You are on page 1of 12

Gangguan Pendengaran yang Menyebabkan Litigasi Malpraktek: Apa yang Harus Diketahui Dokter

Brian K. Reilly, MD; Gayle M. Horn, JD; Ryan K. Sewell, JD, MD

Tujuan/ Hipotesis : Untuk mengevaluasi hubungan antara gangguan pendengaran dan litigasi malpraktek. Desain penelitian: Studi retrospektif ini mengevaluasi litigasi malpraktek federal sipil dan negara bagian berkaitan dengan pengobatan dokter dan gangguan pendengaran pasien di Amerika Serikat selama periode 10 tahun (2001-2011). Metode: en!arian "estla# dari database komputer $ur% &erdi!ts - All untuk tahun 2001-2011 dilakukan dengan menggunakan istilah pen!arian ''gangguan pendengaran'' dan ''malpraktek.'' (atabase ini meliputi putusan) penilaian) dan pen%elesaian hakim. Hasil: Sembilan puluh empat kasus dianalisis. Ada *+ putusan %ang menguntungkan untuk terdak#a (*, -)) 2. putusan %ang menguntungkan bagi penggugat (+0 -)) dan 12 pen%elesaian. Salah satu kasus mengakibatkan sidang dibatalkan. en%elesaian berkisar dari / 02.*00 sampai / 12.*00.000) dan vonis berkisar dari / 0 sampai / ..1.0.000. 2ata-rata pemba%aran untuk penggugat de#asa adalah kurang dari (/ *03.1*1) dibandingkan pemba%aran untuk anakanak (/ 1.+03.121). 2ata-rata pemba%aran untuk kasus bedah adalah /*13.03.) dibandingkan dengan / 3,0.00. untuk gangguan pendengaran dengan etiologi medis. 4tolar%ngologis adalah dokter %ang paling sering digugat untuk gangguan pendengaran) terdak#a %ang paling umum kedua adalah dokter anak (delapan kasus). (alam 1+ kasus di mana seorang otolar%ngologist digugat) ada sembilan putusan %ang bertahan dan empat vonis untuk kemenangan penggugat. 2ata-rata ganti rugi atas otolar%ngologist adalah / +1+.2+0. Kesimpulan : 4tolaringologis berhasil dalam sebagian besar (10 -) litigasi gangguan pendengaran %ang dia5ukan terhadap mereka. 6al ini berlaku terlepas dari apakah tuduhan itu diakibatkan dari kesalahan medis atau termasuk dalam prosedur operasi. asien anak mendapatkan vonis hakim %ang lebih baik ketika memperkarakan klaim malpraktek daripada penggugat de#asa) dan pemba%aran

%ang tertinggi didapatkan ketika diduga terdapat trauma kelahiran dan7 atau meningitis. ada akhirn%a) tingkat keparahan dan tingkat gangguan pendengaran lan5ut berkorelasi dengan pemba%aran %ang lebih tinggi. Kata Kun i: gangguan pendengaran) litigasi) malpraktik) otolaringologis. P!"DAH#L#A" 8angguan pendengaran merupakan gangguan sensorik umum dan mempengaruhi 5utaan orang. 8angguan pendengaran dapat men%ebabkan keterlambatan bi!ara) isolasi sosial) dan bahkan depresi klinis. 8angguan pendengaran mempengaruhi sekitar * per 1.000 anak-anak dan hampir +1 5uta orang de#asa. $ika tidak diobati) dampak psikologis dan sosial ekonomi dari gangguan pendengaran dapat mengganggu baik se!ara fisik dan emosional) %ang men%ebabkan individu dengan gangguan pendengaran memiliki kualitas hidup %ang rendah dan tingkat pendapatan %ang berkurang. 9erbagai pen%ebab gangguan pendengaran -dari kera!unan obat sampai infeksi -membuat pengobatan pen%akit ini se!ara keseluruhan kompleks bagi semua pen%edia la%anan kesehatan dan sulit bagi hakim untuk memutuskan. :ingkungan malpraktik medis saat ini telah terdokumentasikan dengan baik) dan analisis litigasi memungkinkan dokter untuk lebih memahami ke#a5iban dan risiko mereka. Sebuah studi terbaru oleh Ameri!an ;edi!al Asso!iation %ang diterbitkan oleh Ameri!an A!adem% of ediatri!s menemukan bah#a hampir sebagian besar dokter (02 -) telah digugat dalam karir mereka) dengan 3* klaim pertanggung5a#aban medis %ang dia5ukan per 100 dokter. :ima persen dari praktek dokter telah digugat dalam 12 bulan terakhir. 9elum ada laporan sebelumn%a dalam literatur %ang menganalisis hubungan antara litigasi malpraktek dan gangguan pendengaran) meskipun ada penelitian %ang meneliti malpraktek dan penggunaan steroid) !edera saraf #a5ah) dan operasi sinus. 4tolaringologis beker5a sama dengan audiolog) terapis bi!ara) dokter anak) dan dokter keluarga untuk mengobati gangguan pendengaran) dan sebagai hasiln%a) mereka sering berada di garis bidik dari klaim malpraktek medis. <u5uan dari makalah ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor %ang

men!iptakan litigasi) termasuk tuduhan adan%a gangguan pendengaran untuk membantu dokter lebih memahami ke#a5iban mereka ketika mera#at pasien dengan gangguan pendengaran. $AHA" DA" M!T%D! =ni adalah penelitian retrospektif %ang mengevaluasi litigasi negara dan perdata federal %ang berkaitan dengan gangguan pendengaran. en!arian "estla# dari database komputer $ur% &erdi!ts-All pada tahun 2001-2011 dilakukan dengan menggunakan istilah pen!arian ''gangguan pendengaran'' dan ''malpraktik.'' (atabase meliputi putusan) penilaian) dan pen%elesaian hakim. (atabase "estla# memberikan ringkasan singkat dari kasus-kasus hukum) memberikan informasi mengenai penggugat) terdak#a) %urisdiksi) penga!ara) saksi ahli) putusan) dan 5umlah keputusan hakim. :aporan putusan hakim dalam database "estla# se!ara sukarela diserahkan oleh penga!ara) dan karena itu tidak berisi semua putusan hakim atau pen%elesaian pada litigasi malpraktek medis. <erdapat 120 kasus %ang sesuai dengan kriteria pen!arian ''gangguan pendengaran'' dan ''malpraktik)'' dimana +0 dikeluarkan karena data %ang tidak men!ukupi atau karena gangguan pendengaran sebenarn%a tidak terbukti. Setiap 30 kasus %ang tersisa kemudian dianalisis dalam: 1) usia penggugat) 2) keluhan %ang disa5ikan) +) etiologi gangguan pendengaran (dikategorikan)) 0) 5enis tuduhan malpraktek %ang dia5ukan) *) !iri khas terdak#a) dan ,) putusan dan ganti rugi. 9erkenaan dengan usia penggugat) anak-anak didefinisikan sebagai individu %ang lebih muda dari 1. tahun. Ada +3 kasus %ang tidak men%ebutkan usia spesifik anak. HA&'L Seban%ak 30 kasus memenuhi kriteria pada ulasan di atas. (alam kelompok kami) ada *3 kasus %ang diba#a oleh orang de#asa (,+-) dan +* kasus %ang diba#a oleh anak-anak (+1-). 2ata-rata usia penggugat adalah 23 tahun) dan 5angkauan usia adalah 0 bulan sampai 10 tahun. (i antara 30 kasus %ang dievaluasi) terdapat

*2 vonis pertahanan setelah sidang) 20 putusan penggugat mengikuti sidang) 13 pen%elesaian) dua arbitrase) dan satu pembatalan sidang. (engan demikian) pada lebih dari setengah dari kasus (**)+2-) tidak ada pemba%aran kepada penggugat. Penyebab Gangguan Pendengaran (alam menganalisis masing-masing 30 kasus untuk etiologi gangguan pendengaran) diidentifikasi 20 pen%ebab: neuroma akustik) hipoksia saat lahir) kolesteatoma) toksisitas obat) ruam telinga) infeksi telinga) 5amur pada telinga) benda asing) pen%akit kuning) meningitis) ossi!uloplast%) pelepasan eksotosis) pengangkatan massa #a5ah) stapedektomi) transt%mpani! ele!tro!o!hleogram) trauma) tumor) t%mpanoplast%) ekstraksi gigi molar ketiga) dan kegagalan untuk mendeteksi defisiensi biotinidase. >edua puluh pen%ebab ini kemudian dianalisa dan dikategorikan sebagai kesalahan bedah atau medis berdasarkan informasi pada sinopsis "estla# (<abel =). en%ebab gangguan pendengaran bervariasi antara populasi de#asa dan anak. :ima pen%ebab utama tuduhan gangguan pendengaran bagi populasi de#asa dan pediatri ter!antum di ba#ah ini (8ambar 1 dan 2). ;eningitis (+1-) adalah pen%ebab utama hilangn%a pendengaran anak) diikuti oleh toksisitas obat (11-)) infeksi telinga (11-)) dan tumor (11-). Sebalikn%a) di antara populasi orang de#asa) pen%ebab utama gangguan pendengaran pada kasus malpraktek terakhir adalah toksisitas obat (22-)) tumor (11-)) dan neuroma akustik (1*-). Se!ara khusus) untuk penggugat pasien de#asa dan anak) gangguan pendengaran sering diduga sekunder terhadap !edera medis %ang lebih besar ? pada orang de#asa) sebagai bagian dari dampak toksisitas gentamisin atau paparan radiasi pengobatan kanker dan pada anak-anak) akibat meningitis atau hipoksia selama persalinan. ;asing-masing dari 20 pen%ebab tuduhan gangguan pendengaran kemudian dikategorikan sebagai peristi#a bedah atau medis. Ada lebih dari tiga kali 5umlah kasus %ang melibatkan peristi#a medis karena terdapat situasi pembedahan (10 vs 20 kasus). enggugat dengan dugaan kesalahan medis 5uga lebih berhasil dan menerima keputusan hakim terhadap kerugian %ang lebih besar daripada penggugat %ang men%atakan kesalahan bedah. Untuk itu) kesalahan

medis mengakibatkan 11 pen%elesaian (2+ -)) 10 putusan penggugat setelah per!obaan (13 -)) 00 vonis pertahanan setelah per!obaan (*0 -)) satu pembatalan sidang) dan dua arbitrase %ang mengakibatkan kompensasi bagi penggugat (+ -). 2ata-rata pemba%aran kepada penggugat untuk kasus %ang diklasifikasikan sebagai kesalahan medis adalah / 3,0.00.) dengan hasil berkisar dari / 0 sampai / 12.*00.000 untuk penggugat. utusan pengadilan bedah meliputi dua pen%elesaian (10 -)) enam vonis %ang mendukung penggugat (+0 -)) dan 12 vonis untuk terdak#a (,0 -). 2atarata pemba%aran kepada penggugat untuk kasus bedah adalah / *13.03.) dengan hasil berkisar dari / 0 sampai / +.03*.1,0 untuk penggugat. Dugaan malpraktek Ada berbagai tuduhan malpraktik %ang dia5ukan oleh pasien. >eluhan utama adalah kegagalan untuk mendiagnosis gangguan pendengaran (23-). ;eski tidak diklaim sesering kegagalan untuk mendiagnosa atau kegagalan untuk mengobati) kegagalan untuk meru5uk ke spesialis- seringkali) otolar%ngologisadalah dugaan malpraktik %ang signifikan (12-) 1+ kasus). $uga) kegagalan untuk mendapatkan informed !onsent merupakan keluhan %ang penting) %ang dituduhkan oleh penggugat dari 3- kasus %ang diperiksa (8ambar +). Umur penggugat (alam kelompok kami) ada *3 kasus %ang diba#a oleh orang de#asa (,+-) dan +* kasus %ang diba#a oleh anak-anak (+1-). Usia rata-rata penggugat adalah 23 tahun (0 bulan-10 tahun). Untuk penggugat de#asa) ada +, putusan pertahanan) 13 putusan penggugat) tiga pen%elesaian) dan satu pembatalan sidang. >ompensasi untuk penggugat pasien de#asa berkisar dari / 0 sampai / ..1.0.000) dengan delapan kasus %ang memiliki pemba%aran sebesar / 1 5uta atau lebih@ pemba%aran rata-rata adalah / *03.1*1. >asus-kasus %ang melibatkan putusan penggugat besar untuk penggugat de#asa bervariasi) tetapi meliputi se5umlah kasus terkait <6<) seperti pelepasan neuroma akustik) ossi!uloplast%) dan stapedektomi.

:itigasi pasien pediatri menghasilkan 11 putusan pertahanan) sembilan putusan penggugat) dan sembilan pen%elesaian. >ompensasi untuk penggugat pediatrik berkisar dari / 0 sampai / 12.*00.000) dengan 10 kasus memiliki pemba%aran / 1 5uta dolar atau lebih@ pemba%aran rata-rata adalah / 1.+03.121. <idak seperti penggugat de#asa) untuk penggugat anak) kasus-kasus %ang melibatkan vonis besar tidak meliputi kasus terkait <6< melainkan terkonsentrasi lebih ban%ak pada trauma lain dari meningitis atau persalinan. Terdakwa Dokter (alam ,0 dari 30 kasus %ang dievaluasi) spesialisasi terdak#a dokter diidentifikasi (<abel ==). raktisi medis %ang paling sering digugat adalah otolaringologis (1+ kasus) 22-)) diikuti oleh dokter anak (delapan kasus) 1+-)) pera#at7 asisten dokter (tu5uh kasus) 12-)) dokter unit ga#at darurat (enam kasus) 10-)) dan dokter keluarga (enam kasus) 10-). (ari kelompok dokter %ang digugat lebih dari tiga kali) dokter unit ga#at darurat memiliki ke#a5iban rata-rata tertinggi sebesar / 1.+,0.231) diikuti oleh dokter anak dengan ganti rugi rata-rata / 1.0.1.*00. ;eskipun otolar%ngologis adalah %ang paling sering digugat untuk gangguan pendengaran) mereka memiliki pemba%aran rata-rata han%a / +1+.2+0. Otolaryngologist sebagai Terdakwa Ada 1+ kasus di mana otolar%ngologist diidentifikasi sebagai terdak#a. Ada sembilan putusan pertahanan) tiga putusan %ang mendukung penggugat) dan satu pen%elesaian. 6an%a dua dari 1+ kasus %ang melibatkan pasien anak-anak) dan kedua kasus pediatrik tersebut menghasilkan putusan untuk otolar%ngologist tersebut. >asus pertama melibatkan kegagalan untuk mengobati kolesteatoma) dan %ang kedua adalah kegagalan ossi!uloplast%. 6asil berikut ter5adi di masingmasing 1+ kasus di mana seorang otolar%ngologist dinamakan sebagai terdak#a (<abel === ).

Klaim Medis Terkait Otolaringologi Ada se5umlah kasus terkait telinga %ang masuk dalam 30 tuntutan hukum malpraktik %ang ditin5au) termasuk kasus di mana seorang otolar%ngologis tidak dituntut sebagai terdak#a. Se!ara khusus) ada sembilan kasus %ang melibatkan neuromas akustik) 11 kasus %ang melibatkan infeksi telinga) empat kasus melibatkan bilas telinga) dan tiga kasus %ang melibatkan !holesteatoma %ang tak terobati. 2ata-rata ganti rugi untuk masing-masing prosedur ini ter!antum dalam <abel =&. Keparahan Gangguan Pendengaran (era5at gangguan pendengaran diidentifikasi pada ,, dari 30 kasus %ang dianalisis (10 -). enin5auan dari ,, kasus tersebut menun5ukkan bah#a tingkat keparahan gangguan pendengaran berkorelasi dengan putusan hakim terhadap kerusakan %ang tinggi bagi penggugat. Ada 1* kasus gangguan pendengaran total dengan ganti rugi pemba%aran rata-rata / 1.030.000) dibandingkan dengan *1 kasus gangguan pendengaran parsial dengan pemba%aran rata-rata han%a / ,.0)02+.23. P!M$AHA&A" Studi kami mengevaluasi hubungan antara tuduhan gangguan pendengaran dan litigasi malpraktek. Se!ara khusus) analisis ini meneliti bagaimana hasil litigasi gangguan pendengaran berbeda menurut usia penggugat) keahlian dari dokter terdak#a) dan etiologi gangguan pendengaran. Sebuah klaim malpraktek medis %ang berhasil harus memenuhi tes empat bagian : 1) terdapat ke#a5iban antara pasien dan dokter) 2) ke#a5iban dilanggar) +) penggugat dirugikan) dan 0) pelanggaran men%ebabkan !edera %ang !ukup. <es ini menghubungkan: masing-masing empat faktor %ang harus dipenuhi sebelum ke#a5iban dapat dibebankan. Selain itu) meskipun usia penggugat mungkin dapat berpengaruh terhadap lingkup kerusakan (misaln%a) klaim untuk kerusakan ekonomi dari hilangn%a pendapatan atau potensi pendapatan di masa depan)) tes untuk kelalaian tidak meliputi analisis usia penggugat maupun drea5at !edera.

Aaktor-faktor tersebut han%a ikut bermain setelah ke#a5iban telah ditetapkan dan 5umlah kerugian %ang harus diberikan kepada penggugat akan ditentukan. (alam penelitian kami) baik usia penggugat dan dera5at keparahan gangguan pendengaran berkorelasi kuat dengan 5umlah kerusakan %ang diberikan penggugat. Se!ara umum) anak-anak %ang berhasil menggugat untuk gangguan pendengaran sering mengalami pemba%aran lebih besar daripada penggugat de#asa. Studi sebelumn%a telah men%atakan bah#a malpraktek pediatrik berfrekuensi rendah) tetapi tingkat keparahann%a tinggi. ern%ataan ini didukung oleh temuan penelitian kami dan dengan penelitian tambahan menun5ukkan bah#a pasien %ang lebih muda memiliki tingkat keberhasilan %ang lebih tinggi ketika menuntut komplikasi operasi sinus daripada pasien %ang lebih tua (*0 - vs +* -). (emikian pula) tingkat beratn%a gangguan pendengaran %ang diderita berkorelasi dengan pemba%aran %ang lebih tinggi bagi penggugat dan dengan angka keberhasilan se!ara keseluruhan %ang lebih tinggi (%aitu) temuan-temuan %ang lebih mendukung penggugat) dalam litigasi malpraktek. <ingkat keparahan !edera bukanlah bagian dari kalkulus kelalaian) dan tingkat keparahan tidak selalu men%amai kelalaian sebenarn%a selama pera#atan medis. 6ubungan antara dera5at !edera gangguan pendengaran dan keberhasilan penggugat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor sub%ektif lain %ang mun!ul dalam keadaan litigasi. Sebagai !ontoh) hakim mungkin ingin mengkompensasi seorang individu %ang dipandang men5adi sebagai benar-benar terluka. 8angguan pendengaran %ang 5elas lebih berat memiliki dampak %ang lebih besar pada kualitas hidup. Selain itu) rumah sakit atau dokter mungkin tidak ingin mengambil risiko litigasi dalam kasus gangguan pendengaran total) dimana potensi kerusakan mungkin lebih signifikan. >arena pasien dengan gangguan pendengaran lebih berat lebih mungkin untuk berhasil) strategi pen%elesaian dapat dipertimbangkan. Akan tetapi) pemba%aran terbesar pada litigasi malpraktek adalah kasus di mana gangguan pendengaran tidak han%a berat) tetapi 5uga diduga sebagai !edera sekunder. 9aik meningitis (kegagalan untuk mendiagnosa atau mengobati dengan benar) dan toksisitas obat memba#a pen%elesaian besar atau pemba%aran putusan. ;eskipun kehilangan pendengaran dapat ter5adi dari meningitis %ang tidak diobati

dengan benar atau kera!unan obat) hal tersebut bukan !edera primer %ang disebabkan dari kesalahan medis. <untutan hukum %ang khusus diba#a untuk !edera gangguan pendengaran %ang timbul dari prosedur otologi) seperti pera#atan bedah untuk otitis7 mastoiditis) kolesteatoma) dan benda asing) merupakan 02- dari kasus %ang diba#a oleh orang de#asa dan 23- kasus pediatrik. emba%aran tertinggi di seri kami adalah kegagalan stapedektomi (/ 2.310.000). emba%aran %ang tinggi ini menggarisba#ahi pentingn%a memperoleh informed !onsent untuk stapedektomi) %ang memba#a risiko 1- dari kehilangan pendengaran total. (alam temuan kami) pemba%aran untuk !edera otologi tidak sesignifikan seperti pada 5enis kesalahan medis lain %ang men%ebabkan gangguan pendengaran. Sebalikn%a) pemba%aran malpraktik tertinggi adalah dari !edera gangguan pendengaran akibat persalinan (rata-rata ganti rugi) / +.0+,.+++) dan meningitis (/ 2.,.1.**,). (engan !ara sebalikn%a) ada sedikit keberhasilan dalam menggugat atas tuduhan gangguan pendengaran sekunder untuk otitis media7 mastoiditis. Ada 10 putusan pertahanan (/ 0) dan satu pen%elesaian / 02.*00. 4tolar%ngologis tidak memiliki pertanggung5a#aban tertinggi se!ara keseluruhan) demikian pula dengan terdak#a otolar%ngologis dalam kasus-kasus dengan pemba%aran tertinggi. 2ata-rata ganti rugi otolar%ngologis adalah / +1+.2+0. Selain itu) rata-rata ganti rugi dari litigasi gangguan pendengaran se!ara signifikan lebih rendah daripada rata-rata putusan hakim terhadap otolar%ngologis untuk operasi sinus %ang gagal. ;isaln%a) pemba%aran rata-rata untuk komplikasi operasi sinus terhadap otolar%ngologis adalah / 1*1.21*) dibandingkan dengan / +1+.2+0 untuk gangguan pendengaran dalam penelitian kami. (ari kelompok dokter %ang digugat lebih dari tiga kali) dokter unit ga#at darurat memiliki rata-rata pertanggungan 5a#ab tertinggi sebesar / 1.+,0.231) diikuti oleh dokter anak sebesar / 1.0.1.*00. emba%aran %ang lebih besar untuk non - otolar%ngologis mungkin men!erminkan tingkat keparahan !edera lain %ang ditopang oleh penggugat) terutama karena anestesiologis dan dokter anak sering digugat terhadap hipoksia %ang melibatkan trauma kelahiran dan kegagalan untuk

mendiagnosis meningitis. Asisten dokter7 pera#at tidak terlindung dari litigasi dan se!ara keseluruhan memiliki ke#a5iban tertinggi sebesar / 1)31*).20.11. ;enurut 5enis kelalaian %ang diputuskan) ada berbagai tuduhan malpraktik medis. <uduhan utama adalah kegagalan untuk mendiagnosis gangguan pendengaran (23-)) %ang menekankan pentingn%a bagi pasien untuk mendapatkan pengu5ian audiologi. <uduhan utama kedua) kegagalan untuk mengobati) dapat dikurangi dengan ru5ukan ke audiolog. >egagalan untuk meru5uk ke spesialis- seringkali) otolar%ngologist - adalah dugaan malpraktik %ang signifikan (11-). (emikian 5uga kegagalan untuk menginformasikan dengan benar kemungkinan gangguan pendengaran kepada pasien sebagai komplikasi ketika meminta persetu5uan mereka baik untuk prosedur ataupun pengobatan (3-). en%edia la%anan kesehatan %ang dengan !ara apapun meresepkan pengobatan %ang dapat menempatkan pendengaran pasien dalam risiko harus berhati-hati untuk mendapatkan audiogram sebelum pengobatan) khususn%a onkologis %ang meresepkan agen kemoterapi atau radioterapi ototoksik. ;enurut pendapat kami) tuduhan kelalaian baik dari kegagalan untuk meru5uk dan kegagalan untuk mendapatkan informed !onsent men%oroti pergerakan malapraktik medis 5auh dari me5a operasi. (emikian pula) ;atthe# dkk. menemukan bah#a proporsi %ang signifikan dari klaim malpraktek otologi tidak terkait dengan operasi. ada umumn%a) tuduhan bah#a dokter gagal untuk mendapatkan informed !onsent dapat dihindari dengan pengelolaan pasien %ang bi5aksana dan dokumentasi konseling tentang risiko dari suatu prosedur. >laim malpraktek berdasarkan kegagalan untuk meru5uk 5uga dapat dihindari dengan ketaatan pada pedoman medis tentang kapan harus melibatkan dokter spesialis. Selain itu) se5umlah besar kasus kesalahan medis - %ang berbeda dengan %ang diba#a untuk dugaan kesalahan bedah - mendukung gagasan bah#a klaim malpraktek medis tidak terbatas pada apa %ang ter5adi di dalam ruang operasi. (alam penelitian kami) kasus dugaan kesalahan penilaian medis tiga kali lebih sering ter5adi daripada kesalahan penilaian bedah. Selain itu) pemba%aran untuk klaim malpraktek medis dengan pen%ebab gangguan pendengaran se!ara

signifikan lebih tinggi daripada untuk ke5adian bedah. <emuan sema!am ini 5uga tidak mengherankan mengingat berbagai ma!am personil medis %ang mendiagnosis) mengobati) dan mengelola pen%ebab gangguan pendengaran. <erdapat keterbatasan untuk 5enis studi ini. >arena putusan hakim dilaporkan sendiri oleh penga!ara ke "estla#) analisis ini han%a melihat sebagian ke!il dari kasus malpraktek %ang melibatkan gangguan pendengaran. Sebagai !ontoh) studi ini tidak membahas kasus %ang melibatkan pen%elesaian rahasia. $uga tidak meliputi sebagian besar kasus %ang dibubarkan dengan baik sebelum sidang (baik karena pembelaan atau ringkassan hakim). Selain itu) ada kasus %ang tidak dilaporkan sendiri oleh penga!ara %ang terlibat dalam litigasi. Akhirn%a) pendeskripsi "estla# bervariasi dalam kelengkapan mereka) dan beberapa kasus memiliki sedikit rin!ian mengenai tingkat beratn%a gangguan pendengaran) 5enis gangguan pendengaran) usia penggugat) atau etiologi gangguan pendengaran. K!&'MP#LA" enelitian kami adalah %ang pertama dalam literatur %ang memeriksa implikasi hukum medis gangguan pendengaran. Serupa dengan temuan oleh $ena et al.) penelitian ini menun5ukkan bah#a sebagian besar tuntutan malpraktek tidak men%ebabkan ganti rugi pemba%aran. 4tolar%ngologis berhasil dalam sebagian besar (10 -) litigasi gangguan pendengaran %ang dia5ukan terhadap mereka. $uga) meskipun otolar%ngologists sering digugat) ganti rugi mereka tidak setinggi profesional medis lainn%a. Selain itu) meskipun penggugat pasien pediatrik terdiri dari minoritas gangguan pendengaran penggugat malpraktek) pemba%aran untuk pasien anak se!ara signifikan lebih tinggi daripada penggugat de#asa. Untuk itu) studi ini menegaskan pern%ataan bah#a malpraktek pediatrik memiliki frekuensi rendah) tingkat keparahan tinggi. (i satu sisi) hasil ini ter5adi karena begitu ban%ak kasus anak %ang berurusan dengan !edera neurologis %ang signifikan baik terkait persalinan ataupun meningitis. ada akhirn%a) pasien dengan gangguan pendengaran %ang lebih berat lebih mungkin untuk berhasil) baik dari segi empiris dari keamanan putusan %ang

menguntungkan mereka dan 5uga dalam 5umlah vonis. Akibatn%a) untuk kasuskasus ekstrim) strategi pen%elesaian dapat diindikasikan.

You might also like