You are on page 1of 12

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN

DI DESA SEMBALUN

PKM PENELITIAN Diusulkan oleh: Laylan Jauhari Samsul Fadly Agazy Prasetya Idham Halid (NIM (NIM (NIM (NIM 41113A0007)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KOTA MATARAM TAHUN 2013

PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN 1. Judul Penelitian 2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan Kota) d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP Mataram / 081917911248 f. Alamat email 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c.Alamat Rumah dan No. Tel./HP 6. Biaya Kegiatan Total a. Dikti b. Sumber lain 7. Jangka Waktu Pelaksanaan Mataram, Oktober 2013 : : PKM-P : Laylan Jauhari : 41113A0010 : Teknik Planoologi (Perencanaan Wilayah dan : Universitas Muhammadiyah Mataram : Jalan Demak RT.01 Lingkunan Taman Paesangan : cuteladies263@yahoo.com : 3 orang : Ima Rahmawati Sushanti, ST, MMT : : : : :

Menyetujui, Wakil/Pembantu Dekan Atau Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/ Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa
( NIP/NIK. ) ( NIM.

Ketua Pelaksana Kegiatan

Wakil rector Bidang kemahasiswaan/ Pembimbing Unit kegiatan Mahasiswa


( NIP/NIK. ) ( NIP/NIK.

Dosen Pelaksanaan Kegiatan

DAFTAR ISI

RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat dengan mengembangkan potensi wilayah yang dipadukan dengan kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan yang memberikan dampak positif dalam kehidupan perekonomian masyarakat tersebut. Salah satunya yaitu Program Pengembangan Kawasan Agrowisata Di Desa Sembalun. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat meningkat bersamaan dengan upaya melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata (http://www.panduan-bisnis-internet.com/bisnis/agro_bisnis.html). Wilayah Desa Sembalun dirasa memiliki potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi salah satu upaya membangun wilayah untuk membantu perkembangan masyarakat dan menciptakan sector penghasilan bagi masyarakat wilayah tersebut. Dengan melihat potensi wilayah serta lokasi Desa Sembalun yang merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah dikenal masyarakat luas sebagai wilayah dengan keindahan alam yang menyajikan pemandangan kealamian pegunungan dengan suhu udara yang dingin serta

peninggalan-peninggalan budaya adat istiadat yang ada menjadikan wilayah ini banyak dikunjungi oleh wisatawan local dan mancanegara. Program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan yaitu dengan menciptakan kawasan agrowisata yang nantinya dapat dikembangkan oleh masyarakat yang ada di wilayah tersebut dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. program ini bertujuan untuk memberikan keterampilan pada masyarakat agar dapat mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki sehingga dapat berdampak pada terciptanya kesejahteraan ekonomi yang merata bagi seluruh masyarakat di wilayah Desa Sembalun. 1.2 Rumusan Masalah Sejauh ini sebagian besar masyarakat Desa Sembalun dikenal bermatapencaharian sebagai petani secara umum, sehingga baik untuk dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui program pengembangan kawasan agrowisata yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan masyarakat di Desa Sembalun serta dapat mengoptimalkan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di wilayah tersebut. 1.3 Tujuan Tujuan diadakannya program ini yaitu diharapkan agar wilayah Desa Sembalun dapat menjadi salah satu wilayah yang berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas bukan hanya karena keindahan alam yang dimiliki namun karena potensi wilayah yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakatnya sendiri yang dapat dijadikan sebagai salah satu ciri khas wilayah tersebut dan mampu memberdayakan masyarakat penduduk di wilayah tersebut untuk menciptakan sumber penghasilan yang berdampak pada kesejahteraan ekonomi bersama bagi masyarakat di Desa Sembalun secara umum. 1.4 Urgensi

1.5 Luaran Luaran yang dihasilkan dalam PKM-Penelitian ini yaitu terbentuknya suatu lahan agrowisata yang dapat menjadi sektor lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan dipayungi oleh suatu komunitas masyarakat yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam bidang tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan yang menitik beratkan pada kepentingan dan kebutuhan rakyat yang mengarah pada kemandirian masyarakat, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan juga diartikan sebagai pemberian kekuasaan karena kata daya tidak saja berarti mampu, namun maknanya lebih dalam yakni selain mampu juga mempunyai kuasa. Menurut Nasution et al. (2007) konsep pemberdayaan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka pada pemberdayaan yang ditekankan adalah pentingnya masyarakat yang mandiri dalam mengorganisasi dirinya sendiri. Pemberdayaan juga bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan dari masyarakat. Menurut Ife dan Tesoriero (2008) pada pemberdayaan dilakukan beberapa proses, yakni penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Pada pemberdayaan masyarakat ini hendaknya juga terdapat kelembagaannya, mengingat kelembagaan akan dapat mengatur dan memadukan kewenangan antar sektor terintegrasi dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan suatu sumberdaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bandaragoda (2000) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan pada lembaga pengelolaan yaitu hukum, kebijakan dan administrasi. Namun demikian agar program tetap berlanjut, Hidayat (2004) mengemukakan bahwa agar suatu program keberlanjutan dapat terjadi maka terdapat beberapa faktor penting untuk diperhatikan dalam kelembagaannya, yaitu : a) pembentukan badan pengelola; b) pemanfaatan badan/kelompok masyarakat eksisting sebagai pengelola; c) penguatan kapasitas; d) regenerasi; e) kerjasama/kemitraan. 2.2 Agrowisata Agrowisata merupakan salah satu macam diversifikasi produk wisata yang dapat dimanfaatkan untuk penyajian beberapa paket wisata terhadap wisatawan yang akhir-akhir ini cenderung tertarik untuk menyaksikan dan menikmati obyek dan daya tarik wisata yang baru dan memiliki daya tarik tersendiri. Istilah Agrowisata berasal dari terjemahan Agrotourism (Alikodra, 1989; Aref, 2009). Baik Agrowisata maupun Wisata Agro pada

dasamya merupakan perpaduan dari dua kata yaitu agro dan wisata, yang mempunyai arti masing-masing pertanian dan perjalanan. Perpaduan dua kata tersebut secara keseluruhan mempunyai makna yang lebih luas. Lobo (2001) dalam Che et al. (2005) menyatakan agrowisata sebagai sebuah tindakan mengunjungi ladang pertanian, hortikultura atau bentuk agribisnis lainnya untuk mendapatkan hiburan, pendidikan, atau keterlibatan dengan aktivitas-aktivitas didalamnya. Menurut Snajzder et al. (2009) agrowisata merupakan sebuah sub-sektor wisata pedesaan dimana para wisatawan terlibat dalam aktivitas rekreasi dalam setting pertanian.
Selain itu, Beeton (2006) dalam Aref dan Gill (2009) menyatakan bahwa agrowisata (agrotourism) merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan wisata di pedesaan (rural tourism), selain farm tourism, soft tourism dan ecotourism. Hal ini mengacu pada definisi yang diberikan dalam Knowd (2001) tentang rural tourism yang memposisikan pertanian dan lahannya sebagai fondasi atau dasar semua daya tarik yang dibangun di atasnya. Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.004/MPPT/89 dan No. 204/KPTS/HK050/4/1989, mendefinisikan Agrowisata adalah suatu kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha dibidang agro.

Menurut Kasparek (2007), diperlukan beberapa syarat untuk mengembangkan agrowisata, antara lain: a). Landscape otentik yang alami dengan ukuran cukup luas; b). Terdapatnya budaya, sejarah atau daya tarik alami pada area tersebut; c). Jalur transportasi yang memudahkan akses ke area wisata; d). Infrastruktur transportasi, akomodasi dan logistik yang memadai; e). Kondisi politik yang stabil; dan f). Penerimaan dari penduduk lokal. Sedangkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu kawasan agrowisata adalah menyangkut daya tarik objek wisata, sarana berwisata dan prasarana berwisata. 2.3 Pengelolaan Agrowisata Berbasis Masyarakat Pendekatan untuk pengelolaan sumberdaya alam, sebagai sumber daya utama dan

agrowisata, dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pendekatan berbasis syarakat

pendekatan berbasis pemerintah. Menurut Rashidpour et al. (2010) pengelolaan dengan pendekatan berbasis masyarakat (community Based anagement) adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan

keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan di suatu daerah berada di tangan organisasi- organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut. Pengelolaan seperti ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi masyarakat lokal dalam mengelola dan bertanggungjawab atas sumberdaya yang ada, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan atau hasil-hasilnya demi kesejahteraan masyarakat setempat. Pengelolaan berbasis masyarakat dalam kenyataannya tidak dapat berhasil sepenuhnya tanpa keterlibatan pemerintah. Hal tersebut dimungkinkan karena masyarakat dalam beberapa hal masih memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, seperti tingkat pendidikan, permodalan, dan kesadaran atas pentingnya lingkungan (Kusumastanto

1998; Sofyan, 2006). Tidak ada pengelolaan sumberdaya alam yang berhasil tanpa melibatkan masyarakat lokal sebagai pengguna (users) dari sumberdaya alam tersebut. Hal diperkuat oleh

Rashidpour et al. (2010) yang merekomendasikan bahwa dalam pengembangan wilayah pedesaan yang berkelanjutan, termasuk agrowisata didalamnya, maka komunitas lokal adalah mitra dan stakeholder yang paling utama. Keterbatasan masyarakat setempat dalam mendukung pengelolaan agrowisata masih memerlukan campur tangan dari

pemerintah. Dalam mengakomodir campur tangan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan dengan pendekatan cooperative management (comanagement), bagai jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat (Gawell ,1984 lam White 1994; Silver, 2002; Rashidpour, 2010). Pembangunan agrowisata berbasis masyarakat mempunyai peluang yang prospektif dengan ciri-ciri unik yang dimilikinya, seperti yang diurakian sumastanto (1998) dan ; Nasikun (2003), yaitu : (1) karena karakternya lebih berskala kecil sehingga mudah diorganisasi, bersahabat dengan lingkungan, secara ekologis aman, dan tidak

menimbulkan banyak dampak seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang bersifat massif; 2) mempunyai peluang lebih mampu mengembangkan objek-objek, atau produk agrowisata berskala kecil, sehingga dapat dikelola oleh masyarakat dan pengusahapengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial-kultural minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat; (3) memberi peluang

yang lebih besar bagi partisipasi masyarakat lokal untuk melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan dan menikmati keuntungan perkembangan industri pariwisata, sehingga oleh kaena itu lebih memberdayakan masyarakat; (4) tidak hanya memberikan tekanan pada pentingnya keberlanjutan secara pada aktif bahkan berupaya antara kultural (cultural sustainability) akan tetapi penghormatan pendidikan para wisatawan

membangkitkan lain melalui

kebudayaan

lokal,

dan pengembangan

organisasi wisatawan. Pembangunan berbasis masyarakat membutuhkan kepemimpinan, manajemen

sumberdaya manusia, koordinasi kegiatan dan pengaturan lainnya sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan anggota menjadi lebih berdaya. Proses pemberdayaan seyogyanya dapat memberikan peluang bagi anggotanya untuk ambil

bagian dalam pengambilan keputusan, tanggung jawab kolektif dan kepemimpinan kolektif (Rana, 2008).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 3.2 Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu . bulan 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe Deskriptif, yaitu dengan menggambarkan

kenyataan yang ditemui dilapangan secara apa adanya. Pengunaan metode ini bertujuan untuk mengukur secara cermat pelaksanaan program pengembangan agrowisata di

Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur dengan menggunakan analisa kualitatif melalui penggambaran sistematis dan menghimpun fakta-fakta yang ada. Survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpul dari responden yang mewakili seluruh populasi. Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini dilakukan di Desa Sembalun Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur. Pemilihan lokasi karena Desa Sembalun adalah salah satu Desa agrowisata yang memiliki potensi baik dari Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Secara tidak langsung pengembangan Desa Sembalun ini akan berpengaruh keaspek social budayanya. Salah satunya dengan adanya Rumah Tradisional adat sasak, pengunjung tidak hanya sekedar dapat menikmati suasana alam saja namun mereka juga dapat menikmati ragam budaya yang ada disana. Sampel dalam penelitian Kualitatif dinamakan responden, atau sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman atau guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Dalam penelitian ini, responden dari masyarakat 10 KK, untuk RT 2 orang pada Desa Sembalun. Keseluruhan dijadikan sampel dengan menggunakan teknik penarikan yang diambil

Puposive Sampling Dengan pertimbangan bahwa jumlah responden dianggap mampu memberikan jawaban masalah penelitian (Kompeten).

Pada prinsipnya analisa data merupakan proses pengolahan data dan menyusun data

secara sistematis agar dibaca dan diinterprestasikan. Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisa data deskriptif kualitatif yakni merupakan metode pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara murni dengan responden dari hasil wawancara data tersebut dikumpulkan dan diolah serta dianalisa sesuai dengan teori yang digunakan atau dalam bentuk penejelasan yang mendalam sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

You might also like