You are on page 1of 4

Bagaimana kedudukan hadits 'Perselisihan umatku adalah

rahmat'
Penulis: Al Ustadz Abu Abdurahman Abdul Aziz

Perselisihan dan kontradiksi pendapat yang mewarnai umat ini, seakan sudah menjadi
perkara yang dianggap lumrah. Slogan-slogan dari sebagian orang yang mengatakan :
“Perselisihan itu adalah rahmat, jadi diantara kita harus memiliki rasa toleransi”, atau “Kita
saling tolong-menolong pada hal-hal yang kita sepakati dan kita bertoleransi pada hal-hal
yang kita perselisihkan” pun turut menghiasi, seakan menyetujui perselisihan yang kian larut
ini.

Sekilas slogan-slogan tersebut memberi kesejukan dan ketenangan jiwa manusia. Dengan
dalih "... walaupun berselisih atau berbeda pemahaman, yang penting ukhuwah
(persaudaraan) tetap terjalin." Walhasil ketika bermuamalah, mereka berusaha untuk tidak
menyentuh perkara yang diperselisihkan demi menjaga keutuhan ukhuwah. Sekalipun
perkara tersebut adalah sesuatu yang prinsip (jelas) hukumnya dalam agama. Sehingga
amar ma’ruf nahi munkar sulit dijalankan, karena adanya rambu-rambu toleransi ala mereka.

Mereka tak sadar –bahwa dengan sikap seperti itu- justru melanggengkan perselisihan yang
tajam pada umat ini.
Bila kita melihat realita yang ada, tidak sedikit dari kalangan muslimin yang terperosok jauh
akibat perselisihan tersebut. Mereka tidak bisa menerima dan menjalani konsekwensi dari
slogan-slogan di atas tadi (“perselisihan adalah rahmat” dan lain-lain). Perselisihan pun
menjadi kian meruncing nan tajam.

Bahkan diantara mereka terjatuh dalam pertikaian, permusuhan, bersitegang urat sampai
pada bentrokan fisik. Karena masing-masing pihak merasa bangga dan ingin memenangkan
pendapat yang dipeganginya.

Semisal dalam hal pemilihan madzhab diantara imam yang empat. Baik dalam perkara
aqidah, fiqih maupun muamalah. Sebagai contoh : “Si A tidak mau sholat di masjid yang
berbeda madzhab” atau “si B tidak mau bermakmum di belakang si C karena madzhabnya
berbeda”. Dan contoh-contoh lain yang telah melanda kehidupan umat Islam. Lalu apakah
perselisihan yang demikian ini dikatakan sebagai “rahmat”?

Perkataan Ulama tentang Hadits ini


Al-Hadits merupakan sumber rujukan utama umat Islam setelah Al-Qur’an. Kedudukan
Al-Hadits sedemikian penting, maka mengetahui keshohihan (kebenaran)nya adalah suatu
konsekwensi logis. Namun dalam menentukan suatu hadits itu shohih atau tidak, bukanlah
hal sepele. Oleh karena itu kita dilarang untuk sembarangan menukil hadits, jika belum pasti
keshohihannya.

Ahlul Hadits adalah para ulama yang mereka memahami ilmu-ilmu seputar permasalahan
hadits. Baik dari segi matan/redaksi hadits maupun sanad (deretan/rangkaian para perawi
hadits yang bersambung sampai kepada Rasulullah). Ahlul Hadits berupaya keras untuk
mengumpulkan, meneliti dan memisahkan hadits yang shohih dari yang dho’if (lemah) dan
maudhu’ (palsu). Berikut penulis nukilkan perkataan Ahlul Hadits tentang sebuah hadits
masyhur : “Perselisihan Umatku adalah Rahmat”.

Asy Syeikh Al Muhadits Nashiruddin Al Albani rohimahullah dalam Silsilah Ahadits Adh
Dho’ifah mengenai “hadits” ini, beliau berkata : “Hadits ini tidak ada asalnya”. Para muhadits
sudah berupaya keras untuk mendapatkan sanad hadits ini tetapi mereka tidak
mendapatkannya. Sampai beliau (Al Albani) berkata : “Al Munawi menukil dari As Subki
bahwa dia berkata : “Hadits ini tidak dikenal oleh para muhadits, dan saya belum
mendapatkannya baik dalam sanad yang shohih, dho’if, atau maudlu’.

Syaikh Zakariya Al Anshori menyetujuinya dalam ta’liq atas Tafsir Al Baidlawi 2/92 Qaaf
(masih dalam manuskrif).

Makna hadits ini pun diingkari oleh para ulama peneliti hadits. Al ‘Allamah Ibnu Hazm berkata
dalam kitabnya Al Ihkam fi Ushulil Ahkam Juz 5/hal 64 setelah beliau mengisyaratkan
bahwasanya “ucapan” itu bukan hadits : “Ini adalah ucapan rusak yang paling rusak. Karena
jika perselisihan itu rahmat, tentu kesepakatan itu sesuatu yang dibenci dan tidak ada
seorang muslim pun yang mengatakan demikian. Yang ada hanya kesepakatan atau
perselisihan, rahmat atau dibenci. Di kesempatan lain beliau mengatakan : “batil dan dusta”.
(Silsilah Ahadits Adh Dho’ifah juz 1, hadits no 57 hal 141)

Dalam kitab Zajrul Mutahawin bi Adz Dzoror Qo’idatil Ma’dzaroh wa Ta’awun hal 32, yang
ditulis oleh Hamad bin Ibrohim Al Utsman dan kitab ini telah dimuroja’ah (diteliti ulang) oleh
Asy Syeikh Al Allamah Sholeh bin Fauzan Al Fauzan. Disebutkan bahwa : “Hadits ini lemah
secara sanad dan matan. Tidak diriwayatkan di dalam kitab-kitab hadits dengan lafadz ini.
Adapun yang masyhur adalah hadits “Perselisihan para shahabatku adalah rahmat”. Dan
sebagian dari ulama ahli ushul menyebutkan hadits tersebut sebagaimana yang dilakukan
Ibnul Hajib di dalam Mukhtashornya tentang ushul fiqih.

Berkata Abu Muhammad ibnu Hazm : “Adapun hadits yang telah disebutkan “Perselisihan
umatku adalah rahmat” adalah kebatilan dan kedustaan yang bermuara dari orang yang
fasik.” (Al Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/61)
Al Qoshimy mengomentari (sanad dan matan) hadits ini, dalam kitab Mahasinut Ta’wil
4/928 : “Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa hadits ini tidak dikenal keshohihan
sanadnya. At Thobrony dan Al Baihaqy meriwayatkannya di dalam kitab Al Madkhol dengan
sanad yang lemah dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.

Adapun ‘ilat (kelemahan) hadits ini adalah :


1. Adanya perawi yang bernama Sulaiman bin Abi Karimah, Abu Hatim Ar Rozy
melemahkannya.
2. Perawi yang bernama Juwaibir, dia seorang Matrukul Hadits (ditinggalkan haditsnya)
sebagaimana yang dinyatakan Nasa’i, Daruquthny. Dia meriwayatkan dari Adh Dhohhak
perkara-perkara yang palsu termasuk “hadits” ini.
3. Terputusnya (jalur riwayat) antara Adh Dhohhak dan Ibnu ‘Abbas.
Berkata sebagian ulama : “Hadits ini menyelisihi nash-nash ayat dan hadits, seperti firman
Allah Ta’ala : “Dan mereka senantiasa berselisih kecuali orang yang yang dirahmati Robbmu”
dan sabda Rasulullah “Janganlah kalian berselisih, maka akan berselisih hati-hati kalian”
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan dikeluarkan di dalam Sunan Abu Daud oleh Asy Syeikh Al
Albani) dan hadits-hadits yang lain banyak sekali. Maka kesimpulannya bahwa kesepakatan
(di atas kebenaran) itu lebih baik daripada perselisihan.

Penutup
Setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir, niscaya akan menyatakan
bahwa dirinya cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Namun cinta tidaklah
cukup di lisan saja. Bahkan harus diwujudkan dalam amal perbuatan. Salah satu bukti cinta
kita kepada Beliau adalah tidak lancang/berani dalam menukil suatu ucapan, lalu
mengatasnamakan Rasulullah. Hendaklah takut akan ancaman Beliau : “Barangsiapa
berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah ia menempatkan tempat duduknya
dari api neraka”. (HR.Bukhori)

Alhamdulillah dari penjelasan Ahlul Hadits di atas, dapat diketahui bahwa hadits “Perselisihan
umatku adalah rahmat” ternyata bukan merupakan sabda Rasulullah. Atau disebut juga
hadits maudhu’. Padahal hadits ini sangat tenar dan menyebar bahkan menjadi pegangan
para aktivis dakwah. Namun sebagai seorang muslim yang mau menerima kebenaran,
tentulah akan bersegera meninggalkan hadits ini, sebagai salah satu wujud cinta dia kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Allah berfirman : “Dan berpegang teguhlah kalian
semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imron : 103)

Al Hafidz Ibnu Katsir rohimahullah berkata : “Allah telah memerintahkan kepada mereka
(umat Islam) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Dalam banyak hadits
juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul (di atas
kebenaran).” (Tafsir Ibnu Katsir 1/367)

Sesungguhnya tidak terdapat satu dalilpun dari Al Qur’an dan As Sunnah yang menunjukkan
bahwa perselisihan itu adalah rahmat. Maka sikap menyetujui perselisihan dan
menganggapnya sebagai rahmat, justru menyelisihi nash-nash mulia, yang jelas-jelas
mencela terjadinya perselisihan. Adapun yang ridho dengan perselisihan tersebut, tidaklah
mereka memiliki sandaran dalil melainkan berpegang pada “hadits” yang maudhu’ ini.
Wallahul muwafiq ila sabilish showab.

(Sumber : Buletin Jum’at Al Jihad, diterbitkan Yayasan As Salaf Samarinda. Telpon (0541)
7010648. Penulis Al Ustadz Abu Abdurrahman Abdul Aziz As Salafy. Judul asli "Kedudukan
dan Penjelasan Hadits “Perselisihan Umatku adalah Rahmat”. )

http://darussalaf.or.id/stories.php?id=113

You might also like