinan, penghasilan, dll Sosial - Pendidikan, kesehatan, politik, hukum, kelembagaan, dll Lingkungan - Tanah, air, tanaman, hutan, lautan, dll Kemampuan (capability) Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana. Risiko (risk) Besarnya kerugian atau kemungkinan hilangnya (jiwa, korban, kerusakan dan kerugian ekonomi) yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
Risiko dapat dinilai secara kuantitatif, dan merupakan probabilitas dari dampak atau konsekwesi suatu bahaya. Bencana (disaster) merupakan fungsi dari ancaman, kerentanan, dan kemampuan suatu daerah.
H x V/C
R = R =Risiko H =Ancaman (hazard) V =Vulnerebility (kerentanan) C =Capacity (kemampuan) UNSUR RISIKO BENCANA Bahaya (H) Kerentanan (V) Risiko = Bahaya * Kerentanan Kerentanan Bahaya Risiko Bencana PENGURANGAN RISIKO BENCANA Kerentanan CAKUPAN IMUNISASI STATUS GIZI MASY PHBS NAKES TERAMPIL KESIAPAN MENTAL MASY KEMAMPUAN MENOLONG DIRI SENDIRI & KEL AKSES KE YANKES JEJARING FASKES Penentuan Kejadian 1. Tentukan hanya satu ancaman yang akan dijadikan dasar perencanaan kontinjensi 2. Cara penentuan : - melalui penilaian bahaya (bottom up) - ditetapkan secara top down 3. Apabila suatu daerah mempunyai banyak ancaman, maka perencanaan kontinjensinya harus dibuat masing-masing 4. Setelah penentuan kejadian ini dilanjutkan dengan Pengembangan Skenario.
Catatan : Jika penyusunan renkon dilakukan pada saat potensi sudah sangat nyata, maka tahapan penilaian risiko tidak usah dilakukan, akan ttp langsung pada pengembangan skenario. LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI Langkah-Langkah +Pengumpulan bahan +Menetapkan jenis bahaya +Menetapkan variabel penilaian +Penetapan cara penilaian +Buat matriks penilaian +Penilaian +Menetapkan hasil luarannya PENGUMPULAN BAHAN Bahan yg dikumpulkan : Data inventarisasi ancaman/bahaya menurut wilayah (banjir, tanah longsor, gempa bumi, konflik dll) Kerentanan Data Demografi (Jml Pddk, Kelompok Rentan, Dll) Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan (RS, Pusk, Pustu, Ambulans, Dll) Ketersediaan Tenaga Kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan Dll) Data Cakupan Yankes (Imunisasi, Kia, Gizi Dll) Manajemen (peraturan pendukung, sistem peringatan dini, sistem pembiayaan, rencana penanganan dll) Dpt berupa data primer maupun sekunder yg diperoleh secara lintas program/sektor Data dpt disajikan dlm bentuk peta yg menggambarkan: topografi wilayah, jenis ancaman/bahaya, demografi, sumber daya dll PENETAPAN JENIS BAHAYA (yg mungkin terjadi) Kelompok jenis Ancaman/Bahaya 1) Tsunami 2) Gempa bumi 3) Letusan gunung berapi 4) Angin puyuh 5) Banjir 6) Tanah longsor 7) Kebakaran hutan 8) Kekeringan 9) KLB penyakit menular 10) Kecelakaan transportasi/industri 11) Konflik dg kekerasan PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN Karakteristik bahaya Kerentanan Manajemen MATRIKS PENILAIAN RISIKO No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst I BAHAYA - Frekuensi - Intensitas - Dampak - Keluasan - Durasi Sub Total II KERENTANAN - Fisik - Sosial - Ekonomi Sub Total III MANAJEMEN - Kebijakan - Kesiapsiagaan - PSM Sub Total NILAI AKHIR Frekuensi Gambaran kemungkinan suatu bahaya/ancaman utk terjadi Mis: sering, jarang, kemungkinan kecil terjadi/tdk pasti Intensitas Diukur dari kekuatan dan kecepatan secara kuantitatif/ kualitatif Mis : - Banjir dpt diukur dari ketinggiannya (cm) - Angin puting beliung diukur dari kecepatan anginnya (km/jam) - Gempa bumi diukur dari kekuatan getarannya (SR) - Konflik dpt diukur dng melihat jenis senjata yg dipergunakan (benda-benda tumpul, senjata tajam, senjata api, bom dll)
Dampak Pengukuran seberapa besar akibat thd kehidupan rutin Mis: parah, sedang, ringan Karakteristik bahaya Keluasan Luasnya daerah yg terkena Secara sederhana dpt diukur dng memanfaatkan tingkat wilayah administratif (kampung, desa, kecamatan, kabupaten/kota) Durasi/Rentang waktu (time frame) Rentang waktu mulai adanya tanda-tanda awal hingga terjadinya dan lamanya proses bencana berlangsung Jenis ancaman yg tdk memiliki tanda-tanda awal lebih berbahaya dibanding yg memiliki Mis : - Gempa bumi tdk memiliki tanda-tanda awal dan berlangsung singkat - Gunung meletus memiliki tanda-tanda awal dan waktu terjadinya msh dpt diperkirakan sejak tanda-tanda awal diketahui dan lamanya proses bisa 1 hari atau lebih - Banjir memiliki tanda-tanda awal dan waktu terjadinya msh dpt diperkirakan sejak tanda-tanda awal diketahui dan lamanya proses dpt hitungan jam, hari bahkan minggu Karakteristik bahaya Penilaian berdasarkan : Masing-masing jenis bahaya/ancaman Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan Utk penilaian variabel karakteristik bahaya : + 1 = Ancaman/Bahaya dgn risiko rendah + 2= Ancaman/Bahaya dgn risiko sedang + 3 = Ancaman/Bahaya dgn risiko tinggi PENETAPAN CARA PENILAIAN PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN Karakteristik bahaya Kerentanan Manajemen Kerentanan Fisik Kekuatan konstruksi bangunan fisik thd bencana - Bagaimana konstruksi perumahan pddk dlm menghadapi ancaman bencana ? - Bagaimana konstruksi fasilitas umum yg ada dlm menghadapi ancaman bencana ? - Bagaimana konstruksi gedung pemerintahan dlm menghadapi ancaman bencana ? dll Sistem transportasi dan telekomunikasi (akses jalan, sarana angkutan, jaringan komunikasi dll) - Bagaimana akses jalan/jembatan bila bencana terjadi ? - Bagaimana sarana transportasi bila bencana terjadi ? - Bagaimana jaringan komunikasi bila bencana terjadi ? dll Kerentanan Sosial Kependudukan - Bagaimana proporsi kelompok rentan ? Kesehatan - Bagaimana status imunisasi bayi ? Status sosek - Bagaimana proporsi pddk miskin ? Kerentanan Perekonomian Dampak primer - Berdampak pd hilangnya mata pencaharian penduduk ? Dampak sekunder - Berpengaruh pd inflasi ? Penilaian berdasarkan : Masing-masing jenis bahaya/ancaman Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan Utk penilaian variabel kerentanan : + 1 = kerentanan rendah + 2= kerentanan sedang + 3 = kerentanan tinggi PENETAPAN CARA PENILAIAN MATRIKS PENILAIAN RISIKO No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst I BAHAYA - Frekuensi - Intensitas - Dampak - Keluasan - Durasi Sub Total II KERENTANAN - Fisik - Sosial - Ekonomi Sub Total III MANAJEMEN - Kebijakan - Kesiapsiagaan - PSM Sub Total NILAI AKHIR PENETAPAN VARIABEL PENILAIAN Karakteristik bahaya Kerentanan Manajemen Kebijakan O Ada/tidaknya kebijakan, peraturan perundangan, Perda, Protap, tentang penanggulangan bencana ? Kesiapsiagaan O Ada/tidaknya sistem peringatan dini ? O Ada/tidaknya rencana penanganan (termasuk pembiayaan) ? Peran serta masyarakat O Ada tdknya kesadaran & kepedulian masyarakat akan bencana ? Manajemen Penilaian berdasarkan : Masing-masing jenis bahaya/ancaman Penilaian dilakukan thd unsur masing-masing variabel Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan Utk variabel manajemen dinilai dgn skala terbalik : 1 = kemampuan tinggi 2 = kemampuan sedang 3 = kemampuan rendah PENETAPAN CARA PENILAIAN MATRIKS PENILAIAN RISIKO No VARIABEL GEMPA BUMI BANJIR KERUSUHAN dst I BAHAYA - Frekuensi - Intensitas - Dampak - Keluasan - Durasi Sub Total II KERENTANAN - Fisik - Sosial - Ekonomi Sub Total III MANAJEMEN - Kebijakan - Kesiapsiagaan - PSM Sub Total NILAI AKHIR Cara penilaian : Nilai variabel karakteristik bahaya merupakan hasil penjumlahan nilai frek, intensitas, dampak, keluasan dan durasi Nilai variabel kerentanan merupakan hasil penjumlahan nilai fisik, sosial dan ekonomi Nilai variabel manajemen merupakan hasil penjumlahan nilai kebijakan, kesiapsiagaan dan peran serta masyarakat Setelah didpt nilai masing-masing variabel, kmd nilai tsb dijumlahkan (nilai karakteristik bahaya + kerentanan + manajemen) PENILAIAN AKHIR Ancaman/bencana (event) dengan nilai tertinggi merupakan yg harus diprioritaskan KELUARAN 87 WORKSHOP PERENCANAAN KONTINJENSI MENGHADAPI BENCANA Tujuan
O Merumuskan kebijakan dan strategi untuk penanganan darurat secara bersama-sama
O Menyepakati bersama kebijakan dan strategi yang telah disusun.
Pokok Bahasan
O Merumuskan Kebijakan
O Merumuskan Strategi
O Kebijakan merupakan dasar untuk pelaksanaan tanggap darurat. O Kebijakan mengacu pada norma-norma (internasional, nasional, kearifan lokal dll). O Kebijakan dirumuskan dengan mengakomodasi peran- aktif/aspirasi masyarakat. O Strategi lebih mengacu pada kebutuhan sektor-sektor. O Disepakati semua pihak.
1. Prinsip-prinsip kebijakan 2. Mendiskusikan aspek-aspek kebijakan. Kelompok perencana kontinjensi harus menentukan: O Norma-norma universal - Hukum HAM internasional Contoh: Dilarang mempekerjakan anak dibawah umur - Hukum Humaniter Contoh: tidak deskriminatif (suku, agama, ras, dll) - Penanganan Pengungsi Contoh: pemenuhan kebutuhan dasar sesuai standar minimum
O Konstitusi, Legislasi/UU, Peraturan dll. O Budaya, norma adat, agama, dsb.
PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN O Mengacu pada kebijakan yang lebih tinggi O Menentukan tujuan umum tanggap-darurat. O Menentukan peran pemerintah, LSM, badan-badan internasional, masyarakat dan dunia usaha. O Meletakkan standar yang akan dipakai bersama. O Mengerahkan sumberdaya untuk dimobilisasi.
O Memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi korban bencana secara cuma-cuma. O Mengerahkan segala sumberdaya yang tersedia untuk tanggap darurat. O Menerapkan prinsip gotong royong pemerintah, LSM, lembaga adat, dunia usaha dan badan internasional. O Menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari. O Memperhatikan kelompok rentan
O Menunjuk RS rujukan dan mendirikan rumah sakit darurat/lapangan O Mendistribusikan persediaan obat-obatan ke RS rujukan dan RS darurat/lapangan O Membangun penampungan darurat secara kolektif/terkonsentrasi. O Mendirikan Posko, Pos Dukungan Lapangan, Pos Pelayanan dan Pusat Informasi (media centre) PB. O Membentuk kelompok-kelompok masyarakat untuk tanggap darurat O Menempatkan aparat keamanan untuk melindungi korban bencana di semua lokasi bencana/pengungsian.
Contoh Pernyataan Strategi STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI RUANG LINGKUP 1. Pelayanan kedaruratan medik (pengobatan dan perawatan) 2. Pengendalian penyakit potensial wabah 3. Pelayanan gizi darurat 4. Pengawasan kualitas dan kuantitas air bersih 5. Higiene dan sanitasi 6. Kesehatan reproduksi 7. Penanganan stres pasca trauma
PENGERTIAN +Ada batas minimal kebutuhan utk hidup bagi korban/ pengungsi yg bila tdk terpenuhi menimbulkan masalah kesehatan +Dlm penanggulangan (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) diperlukan standar sebagai acuan PELAYANAN KEDARURATAN MEDIK Memakai standar pengobatan yg berlaku sesuai diagnosis Menggunakan sistem pelayanan rujukan yg berlaku 1 Poskes lapangan (rawat jalan) utk melayani 5.000 org, minimal ditangani 1 org perawat PELAYANAN KEDARURATAN MEDIK 1 Faskeslap setingkat Puskesmas utk melayani 20.000 orang, setiap 2.000 pengungsi ada 1 tempat tidur utk rawat inap 1 Faskeslap dilayani minimal 2 dokter, 6-8 perawat dan 1 bidan 1 RS (lapangan) utk melayani 200.000 orang PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH Kasus penyakit utama -Campak, Diare, ISPA dan Malaria
Kasus penyakit lain - Cacar, Meningitis, TBC, Typhoid, Hepatitis, Tetanus, PMS/HIV, Cacingan, Scabies dll - Vaksinasi (campak) + Muncul 1 kasus dari hsl pemantauan atau cakupan seblmnya <90% + Vaksinasi pd anak 6 bl 15 thn + Pemberian kapsul vit. A - Target cakupan 100% - Dilaksanakan oleh Pusk - Yg digunakan vaksin dan jarum suntik sekali pakai sesuai ketentuan WHO - Persediaan vaksin 140% dari target populasi (15% yg kemungkinan terbuang, 25% cadangan)
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH - Persediaan jarum suntik 125% dari target sasaran (25% cadangan) - Pemantauan jalur distribusi vaksin - Kotak pengaman utk jarum suntik yg tlh digunakan - Bayi yg tlh di vaksin sebelum usia 9 bl perlu di ulang bila usianya lebih dari 9 bln - Penyuluhan
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR PENGENDALIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH PELAYANAN GIZI DARURAT -Tahap awal Fase 1 (pengungsi baru dtng, blm di identifikasi, pemberian mkn sama, maks 5 hr) Fase 2 (sdh ada gambaran pengungsi, perencanaan pemberian mkn sdh terinci, 2.100 kkal, 40 gr lemak, 50 gr prot/hr)
-Tahap Pemulihan Surveilans (screening, memantau perkembangan status gizi) Intervensi PMT (darurat terbatas, terapi) Penyuluhan
PELAYANAN GIZI DARURAT - Prev. gizi kurang >15% atau 10-14,9% dgn faktor pemburuk Paket umum dan PMT darurat utk seluruh kel. Rentan (balita, bumil, buteki dan lansia) PMT Darurat yg diberikan (700 1.000 kkal) PMT terapi bagi penderita gizi buruk - Prev. gizi kurang 10-14,9% atau 5-9,9% dgn faktor pemburuk PMT darurat terbatas pd balita, bumil, buteki dan lansia yg kurang gizi PMT terapi bagi penderita gizi buruk - Prev. gizi kurang <10% tanpa faktor pemburuk atau <5% dgn faktor pemburuk Normal (pelayanan melalui yankes setempat) PMT terapi bagi penderita gizi buruk FAKTOR PEMBURUK (AGGRAVATING FACTORS) Ada satu atau lebih tanda berikut ini : Rata2 asupan makanan pengungsi <2100 kkal/hr Angka kematian kasar >1/10.000 pddk/hr Angka kematian balita >2/10.000 balita/hr Cakupan imunisasi campak pd balita <80% atau ditemukan kasus campak Pneumonia balita 1%/bln Ditemukan kasus malaria pd bayi PELAYANAN GIZI DARURAT KEBUTUHAN GIZI RATA-RATA Energi 2.100 kkal Protein 10-12% total energi (52-63 gr) Lemak 17% total energi (40 gr) Vit. A 1.666 IU (0,5 mg RE) Thiamin (B1) 0,9 mg Riboflavin (B2) 1,4 mg Niacin 12 mg Vit. C 28 mg Vit. D 3,2 3,8 ug calciferol Fe 22 mg Iodium 150 ug
PELAYANAN GIZI DARURAT REKOMENDASI WHO UTK PEMBERIAN KAPSUL VIT. A Vaksinasi massal 6 12 bln 100.000 IU (di ulang setelah 4-6 bln) >12 bln 200.000 IU (di ulang setelah 4-6 bln) Penanganan kasus campak atau defisiensi Vit . A <6 bln, 50.000 IU pd hari pertama dan dosis yg sama pd hari kedua 6-12 bln, 100.000 IU pd hari pertama dan dosis yg sama pd hari kedua >12 bln, 200.000 IU pd hari pertama dan dosis yg sama pd hari kedua
PELAYANAN GIZI DARURAT PENANGANAN DAN KEAMANAN BAHAN PANGAN _Tdk di dpt penyebaran penyakit akibat lokasi pengelolaan pangan _Petugas pengelola memiliki pengetahun cukup _Pengendalian mutu _Batas kadaluwarsa min. 6 bln sesudah diterima _Ada prasarana penyimpanan yg memadai _Bhn makanan sesuai dng yg biasa dikonsumsi dan tdk bertentangan dng tradisi/agama _Makanan utk balita memenuhi syarat dlm hal rasa dan sesuai dng kemampuan cerna _Mudah diakses _Adanya upaya pendampingan bagi yg tdk mampu mengolah/makan sendiri PELAYANAN GIZI DARURAT Tiap KK memiliki piranti pokok : 1 panci bertutup, 1 baskom, 1 pisau dapur, 2 sendok kayu Tiap org memiliki : 1 piring mkn, 1 sendok, 1 cangkir Tiap KK memiliki 2 alat pengambil air kapasitas 1-20 lt dan penyimpanan air tertutup ukuran 20 lt
KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PELAYANAN GIZI DARURAT PENGAWASAN KUALITAS & KUANTITAS AIR BERSIH Minimum 7 liter/orang/hari (fase awal) Tingkatkan menjadi 15-20 liter/orang/hari secepat mungkin Tempat pendistribusian air tidak lebih dari 100 meter dari pemukiman Minimal satu tempat (kran) utk 80-100 pengungsi dan tidak lebih dari 200 pengungsi tiap pompa tangan atau sumur Kurang dari 10 bakteri Coli/100 ml air Tiap jamban maks 20 org Jarak jamban <50 m dari pemukiman Letak penampungan kotoran >30 m dari sumber air PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA HIGIENE DAN SANITASI Sampah rmh tangga dibuang dari pemukiman/dikubur Tdk terdpt limbah medis Bak sampah keluarga tdk lebih 15 m dari pemukiman/barak atau lubang sampah umum tdk lebih 100 m dari pemukiman/barak Tempat sampah kapasitas 100 lt/10 KK
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT HIGIENE DAN SANITASI Tdk ada air yg menggenang disekitar sumber air, tempat tinggal dan jalan
Ada saluran pembuangan air
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR HIGIENE DAN SANITASI PEMUKIMAN Luas lokasi penampungan 45 m2 per orang (ideal), 30 m2 per orang (minimum) Utk mencegah kebakaran setiap bangunan 300 m2 dibuat jarak 30 m Tempat tinggal : luas lantai 3,5- 4,5m2 per orang, terlindung dari terik matahari dan hujan, aliran udara dan suhu optimal HIGIENE DAN SANITASI PERLENGKAPAN DIRI Para pengungsi (pddk setempat) memiliki akses utk memperoleh selimut yg cukup Pria >=14 th min. 1 stel lengkap Wanita >=14 th min. 2 stel lengkap dan pembalut wanita yg cukup Anak 2-14 th min. 1 stel lengkap Anak sampai 2 th min. 2 set pakaian, 1 handuk, 1 syal bayi, 6 popok, sabun bayi, minyak bayi Semua mendpt alas kaki Sabun mandi 250 gr/org/bln HIGIENE DAN SANITASI KESEHATAN REPRODUKSI -Pelayanan KB -Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir -Pencegahan dan Penanganan PMS (termasuk HIV/AIDS) -Kesehatan Reproduksi Remaja PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL - Kit Kesehatan Reproduksi (Puskesmas) 10.000 penduduk/ 3 bl - Distribusi kondom (20% dari pria dewasa, 12 bh/bln) - Kit persalinan bersih (clean delivery kit) terdiri : 1 m 2 plastik, sabun mandi, pisau cukur, seutas tali/benang, lembar petunjuk - Pelayanan kontrasepsi (pil dan suntik) - Pengobatan PMS - Yankes korban kekerasan seksual (metode pil kontrasepsi darurat/ECP)
KESEHATAN REPRODUKSI METODE PIL KONTRASEPSI DARURAT /ECP (NEHK 98) - ECP tdk boleh diberikan kalau sdh dipastikan hamil - Bila tersedia pil dosis tinggi yg mengandung 0,5 mg ethinylestradiol dan 0,25 mg levonorgestrel : +2 pil hrs diminum sekaligus sbg dosis awal sesegera mungkin tetapi tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian, diikuti dng 2 pil lagi 12 jam kemudian - Bila tersedia pil dosis rendah yg mengandung 0,3 mg ethinylestradiol dan 0,15 mg levonorgestrel : +4 pil hrs diminum sekaligus sbg dosis awal sesegera mungkin tetapi tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian, diikuti dng 2 pil lagi 12 jam kemudian - Bila tersedia pil yg mengandung 0,75 mg levonorgestrel : +1 pil hrs diminum sbg dosis awal sesegera mungkin tetapi tdk boleh lebih dari 72 jam setelah kejadian, diikuti dng 1 pil lagi 12 jam kemudian KESEHATAN REPRODUKSI PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL - Kit Kesehatan Reproduksi (Pusk/RS) 30.000 penduduk/ 3 bl - Kit Persalinan profesional - Pelayanan insersi IUD - Manajemen pelayanan komplikasi akibat aborsi - Alat dan benang utk menjahit cervix dan vagina yg robek - Vacuum extractor
- Kit Kesehatan Reproduksi (RS rujukan) 150.000 penduduk/ 3 bl - Tersedianya obat dan bhn hbs pakai serta alkes penanganan bedah caesar - Pelayanan transfusi (termasuk test HIV) KESEHATAN REPRODUKSI PENANGANAN STRES PASKA TRAUMA - Kegiatan : - Penyuluhan kelompok besar (>20 org) - Bimbingan kelompok kecil (5-20 org) - Konseling perorangan - Petugas : psikiater, psikolog, dokter, perawat, kader terlatih - Sarana rujukan : puskesmas, klinik psikologi, RSU, RSJ Kapan suatu kejadian/bencana dikatakan situasi darurat ??? SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS Situasi dimana keamanan ikut menjadi faktor dalam situasi darurat ???????? OAngka Kematian Kasar >1/10.000 penduduk/hr OAngka Kematian Balita >2/10.000 balita/hr SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN
Angka kematian /10,000/hari =
Jumlah Kematian x 10,000 Jumlah Hari x Jumlah Penduduk
Jika dalam waktu 1 minggu ada kematian 12 orang dari 6.000 penduduk, berapa Angka Kematian ? SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN
12 (kematian) x 10.000 7 (hari) x 6.000 (jmlh penduduk)
atau 2,8/10.000/hari Darurat SITUASI EMERGENSI KOMPLEKS ANALISIS KEGIATAN DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI TUJUANNYA Untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan Menentukan cara mengatasi kesenjangan Perkiraan kebutuhan anggaran Menetapkan pelaksana kegiatan Menetapkan alternatif yang paling mungkin dilakukan LANGKAH-LANGKAH Berdasarkan : Skenario yang telah dikembangkan Inventarisasi sumber daya Identifikasi kebutuhan Standar minimal
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA (Hal-hal yang Perlu Diperhatikan..) Berdasarkan skenario yg dikembangkan Sesuai dgn kebijakan umum yg telah disepakati Inventarisasi mencakup tenaga, sarana dan pembiayaan Didasari dgn keterbukaan Lakukan analisis kesenjangan antara kebutuhan dan sumber daya yg ada Adanya upaya utk mencari bagaimana cara mengatasi kesenjangannya IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA Kegiatan apa saja yang diperlukan ? Siapa saja yang terlibat ? IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA Sumber daya apa saja yang dibutuhkan ? (bhn, alat, biaya) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA CONTOH Skenario : Pada bencana gunung meletus di kabupaten X, terdapat pengungsi sebanyak 10.000 jiwa yang berada di gedung sekolah dasar 1.000 jiwa dan yang ditenda-tenda dilapangan sepak bola sebanyak 9.000 jiwa. Analisis kesenjangan kebutuhan jamban : - Inventarisasi : Di gedung SD ada 15 jamban ( 10 baik dan 5 rusak) Di Lapangan sepak bola tidak ada jamban - Identifikasi kebutuhan : berdasarkan standar minimal 20 orang / jamban Jadi kebutuhan jamban : 10.000 = 500 jamban 20 - Kesenjangan yang ada : 500 10 = 490 jamban
CARA, PELAKSANA DAN ANGGARAN ALTERNALTIF : Membangun jamban cemplung oleh Dinas PU dengan biaya Rp.150.000,-/jamban X 490 = Rp. 73.500.000,-
Meminjam jamban portable/ mobile ke Kabupaten tetangga oleh Dinas Kebersihan Kota sebanyak 49 kontainer (@ 10 jamban) dengan biaya 49 X Rp. 1.000.000,-/bln = Rp. 49.000.000,-/bln
Membangun jamban permanen 490 buah (model leher angsa) dan MCK oleh Dinas PU dengan toatal biaya Rp. 145.000.000,- Meminjam jamban portable/ mobile dan membuat jamban cemplung oleh Dinas Kebersihan/PU. Menggerakkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jamban secara mandiri dengan bahan lokal atas bintek dari Dinas kes/PU/kebersihan.
PENYUSUNAN NASKAH RENCANA KONTINJENSI (RINCIAN) PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI PRINSIP DALAM PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI Proses penyusunan dilakukan bersama Adanya skenario dan tujuan yg disepakati bersama Dilakukan secara terbuka Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku Menyepakati konsensus yg tlh dibuat bersama Dibuat utk menghadapi keadaan darurat Merupakan dokumen yg hidup dan terus menerus diperbarui/diperbaiki secara berkala sesuai situasi dan perkembangan yg ada PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN PENGORGANISASIAN Berupa kegiatan tanggap darurat Pengorganisasian menyangkut siapa yg melaksanakan, kapan pelaksanaannya dan bagaimana mekanismenya Penetapan waktu pelaksanaan hrs berdasarkan prioritas kegiatan dan dng batasan waktu pelaksanaan yg jelas Rincian sumber daya yg akan dimanfaatkan sebaiknya disusun secara jls per kegiatan Utk memudahkan sebaiknya dibuat matrik/Gantt Chart X X X X X X ORG. 1 ORG. 2 ORG. 3 ORG. 4 ORG. 5 ORG. 6 Waktu GANTT CHART X
FORMAT RENCANA KONTINJENSI Bab I Pendahuluan (gambaran umum wilayah, ancaman dan kerentanan yg ada yg berisiko menimbulkan bencana dan hasil pengembangan skenario) Bab II Tujuan Bab III Kebijakan Umum (kebijakan yg disusun bersama berdasarkan skenario yg disepakati bersama) Bab IV Uraian Kegiatan (rencana kegiatan, siapa pelaksananya, dll) Bab V Pembiayaan (rincian rencana pembiayaan per kegiatan, sumber biaya sesuai kesepakatan bersama) Bab VI Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut (penjelasan-penjelasan mengenai tindak lanjut) Bab VII Penutup Lampiran EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT Rencana penyebarluasan informasi ? Sosialisasi unit terkait, kelompok masyarakat dll Advokasi ke pengambil keputusan Penyampaian info ke Prov dan Pusat Rencana simulasi ? Gladi posko, gladi lapangan Rencana evaluasi ? Kapan renkon akan diperbaiki
PENUGASAN 5 1. Susun naskah rencana kontinjensi 2. Paparkan naskah rencana kontinjensi Sampai jumpa 145 Pokok Bahasan 1. Pengertian Skenario 2. Peran skenario dalam kontinjensi 3. Jenis skenario (ringan, sedang, berat) 4. Penyusunan Skenario 5. Asumsi Dampak 6. Skenario Dampak
147 Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Mengetahui tentang peran skenario dan pengembangannya dalam penyusunan perencanaan kontinjensi 2.Mengembangkan berbagai skenario kejadian bencana berdasarkan risiko bencana yang telah ditentukan
Apa itu skenario ? Skenario adalah susunan cerita tentang RISIKO yang diperkirakan/mungkin akan terjadi. Peran Skenario dalam Kontinjensi
Membuat gambaran kejadian yang diperkirakan akan terjadi secara jelas dan rinci (lokasi, waktu, durasi, skala, dan dampaknya).
Skenario harus realistis
Jenis Skenario yang mana? Buat alternatif 3 skenario (ringan, sedang, berat). Pilih skenario yang berdasar data ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. Skenario harus disusun dan disepakati bersama Gambarkan secara kronologis kejadian bencana. O Tentukan tingkat risikonya dilihat dari segi dampak dan waktu kejadian contoh : 1. Ringan : gempabumi VII MMI pada jam 16.00 2. Sedang : gempabumi VII MMI pada jam 10.00 3. Berat : gempabumi VII MMI pada jam 01.00
O Membuat asumsi dampak terhadap beberapa aspek : 1. Kependudukan (kematian, hilang, luka-luka, pengungsian, pindah) 2. Fasilitas/Asset (fasum, fasos seperti mesjid, gereja, sarana vital seperti PLN, PDAM, TELKOM,) 3. Ekonomi (pasar, pabrik, ruko, perbankan, transportasi, BBM, sembako, ternak, dll) 4. Pemerintahan (kantor, aparat, peralatan, dokumen/arsip, layanan publik) 5. Lingkungan (sawah, ladang, tambak, hutan, mangrove, sumber air, dll) PENYUSUNAN SKENARIO ASUMSI DAMPAK ASUMSI merupakan dasar dari masing-masing skenario dan harus dinyatakan secara jelas, sehingga pihak-pihak lain memahami. Membuat Asumsi Contoh: (Aspek Kependudukan) Berdasarkan jenis skenario (ringan, sedang, berat), diasumsikan populasi yang terkena bencana berjumlah antara 100,000 jiwa sampai 500,000 jiwa. Diasumsikan bahwa 10% sampai 30% pengungsi akan tiba dalam keadaan tanpa makanan tanpa naungan, (dasar: ) Diasumsikan bahwa pengungsi tidak mempunyai akses ke pasar lokal selama minggu pertama... Diasumsikan bahwa aparat dan pejabat Pemda juga menjadi korban bencana, sehingga . PEMILIHAN SKENARIO DAMPAK Ditentukan satu tingkat dampak (Ringan/Sedang/Berat) PENUGASAN 2 Peserta dibagi menjadi lima kelompok (sesuai dengan skenario dampak): 1. Kependudukan 2. Fasilitas/Asset 3. Ekonomi 4. Pemerintahan 5. Lingkungan
Kelompok harus menggambarkan skenario bencana ditinjau dari gambaran kejadiannya, dampak terhadap unsur-unsur terancam (5 aspek), dan jangka waktu (durasi) tanggap daruratnya. Gunakan data dan peta untuk menggambarkan skenario. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusi