You are on page 1of 13

PENINGKATAN SIFAT MEKANIS ALUMINIUM DAUR ULANG DENGAN ROTARY DEGASSER (TREATMENT OF ALUMINUM ALLOY MELTS) Oleh: Aris

Budiyono, Widi Widayat dan Rusiyanto (Fakultas Teknik UNNES) ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat mekanik sekrap aluminium (daur ulang) dengan rotary degasser dan mengetahui bersarnya peningkatan kemampuan mekanis melalui perlakuan logam cair (treatment of aluminum melts). Metode yang digunakan adalah Eksperimen Laboratorium. Bahan yang digunakan adalah sekrap aluminium terpilih. Bahan dilebur dan dituang dengan suhu 724oC dengan cetakan logam, kemudian dibuat spesimen standar JIS Z2201 untuk pengujian tarik. Untuk meningkatkan kekuatan mekanis bahan dilebur dan dilakukan perlakuan rotary degasser dan gas Argon dengan variasi waktu 2 menit,2,5 menit, 3 rnenit dan 3,5 menit. Selanjutkan dilakukan pengujian dan dikomparasikan dengan hasil pengujian sebelum perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada cairan logam untuk (l) treatment rotary degasser pada pengujian (a) kekerasan aluminum tanpa treatment 57,82BHN, perlakuan 2 menit adalah 64,52 BHN; perlakuan 2,5 menit adalah 67,87 BHN; perlakuan 3 menit adalah 65,10 BHN dan perlakuan 3,5 menit adalah 64,57 BHN; (b) kekuatan tarik maksimum tanpa treatment 149,0 M.Pa; perlakuan 2 menit adalah 151,3 M.Pa; perlakuan 2,5 menit adalah 159,4 M.Pa; perlakuan 3 menit adalah 153,2M.Pa dan perlakuan 3,5 menit adalah 153,1 M.Pa. Kesimpulan, untuk meningkatkan sifat mekanis (mechanical properties) material sekrap aluminium dilakukan dengan metode perlakuan logam cair (solution treatment) dengan cara degassing dengan alat rotary degasser yaitu metoda yang digunakan untuk mengeluarkan gas H2 yang terjadi pada saat aluminium dilebur. Perlakuan logam cair (solution treatment) dengan cara degassing menggunakan alat rotary degasser yang memberikan peningkatan sifat mekanis (mechanical properties) terbesar adalah pengadukan selama 2,5 menit, dengan peningkatan sebesar 17,17% I. PENDAHULUAN Latar Belakang Aluminium dipergunakan secara luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga, tetapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, otomotif, kapal laut, konstruksi dan lain-lain. Bahkan di dunia otomotif aluminium merupakan material yang menarik karena dapat menurunkan berat kendaraan dan penggunaan aluminium diharapkan dapat menekan kenaikan bahan bakar serta material ini juga mudah didaur ulang (recyclable) (Gaspari, 1999). Hal ini yang mendorong penggantian bagian dari besi (ferrous) menjadi aluminium. Aluminum tuang digunakan dalam berbagai komponan mobil seperti engine block, heads,

pistons, rocker cover, inlet manifolds, defferential casings, steering boxes, brackets, wheels dan lain lain. Aplikasi aluiminium dalam dunia otomotif dimasa mendatang sangat dimungkinkan. Ketika aluminium dituang ada beberapa potensi sebagai sumber cacat yang dapat menurunkan kualitas hasil tuangan. Permasalahan pokok seluruh paduan aluminium adalah: (1) Cacat penyusutan (shrinkage defects) dimana Al paduan menyusut anatar 3,5 6,0 % saat pembekuan (tergantung pada jenis paduan); (2) Porositas Gas (gas porosity) dimana cairan aluminium mudah mengambil gas hidrogen yang dikeluarkan saat pembekuan memberikan rongga sebagai porositas; (3) inklusi oksida (oxide inclusions) dimana permukaan cairan logam yang bersinggungan langsung dengan udara sangat cepat terjadi oksidasi yang memungkinkan masuk ke dalam tuangan. Karena aluminun tuang sangat berpotensi terjadi permasalahan tersebut diatas, dan umumnya pada selurung pengecoran, tentulah akan berakibat pada perubahan sifat mekanis (mechanical properties). Rumusan Masalah Permasalahan yang diteliti adalah untuk menemukan metoda peningkatan sifat fisis dan mekanis material bekas yang berupa sekrap aluminium yang telah mengalami proses tuang ulang (remeting), dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana metoda yang tepat untuk meningkatkan sifat mekanis pada skrap aluminium dengan perlakuan pada cairan logam (treatment of aluminum alloy melt)?. b. Seberapa besar peningkatan sifat mekanis skrap aluminium dengan rotary degasser ?. II. STUDI PUSTAKA Pendekatan Kritis 1. Peleburan logam atau paduan logam adalah sebuah awal fenomena penting pada proses solidifikasi. Oleh sebab itu pengembangan teori dan penelitian masalah tersebut terus dikembangkan. Neff (2002) dalam papernya menjelaskan bahwa untuk memenuhi tuntutan pasar dari aluminium tuang dewasa ini harus memfokuskan pada peningkatan kualitas logam dengan pengembangan pada proses peleburan. Proses difokuskan pada eliminasi berbagai kotoran yaitu inklusi yang merupakan problem serius dalam memproduksi hasil

coran yang berkualitas. Inklusi yang dimaksud adalah gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair yang menyebabkan porositas pada pengecoran. Daya larut hidrogen meningkat bila temperatur naik. Tingkat kelarutan hidrogen pada paduan aluminium tidak sama, contohnya kelarutan hidrogen pada paduan 319 lebih kecil dari pada paduan 356. Pada saat pembekuan, gas hidrogen masih tersisa sehingga pada hasil pengecoran terdapat cacat. Dijelaskan pula bahwa tidak semua porositas diakibatkan oleh gas hidrogen tetapi disebabkan pula oleh penyusutan. Penyusutan yang terjadi pada saat aluminium membeku sebesar 6% dari volume ketika aluminium bertransformasi dari cair ke padat. 2. Zhang dan Poirier (1999) telah meneliti tentang pengaruh mikrostruktur pada inisiasi retak dan perambatannya pada high-cycle fatigue (HCF) terhadap paduan aluminium tuang A356.2. Retak lelah diakibatkan oleh kondisi kedua pembebanan aksial dan bending pada rasio tegangan/regangan dari -1, 0.1 dan 0.2. Jarak lengan dendrit sekunder (secondary dendrite arm spacing (SDAS)) dan porositas (ukuran minimun dan distribusi kerapatan) diukur secara langsung pada pembekuan paduan tuang. Disimpulkan bahwa (1) inisiasi retak HCF pada porositas, oksidasi atau eutektic tergantung pada SDAS, (2) pada saat SDAS lebih besar dari 25 sampai 28 m dan dengan ukuran pori lebih besar dari 100 m adalah merupakan tempat inisiasi retak utama. 3. Budiyono dkk (2002), yang menganalisa tentang perubahan kekerasan pada sekrap aluminium dari bahan bingkai kampas rem sepera motor yang dituang ulang (remelting) sampai 3 (tiga) kali tanpa ditambahkan unsur paduan, deggasing dan fluxing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan kekerasan pada tuang ulang (remelting) I kekerasannya adalah 52 HB setelah remelting II kekerasannya turun menjadi 43 HB dan setelah remelting III kekerasannya 40 HB. Dari hasil pengujian tersebut jelas bahwa pada remelting mempengaruhi sifat mekanik material yang ditunjukkan dengan menurunnya salah satu sifat mekanik material yaitu kekerasan. 4. Budiyono (2004) telah meneliti pengaruh remelting terhadap sifat fisis dan mekanis paduan aluminium dengan kesimpulan bahwa Remelting mempengaruhi sifat mekanis paduan aluminium, yaitu terdapat penurunan kekerasan (remelting I= 57,5 BHN; II=57,2 BHN, dan III= 55,8 BHN), penurunan kekuatan tarik (remelting I= 149,0 MPa, II= 136,0 MPa, dan III= 134,8 MPa), penurunan ketangguhan impak (remelting I=1,70 Joule, II=1,33 Joule, dan III= 1,20 Joule). 3

5. Jujur (2003) dalam penelitiannya tentang pengaruh proses degassing pada kekuatan mekanis produk cor menyimpulkan bahwa dedasser Argon lebih baik dibanding degasser tablet. Pada proses degassing dengan menggunakan argon terjadi perubahan yang signifikan pada kekuatan tarik bahan Aluminium AC 4A rata-rata 15% pada tekanan argon 50 kg/cm2 dan 24% pada tekanan 130 kg/cm2. Sedangkan penambahan degasser tablet tidak merubah kekuatan mekanis produk cor. Pendekatan Konseptual 1. Sekrap Aluminium Sekrap aluminium adalah aluminum yang telah mengalami penuangan dan sudah dipadukan dengan berbagai macam unsur. Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga, silisium, magnesium, mangan, nikel dan sebagainya. Paduan aluminium antara lain paduan aluminium-tembaga, aluminium-tembaga-silisium, paduan aluminium-silisium, aluminium-silisium-magnesium, paduan aluminum-magnesium, paduan aluminium tahan panas. 2. Remelting Peleburan aluminium tuang dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus dan tanur nyala api. Logam yang dimasukkan pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan aluminium ingot. Sekrap dari bermacam-macam logam tidak dapat dicampurkan bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan. Praktek peleburan yang baik mengharuskan dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih (Heini dkk, 1981). Hasil pengecoran terdapat kekosongan, inklusi, dan ketidaksempurnaan yang mempengaruhi kemampuan mekanis. Cacat hasil pengecoran terdiri dari (a) salah bentuk cetakan, yaitu cacat yang disebabkan oleh salah dalam membuat model cetakan, (b) cacat inklusi pasir, yaitu cacat yang disebabkan pasir dari cetakan masuk ke dalam cairan logam dan (c) cacat gas yaitu paduan aluminium akan menyerap gas hidrogen. Peningkatan temperatur sebuah efek yang besar pada kelarutan maksimum dari hidrogen pada aluminium, sebagaimana ditunjukkan pada gambar.1. Pada titik lebur tiba-tiba terjadi kenaikan kelarutan hidrogen pada aluminium sampai dicapainya temperatur penuangan. Akibat pendinginan dan pembekuan, gas akan terjebak dalam aluminium yang menyebabkan pinholes dan porositas gas secara mikroskopis ( Beeley, 1982) serta

Gambar.1 Pengaruh temperatur pada kelarutan hidrogen dalam aluminium d) cacat penyusutan, yaitu cacat yang disebabkan kontraksi volume didalam larutan dan pada saat pembekuan. 3. Perlakuan Paduan aluminium Cair. Sebelum paduan aluminium dituang, cairan logam harus diadakan perlakuan yang bertujuan untuk: a) Degas, cairan aluminium terdiri dari gas hidrogen yang tidak diperlukan yang akan menyebabkan cacat porositas bila tidak dihilangkan. b) Grain refine, sifat mekanis coran dapat ditingkatkan dengan mengontrol ukuran butir saat logam membeku. c). Modify, mikrostruktur dan sifat dari paduan dapat ditingkatkan dengan penambahan unsur untuk memodifikasi elemen (Foseco, 2002). Degassing Alumunium Alloys Konsentrasi maksimum kelarutan hydrogen dalam paduan aluminium dapat mencapai lebih tinggi dari 0,6 ml H2/100 g. Dengan pengecoran yang berhati-hati dapat dikurangi tetapi kadang-kadang sulit dilakukan bahkan hanya mencapai 0.2-0,3 ml H2/100 g Aluminium. Proses degassing dengan bubbling dry, adalah memasukkan gas larutan logam dapat mereduksi hydrogen hingga pada level 0,1 ml H2/100 g. Cairan dan larutan padat hydrogen berbeda pada tiap paduan yang berbeda dan higrogen yang mencapai level 0,12 ml H 2/100 g akan memebuat tuangan bebas dari porositas. Dalam beberapa tahun, penggunaan gas klorin dikembangkan dengan memasukkan heksakloroetan ke dalam bentuk tablet degaser, sebagai standar metoda perlakuan.

Rotary degasing The Foseco MDU (Mobile Degassing Unit) digunakan untuk mamasukkan gas ke dalam cairan logam melalui sebuah rotor spinning grafit. Rotor dirancang menghasilkan gelembung yang melewatkan gas kedalam cairan logam, sehingga gas hydrogen dikeluarkan ke udara bebas setelah gelembung-gelembung melewati permukaan. Gelembung yang ditimbulkan juga mengumpulkan inklusi dan membawanya keatas permukaan.

Gambar 2. Mekanisme pengeluaran inklusi

Gambar 3. The Foseco Moblie Degassing Unit. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Action Research, yaitu penelitian yang dilanjutkan dengan tindakan melalui proses Aksi-Refleksi-Evaluasi dalam siklus yang sistematis. Data-data yang diperlulan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung melalui eksperimen di laboratorium. A. Bahan Bahan yang akan diteliti adalah sekrap aluminium dari pelek bekas terpilih .

B. Alat Alat-alat yang digunakan adalah (1) Dapur peleburan non ferro. Model burner minyak tanah, krusibel dan alat pemantau suhu peleburan adalah digital thermocouple serta kelengkapan alat pengecoran; (2) Mikroskop optik logam merk Olympus model BHN-ML-2; (3) Spektrometer; (4) Mesin uji kekerasan merk Frank tipe 38505; dan (5) mesin uji tarik universal Servopulser merk Shimadzu, tipe EHF-EB20-40L dilengkapi dengan traveling microscope. C. Jalan Penelitian 1. Proses Pengecoran Proses pengecoran untuk membuat specimen dilakukan di lab. Pengecoran Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang. Sebelum dibuat spesimen standar pengujian, terlebih dahulu bahan dicor dengan menggunakan metoda Y block casting yaitu spesimen diambil dari hasil pengecoran bagian bawah (Griswold dan Stephens, 1987). Bahan sekrap paduan aluminium dilebur sampai suhu 724oC, suhu tersebut dipantau dengan digital termocouple dan suhu dipertahankan hingga selesai pengecoran. Waktu yang diperlukan untuk menuang antara 13 sampai 15 detik dengan jarak 1,5 m (dapur dan cetakan). Kecepatan tuang rata-rata 0.083 kg/dt (pada pengamatan, untuk menuang 0,5 kg diperlukan waktu rata-rata 6 detik). Waktu pendinginan dalam cetakan rata-rata 60 detik, setelah itu logam dikeluarkan dari cetakan untuk didinginkan pada suhu udara. Kondisi seperti ini diberlakukan sama terhadap remelting pertama, kedua dan ketiga seperti terlihat pada desain penelitian. Perlakuan yang dilakukan terhadap cairan logam adalah dengan rotary degassing divriasikan beberapa waktu pengadukan yaitu, 1 menit, 1,5 menit , 2 menit, 2,5 menit dan 3 menit. Pengecoran menggunakan cetakan logam yang dipanaskan sampai 300oC dan dituang dengan cara manual. Bentuk cetakan seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Bentuk cetakan logam 7

2. Proses Permesinan Proses permesinan untuk pembuatan spesimen sesuai dengan standar pengujian dikerjakan menggunakan mesin frais, bubut, ketam, CNC dan mesin poles untuk penyiapan spesimen foto mikro dan uji komposisi. Standar spesimen uji tarik yang disiapkan yaitu:

Gambar 5. Spesimen uji tarik JIS Z2201) IV. HASIL PENELITIAN Hasil dan pembahasan pada penelitian ini meliputi hasil pengujian sifat mekanik berupa kekerasan dan kekauatan tarik sebagai sifat mekanik utama pada logam. Sedangkan komposisi kimia dan struktur mikro logam sebagai pendukung dalam mendeskripsikan sifat mekanik. A. Komposisi Kimia Komposisi paduan aluminium yang diguanakan untuk penelitian adalah sengai berikut: Tabel 1. Komposisi kimia
Unsur Komposisi (% berat) Unsur Komposisi (% berat) Al 91,99 Ti 0,1188 Si 6,96 Cr 0,0054 Fe 0,3385 Ni 0,0123 Cu 0,1247 Pb 0,0207 Mn 0,0315 Sn 0,0018 Mg 0,2387 P 0,0022 Zn 0,1516

Dari ketiga tabel di atas dapat dicermati bahwa paduan utama yaitu Si, Cu, Mn dan Mg, dengan komposisi 6,96%Si; 0,1247%Cu; 0,0315%Mn dan 0,2387%Mg sehingga membentuk paduan aluminium 356 (Ramsden, 2004). Adapun sifat mekanis paduan aluminium 356 ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 2. Sifat mekanis paduan Al 356 Permanent Mold Casting (Ramsden,2004) Tegangan tarik (MPa) Tegangan luluh (MPa) 179 124 % Regangan 5 Kekerasan (HBN) 40 - 70 8

B. Pemeriksaan Struktur Mikro Terdapat empat perlakuan (treatment) yang telah dilakukan dalam penelitian ini, yaitu treatment dengan rotary degasser, degasser gas Argon, perbaikan butir, dan modifikasi paduan. Dari pemeriksaan struktur mikro pada masing-masing perlakuan dapat diamati sebagai perikut: 1. Treatment dengan Rotary Degasser

a. Tanpa treatment

b. Treatment 2 menit

c. Treatment 2,5 menit

d. Treatment 3 menit

e. Treatment 3,5 menit

Gambar 6. Struktur mikro aluminium dengan perlakuan pengadukan rotary deagasser Dari pemeriksaan struktur mikro dapat diamati bahwa bahan sekrap alurninium pada saat pertama dilebur kemudian dituang ternyata terjadi porositas pada hasil coran hal ini disebabkan karena pada titik lebur tiba-tiba terjadi kenaikan kelarutan Hidrogen pada aluminium sampai dicapainya temperatur penuangan. Akibat pendinginan pada pembekuan, gas akan terjebak dahm aluminium yang menyebabkan pinhores dan porositas gas secara mikroskopis ( Beeley, l9s2). Tetapi setelah dilakukan tratment berupa degassing atau

pengambilan gas H2 yang terdap at pada larutan dengan cara pengadukan dengan alat rotary degasser porosnya tidak tampak jelas, meskipun belum seluruh gas bisa trambil dengan cara pengadukan ini. C. Sifat Mekanik 1. Treatment dengan Rotary Degasser a. Uji Kekerasan Setelah dilakukan perlakukan hasil rata-rata kekerasan dengan skala Brinell ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Nilai kekerasan sekrap aluminium dengan pengadukan rotary degasser Perlakuan Remelting I Pengadukan rotary degasser selama 2,0 menit Pengadukan rotary degasser selama 2,5 menit Pengadukan rotary degasser selama 3,0 menit Pengadukan rotary degasser selama 3,5 menit Nilai Kekerasan Brinell (BHN) 57,92 64,52 67,87 65,10 64,57

Data hasil pengujian kekerasan kemudian disajikan dalam diagram batang. Hasil eksperimen pengujian kekerasan mendapatkan nilai rata-rata kekerasan adalah sebagai berikut:
Nilai Kekerasan

setiap perlakuan

66

Nilai Kekerasan (BHN)

64 62 60 58 56 54 Remelting I Pengadukan Pengadukan Pengadukan Pengadukan 2,0 menit 2,5 menit 3,0 menit 3,5 menit

Gambar 7. Grafik nilai kekerasan dengan perlakuan rotary degasser Pengujian kekerasan yang dilakukan pada spesimen remelting I dari sekrap aluminium sebesar 57,92 BHN. Nilai kekerasan Brinell spesimen yang diberi perlakuan rotary degasser 10

selama 2 menit adalah sebesar 64,52 BHN atau mengalami peningkatan sebesar 11,39% terhadap remelting I. Nilai kekerasan Brinell spesimen yang diberi perlakuan rotary degasser selama 2,5 menit terjadi peningkatan sebesar 17,17% dari remelting I yaitu menjadi 67,87 BHN dan nilai kekerasan ini berarti juga mengalami peningkatan terhadap spesimen yang diberi perlakuan rotary degasser selama 3 menit sebesar 12,40%. Pada spesimen yang diberi perlakuan rotary degasser selama 3,5 menit nilai kekerasannya menjadi 64,57 BHN dan ini berarti bahwa pada spesimen ini terjadi penurunan sebesar 11,48% terhadap remelting I. Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai kekerasan tertinggi yaitu sebesar 67,87 BHN terjadi pada kelompok spesimen yang diberi perlakuan pengadukan rotary degasser selama 2,5 menit. b. Uji Kekuatan Tarik Pengujian tarik pada kelompok remelting I dan kelompok yang diberi perlakuan rotary degasser yang berupa tegangan tarik, tegangan luluh, perpanjangan dan reduksi penampang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Data hasil pengujian tarik perlakuan rotary degasser Perlakuan Remelting I Pengadukan rotary selama 2,0 menit Pengadukan rotary selama 2,5 menit Pengadukan rotary selama 3,0 menit Pengadukan rotary selama 3,5 menit Tegangan Tegangan Perpanjangan tarik luluh (%) (MPa) (MPa) 149,0 117,9 3,70 degasser 151,3 120,2 6,75 degasser degasser degasser 159,4 153,2 153,1 129,4 129,3 128,1 6,43 6,25 6,00 Reduksi penampang (%) 5,50 5,75 5,35 5,18 4,79

Hasil dari eksperimen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam diagram batang sebagai berikut:

11

Kekuatan Tarik

170
Tegangan Tarik (M.Pa)

160 150 140 130 120


Remelting I Pengadukan Pengadukan Pengadukan Pengadukan 2,0 menit 2,5 menit 3,0 menit 3,5 menit

Gambar 8. Grafik tegangan tarik dengan perlakuan rotary degasser Gambar 8 menunjukkan nilai tegangan tarik pada remelting I sebesar 149,0 M.Pa. Nilai tegangan tarik pada spesimen yang diberi perlakuan pengadukan dengan rotary degasser selama 2 menit adalah 151,3 M.Pa dan nilai tegangan tarik pada kelompok spesimen ini terjadi peningkatan terhadap remelting I sebesar 1,54%. Kelompok spesimen yang diberi perlakuan pengadukan dengan rotary degasser selama 2,5 menit mempunyai nilai tegangan tarik sebesar 159,4 M.Pa, dan pada kelompok spesimen ini tegangan tariknya lebih meningkat 5,9% dari remelting I maupun kelompok perlakuan pengadukan dengan rotary degasser selama 3 menit, yaitu sebesar 2,8% terhadap remelting I dan 2,7% terhadap kelompok perlakuan pengadukan dengan rotary degasser selama 3,5 menit. Kekuatan tarik tertinggi pada pengujian eksperimen ini terjadi pada kelompok perlakuan pengadukan dengan rotary degasser selama 2,5 menit yaitu sebesar 159,4 M.Pa . V. KESIMPULAN a. Untuk meningkatkan sifat mekanis (mechanical properties) material sekrap aluminium yang telah mengalami remelting dapat dilakukan dengan metode perlakuan logam cair (solution treatment) dengan cara degassing rotary degasser yaitu metoda yang digunakan untuk mengeluarkan gas H2 yang terjadi pada saat aluminium dilebur. b. Perlakuan logam cair (solution treatment) dengan cara degassing menggunakan alat rotary degasser yang memberikan peningkatan sifat mekanis (mechanical properties) terbesar adalah pengadukan selama 2,5 menit, dengan peningkatan sebesar 17,17%

12

DAFTAR PUSTAKA Beelley, P.R. 1982, Foundry Technology, Butterworths Scientific, London Budiyono, Aris, 2002, Perubahan Kekerasan pada Aluminium Sekrap Akibat Tuang Ulang (Remelting), Varia Teknika, Vol. 22, Nomor 1, Januari 2002, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang Budiyono, Aris, 2004, Pengaruh Remelting terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Paduan Aluminium, Tesis, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta Gaspari, J., 1999, Making the Most od Aluminum Scrap, Machanical Engineering, New York, Nov. 1999 Griswold, Jr F.D, Stepens, R.I, 1987, Comparasion of Fatique Properties of Nodular Cast Iron Production and Y-block Casting, Int J Fatique, January 1987, pp 3-10 Heini, Richard W, Loper Jr, Carel R.Rosenthal dan Philip C, 1981, Principles of Metal Casting, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi Jujur, I Nyoman , 2003, Pengaruh Proses Degassing pada Kekuatan Mekanis Produk Cor, Proseding Seminar Nasional Peran Riset dan Teknologi Bidang Teknik Mesin dalam Mendukung Pembangunan Nasional, Universitas Brawijaya, Malang Neff, David V.,2002, Understanding Aluminum Degassing, Modern Casting, May 2002, p. 24-26 Surdia, Tata dan Chijiiwa Kenji, 1991, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Surdia, Tata dan Shinroku, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Zhang B, Poirier DR, Chen W, Microstructural Effects on High-Cycle Fatigue-Crack Initiation in A346.2 Casting Alloy, Matallurgical and Materials Transactions, Volume 30A, October 1999, pp 2659-26

13

You might also like