You are on page 1of 3

Billy Anthony Tohar 11 2007 028

RHINITIS ALERGI
DEFINISI Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986 ! "enurut #$% &R'& (&llergi( Rhinitis and its 'mpa(t on &sthma tahun )**1 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin+bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh 'g,! ETIOLOGI Rinitis alergi dan atopi se(ara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang se(ara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan! -enetik se(ara jelas memiliki peran penting! Pada )* . /* 0 semua populasi dan pada 1* . 11 0 anak semuanya atopi! &pabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 2 kali lebih besar atau men(apai 1* 0! Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang se(ara genetik telah memiliki ke(enderungan alergi! &dapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan lain+lain! PATOFISIOLOGI 3ensitisasi Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang dia4ali oleh adanya proses sensitisasi terhadap alergen sebelumnya! "elalui inhalasi, partikel alergen akan tertumpuk di mukosa hidung yang kemudian berdifusi pada jaringan hidung! $al ini menyebabkan sel &ntigen Presenting 5ell (&P5 akan menangkap alergen yang menempel tersebut! 6emudian antigen tersebut akan bergabung dengan $7& kelas '' membentuk suatu kompleks molekul "$5 ("ajor $isto(ompability 5omple8 kelas ''! 6ompleks molekul ini akan dipresentasikan terhadap sel 9 helper (9h * ! 9h * ini akan diaktifkan oleh sitokin yang dilepaskan oleh &P5 menjadi 9h1 dan 9h)! 9h) akan menghasilkan berbagai sitokin seperti '7/, '72, '71, '79, '71*, '71/ dan lainnya! '72 dan '71/ dapat diikat reseptornya di permukaan sel limfosit :, sehingga sel : menjadi aktif dan memproduksi 'g,! 'g, yang bersirkulasi dalam darah ini akan terikat dengan sel mast dan basofil yang mana kedua sel ini merupakan sel mediator! &danya 'g, yang terikat ini menyebabkan teraktifasinya kedua sel tersebut! Reaksi &lergi ;ase 5epat Reaksi (epat terjadi dalam beberapa menit, dapat berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya! "ediator yang berperan pada fase ini yaitu histamin, tiptase dan mediator lain seperti leukotrien, prostaglandin (P-<) dan bradikinin! "ediator+mediator tersebut menyebabkan keluarnya plasma dari pembuluh darah dan dilatasi dari anastomosis arteriovenula hidung yang menyebabkan terjadinya edema, berkumpulnya darah pada kavernosus sinusoid dengan gejala klinis berupa hidung tersumbat dan oklusi dari saluran hidung! Rangsangan terhadap kelenjar mukosa dan sel goblet menyebabkan hipersekresi dan

permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore! Rangsangan pada ujung saraf sensoris (vidianus menyebabkan rasa gatal pada hidung dan bersin+bersin! Reaksi &lergi ;ase 7ambat Reaksi alergi fase (epat terjadi setelah 2 . 8 jam setelah fase (epat! Reaksi ini disebabkan oleh mediator yang dihasilkan oleh fase (epat beraksi terhadap sel endotel postkapiler yang akan menghasilkan suatu =as(ular 5ell &dhesion "olle(ule (=5&" dimana molekul ini menyebabkan sel leukosit seperti eosinofil menempel pada sel endotel! ;aktor kemotaktik seperti '71 menyebabkan infiltrasi sel+sel eosinofil, sel mast, limfosit, basofil, neutrofil dan makrofag ke dalam mukosa hidung! 3el+sel ini kemudian menjadi teraktivasi dan menghasilkan mediator lain seperti ,osinophili( 5ationi( Protein (,5P , ,osinophili( <erived Protein (,<P , "ajor :asi( Protein (":P dan ,osinophili( Pero8idase (,P% yang menyebabkan gejala hiperreaktivitas dan hiperresponsif hidung! -ejala klinis yang ditimbulkan pada fase ini lebih didominasi oleh sumbatan hidung! KLASIFIKASI :erdasarkan rekomendasi dari #$% 'nitiative &R'& tahun )***, menurut sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi> 'ntermiten, yaitu bila gejala kurang dari 2 hari?minggu atau kurang dari 2 minggu! Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 2 hari?minggu dan?atau lebih dari 2 minggu! 3edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi> Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal+hal lain yang mengganggu! 3edang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas! DIAGNOSIS <iagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan> 1. &namnesis Perlu ditanyakan gejala+gejala spesifik yang mengganggu pasien (seperti hidung tersumbat, gatal+gatal pada hidung, rinore, bersin , pola gejala (hilang timbul, menetap beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan! 6arena rinitis alergi seringkali berhubungan dengan konjungtivitis alergi, maka adanya gatal pada mata dan lakrimasi mendukung diagnosis rinitis alergi! Ri4ayat keluarga merupakan petunjuk yang (ukup penting dalam menegakkan diagnosis pada anak! 2. Pemeriksaan ;isik Pada muka biasanya didapatkan garis <ennie+"organ dan allergi( shinner, yaitu bayangan gelap di daerah ba4ah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung! 3elain itu, dapat ditemukan juga allergi( (rease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga ba4ah! -aris ini timbul akibat hidung yang sering digosok+ gosok oleh punggung tangan (allergi( salute ! Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, ber4arna pu(at atau livid dengan konka edema dan sekret yang en(er dan banyak! Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung tersumbat! 3elain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media! 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan sitologi hidung tidak memastikan diagnosis, tetapi berguna sebagai pemeriksaan pelengkap! <itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak (1 sel?lapang

pandang menunjukkan kemungkinan alergi! $itung jenis eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat! Pemeriksaan 'g, total seringkali menunjukkan nilai normal, ke(uali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu penyakit! 7ebih bermakna adalah pemeriksaan 'g, spesifik dengan (ara R&39 (Radioimmuno 3orbent 9est atau ,7'3& (,n@yme 7inked 'mmuno 3orbent 9est ! Aji kulit alergen penyebab dapat di(ari se(ara invivo! &da dua ma(am tes kulit yaitu tes kulit epidermal dan tes kulit intradermal! 9es epidermal berupa tes kulit gores (s(rat(h dengan menggunakan alat penggores dan tes kulit tusuk (skin pri(k test ! 9es intradermal yaitu tes dengan pengen(eran tunggal (single dilution dan pengen(eran ganda (3kin ,ndpoint 9itration . 3,9 ! 3,9 dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi! 3elain dapat mengetahui alergen penyebab, juga dapat menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk imunoterapi! 3elain itu, dapat pula dilakukan tes provokasi hidung dengan memberikan alergen langsung ke mukosa hidung! Antuk alergi makanan, dapat pula dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau 'ntra(utaneous Provo(ative ;ood 9est ('P;9 ! PENATALAKSANAAN 9erapi rinitis alergi umumnya berdasarkan tahap+tahap reaksi alergi, yaitu> 9ahap terjadinya kontak antara alergen dengan kulit atau mukosa hidung! 9ahapan ini diterapi dengan penghindaran terhadap alergen penyebab! 9ahap penetrasi alergen ke dalam jaringan subkutan?submukosa menuju 'g, pada permukaan sel mast atau basofil! 9ahapan ini diterapi se(ara kompetitif dengan imunoterapi! 9ahapan ikatan &g+'g, di permukaan mastosit?basofil, sebagai akibat lebih lanjut reaksi &g+'g, dimana dilepaskan histamin sebagai mediator! 9ahapan ini dinetralisir dengan obat . obatan antihistamin yang se(ara kompetitif memperebutkan reseptor $1 dengan histamin! 9ahap manifestasi klinis dalam organ target, dimana ditandai dengan timbulnya gejala! 9ahapan ini dapat diterapi dengan obat+obatan dekongestan sistematik atau lokal! 3e(ara garis besar penatalaksanaan rinitis terdiri dari / (ara, yaitu> "enghindari atau eliminasi alergen dengan (ara edukasi, farmakoterapi, dan imunoterapi, sedangkan tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi komplikasi seperti sinusitis dan polip hidung! Pada dasarnya penyakit alergi dapat di(egah dan dibagi menjadi / tahap, yaitu> 1. Pen(egahan primer untuk men(egah sensitisasi atau proses pengenalan dini terhadap alergen! 9indakan pertama adalah mengidentifikasi bayi yang mempunyai risiko atopi! Pada ibu hamil diberikan diet restriksi (tanpa susu, ikan laut, dan ka(ang mulai trimester / dan selama menyusui, dan bayi mendapat &3' eksklusif selama 1+6 bulan! 3elain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk men(egah pajanan terhadap alergen dan polutan! 2. Pen(egahan sekunder untuk men(egah manifestasi klinis alergi pada anak berupa asma dan pilek alergi yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap a4al berupa alergi makanan dan kulit! 9indakan yang dilakukan dengan penghindaran terhadap pajanan alergen inhalan dan makanan yang dapat diketahui dengan uji kulit! 3. Pen(egahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakit alergi dengan penghindaran alergen dan pengobatan!

You might also like