You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan senyawa kimia, baik alami maupun sintetik, yang dapat menghambat pertumbuhan dan

reproduksi dari bakteri dan jamur. Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakterisida. Antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba sedangkan antibiotik dengan aktivitas bakterisida bersifat

mambinasakan mikroba lain. Antibiotik yang baik idealnya mempunyai aktivitas antimikroba yang efektif dan selektif serta mempunyai aktifitas bakterisida. Antibiotik yang sesuai untuk terapi penyakit infeksi pada manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif yaitu aktifitas gangguan pada mikroba penginfeksi lebih besar daripada gangguan pada sel inang. Adapun hubungan dengan kefarmasian adalah dimana kita harus mengetahui dan menguasai berbagai metode dalam volumetri yang termasuk kedalamnya adalah dalam titrasi iodometri. Senyawa antibiotik yang termasuk adalah obat ampicilin dalam golongan penicillin, dimana secara struktur sintetik merupakan yang dalam kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau lebih

spesies mikroorganisme. Melihat kegunaannya tersebut, maka percobaan ini perlu dilakukan. I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara analisa farmasi secara metode Iodometri untuk analisa senyawa antibiotik. I.2.2 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui cara analisis/ penetapan kadar zat/ obat dalam sediaan farmasi Ampicilin dengan menggunakan metode Iodometri. I.3. Prinsip Percobaan Berdasarkan reaksi reduksi oksidasi Iodium dengan indikator kanji yang berwarna biru dan yang setelah dititrasi dengan natrium tiosulfat menghilangkan warn biru menjadi reaksi pembentukan natrium iodide yang tidak berwarna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Antibiotik merupakan senyawa khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat sintetik yang dalam kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau lebih spesies mikroorganisme. Penetapan antibiotik secara kimia makin sering digunakan sebab mempunyai ketelitian yang tinggi, waktu analisis yang lebih cepat, dan lebih obyektif sehingga bisa menggantikan penetapan secara hayati. Dengan mempelajari sifat kimia dan rumus bangun dari suatu antibiotik maka dapat disusun penetapan secara kimiawi yang secara kuantitiatif tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain yang mempunyai sifat kimia yang serupa. Penetapan secara kimia diharapkan lebih spesifik daripada penetapan secara hayati. Dengan dapat dibuatnya antibiotik murni, maka penetapan secara kimia berkembang dengan menetapkan jumlah zat dalam berat dan tidak lagi dalam unit, walaupun demikian beberapa antibiotik masih diukur dalam aktivitas unit dan ini dapat diubah menjadi unit perberat jika diperlukan. (1) 1. Kloramfenikol Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas dan sesuai untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Kloramfenikol mempunyai rasa sangat pahit karena itu untuk sediaan sirup digunakan bentuk ester palmitat atau suksinat supaya rasanya tidak pahit. Kloramfenikol juga dapat mengalami kerusakan akibat cahaya (fotodegradasi) yang menghasilkan warna kuning sampai kecoklatan karena terjadi proses oksidasi, reduksi, dan kondensasi yang secara berurutan akan menghasilkan 4-nitrobenzaldehid, 4-

nitrosobenzoat, dan asam 4,4-asam benzoate. (1) Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman, kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakteriosid terhadap kuman-kuman tertentu. (2) 2. - Laktam 2.1 Penisilin Penisilin mempunyai cincin tiazolidin dan cincin -laktam. Atom H pada COOH dapat diganti dengan kation anorganik atau organik membentuk suatu garam. Kation yang digunakan biasanya natrium, kalium, aluminium, prokain, dan benzatin. Penggantian gugus R akan berpengaruh terhadap kelarutannya dalam pelarut organik, penyerapan, stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase. Penisilin mudah sekali terurai baik oleh asam atau basa. (1)

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakteriosid pada mikroba yang sedang aktif membelah. (2) 2.2 Sefalosporin Sefalosporin merupakan antibiotik golongan laktam. Sefadroksil merupakan sefalosporin generasi pertama. Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. (2) 3. Kuinolon Ciprofloksasin termasuk antibiotik golongan flurokuinolon. Golongan flurokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal. (2) 4. Tetrasiklin Doksisiklin termasuk antibiotik golongan tetrasiklin. Golongan

tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua iialah sistem transpor aktif. Setelah masuk maka, antibiotik berikatan dengan ribosom 305 dan menghalangi masuknya kompleks tRNA asam amino pada lokasi asam amino. (2)

5.

Metronidazol Metronidazol ialah (1-hidroksi etil)-2 metil-5-nitromidazol yang

berbentuk Kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai saat ini belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. (2) Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya (3). 1. 2. 3. 4. Analisis gravimetri Analisis volumetri yang bisa disebut juga analisis titrimetri Analisis gasometri Analisis dengan metode fisika dan kimia.

Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu: 1. 2. 3. 4. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri Reaksi pembentukan kompleks Reaksi pengendapan Reaksi oksidasi-reduksi. (3)

Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan (4). Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Bila asam/ basa bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkaloida-alkaloida,

cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak dapat dilakukan karena disamping sukar larut air, juga kurang reaktif dalam air. Titrasi dalam lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungan-keuntungan misalnya zat-zat yang dapat larut dalam air, terutama basa-basa organik dapat dititrasi dalam pelarut dimana zat itu dapat segera akan larut. Senyawasenyawa yang mempunyai sifat basa yang sangat lemah, yang tidak dapat dititrasi dalam air, masih memberikan titik akhir yang cukup tajam dalam berbagai pelarut organik dan dapat langsung ditentukan. Banyak senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, bila dilarutkan dalam pelarut organik akan menaikkan sifat asam atau basanya. Dengan demikian perlu pemilihan pelarut yang sesuai untuk menentukan berbagai macam senyawa dengan titrasi dalam lingkungan bebas air. Garam-garam asam halida dapat dititrasi dalam asam cuka setelah penambahan raksa (II) asetat yang dapat merubah ion halida menjadi raksa (II) halide yang tidak terdisossiasi. (3). Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut air dapat bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton. Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium bebas air. Dalam TBA biasanya ditambah dengan

asam asetat anhidrida dengan tujuan untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam yang berasal dari asam lemah, maka penghilangan anion yang berasal dari asam kurang, begitu penting. Akan tetapi, jika basa dalam bentuk garam klorida atau bromida, maka bromida atau klorida harus dihilangkan sebelum dititrasi. Penghilangan bromida atau klorida dilakukan dengan penambahan merkuri asetat. Adanya asam klorida atau bromida dan asam-asam kuat lain harus dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan kadar tidak kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa sampel yang bersifat basa. (5) Pada pelaksanaan titrasi dalam pelarut bebas air sebenarnya tidak berbeda dengan titrasi dalam larutan air. Titik akhir dalam hal ini dapat kembali ditentukan secara elektometri atau dengan bantuan indikator. Harus diperhatikan bahwa larutan asam asetat menunjukkan pemuaian termik yang besar. Berdasarkan ini maka harus bekerja dengan larutan dengan suhu sama atau volume pentitrasi harus dikoreksi. Pada penggantian indikator atau pelarut, faktor larutan pengukur harus ditentukan kembali. Dapat dimengerti, bahwa juga larutan volumetrik dan indikator serta larutan uji harus dibuat bebas air. Pada penentuan yang sering dalam lingkungan bebas air lebih baik digunakan buret automatik. Untuk penentuan tunggal digunakan

buret yang lazim. Untuk wadah persediaan larutan pengukur dan larutan indikator digunakan wadah gelas yang tertutup. (6) Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar baku primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi (II) dalam asam klorida. (7) Dikromatometri termasuk ke dalam titrasi redoks, karena dalam reaksinya terjadi perpindahan elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Seperti yang diketahui bahwa kemungkinan terjadinya reaksi redoks dapat dilihat dari 2 hal berikut: 1. 2. Terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi). Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium

dikromat selain berfungsi sebagai bahan baku juga sebagai oksidator). Kalium dikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+. Reaksi: Cr2O72- + 14 H+ + 6 e 2 Cr3+ + 7 H2O E0=1,33 V

Karena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4 dan Ce (IV). Maka hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat K2Cr2O7 larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan (inert terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan murah. Metode dikromatometri digunakan terutama untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah besar tidak mempengaruhi titer ini. Suatu cara

tidak langsung untuk menentukan, oksidasi yang diberi larutan Fe 2+ berlebihan kemudian kelebihan dititrasi dengan standar Dikromat. Maka cara ini dipakai untuk penentuan NO3-, ClO3-, H2O2, MnO4- dan Cr2O72-. Kalium Dikromat (K2Cr2O7) bukanlah zat pengoksidasi yang begitu kuat seperti Kalium Permanganat (KMnO4), tetapi ia mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat diperoleh murni, stabil sampai titik leburnya dan karenanya merupakan suatu standar primer yang sangat baik. Larutan standar dengan kekuatan yang diketahui tepat dapat disiapkan dengan menimbang garam keringnya yang murni dan kelarutannya dalam volume air yang sesuai. Lebih jauh larutannya dalam air adalah stabil tanpa batas waktu jika dilindungi dengan memadai terhadap penguapan. Kalium Dikromat (K2Cr2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan direduksi dengan cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang hijau. Ia tak direduksi oleh Asam Klorida (HCl) dingin, asalkan konsentrasi asam itu tak melampaui 1 atau 2 Molar. Larutan-larutan Dikromat juga kurang mudah direduksi oleh beban organik dibanding larutan-larutan Permanganat dan juga stabil terhadap cahaya. Karena itu, Kalium Dikromat berharga khusus dalam penetapan besi dalam bijih besi: Bijih besi itu biasanya dilarutkan dalam Asam Klorida, Besi (III) direduksi menjadi Besi (II), dan dititrasi dengan larutan Dikromat standar. Cr2072- + 6 Fe2+ + 14 H+ 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7 H2O

Dalam larutan asam, reduksi Kalium Dikromat dapat dinyatakan sebagai : Cr2072- + 14 H+ + 6 e 2 Cr3+ + 7 H2O

Jadi ekuivalennya adalah seperenam mol, yaitu 294,18/6 atau 49,030 g. Maka suatu larutan 0,1 N mengandung 4,9030 g dm -3. Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh reduksi Kalium Dikromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi dengan Dikromat hanya dengan meneliti larutan secara visual sehingga harus digunakan suatu indikator redoks yang memberi perubahan warna yang kuat dan tak bisa disalahtafsirkan. Indikator yang sesuai untuk digunakan dengan titrasi Dikromat meliputi asam 2 N-Fenilan Tranilat (larutan 0,1 % dalam NaOH 0,005 M) dan Natrium Difenilaminasufonat atau senyawa Na/Badifenilamina Sulfonat (larutan 0,2 % dalam air). Indikator ini hanya digunakan dalam suasana Asam Sulfat-Asam Fosfat. (8)

II.2 Uraian Bahan a. Ampicilin ( 9:90) Nama resmi Sinonim RM/BM Pemerian : : : : AMPICILLINUM Ampisilina C16H19N3O4S / 349,41 Serbuk hablur renik; putih ; tidak berbau atau hamper tidak berbau; rasa pahit. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 170 bagian air; praktis tidak larut dalam etanol (95%)p, dalam kloroform p, dalam eter p, dalam aseton p dan dalam minyak lemak Penyimpanan Kegunaan : : Dalam wadah tertutup baik Sebagai sampel analisa

b. Natrium hidroksida (9:412) Nama Resmi Sinonim RM/BM Pemerian : : : : NATRII HYDROXYDUM Natrium hidroksida NaOH / 40,00 Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunanaan c. HCl ( 9: 53 ) Nama Resmi Sinonim RM/BM Pemerian

Sebagai pemberi suasana basa

: : : :

ACIDUM HYDROCHLORIDUM Asam klorida HCl / 36,46 Cairan; tidak berwarna; berasap, bau

merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang. Penyimpanan Kegunanaan : : Dalam wadah tertutup rapat Sebagai pemberi suasana asam dan

melarutkan sampel contoh Nama Resmi d. Iodium ( 9:316) Nama resmi Sinonim RM/BM Pemerian : : : : IODUM Iodum I / 126,91 Keping atau butir, barat, mengkilat, seperti logam ; hitam kelabu; bau khas Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95%)p, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol. Penyimpanan Kegunaan : : Dalam wadah tertutup rapat. Sebagai pemberi iod : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

e. Natrium tiosulfat ( 9:428) Nama resmi Sinonim RM/BM Pemerian : : : : NATRII THIOSULFAS Natrium tiosulfat Hipo Na2S2O3 / 248,17 Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara lembab meleleh basah: dalam hampa udara pada suhu diatas 330 merapuh Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air: praktis tidak larut dalam etanol (95%)p. Penyimpanan Kegunaan f. Air suling (3:96) Nama resmi Sinonim RM/BM Pemerian : : : : AQUA DESTILLATA Aquadest H2O/ 18,02 g/mol Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa Penyimpanan Kegunaan : : Dalam wadah tertutup baik Sebagai pelarut : : Dalam wadah tertutup rapat Sebagai penitran

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia, Erlenmeyer, statif dan klem, buret, corong, pengaduk, neraca analitik. III.1.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tablet Ampisilin, NaOH 0,1 N; HCl 1 N; Iodium 0,01 N; Natrium tiosulfat 0.1 N III.2 Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang 50 mg ampisilin, dilarutkan dalam air sebanyak 25 ml. 3. Dipipet 5 ml larutan kedalam labu bersumbat, lalu ditambahkan 1 ml NaOH 1N, lalu dengan 5 ml larutan dapar. 4. Kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 1 N dan 10 ml I 2 0,15 N 5. Ditambahkan indikator kanji dan dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N hingga berubah warna.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan No. 1 Larutan baku Na2S2O3 biru Perubahan warna tidak berwarna

IV.2 Perhitungan 1. Berat ampicilin yang ditimbang untuk mendapatkan berat setara teofilin 50 mg Dik : z (berat tablet keseluruhan) = 3106 mg

Dan berat berdasarkan yang ditimbang = 0,062 g Jadi, 0,062 mg ampisilin yang ditimbang mengandung

sebanyak 50 mg. 2. Kadar = (N x VI2 N x V Tio) x BE sampel = (0,1 x 5 0,1 x 3,65) x 85,8 = 11,583 mg 3. % Kadar ampicilin %= = = 62,63 %

IV.3 Reaksi Penentuan Kadar Amoksisilin

CH2OH O
O

CH2OH O
OH H

OH

+ I2

OH

OH n

Amylum I CH2OH O
O

CH2OH O
OH H H

OH H

OH

OH

n Biru
C OOH H

H HO C NH 2 C O NH

N S H H

Amoksisilin

OH
2

CH3 C H3

+ Na2S2O3

C OONa H H O N S H NH 2 H 3 CH3 C H3

+ H2S2O3

HO

C O NH

Na. Amoksisilin

I CH2OH O
O

CH2OH O + Na2S2O3
O H

OH

H
OH

H
H H

OH n

Biru

CH2OH O
O OH

CH2OH O O H H H O H + 2 NaI + H2S2O3

H
OH

Bening

OH

BAB V PEMBAHASAN

Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks kemoterapi tinggi, dan manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk. Dari segi daya kerjanya, antibiotik dapat dibedakan dalam kelompok antibiotik bakteriostatik dan antibiotik bakterisidik. Kelompok yang pertama menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Sedang kelompok yang kedua bekerja mematikan bakteri tersebut. Penisilin mempunyai cincin tiazolidin dan cincin -laktam. Atom H pada COOH dapat diganti dengan kation anorganik atau organik membentuk suatu garam. Kation yang digunakan biasanya natrium, kalium, aluminium, prokain, dan benzatin. Penggantian gugus R akan berpengaruh terhadap kelarutannya dalam pelarut organik, penyerapan, stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase. Penisilin mudah sekali terurai baik oleh asam atau basa. Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakteriosid pada mikroba yang sedang aktif membelah.

Metode titrasi iodometri mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji Pada percobaan ini akan ditentukan kadar amoksisilin. Metode yang biasa digunakan metode iodometri. Metode ini menggunakan titrasi secara tidak langsung, berbeda dengan iodimetri yang dengan titrasi langsung menggunakan larutan baku iodium. Sebelum penentuan kadar, dibakukan terlebih dahulu Na2S2O3 dengan menggunakan I2 dan indikator kanji. Dicampurkan I2 0.15 N sebanyak 10 ml dan dititrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru hilang. Dalam menentukan kadar, amoksilin dilarutkan dlam air dan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml NaOH dan dan 5 ml buffer asetat. Setelah itu ditambahkan 5 ml HCl P dan I2 0.15 N sebanyak 5 ml. Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 0.1 N

menggunakan indikator kanji hingga warna biru hilang. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar amoksilin yang ditimbang sebanyak 50 mg adalah sebanyak 62,63 %. Hal ini tidak sesuai

dengan literatur yang mengatakan bahwa amoksilin mengandung tidak kurang 98,0 % dan tidak lebih dari 101,00 %. Kesalahan yang terjadi ini disebabkan oleh karena adanya kesalahan dalam membaca skala dimana titik akhir titrasi terlalu pekat sehingga hasil yang didapat terlalu tinggi kadarnya.

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berat amoksilin yang ditimbang untuk mendapatkan amoksilin 50 mg adalah 0,062 g. 2. Kadar amoksilin adalah 62,63 %.

VI.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 108, 119, 121 2. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. 622, 651

3. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS. 1, 29,30, 70, 71, 74. 75, 144, 151, 196-198 4. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta : EGC. 259 5. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.142,143,144, 153, 154 6. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 241, 270, 271 7. Shofyan. 2010. Macam-macam Titrasi Redoks. Diakses dari http://forum.upi.edu/v3/index. Diakses tanggal 16 November 2011

8. Budiman, Melisa. 2011. Oksidasi dengan Kalium Dikromat dan Metode Titrasi Dikromatometri. Diakses dari http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/dikromatometri/metodetitrasi-dikromatometri/ . Diakses tanggal 16 November 2011 9. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 42, 47, 48, 58, 94, 96, 151, 316, 598, 651, 698, 724 10. The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery Office on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). 1381, 3954 11. Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 90, 141 12. Officers of the USP convention. 2007.US Pharmacopeia 30 NF 25. United States : The United States Pharmacopeial Convention.

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI ANALISIS SENYAWA ANTIBIOTIK METODE IODOMETRI

Oleh: Nama Nim Kelompok Asisten :DENNY : 11.01.034 : IV (empat) : Isela Kalambo

LABORATORIUM KIMIA FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2013

You might also like