You are on page 1of 14

Pelanggaran Etika dan kaitannya dengan Hukum Etika menjadi sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut. Tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Tindakan tidak etis yang di maksud disini adalah tindakan yang melangar etika yang berlaku dalam lingkungan kehidupan tersebut. Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs thoery). Menurut kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuhan kebutuhan jasmaniah terlebih dahulu agar dapat melaksanakan urgensi kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri sebagai profesional. Pendapat kontrofersial responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu, mencuri, berbohong adalah tindakan etis apabila digunakan dalam kerangka untuk melanjutkan hidup. Kendala yang mempengaruhi adalah di satu pihak kode etik tak mempersoalkan urutan kebutuhan dalam penerapannya, namun dilain pihak kebutuhan jasmani tak pernah dapat terpuaskan, dan dapat dikonversikan menjadi bentuk ekstrim lain yang mungkin akan berpengaruh terhadap tindakantindakan yang melanggar etika. Tindakan pelangaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas akan menimbulkan beberapa jenis sangsi, yaitu:

Sangsi sosial Sangsi hukum

Etika dan Teknilogi; Tantangan Masa Depan Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti refolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berfikir manusia, baik dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan maupun dalam pengambilan keputusan. Para pakar ilmu kognitif telah menemukan bahwa ketika teknologi mengambil alih fungsi-fungsi mental manusia, pada saat yang sama terjadi kerugian yang di akibatkan oleh hilangnya fungsi-fungsi tersebut dari kerja mental manusia. Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai salah satu akibat perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan berengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik, melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi kurang. Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan dirinya

dikuasai oleh teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktifitasnya. Hal itu karena manusia memang memilki kterbatasan.

D.Kode Etik Profesi / Profesionalisme Adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Kode Etik : Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Menentukan baku standarnya sendiri. Prinsip Etika Profesi : Tanggung Jawab - Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. - Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya. Keadilan - Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Otonomi - Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya

KONSEP ETIKA KOMUNIKASI


by admin | 09.38 in filsafat komunikasi, komunikasi, tugas kuliah | PENGERTIAN ETIKA KOMUNIKASI Richard L. Johannesen memaparkan adanya tujuh perspektif dalam penilaian etika komunikasi insani, yaitu: 1. Perspektif Politik Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya sistem politik Amerika: - Penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual - Keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan - Kebebasan yang disertai tanggungjawab - Keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakekat demokrasi Untuk mewujudkan ke-4 nilai diatas, diperlukan suatu pedoman etika, yaitu:

- Mengembangkan kebiasaan meneliti yang tumbuh dari pengenalan bahwa selama kita berkomunikasi, kita adalah sumber primer walau bukan satu-satunya argumen dan informasi tentang subjek yang dibicarakan - Menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dengan memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka - Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi - Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat 2. Perspektif Sifat Manusia Sifat manusia yang paling unik adalah kemampuan berfikir dan kemampuan menggunakan simbol. Menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang benar-benar manusiawi adalah berasal dari seorang rasionalis yang sadar apa yang dilakukannya dan dengan bebas untuk memilih melakukannya. Etika komunikasi dinilai dari criteria, berikut: - Maksud si pembicara - Sifat dari cara-cara yang diambil - Keadaan yang mengiringi Aristoteles menolak gagasan tujuan membenarkan cara apabila cara itu tidak etis. Jadi tujuan atau maksud yang baik tidak akan membenarkan penggunaan cara-cara komunikasi yang tidak etis.

3. Perspektif Dialogis Dalam hubungan dialogis, sikap dan perilaku setiap partisipan komunikasi ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan hati, kelangsungan, kejujuran, spontanitas, keterusterangan, tidak berpura-pura, niat yang tidak manipulatif, kerukunan, intensitas dan kasih saying dalam arti bertanggungjawab dari seorang manusia kepada manusia lainnya. Thomas Nilsen mengatakan bahwa untuk mencapai komunikasi antar personal yang etis perlu dipupuk sikap-sikap berikut ini: - Penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status, atau hubungan dengan pembicara. - Penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud, dan integritas orang lain. - Sikap suka memperbolehkan, keobjektifan, dan keterbukaan pikiran, yang mendorong kebebasan berekspresi. - Penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai alternatif. - Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati-hati bersimpati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan. John Mokay dan William Brown mendata sepuluh kondisi dialog yang dapat digunakan sebagai pedoman etika untuk menentukan sejauh mana sikap-sikap dialogis terungkap dalam transaksi komunikasi insani: - Keterlibatan manusia dari kebutuhan yang dirasakan untuk berkomunikasi - Suasana keterbukaan, kebebasan, dan pertanggungjawaban - Berurusan dengan isu dan ide nyata yang relevan dengan komunikator - Apresiasi terhadap perbedaan dan keunikan individual - Penerimaan terhadap ketidaksetujuan dan konflik dengan keinginan untuk menyelesaikannya - Umpan balik yang efektif

- Saling menghargai dan diharapkan saling mempercayai - Ketulusan hati dan kejujuran dalam sikap terhadap komunikasi - Sikap yang positif untuk pemahaman dan belajar - Kemauan menerima kesalahan dan membiarkan persuasi 4. Perspektif Situasional Faktor situasional atau kontekstual konkret yang mungkin relevan bagi penilaian etika yang murni situasional antara lain adalah: - Peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak - Standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan - Derajat kesadaran khalayak tentang cara-cara komunikator - Tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator - Tujuan dan nilai khalayak - Standar khalayak untuk komunikasi etis

5. Perspektif Religius Kitab suci seperti Al-Quran, Injil dan Taurat dapat dipakai sebagai standar mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. Biasanya sanksi dan pahala juga secara jelas tertulis, sehingga manusia dalam menaatinya sering karena merasa takut apabila melanggarnya. 6. Perspektif Utilitarian Kriteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah: - Adanya kegunaan Perspektif utilitarian biasanya diterapkan dalam bentuk kombinasi dengan perspektif-perspektif lain. Konsep kegembiraan dari kaum utilitarian menjadi lebih luas sehingga mencakup nilai-nilai yang secara intrinsik berharga, seperti persahabatan, kesehatan dan pengetahuan. 7. Perspektif Legal Perilaku komunikasi yang legal, yaitu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dianggap perilaku komunikasi yang etis. Muncul persoalan, bagaimana dengan sesuatu yang legal itu sendiri? Banyak orang merasa khawatir dengan pendekatan etika komunikasi murni legal ini. Ada banyak hal yang legal, tapi menurut etika sebenarnya diragukan.
Etiket/Etika Dalam Berkomunikasi/Komunikasi C. Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari : 1. Jujur tidak berbohong 2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan 3. Lapang dada dalam berkomunikasi 4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik 5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien 6. Tidak mudah emosi / emosional 7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog 8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan

9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan 10. Bertingkahlaku yang baik D. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik - Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan - Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara - Menatap mata lawan bicara dengan lembut - Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum - Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar - Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara - Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon - Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara - Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi - Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara. - Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik. - Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri) - Dan lain sebagainya. 5W+1H untuk komunikasi efektif Mengapa komunikasi sering tidak nyambung? Kadang jadi serbasalah. Setiap kata sudah dipikirkan sedemikian rupa, namun tetap saja komunikasi tidak berjalan dengan semestinya. Ada saja yang membuat komunikasi tersendat. Komunikasi itu seni. Komunikasi itu seni yang nyeni. Dibutuhkan rasa dan karsa tingkat tinggi untuk menjadi seorang komunikator yang handal dan beretika. Keilmuan yang luas, kecerdasan yang luar biasa, belumlah menjamin bahwa seseorang bisa menjadi seorang komunikator yang ulung. Ada banyak hal yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Salah bicara sedikit, bila yang kita ajak berbicara sedang dalam kondisi sensitif, bisa langsung berbuah masalah. Padahal, jika dengan orang lain, apa yang kita bicarakan biasa-biasa saja. Tapi tidak dengan si sensitif tadi. Dalam berkomunikasi dibutuhkan lebih dari sekadar asal bicara, apalagi asal bunyi. Ada etika yang harus ditaati, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Namun demikian, pada dasarnya etika itu dapat berdasarkan 5W+1H. 1. Who (siapa) Dengan mengetahui siapa yang kita ajak berkomunikasi, kita bisa langsung menyesuaikan diri. Nada suara, gerak tubuh, pandangan mata, hendaknya seirama dengan siapa kita berbicara. Misalnya, bila berbicara dengan anak-anak, nada suara agak direndahkan, gerak tubuh agak mengikuti anak-anak yang kita ajak bicara, pandangan mata menjadi lebih lembut. 2. What (Apa) Setelah tahu siapa yang menjadi teman kita berkomunikasi, kita bisa menyesuaikan apa yang hendak kita bicarakan. Rasanya tidak akan nyambung berbicara tentang reksadana syariah kepada orang yang tidak tahu bahkan tentang bank sekalipun. Hanya buang-buang waktu dan membuat

kita semakin keki. 3. Where (Di Mana) Membicarakan tentang politik di tempat pesta ulang tahun teman? Hindari saja. Jangan menjadi perusak suasana. Bergurau secara berlebihan ketika sedang menikmati santap malam di sebuah restoran hotel yang cukup mewah saja Anda akan menjadi pusat perhatian bahkan akan dicap menjadi seorang perusuh. Bisa jadi semua mata akan memandang Anda. Lain ladang, ladang belalang. Lain kolam, lain ikannya. Apa yang biasanya kita anggap biasa, mungkin menjadi sangat luar biasa di tempat lain. Begitupun sebaliknya. Yang kita anggap bermasalah, ternyata malah menjadi adat di tempat lain. Buka mata, muka hati, buka telinga, lebarkan kulit, tajamkan penciuman, pekakan rasa, menjadi kunci bagaimana membawa diri di tempat yang berbeda. 4. When (Kapan) Waktu sangatlah penting untuk diperhitungkan dalam menjaga etika komunikasi. Tidak mudah untuk menjadi pandai mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu. Mengetahui tentang kebiasaan seseorang yang kita ajak berkomunikasi sangatlah penting agar apa yang kita bicarakan menjadi efektif dan efisien. Misalnya, kapan waktu yang tepat untuk melamar seorang gadis. Tentunya harus dipilih waktu luang dengan suasana yang santai. Temuilah orang tua gadis tersebut sehabis maghrib atau isya, sekitar pukul 7 atau pukul 8 malam. 5. Why (Mengapa) Mengapa, suatu pertanyaan yang bisa menjadi tujuan dari arah pembicaraan. Tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, di mana, dan kapan kita mengutarakan maksud dan tujuan kita. Menentukan arah pembicaraan itu penting. Selain agar bisa lebih fokus, tujuan akan membuat kita memilih kata-kata yang tepat untuk mendapatkan sasaran. 6. How (Bagaimana) Tujuan baik, tapi cara penyampaian tidak baik, hancurlah sudah. Komunikasi kita bisa dianggap tidak beretika. Cara membawa rupa, rupa bisa membawa berkah atau petaka. Cara ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan matang. Salah-salah semua yang sudah kita rencanakan menjadi berantakan hanya gara-gara sedikit salah melangkah.

Etika dan Filsafat Komunikasi Etika Komunikasi Tujuan Dimensi-dimensi etika komunikasi Nilai-nilai demokrasi Hak untuk berekspresi Hak public untuk informasi yang benar Sarana Aksi Kesadaran moral atau nurani actor komunikasi Deontology jurnalisme Tatanan hukum dan institusi Hubungan-hubungan kekuasaan Tren sosial, komisi pengawasan

Keterangan 1. Etika komunikasi merupakan bagian dari upaya untuk menjamin nilai demokrasi / otonomi demokrasi 2. Etika komunikasi tidak berhenti pada mengelak perilaku aktor komunikasi 3. Etika komunikasi berkaitan juga dengan praktek institusi hukum, komunikasi, sruktur sosial, politik, dan ekonomi serta etika strategi dalam bentuk regulasi.

1. ETIKA KOMUNIKASI
2. 3. Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling mendasar. Jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga tidak mungkin bisa ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang publik ini idak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang didasarkan pada kebebasan untuk berekspresi (B. Libois, 2002: 19). Jadi, untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya mungkin apabila hak untuk berkomunikasi di publik dihormati. Etika komunikasi merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi demokrasi tersebut. Etika komunikasi tidak hanya berhenti pada masalah prilaku aktor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi). Etika komunikasi berhubungan juga dengan praktek institusi, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi. Lebih dari itu, etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik itu. Etika komunikasi memilik tiga dimensi yang terkait satu dengan yang lain, yaitu 1. Aksi komunikasi Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terkait dengan perilaku aktor komunikasi. Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek etisnya ditunjukkan pada kehendak baik ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern yang mengatur profesi. Aturan semacam ini terumus dalam deontologi jurnalisme. Mudah sekali para aktor komunikasi mengalihkan tanggung jawab atau kesalahan mereka pada sistem ketika dituntut untuk mempertanggungjawabkan elaborasi informasi yang manipulatif, menyesatkan publik atau yang berbentuk pembodohan. 2. Sarana Pada tingkat sarana ini, analisis yang kritis, pemihakan kepada yang lemah atau korban, dan berperan sebagai penengah diperlukan karena akses ke informasi tidak berimbang, serta karena besarnya godaan media ke manipulasi dan alienasi. Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh hubungan kekuasaan.

Pengunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A. Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain atau publik. Negara tidak bisa membiarkan persaingan kasar tanpa bisa membiarkan persaingan kasar tanpa penengah diantara para aktor komunikasi maupun pemegang saham. Pemberdayaan publik melalui asosiasi warga negara, class action, pembiayaan penelitian, pendidikan untuk pemirsa, pembaca atau pendengar agar semakin mandiri dan kritis menjadi bagian dari perjuangan etika komunikasi. 3. Tujuan Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk berekspresi, kebebasan pers, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan politisi harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut. Negara harus menjamin serta memfasilitasi terwujudnya nilai tersebut.
Di dalam semua jenis komunikasi interpersonal, amalkan etikanya. Secara universal nilai-nilai itu ialah: 1. Bersikap Jujur Apabila menceritakan perasaan, ceritakan dengan jujur apa sebenarnya perasaan yang dirasai. Kalau tersinggung, katakan tersinggung. Gunakan ayat saya. Katakan dengan jujur Saya rasa tersinggung. Jangan katakan tidak tersinggung. Kalau marah, katakan Saya marah. Kalau tidak mahu, katakan Saya tidak mahu. 2. Tidak Menuduh Jangan menuduh dan mempersalahkan sesiapa. Jangan gunakan ayat awak. Jangan berkata Kata-kata awak menyinggung perasaan saya. Ayat-ayat seperti ini menuduh orang itu bersalah menyebabkannya berasa begitu ataupun begini. Ia akan menyebabkan hubungan menjadi tegang dan komunikasi menjadi negatif. 3. Nilai Bersama Ada kalanya seseorang berada di tengah-tengah kelompok orang-orang yang mementingkan nilai-nilai bersama. Orang Melayu adalah contoh orang-orang yang mementingkan kepentingan dan tujuan bersama, dan tidak mementingkan tujuan peribadi. Dalam situasi seperti itu, janganlah bercakap kerana hendak memperjuangkan perasaan sendiri. Ikut sama-sama bercakap demi kepentingan semua orang ataupun, lebih baik diam sahaja. 4. Memberi Gambaran Tepat Sampaikan maklumat dengan tepat. Jangan memberi maklumat palsu. Jangan berdusta. Jangan mengherot-perotkan maklumat. Jangan sengaja menghilangkan

sebahagian daripada maklumat itu. Jangan beri gambaran yang salah. 5. Berkata Benar Jangan sekali-kali mempunyai niat menipu dan memperdaya orang itu. 6. Mematuhi Etika Jangan mengumpat dan jangan bergosip, apabila mendengar orang lain mengumpat, dengan lembut tegur orang itu, kalau tidak berani, tingglkan tempat itu ataupun jangan dengar. 7.Selaras Kata-kata mesti sama dengan apa yang gerak-geri kita ucapkan. Apabila mulut kita berkata ya, jangan pula kepala menggeleng-geleng. Kalau mulut berkata tak mahu, jangan pula suakan tangan mengambilnya. 8. Tidak Menggangu Jangan menyampuk dan memotong orang lain yang sedang bercakap. Biarkan dia bercakap sampai habis, baru ambil giliran. Apabila orang lain sedang bercakap berkenaan satu pekara, jangan pula menyebut perkara-perkara lain yang tidak ada kaitan dengan apa yang disebutnya. Jangan buat apa-apa yang mengganggu orang lain daripada bercakap dan mendengar dengan tenang. 9. Bersikap Positif Jangan bercakap berkenaan perkara-perkara negatif. Jangan suka merungut dan mencari cacat-cela sebaliknya hendaklah sentiasa murah dengan penghargaan dan pengiktirafan.

12 cara berkomunikasi yang baik yaitu : 1. Berbicaralah dengan jelas. 2. Dengarkanlah apa yang diucapkan lawan bicaramu dan berikan respon yang baik.Pandanglah lawan bicaramu. 3. Peliharalah kontak mata pada tingkatan yang sama-sama antara terus menatap dengansaling menghindari tatapan. Cobalah menangkap petunjuk-petunjuk tentang bagaimanayang leluasa bagi lawan bicaramu. 4. Berupayalah semampumu untuk memahami apa maksud lawan bicaramu, kalau adasesuatu yang tidak kamu pahami, tanyakanlah. 5. Pekalah terhadap bahasa tubuh dan petunjuk-petunjuk lisan-punyamu maupun lawan bicaramu. Tampillah peka dan berminat. Amatilah tanda-tanda kalau lawan bicaramukehilangann minat, ingin mengubah topiknya atau perlu mengakhiri percakapannya. 6. Berikanlah umpan baik kalau diminta. Mintalah juga umpan balik. 7. Berikanlah contoh-contoh untuk mendukung apa maksudmu.8. Berikanlah pendapatmu kalau diminta.9.

Bergantianlah berbicara.10. Sesuaikanlah tingkat dan bahasa lawan bicaramu. Umpamanya, kamu tentu akan berbicara dengan cara yang berbeda kepada seorang anak daripada kepada seorangdewasa (gunakan katakata dan kalimat yang sederhana, bukan omongan bayi).11. Dengarkanlah permintaan lawan bicaramu (ini tidak selalu datang dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan langsung).12. Gunakan intuisimu. Terkadang kata-kata tidak perlu dan kamu bisa berkomunikasidengan perasaan, ekspresi, gerak-gerik. Larangan yang perlu diingat1. Jangan terlalu ingin tahu2. Jangan bergosip3. Jangan menginterupsi4. Jangan mengganti topiknya.5. Jangan menentang atau mengoreksi apa yang dikatakan lawan bicaramu.6. Jangan sesumbar 7. Jangan tertidur. Perbaiki Cara Komunikasi Anda Nasehat-Nasehat Dalam Berkomunikas i sebuah statement yang kerap kita dengar namun masih banyakyang gagal menerapkannya. Berbagai alasan mengemuka. Mulai dari ketidakpercayaan diri,ketidaksempurnaan alat ucap (artikulator) sampai dengan penampilan fisik yang tidak memadai.Banyak diskusi tentang komunikasi telah dilakukan, namun tidak juga membantu mengatasi persoalansulitnya berkomunikasi secara berhasil guna. Tidak mengherankan memang ! Karena diskusi mengenaikomunikasi sebagian besar didasarkan pada teoritanpa ada kejelasan bagaimana

F. Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari : 1. Jujur tidak berbohong 2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan

3. Lapang dada dalam berkomunikasi 4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik 5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien 6. Tidak mudah emosi / emosional 7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog 8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan 9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan 10. Bertingkahlaku yang baik

G. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik 1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan. 2. Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara. 3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut. 4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum. 5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar. 6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara. 7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon. 8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara. 9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi. 10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara. 11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik. 12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)

H. Etika Etika Yang Lazimnya Ada Dalam Masyarakat Indonesia

1. Membuka Pintu Komunikasi

Hubungan antar manusia didalam masyarakat dibina atas dasar hal-hal kecil yang mengakrabkan persahabatan yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas. Etika menyimpan segudang pemikat untuk menyatakan perhatian kepada orang lain sekaligus untuk dapat membuka pintu komunikasi. Jadilah seseorang yang apabila ada kesempatan untuk membuka pintu komunikasi, maka lakukanlah. Sebabb hal tersebut mudah untuk dilakukan selama seseorang memilki kemauan dan keikhlasan. Berikut ini contoh membuka a. b. c. Ucapkan kata Senyum sapaan : yang Hei! Hallo! pintu komunikasi yang lazimnya dilakukan :

Lambaikan tulus Selamat Pagi, dan

tangan simpatik Assalamualaikum,dll.

d. Cobalah mengajak berjabat tangan. Kebiasaan ini sudah cukup lazim di masyarakat kita. Cara berjabat tanganpun bervariasi. Ada yang berjabat tangan sambil menepuk bahu. Di Jepang pada umumnya orang yang berkenalan atau berjumpa tidak saling berjabat tangan, rmemeluk dan menempelkan pipi atau saling mencium. Ada yang saling merapatkan tangan tangan dan menaruhnya di dada. Ada yang saling menyentuhkan ujung jari kemudian menariknya ke arah hidung dan sebagainya. Ada banyak kebiasaan, tetapi tujuannya sama, membuka komunikasi. e. Tanyakan keadaannya ; apa kabar ? Berapa anakmu? Sehat bukan?

f. Mintalah maaf dan permisi ; Maaf nama saya Agus, siapa nama anda ? Bolehkah aku tahu alamatmu? g. Ucapkan terimakasih. Demikianlah, ada berbagai cara untuk mengawali komunikasi. Memang kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya sungguh sangat besar. Kita akan mendapat penilaian yang baik dari orang lain dalam kantor kita.

2. Etika Komunikasi Tetap Muka Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit hati. Pepatah kita mengatakan, berkata peliharalah lidah. Hati-hatilah dalam berbicara dengan siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan di

kemudian hari. Memang lidah tidah bertulang. Sekali terlontar kata-kata yang tidak berkenaan bagi orang lain, dengan apa kita menangkapnya kembali? Baiklah, disini di sampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap muka : a. Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak terlalu banyak, dan janganlah menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara. b. Janganlah kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. c. Janganlah mempergunjingkan orang lain. d. Janganlah memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain, dan jangan memotong pembicaraan orang lain. e. Hendaklah kita berdiam dan memperhatikan ketika kita pimpinan atau atasan sedang berbicara. f. Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita ajak bicara, dalam arti tidak terlalu dekat agar lawan bicara tidak terganggu dengan bau mulut. g. Suara hendaklah disesuaikan, jangan terlalu keras. h. Kalau hendak batuk, bersin, atau menguap, hendaklah mulut ditutup dengan tangan. i. Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terimakasih.

3. Etika Berkomunikasi dengan Media Telepon Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelepon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata karma maka nama baik diri kita atau perkantoran kita akan dinilai kurang baik. Oleh karena itu sejumlah perinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dan dilaksanakan. Menelepon pada hakikatnya sama dengan bertamu ke rumah orang lain, dan menerima telepon sama dengan menerima tamu. Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangakan waktu yang tepat, jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam hari), atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda. Beberapa perinsip di bawah ini perlu diperhatikan. a. Berbicaralah dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran ( to the point). b. Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.

c. Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara. d. Siapkanlah kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya. e. Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terimakasih. f. Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon. g. Kalau telepon di kantor kita bordering, segera kita angkat gagang pesawat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya perhatian. h. Kalau kita menerima telepon sebaiknya langsung menyebutkan instansi atau perkantoran kita agar segera diketahui betul tidaknya sambungan/ i. Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan membayangkan seolah-olah lawan berbicara bertatap muka dengan kita. 4. Etika Menyambut Tamu Ada berbagai cara yang ditunjukkan oleh sebuah perkantoran untuk menunjukkan tindakan menghormat tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap perkantoran itu. Dengan demikian, cara menyambut tamu perkantoran akan mempengaruhi citra perkantoran. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh perkantoran dalam menyambut tamu, antara lain : a. Menjemput tamunya di bandara, atau di tempat kedatangan lainnya. b. Menyediakan akomodasi dan transportasi. c. Berjabat tangan dan/atau saling memeluk. d. Mengalungkan bunga kepada tamu. e. Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas. f. Mengkomunikasikan dam memgkompromikan jadwal acara. Demikian cukup banyak alternative untuk menyambut dan menghormati tamu kantor. Kita mesti berkeyakinan bahwa ketika kantor kita menghormati tamu, maka para tamu pun akan menghormati kantor kita.

You might also like