You are on page 1of 7

Tren Pengobatan pada Rhinitis Alergi dan Asma: Survei Inggris THT

Abstrak Latar Belakang: Rinitis alergi adalah gangguan yang umum pada telinga, hidung dan tenggorokan. Asma dan rhinitis alergi adalah penyakit dengan mekanisme dan patogenesis yang sama. Tujuan dari survei ini adalah untuk menyoroti tren pengobatan saat ini pada rhinitis alergi dan asma. Metode: Sebuah kuesioner dikirim melalui email kepada semua anggota konsultan yang terdaftar dalam British Association of Otorhinolaryngologists Head and Neck Surgerion mengenai pengelolaan pasien dengan gangguan rhinitis alergi yang terkait. Hasil: Respon survei ratingnya 56%. Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai pendekatan dalam penyelidikan dan pengelolaan rhinitis alergi dan dampaknya pada pedoman asma pada kolaborasi dengan WHO Kesimpulan: Sebuah pendekatan manajemen gabungan untuk pasien dengan rhinitis alergi dan yang bersamaan dengan asma dapat mengurangi biaya perawatan medis untuk kondisi ini dan meningkatkan mengkontrol gejala dan kualitas hidup. Keywords: Rhinitis Alergi, Asma, Survey, Kuesioner, Atopi Latar belakang Definisi dari Rhinitis Alergi (AR) dirumuskan oleh Hansel pada tahun 1929 [1]. Hal ini merupakan suatu gejala dari gangguan hidung yang disebabkan oleh

paparan alergen melalui IgE- yang merupakan respon kekebalan tubuh terhadap alergen. AR dapat dibagi menjadi intermiten yaitu (gejala <4 hari per minggu atau selama <4 minggu) dan penyakit persisten (gejala> 4 hari per minggu atau selama > 4 minggu) dan karakteristik selanjutnya dibagi berdasarkan tingkat keparahan sebagai ringan atau sedang / berat [2]. Rongga hidung dan sinus paranasal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari saluran pernapasan dan pasien mungkin memiliki rhinitis tanpa sinusitis, tetapi tidak untuk sinusitis tanpa rinitis, maka istilah rinitis telah digantikan pada literature THT modern dengan yang lebih tepat menjadi istilah oleh rinosinusitis [3]. AR dan asma terkait secara epidemiologis, patologis, fisiologis dan terapi dan dapat dianggap sebagai manifestasi dari sindrom tunggal peradangan saluran napas [4]. Kebanyakan pasien dengan Asma memiliki rhinitis menunjukkan konsep "satu jalan napas, satu penyakit" [5]. AR lebih lazim daripada asma dan Eropa dilaporkan AR memiliki penelitian pada populasi [6]. AR biasanya

angka prevalensi sebesar 25%

mendahului Asma dan dapat dianggap sebagai faktor risiko untuk berkembang menjadi

asma. 80% dari pasien asma awalnya menderita rhinitis dan sering berkembang menjadi asma yang sering kambuh dan meningkatkan risiko serangan asma,

tetapi angka prevalensi asma pada pasien dengan rinitis bervariasi dari 10 - 40% [7]. AR dan asma adalah penyakit pernapasan kronis yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia yang menganggu tidur, sekolah, kerja dan kualitas hidup yang berkaitan dengan biaya ekonomi[8]. Etiologi AR adalah multi-faktorial dan diagnostic serta pilihan terapinya

beragam. Tujuan survei kuesioner ini adalah untuk menyoroti tren pengobatan dalam pengelolaan AR di Inggris dengan berbasis otolaryngologists.

Metode Sebuah kuesioner (Lampiran 1) dikirim melalui email kepada semua anggota konsultan yang terdaftar dalam British Association of Otorhinolaryngologists Head and Neck Surgerion (BAO-HNS). Penerima survei pada pedoman yang ada dengan ditanya 1) kefamilieran mereka dampaknya

rhinitis alergi dan

terhadap asma (ARIA), bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 2) tentang jenis investigasi, pengobatan regimen dan tindak lanjut pengaturan untuk AR pasien dan 3) tentang apakah yang mereka berikan kepada pasien mengenai saran pada perubahan gaya hidup termasuk pendidikan dan menghindari alergen. Semua peserta memiliki kesempatan untuk menjawab secara anonim.

Hasil Sebanyak 551 kuesioner dikirimkan 309 balasan (56% tingkat melalui email. Terdapat dengan hubungan

respons). Semua konsultan familiar

antara AR dan asma tetapi hanya 63% dari responden yang familiar terhadap pedoman ARIA . Tujuh puluh tujuh (25%) dari otolaryngologists yang mengelola pasien

AR ,dimana 20 -30% bagian memiliki kumpulan gejala atau yang yang diagnosis Asma (Gambar 1). Penyelidikan yang paling umum yang diminta yaitu skin prick test (81% dari responden). Hanya sembilan konsultan (3%) mengadakan spirometri paru (Gambar 2). Lima puluh enam persen dari otolaryngologists lebih memilih untuk

mengadakan pengelolaan dari

memulai pengobatan dan kemudian pengelolaan

pasien AR dilanjutkan oleh Dokter Umum untuk ditindak lanjuti. Namun tiga (1%) konsultan mengelola dan kemudian menyerahkan pasien AR kepada (Gambar 3). Secara total dua ratus empat puluh (78%) dari otolaryngologists memberikan pasien le,aflet untuk perubahan gaya hidup termasuk edukasi dan saran praktis untuk menghindari allergen. (Gambar 4) dokter paru

Diskusi AR adalah penyakit multi-faktorial yang memberikan efek suatu kecacatan di seluruh dunia pada semua individu tanpa memandang usia dan latar belakang etnis. Pada tahun 2001 ARIA bekerjasama dengan workshop yang diadakan oleh WHO mengeluarkan panduan yang diterbitkan untuk tenaga

kesehatan profesional untuk menyoroti menekankan

update yang terbaru pada etiologi AR yang

hubungan antara AR dan asma dan mengusulkan pengelolaan algoritma [2]. Pada tahun 2008 sebuah update lebih lanjut yang tergabung dalam evidence based practice and the Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) bekerja dalam kelompok metodologi dengan fokus pada pencegahan alergi pada

penyakit pernafasan kronis [9]. Faktor risiko dari AR mencakup kombinasi dari lingkungan dan dan AS

interaksi genetik [10]. Diagnosis anamnesis. European Academy

AR didasarkan of Allergiology dan

pada riwayat gejala alergi Clinical Immunologi,

bersama dewan konsil alergi dan asma dan WHO merekomendasikan penggunaan skin prick terting untuk AR, yang lebih disukai oleh mayoritas otolaryngologists di Inggris (81%) [11]. Pada 99% dari konsultan THT di Inggris menggunakan intra-nasal steroid untuk mengobati AR. Tren ini didukung oleh beberapa studi menunjukkan bahwa intranasal steroid

adalah yang paling manjur dan efektif pada pengobatan lini pertama untuk AR [12,13]. Imunoterapi pada allergen yang spesifik untuk AR pertama kali dijelaskan oleh 1911 oleh Noon dan melibatkan pengelola untuk meningkatkan secara bertahap kuantitas ekstrak allergen [14]. Pasien dipilih dengan menunjukkan antibodi IgE spesifik terhadap alergen yang telah diketahui. Di Amerika Serikat rute subkutan adalah rute yang diizinkan oleh pengelola. Menariknya 15% dari otolaryngologists Inggris menggunakan sublingual dan hanya 5% yang menggunakan subkutan imunoterapi. Hal ini meningkatkan banyak bukti yang mendukung penggunaan imunoterapi alergen pada AR. Tidak seperti farmakoterapi, manfaat klinis yang mungkin dipertahankan selama bertahun-tahun setelah penghentian pengobatan ini [15]. Wilson dkk dalam cochrane review menunjukkan imunoterapi sublingual aman dan efektif dalam pilihan untuk mengelola AR [16]. Selain itu, Calderon dkk dalam meta-analisis baru ini diterbitkan penganjurkan penggunaan imunoterapi alergen injeksi sebagai pengobatan yang efektif

dengan risiko efek merugikan yang rendah efek dalam pengelolaan AR [17]. Namun, studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengevaluasi perbedaan yang signifikan antara dua rute. Allergen imunoterapi spesifik tidak dianjurkan pada pasien dengan asma yang tidak terkontrol atau karena risiko reaksi bronkial yang merugikan [18]. Pentingnya mengedukasi pasien atau orang terdekat dengan saran leaflet tentang informasi mengenai AR termasuk menghindari alergen tidak bisa ditekankan lebih dan secara aktif didukung oleh 78% dari responden survei ini. Hal ini memungkinkan individu untuk secara aktif terlibat dalam pengelolaan penyakit mereka sehingga hasil secara keseluruhan dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan pengobatan dan hasil [19]. Dengan demikian, praktek tersebut didukung oleh General Medical Council (GMC) sesuai dengan praktek medis yang baik bagi dokter [20]. Menariknya, hanya 3% dari otolaryngologists yang menggunakan pemeriksaan spirometri paru dan 1% dari semua responden merujuk pasien AR pada dokter paru untuk pengelolaan dari patologi saluran pernapasan bawah yang terkait. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pasien AR yang tidak menjadi asma tidak mengalami gangguan fungsi paru dan obstruksi jalan napas yang reversible [21,22]. Selain itu, studi telah mengungkapkan bahwa AR dihubungkan dengan peningkatan pelayanan medis tentang asma dan salah satu dari pengobatan AR atau dari asma dapat meringankan gejala yang lain dan dengan demikian mengurangi jumlah hari libur sekolah dan bekerja serta biaya kerugian dari pemanfaatan layanan medis yang tidak produktif [23,24]. Selain kesadaran yang besar dari beban ekonomi dari AR akan membantu penyedia layanan kesehatan dalam membuat prioritas untuk penggunaan sumber daya sesedikit mungkin dan pada akhirnya memastikan biaya dan hasil yang efektif [25].

Kesimpulan Survei ini menunjukkan seperti yang diharapkan yaitu pendekatan yang beragam dalam pengelolaan rhinitis alergi. Penemuan yang menarik dari survei ini adalah bahwa meskipun ada bukti yang baik pada hubungan antara asma dan

AR, otolaryngologists paling sering tidak berpikir "di luar hal khusus", misalnya mereka jarang akan spirometri sebagai alat bantu diagnostik.

Strategi pengobatan kombinasi

yaitu

dengan

menghindari alergen,

farmakoterapi, imunoterapi dan edukasi diterapkan untuk pasien dengan AR dan yang bersamaan dengan asma seperti yang direkomendasikan oleh

pedoman ARIA dapat mengurangi biaya perawatan medis dan meningkatkan mengkontrol gejala dan kualitas hidup.

Konflik Kepentingan dan Bersaing Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak sedang bersaing.

LAMPIRAN 1: E-mail Rhinitis Alergi Daftar pertanyaan Yth rekan, Dengan hormat, anda bisa menyelesaikan survei ini dengan respon anda

dan mengembalikannya dengan mengklik tombol submit di bawah ini. Kami berterima kasih atas waktu anda yang berharga ini dalam menyelesaikan survei ini. 1. Apakah anda familier dengan hubungan antara rhinitis alergi dan asma? Ya Tidak ada 2. Apakah anda familier dengan rhinitis alergi dan dampaknya pada Asma (ARIA) pedoman yang bekerjasama dengan WHO? Ya Tidak ada 3. Berapa proporsi pasien dengan rhinitis alergi sudah memiliki gejala atau didagnosis asma? <10% 10 - 20% 20 - 30% 30 - 40% 40 - 50% > 50% 4. Jika anda menduga rhinitis alergi, investigasi apa yang akan anda pertimbangkan (anda dapat mencentang satu, atau lebih dari berikut)? Tidak ada Skin prick test terhadap alergen yang dikenal Serologi tes misalnya RAST, IgE Peak flow meter ( aliran udara dalam liter / menit) Pulmonary spirometri 5. Jika anda menduga rhinitis alergi pada pasien, rencana pengelolaan apa yang akan anda pertimbangkan? Mulai pengobatan dan review

6.

7.

8.

9.

Mulai pengobatan dan kemudian pengelolaan pasien AR dilanjutkan oleh Dokter Umum untuk ditindak lanjuti. Mulai pengobatan dan merujuk pada dokter paru. Jika anda menduga rhinitis alergi ,pengobatan mana dari berikut yang akan anda gunakan (anda mungkin centang satu, atau lebih hal berikut)? Antihistamin oral Antihistamin - intra-nasal Steroid - intra-nasal Steroid - intra-bronkial Steroid oral Decongestant oral Decongestant - intra-nasal Anti-kolinergik (Bromida Ipatropium)\ Anti-leukotriene Imunoterapi Spesifik sublingual Imunoterapi Spesifik subkutan Berapa lama anda meresepkan semprot hidung 3 bulan 6 bulan > 6 bulan Berapakah frekuensi penggunaan semprot hidung yang anda meresepkan (anda dapat mencentang satu, atau lebih dari berikut ini)? Dua puff sekali sehari Dua puff dua kali sehari Lainnya (sebutkan) Apakah anda menyediakan leaflet untuk pasien tentang perubahan gaya hidup termasuk edukasi dan menghindari alergen? Ya Tidak ada

You might also like