You are on page 1of 4

Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) sering dijumpai dalam rumah tangga-rumah tangga Kristen.

Pertanyaan yang diajukan menyangkut persoalan ini adalah; siapa yang bertanggung jawab atas keutuhan Rumah Tangga? Siapa yang dipersalahkan? Siapa yang memunculkan konflik tersebut? Apakah Rumah Tangga yang mengalami konflik bisa terus dipertahankan? dan lain sebagainya. Untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertayaan di atas, kita perlu menggalinya dari dalam Alkitab sebagai dasar kepercayaan orang Kristen, 2 Tim. 3:16. Apa itu Gender? Gender dalam Bahasa Indonesia disebut jender yang berarti jenis kelamin yakni merujuk pada pembicaraan tentang laki-laki dan perempuan. Budaya paternalistis sering mengutamakan laki-laki dan menomorduakan perempuan sehingga sekilas terlihat bahwa laki-laki diunggulkan dari perempuan. Hal ini terlihat dalam terbatasnya keikutsertaan perempuan dalm berbagai ivent aktivitas masyarakat luas. Pandangan seperti ini mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang sehingga ketika masuk dalam rumah tangga, diskriminasi jender bisa terjadi. Ada beberapa bagian Alkitab yang mebahas tentang pokok ini seperti; Imamat. 19:19; 2 Tim. 2:23; Ayub 21:10; Gal. 4:24. Sekalipun Alkitab ditulis dalam budaya Ibrani yang paternalistis tetapi tidak pernah kita jumpai bahwa Alkitab merendahkan perempuan dan mengutamakan laki-laki. Mari kita menelusurinya lebih jauh. Kata Gender berasal dari Bahasa Yunani, genno berarti to procreate berkembang biak dan mempertahankan keturunan. Menurut beberapa teolog ini disebut dengan hal yang mulia dan suci. Perkawinan dipandang sebagai kelanjutan dari mandat Allah bagi manusia untuk menaklukan bumi (Kej. 1:28). Kita perlu menyadari bahwa Allah tidak pernah memandang yang satu lebih utama dari yang lainnya, tetapi sebaliknya memberikan peran masing-masing untuk sebuah tujuan. Dengan kata lain, Alkitab dengan jelas dan tegas menyatakan tentang laki-laki dan perempuan memiliki peranan masing-masing dalam rencana Allah sehingga diciptakan-Nya laki-laki dan perempuan untuk mencapai tujuan Allah bagi rumah tangga. Kehidupan dalam Rumah Tangga Allah mempersatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam hubungan yang sakral (menjadi satu daging) untuk menggambarkan hubungan suci antara Allah dan umat-Nya, (Kej. 2:24; Ef. 5:3132). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ikatan pemersatu ini berlangsung dalam durasi seumur hidup. Hubungan ini dapat didemonstrasikan di dalam membina rumah tangga yang harmonis maka di dalamnya akan tercermin pencapaian rencana Allah untuk menghadirkan shalom melalui rumah tangga sepanjang hidup seseorang dengan pasangannya. Hubungan ini mendapat tanggung jawab sebagai berikut: Bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan dan kelanggengan hidup bersama (suami dan istri) dalam durasi waktu seumur hidup. Bersama-sama mewujudkan persekutuan terdekat dan terintim antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mana di dalamnya seseorang dapat mengekspresikan kasihnya secara wajar, menyiapkan tempat bagi hubungan yang terdekat yang patut bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan (hubungan batin yang terdalam yang adalah kebutuhan biologis dari seorang laki-laki dan seorang perempuan terpenuhi). Menyiapkan wadah bagi pertambahan dan pemeliharaan hubungan suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu, untuk menerima kehadiran anak dan membesarkan mereka bersama-sama. Menyiapkan wadah untuk berbagi atau bersosialisasi dalam masyarakat luas. Menjalin persahabatan dan kekeluargaan antar personal dengan kerabat dan keluarga besar yang di dalamnya membentuk kerukunan hidup berkelompok yakni antara istri dan keluarga suaminya demikian juga antara suami dan keluarga istrinya. Di sini terlihat bahwa suami dan istri memiliki tanggung jawab yang sama yakni panggilan untuk memuliakan Allah melalui kehidupan bersama yang utuh dan harmonis serta tanggung jawab koperatif semua pihak yang harus diwujudkan melalui kehidupan bersama dalam rumah tangga. Ulasan Umum Mengenai Munculnya Konflik dalam Rumah Tangga Pada dasarnya semua manusia berusaha untuk menghindari konflik. Baik konflik yang sifatnya pribadi maupun yang melibatkan banyak orang, tetapi yang namanya konflik sering sekali tidak dapat

1. 2.

3. 4.

dihindari dan selalu menyisahkan luka batin. Di dalam Rumah Tangga sering sekali konflik tidak dapat dihindari dan kebanyakan dari setiap konflik yang terjadi dalam Rumah Tangga (tidak semua), istrilah yang menjadi korban. Pemicu adanya kekerasan tidak melulu karena faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, atau cemburu buta, tetapi menurut Ketua Sub Komisi Pemulihan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Sri Nurherawati bahwa latar belakang keluarga menjadi penyebab pria melakoni kekerasan ke pasangannya. Nurherawati mengatakan bahwa "Karena dulu dia sering melihat ayahnya melakukan KDRT terhadap ibunya sehingga seorang pria melakukan kekerasan terhadap pasangannya tanpa merasa bersalah. Munculnya kekerasan dalam Rumah Tangga karena berbagai macam faktor tetapi faktor yang paling utama adalah karena pria merasa superior dari pasangannya. Di atas sudah dijelaskan bahwa Alkitab tidak membicarakan superior dari gender tertentu tetapi adanya kesetaraan gender untuk tujuan Allah. Karena itu, untuk menghindari KDRT maka seorang laki-laki harus dapat mengambil perannya sebagai kepala yang berfungsi sebagai manager yang melindungi Rumah Tangga dan pasangannya mengambil peran sebagai penolong. Keduanya secara koperatif mewujudkan tujuan Allah yakni untuk kemuliaan nama Tuhan. Seorang laki-laki seharusnya menyadari bahwa di pundaknya Allah memberikan tanggung jawab untuk melindungi keluarganya dari segala keretakan bukan sebaliknya menciptakan konflik dalam rumah tangga. Tulisan ini bertujuan sebagai tali kekang untuk melindungi keluarga Kristen dari konflik yang berujung pada luka batin bahkan perceraian akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga. Kiranya menjadi berkat!

Sebelum kita mengungkapkan tinjauan Alkitabiah mengenai tindakan kekerasan dalam keluarga Kristen, saya mengajak bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian untuk melihat dulu mengapa ada kekerasan dalam keluarga Kristen. Kalau memperhatikan dengan teliti dan mengerti apa artinya Kristen seharusnya tidak ada tindakan kekerasan ya! Karena sebagai Kristen berarti takut akan Tuhan, tahu bersyukur dan memuliakan Tuhan. Orang Kristen adalah orang yang benar-benar percaya dan menerima dalam hatinya Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya dan Tuhannya. Keluarga Kristen seharusnya selalu ada keharmonisan, ada kesatuan, ada kegembiraan, ada hormat, ada pembangunan rohani khususnya dari orang tua sebagai teladan dan contoh. Sebagai hamba Tuhan dalam 20 tahun. Ada banyak pengalaman dalam menangani masalah-masalah keluarga, seperti masalah suami dan istri, masalah orang tua dan anak. Selalu persoalan datang dari : a. Rohani b. Fisik / jasmani c. Emosi d. Materi. Kekurangan hormat terhadap orang tua akan menimbulkan persoalan. Contoh Nadab dan Abihu. Keduanya anak Harun, seorang imam. Mereka terbakar karena : a. Tidak mau mendengar perintah b. Tidak peduli apa akibat perbuatan mereka Contoh kedua, anak-anak Eli (Hofni dan Pinehas) dalam 1Sam 2:12. Mereka terbunuh karena mereka jahat dan tidak mau mendengarkan ayah mereka (1Sam 2:12, 22-25). Mereka terbunuh sebagai akibat perbuatan mereka yang jahat. Saya mau mengungkapkan bahwa sejak dahulu Iblis mau menghancurkan ciptaan Tuhan yang disebut Tuhan Baik. Salah satu ciptaan Tuhan yang baik adalah Keluarga, lembaga yang di mana masyarakat dijadikan. Keluarga yang sehat adalah jemaat yang sehat. A. Sumber Penyerangan Dalam Keluarga Iblis sedang menyerang keluarga-keluarga. Beberapa cara penyerangan, hubungan suami-istri. Contoh di Amerika Serikat, Statistik mengenai hubungan suami-istri. Hanya 7% keluarga yang sehat. 1. Rencana Tuhan a) Lihat pesan Tuhan i) Ul 6:4 - Teologi ii) Ay. 5 Reaksi b) Bagaimana cara melanjutkannya

i) Komitmen pribadi ay. 6 ii) Komunikasi orang tua a) Dalam kata-kata ay. 7 b) Dalam simbol-simbol ay. 8 c) Dalam sekeliling ay. 9 2. Perlawanan Iblis Dari semula, Iblis sudah mencoba merusak rencana Tuhan. Untuk menyelesaikan rencananya, dia mau menghancurkan benih kebenaran. Dia mau menghancurkan keluarga, mengacaukan dan membuat pertengkaran supaya keluarga itu akan kacau. Dia memakai perceraian, perpisahan, perzinahan, perbuatan zina di luar nikah, pemberontakan, dan semua cara yang bisa mematahkan keluarga yang sehat supaya tidak bisa melaksanakan hal-hal yang Tuhan inginkan. B. Strategi Penyerangan Keluarga 1. Bapak-Bapak diserang Tidak sedikit kasus, ayah meninggalkan peran yang diberikan Tuhan terhadap mereka. Salah seorang ahli ilmu jiwa (psycologist) dari Menninger Klinik bernama Harold Voth, menulis buku yang sangat menghasut yaitu Keluarga yang mengebiri. Dia mempresentasikan dalam tesisnya bahwa kalau ayah tidak menjadi kepala keluarga, hal itu hanya membuat keluarga celaka. Dia berkata bahwa seorang ayah bertanggung jawab dalam struktur dan bentuk dan untuk membangun standar-standar dalam keluarga, sikap, pembimbingan dan kekuatan. Kalau dia tidak melaksanakan itu, keluarga hanya hancur. Kita sadar bahwa bapak-bapak diserang. Mereka diserang waktu mengalihkan perhatian dari istri dan anak-anak mereka, hanya untuk mementingkan keinginan sendiri, menjadi seperti orang macho dan hanya memuaskan diri sendiri. Mereka menghilangkan konsentrasi dalam mengasihi keluarga, memenuhi keperluan keluarga, memperdulikan keluarga, menawarkan kekuatan, kestabilan, sikap, pimpinan dan ajaran yang sehat. Tetapi menyedihkan sekali melihat banyak bapak orang Kristen yang memenuhi keinginan sendiri seperti TV, usaha mencari uang, mengumpulkan barang-barang yang fana, nafsu dengan perempuan lain, dan lain-lain yang mengalihkan mereka dari prioritas mereka. 2. Ibu-Ibu diserang Ibu-ibu terpaksa untuk bekerja di luar rumah. Pada tahun 1990, barangkali 45% tenaga pekerja di Amerika Serikat adalah perempuan. Sudah 6 juta anak-anak di bawah umur 6 tahun yang ibu mereka bekerja. Perempuan-perempuan terintimidasi meninggalkan rumah. Mengapa? Karena mereka akan membuka jalan untuk godaan-godaan kepada orang laki-laki, pada hal-hal materi, pada filsafat duniawi, dan sistem kehidupan duniawi. Saya percaya kesalahan ibu-ibu itu bukan kesalahan mereka tetapi terhadap suami-suami. 3. Anak-anak diserang a) Ditinggalkan di rumah b) Dipengaruhi TV 1. Model-model yang perannya keras 2. Tidak takut akan Tuhan 3. Komunikasi yang tidak baik c) Dibesarkan di tempat perawatan kanak-kanak d) Kekerasan dalam Statistik 1. Kira-kira 750.000 anak-anak yang tinggal di tempat sosial, tempat rehabilitasi, rumah sakit jiwa dan penjara (Curtis J Storner, The Right to a home and family). 2. Empat dari sepuluh anak-anak hidup dalam keluarga yang kurang harmonis 3. Delapan belas juta anak-anak tinggal dan hidup di dalam orang tua tiri mereka 4. Di antara tujuh dan empat belas juta anak-anak menjadi peminum, karena orang tua mereka juga peminum 5. Enam puluh lima dari seribu anak-anak di antara umur 7 dan 11 menerima perawatan penyakit

jiwa. 6. Anak-anak di Amerika serikat suka mendapat mainan dengan lebih dari 4 milyar jumlahnya setiap tahun lebih banyak dari penghasilan kotor produk nasional dari 63 negara. 7. Rata-rata umur anak-anak yang mulai mulai merokok turun dari 14 ke 10 tahun 8. Satu juta perempuan muda antara umur 12 dan 17 mengandung setiap tahun 9. Sepuluh juta anak-anak minor punya penyakit HIV, dan lima ribu terkena setiap tahun. 10. Satu dari lima anak-anak memakai obat terlarang dalam dua minggu. Anak-anak kita diserang oleh Anti-Filsafat. Pengaruh dari apa yang mereka lihat, pengaruh dari dunia yang membuat mereka menjauh dari kehidupan rohani. C. Tinjauan Alkitab Tentang Kekerasan Dalam Keluarga a) Apa kewajiban orang tua terhadap anak-anak mereka? 1. Mengasihi dan mempedulikan mereka, khususnya kalau mereka masih kecil (Yes 49:15) 2. Mendidik dan membimbing mereka di dalam Firman Tuhan, prinsip keagamaan, dan memberikan petunjuk-petunjuk jalan Tuhan (Ef 6:4, Ams 22:6, 2Tim 3:15) 3. Mendoakan mereka (Mzm 101:2,3) 4. Mengajarkan belajar menghormati, mentaati orang tua mereka (Luk 2:51, Ef 6:1,4) 5. Dorong mereka (1Taw 28:20, Ams 19:18, 29:15,17) 6. Menyediakan keperluan (1Tim 5:8, 2Kor 12:14) 7. Siap menyerahkan kalau memang mereka sudah siap dipisahkan dalam kehidupan yang baru (Kej 4:1,2; 1Kor 7:36,38) b) Apa kewajiban anak-anak terhadap orang tua mereka? 1. Menghormati (Mal 1:6, Im 19:3) 2. Mendengarkan (Ams 31:28, 1Raj 2:19) 3. Rajin mendengar (Ams 4:1; 5:1) 4. Siap (Ef 6:1, Kol 3:20) 5. Lemah lembut dan sabar (Ibr 12:9, Ams 15:32) 6. Siap mengikuti (Kel 18:24; Hak 14:2) 7. Tahu berterima-kasih atas kebaikan terhadapnya (Rut 4:15, Kej 47:12, Ams 23:22) c) Apa kewajiban istri terhadap suami ? 1. Mengasihi mereka lebih dari siapapun orang di dunia (Tit 2:4) 2. Setia dan tepat (Ibr 13:4, 1Tim 3:11) 3. Menghormati dan takut menyinggung mereka (Ef 5:33) 4. Tunduk (Ef 5:22,24) 5. Peduli untuk menyenangkan mereka (1Kor 7:34) 6. Membantu menanggung beban (Kej 2:18, Ams 31;27) 7. Mendengarkan mereka (1Pet 3:1,2) d) Apa kewajiban suami terhadap istri ? 1. Mengasihi istri, sama seperti Yesus mengasihi jemaat (Ef 5:25) 2. Hidup bersama dengannya (Ef 5:31, 1Pet 3:7, Ams 5:18,19) 3. Harus lembut terhadap istri, menyiapkan dan menyediakan keperluannya (Ef 5:28,29) 4. Setia dan benar memelihara perjanjian (Hos 3:3) 5. Melindungi (1Sam 30:18, 1Pet 4:8) 6. Peduli untuk menyenangkan (1Kor 7:33) 7. Mendoakan (1Pet 3:7, Luk 1:6).

You might also like