You are on page 1of 10

Jurnal Kesehatan Masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DIKECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2012 FACTORS RELATED TO PERFORMANCE OF POSYANDU CADRE IN BUKIT SUB DISTRICT BENER MERIAH REGENCY ON 2012

Hasanah Mahasiswa Stikes UBudiyah Banda Aceh


Intisari Selama ini pelaksanan kegiatan di posyandu masih sering menemui hambatan dan tantangan terutama dalam hal pembinaan dan pembagunannya, manajemen kesehatan dan pengelolaan adalah salah satu kunci berhasil tidaknya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh sebab itu, bila di posyandu dilakukan manajemen dengan baik dan teratur, dapat dipastikan bahwa seluruh program posyandu akan berhasil dan berdaya guna. Salah satu aspek penting dari keseluruhan manejemen yang terdapat di posyandu adalah aspek kader/pelaksanaannya. Kader, sebagaimana diketahui adalah sekelompok orang yang terlatih dan terdidik serta mempunyai keterampilan tentang sesuatu untuk melaksanakan program tertentu agar dapat berhasil dengan sukses dan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain cross sectional yaitu menjelaskan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Juli sampai dengan 23 Juli Tahun 2012. Populasi dengan jumlah 106 orang kader Posyandu, dengan jumlah sampel 52 orang kader posyandu. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan statistik uji chi-square. Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara fasilitas posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit bahwa dengan nilai p = 0.000 (p < 0.005). Terdapat hubungan antara motivasi kader dengan kinerja kader posyandu dengan nilai p = 0.001 (p < 0.005). Terdapat hubungan antara upah/gaji kader dengan kinerja kader posyandu dengan nilai p = 0.043 (p < 0.005). Diharapkan kepada kader posyandu sebagai bahan masukan guna meningkatkan program kinerja kader. Kata kunci : kinerja kader posyandu, fasilitas, motivasi, upah/ gaji. Abstract Nowadays, the conduct of activities in Posyandu, neighborhood health center, is still often confronted with obstacles and challenges, especially in terms of establishing and constructing. Health management is a key to get the success of constructing health development in enhancing public participation. Therefore, if Posyandu management done properly and regularly, the whole Posyandus management program will be success and efficient. One of the important aspect of the overall manegement contained posyandu cadres aspects / implementation. Cadre, as it is known is a group of people who are train ed and educated, and have the skills to carry out something about a particular program in order to succeed with success as expected. To determine the factors associated with performance of Posyandu cadre in Bukit sub district , Bener Meriah regency. This is a cross-sectional design Analytic that describes the factors related to the performance of Posyandu cadre in Bukit sub district, Bener Meriah regency. The research was conducted on July 16 to July 23 in 2012. The Population of cadre is 106 people and the sample of this research is 52 posyandu. Techniques of data collection by interview using a questionnaire. Data analysis using the chi-square statistic. Show that there is a relationship between Posyandus facility and

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Posyandus performance in Bukit sub district that the value of p = 0.000 (p <0.005). There is a relationship between motivation and performance Posyandu cadre with p = 0.001 (p <0.005). There is a relationship between wage / salary posyandu cadre performance with p = 0.043 (p <0.005). Expected to the Posyandu cadre as inputs to improve program performance of cadre. Keywords: posyandu cadre performance, facilities, motivation, wage/ salary.

PENDAHULUAN Menurut WHO (2004) sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumberdaya manusia yang dijabarkan dalam indeks pembangunan manusia (IPM). Laporan UNDP tahun 2004 dalam pedoman umum pengelolaan posyandu menyatakan Indonesia tahun 2002 mempunyai IMP yang menduduki peringkat III dari 175 negara di dunia dan merupakan yang terendah di negara-negara Asia Tenggara. Selama ini pelaksanan kegiatan di posyandu masih sering menemui hambatan dan tantangan terutama dalam hal pembinaan dan pembagunannya, manajemen kesehatan dan pengelolaan adalah salah satu kunci berhasil tidaknya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh sebab itu, bila di posyandu dilakukan manajemen dengan baik dan teratur, dapat dipastikan bahwa seluruh program posyandu akan berhasil dan berdaya guna. Salah satu aspek penting dari keseluruhan manejemen yang terdapat di posyandu adalah aspek kader/ pelaksanaannya. Kader, sebagaimana diketahui adalah sekelompok orang yang terlatih dan terdidik serta mempunyai keterampilan tentang sesuatu untuk melaksanakan program tertentu agar dapat berhasil dengan sukses dan sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI, 2001). Kader posyandu ini merupakan faktor yang harus diperhatikan, dimulai dari pembekalan teori sampai kepada praktek langsung di lapangan tentang tugas-tugas di posyandu, para kader diharapkan dapat mencapai tujuantujuan posyandu terutama yang menyangkut dengan upaya-upaya kesehatan dasar terhadap masyarakat. Pendidikan di bidang keterampilan kesehatan sampai kepada pengelolaan administrasi perlu dilaksanakan. Kekurangan yang terjadi selama ini dalam upaya meningkatkan kinerja para kader posyandu adalah aspek pendidikan dan akselerasinya terhadap tugas - tugas mereka di masyarakat yang terasa kurang memadai dan hampir tidak diperhatikan sama sekali oleh Puskesmas induknya. Keberhasilan tugas para kader posyandu, sering didasarkan pada motivasi individual tanpa memulai sistem pendidikan yang tersistem dan berkelanjutan. Kondisi ini sangat umum terjadi di setiap posyandu dimana puskesmas sebagai pembinaannya kurang memperhatikan aspek pendidikan kader yang berkelanjutan ini. Diperburuk lagi dengan tidak adanya evaluasi terhadap kebersihan dan ukuran-ukuran yang diterapkan terhadap tugas para kader. Bahkan dapat dikatakan, di beberapa tempat para kader dipangggil untuk bekerja secara seremonial dan sementara, sehubungan dengan kunjungan kerja pejabat daerah atau kepentingan lainnya ( Depkes RI, 2000).

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Pembinaan pendidikan kader posyandu di tingkat desa tidak sepenuhnya ditangani oleh puskesmas. Pembinaan posyandu dilakukan oleh PKK, LKMD, Pamong Desa, dan sebagainya. Sedangkan di tingkat Kecamatan dilakukan oleh Tim Posyandu Kecamatan, yaitu Puskesmas, PLKB, dan lain-lain (Isbandi, 1999). Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada kendali bagi pelaksanaan proses pendidikan kader beserta tahapan evaluasi keberhasilannya. Namun kenyataannya muncul ketidakberhasilan upaya kesehatan di Posyandu yang melibatkan peran serta masyarakat melalui kader-kader posyandu. Jumlah posyandu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mencapai 5.674 buah dan jumlah kader 34.044. Jumlah penduduk di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 berjumlah 4.378.875 atau 954.339 kepala keluarga (Dinkes Prop. NAD, 2004). Jumlah posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 adalah yang terdiri 1 puskesmas, dan di Kecamatan Bukit terdiri dari 40 desa dengan jumlah kader keseluruhannya adalah 106 (Puskesmas Kec. Bukit Kab. Bener Meriah 2012 ). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah adalah banyak kader yang tidak aktif sebagai kader posyandu karena peranan petugas Puskesmas sangat diperlukan dalam memotivasi dan membantu kader posyandu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk didalamnya memberikan pelatihan kepada kader posyandu agar kader posyandu dapat terus aktif berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu. Selain itu dengan melihat tingkat posyandu di desa-desa maka upaya petugas puskesmas dalam membimbing kader untuk memotivasi masyarakat

agar memanfaatkan posyandu sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan dinilai masih perlu ditingkatkan agar cakupan program utama sebagai salah satu indikator penentu tingkat kemandirian posyandu dapat memenuhi target sehingga kegiatan posyandu akan dapat terus dipertahankan kelestariannya dan dapat ditingkatkan kualitas kader posyandu yang memiliki peran penting sebagai pelaksana kegiatan posyandu agar derajat kesehatan di masyarakat dapat meningkat. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pihak dalam pengefektifan kembali peran posyandu di tengah masyarakat termasuk didalamnya yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader yang juga berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan permasalahannya adalah : faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah tahun 2012. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan fasilitas posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 b. Mengetahui hubungan fasilitas posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012. c. Mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012. d. Mengetahui hubungan upah/gaji dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012. Manfaat Penelitian a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan kinerja kader posyandu di wilayah kerjanya. b. Puskesmas kecamatan bukit, untuk bahan masukan dalam peningkatan kinerja kader posyandu. c. Bagi kader posyandu sebagai bahan masukan guna meningkatkan program kinerja posyandu d. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya tentang kinerja kader posyandu. e. Bagi masyarakat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya keaktifan kader. Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori dan tinjauan kepustakaan yang telah dikemukakan oleh DepKes RI (2001) dan Notoadmodjo (2003). Maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

V. Independen
Fasilitas

V. Dependen

Motivasi

KinerjaKader

Upah/Gaji

Hipotesa 1. Ha : Ada hubungan fasilitas dengan kinerja posyandu di Kecamatan Kabupaten Bener Meriah. 2. Ha : Ada hubungan motivasi dengan kinerja posyandu di Kecamatan Kabupaten Bener Meriah. 3. Ha : Ada hubungan upah/gaji dengan kinerja posyandu di Kecamatan Kabupaten Bener Meriah. antara kader Bukit antara kader Bukit antara kader Bukit

Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Kecamatan Bukit yang terdiri 40 desa, maka di peroleh populasi sebanyak 106 orang kader pada Bulan Mei 2012. 2. Sampel

Jumlah sampel sebanyak 52 orang, dengan keteria sampel sebagai berikut : a. Bersedia menjadi reasponden b. Bisa membaca dan menulis c. Desa yang mudah dijangkau

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Desain Penelitian Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain cross sectional, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu dalam pelayanan kesehatan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Fasilitas Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

No 1 2

Kategori Lengkap Tidak lengkap Total

F 44 8 52

% 84,61 15,38 100

Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Posyandu Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, pada tanggal 16 Juli sampai dengan 23 Juli tahun 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

Berdasarkan table 2 di atas menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 44 responden (84,61% ) yang fasilitas lengkap.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Motivasi Kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

No 1

Kategori Tinggi Rendah Total

F 44 8 52

% 84,61 15,38 100

No Kategori 1 Baik 2 Kurang baik Total

F 47 5 52

% 90,3 8 8,33 100

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 47 responden (90,38%) yang kinerjanya baik.

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 44 responden (84,61%) yang motivasi tinggi.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Tabel 4 Distribusi upah/gaji kader posyandu di kecamatan bukit kabupaten bener meriah Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 34 responden (65,38% )yang mendapat upah.

No 1 2

Kategori Ada Tidak Total

F 34 18 52

% 65,38 34,61 100

Tabel 5 Hubungan Fasilitas Posyandu dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

Kinerja Kader No Fasilitas Kurang baik f 1 2 Tidak Lengkap Lengkap Total 5 0 5 % 62,5 0 9,6 f 3 44 47 Baik % 37,5 100 90,4 f 8 44 52

Jumlah

Uji Statistik

% 15,38 84,61 100

0,000

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa 44 orang kader yang fasilitas posyandu lengkap, teryata tidak ada kinerja kader yang kurang baik. Sedangkan 8 orang kader yang fasilitas posyandu kurang lengkap, ternyata ada 3 orang (37,5%) yang kinerja kader posyandunya baik. Berdasarkan hasil uji Ch i- square menunjukkan bahwa ada hubungan antara fasilitas dengan kinerja kader posyandu dengan nilai P-Value 0,000 < 0,05.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Tabel 6 Hubungan Motivasi Kader dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

Kinerja kader No Motivasi Kurang baik f 4 1 5 % 50 2,3 9,6 f 4 43 47 Baik % 50 97,7 90,4 Jumlah Uji Statistik

1 2

Rendah Tinggi Total

f 8 44 52

% 15,38 84,61 100

P 0.001

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa 44 orang kader yang motivasi tinggi, teryata ada 1 orang (2,3%) yang kinerja kader posyandunya kurang baik. Sedangkan 8 orang kader yang motivasi rendah, ternyata ada 4 orang (50,0%) yang kinerja kader posyandunya baik. Berdasarkan hasil uji Ch i- square menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja kader posyandu dengan nilai P-Value 0,001 < 00.5.

Tabel 7 Hubungan Upah/gaji Kader dengan Kkinerja Kader Posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah

Kinerja kader No Upah/gaji Kurang baik f 1 2 Tidak ada Ada Total 4 1 5 % 22,2 2,9 9,6 P 14 33 47 Baik % 77,8 97,1 90,.4 F 18 34 52 Jumlah

Uji Statistik

% 34,61 65,38 100

P 0,043

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa 34 orang kader yang upah/gaji ada, teryata ada 1 orang (2,9%) yang kinerja kader posyandunya kurang baik. Sedangkan 18 orang kader yang tidak ada upah/gaji, teryata ada 4 orang (22,2%) yang kinerja kader posyandunya baik. Berdasarkan hasil uji square menunjukkan bahwa ada hubungan antara upah/gaji dengan kinerja kader posyandu dengan nilai P-Value 0,043 < 0,05.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

PEMBAHASAN Hubungan Fasilitas Posyandu dengan Kinerja Kader Posyandu Dari hasil tabel 5 menunjukkan kinerja responden yang baik dengan fasilitas lengkap adalah (100%) sedangkan pada responden yang kinerja kurang baik dengan fasilitas tidak lengkap (62,5%). Maka dapat diperoleh nilai P-Value adalah 0,000 selanjutnya dilakukan pengujian dimana diketahui bahwa hipotesis kinerja kader posyandu (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara fasilitas posyandu responden dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Fasilitas posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang penyelenggaraan kegiatan Posyandu seperti tempat atau lokasi yang tetap, dana rutin untuk pemberian makanan tambahan (PMT), alat-alat yang diperlukan misalnya : dacin, KMS, meja, kursi, buku register dan lainlain. bahwa semakin lengkap saran di posyandu, semakin sering ibu menimbang anaknya di posyandu. kegiatan-kegiatan posyandu tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh adanya fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas kerja adalah bahwa fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi dan harus dilaksanakan serta tersedia pada waktu dan tempat yang tepat (Siagian, 1998), Menurut Eva Susanti (2006), menyatakan dalam penelitiannya bahwa fasilitas yang ada di posyandu masih sangat kurang dan terbatas, sehingga proses pelaksanaan posyandu kurang lancar. Dari hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa semakin lengkap fasilitas yang ada dalam pelayanan posyandu maka semakin lancar pula dalam melakukan kegiatan dalam melakukan pelayanan posyandu, demikian pula sebaliknya

semakin tidak lengkap fasilitas posyandu maka semakin terhambatlah kegiatan diposyandu. Namun demikian dalam penelitian masih dijumpai 37,5% responden dalam fasilitas tidak lengkap namun kinerjanya baik, hal ini diasumsikan karena sebagian responden tiadak melihat ada atau tidaknya fasilitas ditempat mereka berkerja. Contohnya seperti posyandu yang tidak memiliki gedung posyandu, tetapi mereka tetap melaksanakan kegiatan posyandu didepan atau halaman menasah atau mesjid,meskinpun fasilitasnya tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara fasilitas posyandu dengan kinerja kader posyandu dalam pelayanan kesehatan di Kecamatan Bukit Kabuaten Bener Meriah. Hubungan Motivasi Kader Kinerja Kader Posyandu dengan

Dari hasil tabel 6 menunjukkan kinerja responden yang baik dengan motivasi tinggi (97,7%) sedangkan pada responden kinerja kurang baik pada motivasi rendah (50%). Maka dapat diperoleh nilai P-Value adalah 0,001 selanjutnya dilakukan pengujian dimana diketahui bahwa hipotesis kinerja kader posyandu (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi responden dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya prilaku dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia dirubah, motivasi itu sendiri sering diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang (InnerDriver) yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi yang dimaksud dengan dorongan tadi pada hakekatnya adalah kebutuhan (needs)

Jurnal Kesehatan Masyarakat

yang muncul dari dalam diri orang itu juga sehingga motivasi sering diartikan sebagai kebutuhan (Hasan, 2010) Menurut Winardi (2007) mengatakan bahwa dalam penelitiannya, Motivasi ini merupakan hasil dari sebuah proses yang bersifat internal dan eksternal. Yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Dari hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa semakin baik motivasi yang dimiliki seseorang dalam melakukan pelayanan posyandu maka semakin baik pula mereka dalam melakukan pelayanan posyandu, demikian pula sebaliknya semakin kurang motivasi seseorang maka semakin kurang pula tingkat kinerja seseorang diposyandu. Namun dalam penelitian masih dijumpai (50%) responden yang motivasi rendah namun kinerjanya baik hal ini diasumsikan karena kader tidak mesti ada dorongan dari orang lain supaya selalu aktif dalam posyandu melainkan kader hanya mencari pengalaman dalam pelayanan kesehatan posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja kader posyandu dalam pelayanan kesehatan di Kecamatan Bukit Kabuaten Bener Meriah. Hubungan Upah/gaji dengan Kinerja Kader Posyandu Dari hasil tabel 7 menunjukkan kinerja responden yang baik dengan ada upah (97,1%) sedangkan pada responden kinerjanya kurang baik dengan tidak mendapatkan upah (22,2%). Maka dapat diperoleh dengan nilai P-Value adalah 0,043 selanjutnya dilakukan pengujian dimana diketahui bahwa hipotesis kinerja kader posyandu (Ho) ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara upah/gaji responden dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Upah yang diberikan kepada kader sangat memotivasi keaktifannya. Menurut Aprillia (2009) bahwa rendahnya jumlah upah yang diterima kader posyandu, dirasakan masih kurang untuk memotivasi kinerja dan partisipasi aktif kader dalam kegiatan posyandu sehingga tanggung jawab terhadap suksesnya program, cakupan dan kegiatan posyandu menjadi kurang maksimal. Dari hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa jika ada upah/gaji yang diterima oleh kader maka untuk mendorong kader untuk semakin aktif dalam melakukan pelayanan posyandu, Demikian pula sebaliknya kalau tidak ada upah/gaji maka akan mengurangi motivasi kader dalam melakukan pelayanan posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara upah/gaji dengan kinerja kader posyandu dalam pelayanan kesehatan di Kecamatan Bukit Kabuaten Bener Meriah. PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan yang telah di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Ada hubungan antara fasilitas posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. b. Ada hubungan antara motivasi posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. c. Ada hubungan antara upah/gaji posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Saran a. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan kinerja kader posyandu di wilayah kerjanya. b. Kepada Puskesmas kecamatan bukit, untuk bahan masukan dalam peningkatan kinerja kader posyandu. c. Kepada kader posyandu sebagai bahan masukan guna meningkatkan program kinerja posyandu a. Kepada peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya tentang kinerja kader posyandu. b. Kepada masyarakat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya keaktifan kader.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Jakarta, Depkes RI, 2000. Dinas Kesehatan Provinsi NAD, Profil Kesehatan Aceh, Banda Aceh 2004. Puskesmas Simpang Tiga, Profil Kesehatan, Bener Meriah, 2011. WHO, Enducation for health manual in

healtd enducation pamary health care. Lenova,2004.

You might also like