You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru.

American Lung Association misalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik membuat penyakit bisa di kontrol beberapa tahun kemudian. Namun, tahun !!! kombinasi pneumonia dan in"luen#a kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ke tujuh di negara itu $%etia&an, !!9'. Pneumonia adalah proses in"eksi akut yang mengenai jaringan paru(paru $al)eoli'. *erjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses in"eksi akut pada bronkus $ biasa disebut bronchopneumonia '. +ejala penyakit ini berupa napas cepat dan sesak, karena paru meradang secara mendadak. ,atas napas cepat adalah "rekuensi pernapasan sebanyak -! kali per menit atau lebih pada anak usia bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan .! kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari - tahun. Pada anak usia di ba&ah bulan tidak dikenal diagnosa pneumonia $%etia&an, !!9'. %ecara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh /%treptokokus pneumoiae/ $pneumococcal disease', di dalamnya 0!!.!!! hingga satu juta ,alita terutama berasal dari negara berkembang. 1ilaporkan, di ka&asan Asia ( Pasi"ik diperkirakan sebanyak 26!.!!! ,alita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 92 anak setiap jam. %ecara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan %ubdit 3%PA 1itjen P 4(PL 1epkes 53 tahun !!0. 1alam laporan tersebut disebutkan, dari 31 pro)insi ditemukan .00.. 9 anak ,alita dengan pneumonia atau 1,persen dari jumlah seluruh ,alita di 3ndonesia. Proporsinya 3-,! persen pada usia di ba&ah satu tahun dan 6.,90 persen pada usia satu hingga empat tahun. 6ika dirata(ratakan, sekitar .002 anak meninggal setiap harinya akibat pneumonia $%uriani, !!9'. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang,tapi juga di negara maju 1

seperti A%, 7anada dan negara 8 negara 9ropa.1i A% misalnya , terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata 8 rata .-.!!! orang dan angka kematian akibat pneumonia mencapai - : di %panyol dan 1 : atau -. 3! per 1!!.!!! penduduk di 3nggris. 1ari data %943; <ealt %tatistik !!1 in"luen#a dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di 3ndonesia, nomor 9 di ,runei, nomor 0 di 4alaysia, nomor 3 di %ingapora,nomor 6 di *hailand dan nomor 3 di =ietnam. Laporan ><? 1999 menyebutkan bah&a penyebab kematian tertinggi akibat penyakit in"eksi di dunia adalah in"eksi saluran na"as akut temtasuk pneumonia $%etia&an, !!9'. 1i 3ndonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardio)askuler dan tuberkolosis. @aktor social ekonomi yang rendah memper tinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi "okus ketiga dari program P 3%PA $Penanggulangan Penyakit 3n"eksi saluran Pernapasan Akut'. Program ini mengupayakan agar istilah Pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran in"ormasi tentangpenangulangan Pneumonia $%etia&an, !!9'.

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Pneumonia adalah in"lamasi atau in"eksi pada parenkim paru $,et# ;, !! '. Pneumonia adalah peradangan al)eoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak $%uriadi Auliani, !!1'. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam( macam etiologi seperti bakteri, )irus, jamur dan benda asing $3ka, !!1'. ,ronchopneumonia adalah radang paru(paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru(paru yang ditandai dengan adanya bercak(bercak in"iltrat $>halley and >ong, 1996'. ,ronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. $%melt#er, !!1'. 6adi bronkopnemonia adalah in"eksi atau peradangan pada jaringan paru terutama al)eoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak 8 anak. B. Etiologi Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah B
1. @aktor 3n"eksi a. Pada neonatus B %treptokokus grup ,, 5espiratory %incytial =irus

$5%='.
b. Pada bayi B 1' =irus B =irus parain"luensa, )irus in"luen#a, Adeno)irus, 5%=,

;ytomegalo)irus.
' ?rganisme atipikal B ;hlamidia trachomatis, Pneumocytis.

3' ,akteri

%treptokokus

pneumoni,

<aemo"ilus

in"luen#a,

4ycobacterium tuberculosa, ,. pertusis.


c. Pada anak(anak B 1' =irus B Parain"luensa, 3n"luensa =irus, Adeno)irus, 5%P ' ?rganisme atipikal B 4ycoplasma pneumonia 3' ,akteri B Pneumokokus, 4ycobakterium tuberculosa. d. Pada anak besar 8 de&asa muda B 1' ?rganisme atipikal B 4ycoplasma pneumonia, ;. *rachomatis ' ,akteri B Pneumokokus, ,. Pertusis, 4. tuberculosis. . @aktor Non 3n"eksi

*erjadi akibat dis"ungsi menelan atau re"luks esophagus meliputi B a. ,ronkopneumonia hidrokarbon *erjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung $ #at hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin'. b. ,ronkopneumonia lipoid *erjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. %etiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti latoski#is, pemberian makanan dengan posisi hori#ontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. 7eparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. 6enis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersi"at paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan. %elain "aktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya bronkopneumonia. 4enurut sistem imun pada penderita(penderita penyakit yang berat seperti A31% dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak, malnutrisi energy protein $49P', penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna merupakan "aktor predisposisi terjadinya penyakit ini. .

C. Patofisiologi 1alam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. *erdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya in"eksi penyakit. 4asuknya mikroorganisme ke dalam saluran na"as dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain B 1. . 3. .. 3nhalasi langsung dari udara. Aspirasi dari bahan(bahan yang ada di naso"aring dan oro"aring Perluasan langsung dari tempat(tempat lain Penyebaran secara hematogen. 4ekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian ba&ah sangat e"isien untuk mencegah in"eksi yang terdiri dari B 1. . %usunan anatomis rongga hidung 6aringan lim"oid di naso"aring sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. 5e"leks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terin"eksi. 1rainase sistem lim"atis dan "ungsi menyaring kelenjar lim"e regional. @agositosis aksi lim"osit dan respon imunohumoral terutama dari 3gA. %ekresi en#im 8 en#im dari sel(sel yang melapisi trakeo(bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesi"ik. ,ila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan na"as sampai ke al)eoli yang menyebabkan radang pada dinding al)eoli dan jaringan sekitarnya. %etelah itu mikroorganisme tiba di al)eoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu B 1. %tadium 3 $. 8 1 jam pertamaCkongesti' 1isebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terin"eksi. <al ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat in"eksi. <iperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator(mediator -

3. ,ulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan

peradangan dari sel(sel mast setelah pengakti"an sel imun dan cedera jaringan. 4ediator(mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. 1egranulasi sel mast juga mengakti"kan jalur komplemen. 7omplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos )askuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. <al ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan al)eolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan al)eolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. . %tadium 33 $.2 jam berikutnya' 1isebut hepatisasi merah, terjadi se&aktu al)eolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan "ibrin yang dihasilkan oleh penjamu $ host ' sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga &arna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara al)eoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama .2 jam. 3. %tadium 333 $3 8 2 hari' 1isebut hepatisasi kelabu yang terjadi se&aktu sel(sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terin"eksi. Pada saat ini endapan "ibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi "agositosis sisa(sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di al)eoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi "ibrin dan leukosit, &arna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. .. %tadium 3= $0 8 11 hari' 1isebut juga stadium resolusi yang terjadi se&aktu respon imun dan peradangan mereda, sisa(sisa sel "ibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makro"ag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. 6

D. Manifestasi Klinis ,ronkopneumonia biasanya didahului oleh in"eksi saluran na"as bagian atas selama beberapa hari. %uhu dapat naik secara mendadak sampai 39(.!D; dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, perna"asan cepat dan dangkal disertai perna"asan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. ,atuk biasanya tidak dijumpai pada a&al penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada a&alnya berupa batuk kering kemudian menjadi produkti". Pada pemeriksaan "isik didapatkanB 1. 3nspeksiB perna"asan cuping hidung $E', sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. . PalpasiB %tem "remitus yang meningkat pada sisi yang sakit. 3. PerkusiB %onor memendek sampai beda. .. AuskultasiB %uara perna"asan mengeras $)esikuler mengeras' disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan "isik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. ,ila sarang bronkopneumonia menjadi satu $kon"luens' mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara perna"asan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.*anpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara (3 minggu. E. Klasifikasi 1. ,ronkopneumonia sangat berat ,ila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dira&at di rumah sakit dan diberi antibiotika. . ,ronkopneumonia berat ,ila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dira&at di rumah sakit dan diberi antibiotika. 0

3. ,ronkopneumonia ,ila tidak ada retraksi tetapi dijumpai perna"asan yang cepat B a. Lebih dari 6! FCmenit pada anak usia kurang dari b. Lebih dari -! FCmenit pada anak usia .. ,ukan bronkopenumonia B <anya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dira&at dan tidak perlu diberi antibiotika. 1iagnosis pasti dilakukan dengan identi"ikasi kuman penyebabB a. 7ultur sputum atau bilasan cairan lambung b. 7ultur naso"aring atau kultur tenggorokan $throat s&ab', terutama )irus c. 1eteksi antigen bakteri F. Pe eriksaan Diagnostik
1. @oto polosB digunakan untuk melihat adanya in"eksi di paru dan status

bulan

bulan 8 1 tahun

c. Lebih dari .! FCmenit pada anak usia 1 ( - tahun.

pulmoner
2. Nilai analisa gas darahB untuk mengetahui status kardiopulmoner yang

berhubungan dengan oksigenasi


3. <itung darah lengkap dan hitung jenisB digunakan untuk menetapkan

adanya anemia, in"eksi dan proses in"lamasi .. Pe&arnaan gramB untuk seleksi a&al anti mikroba
5. *es kulit untuk tuberkulinB untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi

tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan 6. 6umlah lekositB terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. *es "ungsi paruB digunakan untuk menge)aluasi "ungsi paru, menetapkan

luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan. 2. %pirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. 7ultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti

)irus

!. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan 4edik %ebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan &aktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan poli"armasi maka yang biasanya diberikanB a. Penisilin -!.!!! GCkg,,Chari,ditambah dengan kloram"enikol -!(0! mgCkg,,Chari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam .(- hari. b. Pemberian oksigen dan cairan intra)ena, biasanya diperlukan campuran glukose -: dan Nacl !.9: dalam perbandingan 3B1 ditambah larutan 7;L 1! m9HC-!! mlCbotol in"us. c. 7arena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri. d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dira&at dirumah sakit. . Penatalaksanaan 7epera&atan %eringkali pasien pneumonia yang dira&at di rumah sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan gelisah. 4asalah yang perlu diperhatikan ialahB a. b. c. d. e. ". 4enjaga kelancaran perna"asan. 7ebutuhan istirahat. 7ebutuhan nutrisi dan cairan. 4engontrol suhu tubuh. 4encegah komplikasiCgangguan rasa aman dan nyaman. 7urangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

H. Ko "likasi 1. . 3. .. I. ?titis media ,ronkiektase Abses paru 9mpiema

Prognosis %embuh total, mortalitas kurang dari 1 :, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak(anak dengan keadaan malnutrisi energi(protein dan datang terlambat untuk pengobatan. 3nteraksi sinergis antara malnutrisi dan in"eksi sudah lama diketahui. 3n"eksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya #at(#at gi#i esensial tubuh. %ebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negati" pada daya tahan tubuh terhadap in"eksi. 7edua(duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama(sama dengan in"eksi memberi dampak negati" yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh "aktor in"eksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

#.

Pen$ega%an Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit(penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia. %elain itu hal(hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran na"as sepertiB cara hidup sehat, makan makanan bergi#i dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga.

1!

K. Konse" As&%an Ke"era'atan (. Pengka)ian a. 5i&ayat kesehatan 1' Adanya ri&ayat in"eksi saluran pernapasan sebelumnya B batuk, pilek, demam. ' AnoreFia, sukar menelan, mual dan muntah. 3' 5i&ayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. .' Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan -' ,atuk produkti", perna"asan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis b. @actor "sikologisC perkembangan memahami tindakan 1' Gsia tingkat perkembangan ' *oleransiC kemampuan memahami tindakan c. d. e. ". 7oping Pengalaman terpisah dari keluarga C orang tua Pengalaman in"eksi saluran perna"asan sebelumnya Pengetahuan keluargaC orang tua 1' *ingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan ' Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran perna"asan 3' 7esiapanC kemauan keluarga untuk belajar mera&at anaknya g. Akti)itasC istirahat 1' +ejala ' *anda h. %irkulasi
1' '

B 7elemahan, kelelahan, insomnia B Letargi, penurunan toleransi terhadap akti)itas B 5i&ayat gagal jantung kronis B *akikardi, penampilan keperanan atau pucat B 7ehilangan na"su makan, mual C muntah

+ejala *anda +ejala

i.

4akananC ;airan
1'

11

'

*anda

B 1istensi abdomen, hiperakti" bunyi usus, kulit

kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi j. Neurosensori


1' '

+ejala *anda

B %akit kepala dengan "rontal B Perubahan mental

k.

Nyeri C 7enyamanan 1' +ejala B %akit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia

l.

Perna"asan
1' +ejala

B 5i&ayat PP?4, merokok sigaret, takipnea,

dispnea, perna"asan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal


' *anda

B %putum I merah muda, berkarat atau purulen.

PerkusiI pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan "riksi pleural. ,unyi na"as I menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau na"as bronkial. @ramitusI konsolidasi. m. 7eamanan
1' +ejala ' *anda

taktil dan )okal meningkat dengan

B 5i&ayat gangguan sistem imun, demam. B ,erkeringat, menggigil berulang, gemetar,

kemerahan, mungkin pada kasus rubela C )arisela *. Data Fok&s a. 1ata %ubyekti" Anak dikeluhkan re&el, tidak mau makan, sesak na"as, terdengar suara grek(grek, anak mencret. b. 1ata ?byekti" Perna"asan cepat dan dangkal , perna"asan cuping hidung, cianosis, batuk berdahak sputum purulen, penggunaan otot bantu na"as, bunyi na"as broncho)esikuler, ronchi, respirasi meningkat, peningkatan suhu

tubuh, penurunan na"su makan, muntah malaise, penurunan berat badan dan lain(lain. +. Diagnosa Ke"era'atan ,an Inter-ensi a. ,ersihan jalan na"as tidak e"ekti" berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan na"as *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam jalan na"as menjadi bersih 7riteriaB 1' %uara na"as bersih tidak ada ronkhi atau rales, &hee#ing ' %ekret di jalan na"as bersih 3' ;uping hidung tidak ada .' *idak ada sianosis 3nter)ensiB 1' ?bser)asi status perna"asan tiap jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu na"as, &arna kulit ' Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan na"as 3' Posisikan kepala lebih tinggi .' Lakukan postural drainage -' 7olaborasi dengan "isiotherapist untuk melaakukan "isiotherapi dada 6' 6aga humidi"asi oksigen yang masuk 0' +unakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir b. +angguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di al)eoli paru *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam pertukaran gas dalam al)eoli adekuat. 7riteriaB 1' Akral hangat ' *idak ada tanda sianosis 13

3' *idak ada hipoksia jaringan .' %aturasi oksigen 9!(1!!: 3nter)ensiB 1' Pertahankan kepatenan jalan na"as ' 7eluarkan lendir jika ada dalam jalan na"as 3' Periksa kelancaran aliran oksigen -(6 liter per menit .' Laporkan tanda(tanda hipoksiaC sianosis -' A&asi tingkat kesadaran klien c. <ipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh akibat proses in"eksi, toksimea. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam suhu tubuh dalam batas normal $36,-(30,-J;'. 7riteria <asil B 1' Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh ' *idak menggigil 3' Nadi dan suhu normal 3nter)ensi B 1' ?beser)asi suhu tubuh $. jam' ' Pantau &arna kulit 3' Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan $kompres' .' ,erikan obat sesuai indikasi B antiseptik dan antipiretik -' A&asi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari d. 5esiko tinggi penyebaran in"eksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan utama, tidak adekuat pertahanan sekunder $adanya in"eksi, penekanan imun' *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam tidak terjadi penyabaran in"eksi.

1.

7riteria <asil B 1' 4encapai &aktu perbaikan in"eksi berulang tanpa komplikasi ' 4engidenti"ikasikan inter)ensi untuk mencegah C menurunkan resiko in"eksi 3nter)ensi B 1' Pantau **= ' Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan &arna jumlah dan bau sekret 3' 1orong teknik mencuci tangan dengan baik .' 1orong keseimbangan istirahat adekuat dengan akti)itas sedang. -' ,erikan antibiotik sesuai indikasi e. 3ntoleran akti)itas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam klien kembali toleran terhadap akti)itas. 7riteria <asil B 1' 4elaporkan C menunjukkan peningkatan toleransi terhadap akti)itas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan **= dalam rentang normal. 3nter)ensi B 1' 9)aluasi respon klien terhadap akti)itas ' ,erikan lingkungan terang dan batasi pengunjung 3' 6elaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan akti)itas dan istirahat kepada orang tua .' ,antu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat C tidur -' ,antu akti)itas pera&atan diri yang diperlukan

1-

".

5esti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses in"eksi. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam kebutuhan nutrisi terpenuhi. 7riteria <asil B 1' 4enunjukkan peningkatan na"su makan ' ,erat badan stabil atau meningkat 3nter)ensi B 1' 3ndenti"ikasi "aktor yang menimbulkan mual atau muntah ' ,erikan &adah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin 3' Auskultasi bunyi usus .' ,erikan makan porsi kecil dan sering -' 9)aluasi status nutrisi

g.

5esti kekurangan )olume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan $demam, berkeringan banyak, hiper)entilasi, muntah'. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam tidak terjadi kekurangan )olume cairan. 7riteria <asil B 1' ,alance cairan seimbang ' 4embran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat 3nter)ensi B 1' ?bser)asi perubahan **= ' ?bser)asi turgor kulit, kelembaban membran mukosa 3' ;atat laporan mual C muntah .' Pantau masukan dan keluaran, catat &arna, karakter urine -' <itung keseimbangan cairan 16

6' Asupan cairan minimal -!! C hari 0' ,erikan obat sesuai indikasi I antipiretik, antiemetik 2' ,erikan cairan tambahan 3= sesuai keperluan

10

BAB III .IN#AUAN KASUS Anak usia - tahun dira&at di ruang melati karena ,ronkopneumonia, anak tampak lemah, suhu 32,-J;, nadi 9! kaliCmenit, 5r 6! kaliCmenit, terdengar ronchi basah pada saat auskultasi paru dan tampak retraksi pada saat area dada. %ecret tampak banyak keluar dari hidung. A. Analisa Kas&s 1. Anak tersebut telah mengalami bronkopneumonia dilihat dariB a. 5espiratory rate 6! kali permenit. ,erdasarkan teori di atas bah&a anak usia 1(- tahun dapat dikatakan bronkhopneumonia apabila 55 lebih dari .! kali permenit. Apabila disertai dengan adanya retraksi dinding dada dan anak masih sanggup maka dikatakan bronkhopenumonia berat. Pada kasus ini belum jelas dikatakan bronkhopneumonia karena perlu dikaji aspek kemampuan minum pada anak. b. Anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai salah satu mani"estasi peradangan. . Anak tempak lemah disebabkan oleh gangguan sistem perna"asan dimana terdapat penurunan compliance paru yang mengakibatkan suplai oksigen menurun dan terjadi hipoksia sehingga terjadilah metabolisme anaerob. %elain itu, e"ek pada saluran pencernaan adalah terjadi malabsorbsi dan penurunan na"su makan akibat sesak na"as dan batuk sehingga akan mengganggu proses metabolisme nutrisi dalam tubuh. %elain itu, peningkatan metabolisme kalor juga mengakibatkan lemas. 3. Peningkatann suhu 32,-J; merupakan akibat proses in"lamasi yang merangsang mediator peradangan di hipotalamus meningkatkan suhu tubuh. bronkhopenumonia. <al menunjukkan adanya

12

.. 55 di atas normal $6! kali permenit' merupakan mekanisme kompensasi saat terjadi penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh yang disertai dengan retraksi dinding dada. -. 5onkhi basah terjadi karena adanya akumulasi sekret di dalam saluran na"as. B. Pengka)ian 1. 7aji "aktor resiko seperti usia, status gi#i, kepadatan hunian, status sosial ekonomi. . 5i&ayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti in"luen#a. 3. 7aji adanya anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. .. 7aji ri&ayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. -. 7aji pola eliminasi yang didukung dengan pemeriksaan "isik abdomen. 6. Pada pemeriksaan "isikB a. 3nspeksi B tampak adanya retraksi dada, tampak sesak na"as $55 6! kali permenit'. ,eberapa kasus disertai dengan sianosis dan menggigil. b. c. d. Palpasi B beberapa kasus akral dingin, kulit hangat $dibuktikan dengan pengukuran suhu tubuh'. Auskultasi B terdengar ronkhi basah halus dan nyaring. Perkusi B redup.

0. Perlu adanya penambahan pada kasus hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laborat, "oto thorak, saturasi oksigen. C. Per asala%an &ta a Permasalah utama pada kasus tersebut adalah anak mengalami bersihan jalan na"as tidak e"ekti". 1ata yang menunjang adalah terdapat bunyi ronkhi saat auskultasi, terdapat secret yang banyak keluar dari hidung, 5r 6! kali permenit.

19

D. Analisa Data Data 1sB ( 1oB terdengar ronkhi basah pada auskultasi, secret tampak keluar banyak dari hidung, 55 6! kali permenit 1sB ( 1oB tampak retraksi dada, 55 6! kali permenit, anak tampak lemah 1sB ( 1oB suhu tubuh 32,-J;, anak tampak lemah E. Diagnosa Ke"era'atan 1. ,ersihan jalan na"as tidak e"ekti" berhubungan dengan penumpukan sekret akibat in"lamasi ditandai oleh sekret tampak banyak keluar dari hidung, ronkhi basah, 55 6! kali permenit. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam jalan na"as menjadi bersih. 7riteriaB a. b. c. a. b. c. %uara na"as bersih tidak ada ronkhi %ekret di jalan na"as bersih 55 normal 19( 3 kali permenit ?bser)asi status perna"asan tiap jam meliputi respiratory rate, b.d toksemia <ipertermi b.d penurunan compliance paru Pola na"as tidak e"ekti" Etiologi b.d penumpukan sekret akibat in"lamasi Pro/le ,ersihan jalan na"as tidak e"ekti"

3nter)ensiB penggunaan otot bantu na"as, &arna kulit Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan na"as Posisikan kepala lebih tinggi !

d. e. ". g. .

Lakukan postural drainage 7olaborasi dengan "isiotherapist untuk melaakukan "isiotherapi dada 6aga humidi"asi oksigen yang masuk +unakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir

Pola na"as tidak e"ekti" berhubungan dengan penurunan compliance paru ditandai oleh tampar retraksi dada, 55 6! kali permenit, anak tampak lemah. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan 3 F . jam pola na"as kembali e"ekti". 7riteria <asilB a. b. c. a. b. c. d. e. *idak ada retraksi dada 55 normal 19( 3 kali permenit Anak tampak segar, tidak lemah. Pantau dan catat "rekuensi perna"asan ,erikan oksigen sesuai kebutuhan Posisikan tubuh kepala lebih tinggi Pantau tanda(tanda sianosis Ajarkan teknik na"as dalam

3nter)ensiB

3.

<ipertermi berhubungan dengan toksimea ditandai oleh suhu 32,- K;, anak tampak lemah. *ujuanB setelah dilakukan asuhan kepera&atan selama 3 F . jam suhu tubuh dalam batas normal $36,-(30,-J;'. 7riteria <asil B a. Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh b. *idak menggigil c. Nadi dan suhu normal $36,-(30,-J;'. 3nter)ensi B 1

a. ?beser)asi suhu tubuh $. jam' b. Pantau &arna kulit c. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan $kompres' d. ,erikan obat sesuai indikasi B antiseptik dan antipiretik e. A&asi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari

DAF.AR PUS.AKA

;or&in, 96 !!9, Buku Saku Patofisiologi, edk 3, Alih bahasaB Nike ,udhi %ubyekti, Penerbit ,uku 7edokteran 9+;, 6akarta. 1oenges, 4arilynn !!!, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, 6akata B 9+;. LackmanJs, 1996, Care Principle and Practise Of Medical Surgical Philadelpia B >, %aunders ;ompany. ursing ,

Price, %yl)ia Anderson !!2, Pathoph!siolog! " Clinical Concepts Of #isease Processes, Alih ,ahasa Peter Anugrah. 9d. ., 6akarta B 9+;. %melt#er, %; L ,renda +, !!1. Buku A$ar Keperawatan Medikal Bedah Brunner % Suddarth, &ol ', Penerbit ,uku 7edokteran 9+;, 6akarta. %ukandar, 9A, et al, !!2, (so )ar*akotrapi, P* 3%@3 Penerbitan, 6akarta. Mul, 1ahlan, !!!, (l*u Pen!akit #ala* Edisi ((, 6akarta B ,alai Penerbit @7G3.

You might also like