You are on page 1of 10

3

FRAKTUR BATANG FEMUR (DEWASA)

Mekanisme Trauma Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock.

Klasifikasi fraktur batang femur Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi: Tertutup Terbuka

Fraktur femur terbuka

Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat. Derajat I: Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragment tulang dari dalam menembus keluar. Derajat II: Lukanya lebih besar (>1 cm) luka ini disebabkan karena benturan berada dari luar. Derajat III: Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah) Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan debridement, sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Pemeriksaan Klinik Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan, nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior, rotasi (exo/endo). Tungkai bawah, ditemukan adanya pemendekan tungkai. Pada fraktur 1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari daerah lutut. Kecuali itu juga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.

Radiologi Cukup dengan 2 proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup 2 sendi, panggul dan lutut.

Penanggulangan Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan metode Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas splint. Tungkai ditraksi dalam keadaan extensi. Tujuan skin traksi untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.

Non Operatif Dilakukan skeletal traksi, yang sering digunakan adalah metode Perkin dan metodebalance skeletal traction.

Metode Perkin Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan: - Steinman pin - Tali - Beban Katrol Penderita tidur terlentang, 1-2 jari di baeah tubeositas tibia, dibor dengan Steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk callus yang kukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.

Metode balance skeletal traction Diperlukan alat-alat yang lebih banyak: Thomas splint Pearson attachment Steinman pin Tali Katrol Beban Frame Stapler

Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan Steinman pin, dipasang stapler pada steinman pin, dipasang stapler pada steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. Kadang-kadang untuk

mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu, kemudian dipasang gips hemispica atau cast bracing

Operatif Pada fraktur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya: Kuntscher nail Sneider nail Ao nail

Di antara ketiga nail tersebut yang paling terkenal adalah Kuntscher nail. Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.

Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit-fascia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde. Cara tertutup yaitu tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukkan melalui ujung trochantermayor dengan bantuan image intersifier (Carm). Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk dalam fragment bagian distal. Keuntungannya adalah tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.

Indikasi operatif: 1. Penaggulangan no operatif gagal 2. Multiple fraktur 3. Robeknya arteri femoralis 4. Patologic fraktur 5. Orang-orang tua

Komplikasi Dini: Yang segera terjadi dapat berupa shock dan fat emboli. Fat emboli ini jarang terjadi.

Komplikasi lambat:

Delayed union Non union Mal union Kekakuan sendi lutut Infeksi

Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa (autogenesus cancellous bone graft). Kekakuan sendi di mana sendi lutut terbatas gerakan (ROM O 60 atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan perlengkapan otot-otot quadricep dan patella

FRAKTUR BATANG FEMUR (ANAK-ANAK)

Pada anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyak ialah jatuh waktu bermain di sekolah atau di rumah, diagnosa mudah ditegakkan.

Penanggulangan: Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik. Perpendekan kurang 2 cm masih dapat diterima karena di kemudian hari pemendekan ini akan sama panjangnya dengan tungkai normal. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi. Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3 tahun.

Traksi kulit- Bryant traksi: Anak tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Komplikasi pemakaian Bryant traksi: Terjadinya ischemic paralysis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan. Anak umur 3 tahun-13 tahun dilakukan pemasangan Rusell traksi, untuk traksi ini diperlukan:

Frame Katrol Tali Plester

Anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah poplitea, sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan dengan beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, callus sudah terbentuk tetapi belum kuat benar. Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispica.

DISKUSI

Pada kasus ini diperoleh keterangan dari anamnesa, bahwa pasien mempunyai riwayat trauma akibat kecelakaan antara motor dan mobil pada tanggal 8 September 2011 yang disertai dengan kedua tungkai tidak dapat digerakkan dan nyeri. Pada riwayat luka terdapat luka lecet pada paha kiri dan juga didapat adanya patah tulang tertutup paha kanan dan paha kiri. Dan pada wajah terdapat luka robek pada dahi. Pada status lokalis didapatkan ------. Dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis didapatkan adanya fraktur pada kedua tungkai, maka kami berkesimpulan untuk menegakkan diagnosa multiple fracture. Penatalaksan pada fraktur tertutup, untuk sementara dilakukan reposisi

tertutup dengan anestesi yang tepat dan relaksasi otot, fraktur dapat direduksi dengan manuver tiga tahap: 1. Bagian distal tungkai ditarik kegaris tulang 2. sementara fragmen fragmen terlepas, fragmen itu direposisi ( dengan membalikkan arah kekuatan asal kalau ini dapat diperkirakan 3. Penjajaran disesuaikan ketiap bidang Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak

sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilh pengobatan non operatif atau operatif : a. Non operatif Dilakukan skeletal traksi, yang sering digunakan ialah methode Perkin dan methode balance skeletal traction 1. Methode Perkin Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas, alat yang diperlukan Steinman pin Tali Beban katrol

Penderita tidur terlentang, 1-2 jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin, dipasang staple, ditari dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk callus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi. 2. Methode balance skeletal traction Diperlukan alat alat yang lebih banyak : Thomas split Pearson attachment Steinman pin Tali Katrol Beban Frame Stapler

Penderita tidur terlentang 1-2 jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas split, sedang tungkai bawah ditopang oleh pearson attachment. Tarikan

dipertahankan sampai 12 mingguatau lebih sampai terbentuk callus yang cukup

b. Operatif

Pada fraktur femur 1/3 distal sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat bermacam macam intramedullary nail untuk femur, diantarnya : - Kuntscher nail - Sneider nail - Ao nail

Di antara ketiga nail tersebut yang paling terkenal adalah Kuntcher nail. Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup: - Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fascia sampai ketulang yang patah dan pen dipasang secara retrograde - Cara tertutup yaitu tanpa menyayat didaerah yang patah, pen dimasukkan melalui ujung trochanter mayor dengan bantuan image intersifier

Terapi operasi dengan membuka frakturnya dengan mengunakan metode ORIF. Indikasi ORIF : a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosisi tinggi, misal : Fraktur talus Fraktur collum femur

b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, misalnya: Fraktur avulsi Fraktur dislokasi

c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, misalnya ; Fraktur Monteggia Fraktur Galeazzi Fraktur antebrachii Fraktur peregelangan kaki

d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya fraktur femur.

Pada pasien ini belum sempat dilakukan operasi ORIF karena masih menggunakan obat TB dan ditakutkan akan mendapat komplikasi yaitu:

1. Komplikasi segera a. Lokal 1. Kulit : abrasi, laserasi,penetrasi 2. Pembuluh darah robek 3. Sistem syaraf 4. Otot 5. Organ dalam b. Umum 1. Ruda paksa multiple 2. Syok : hemoragik, neurogenik 2. Komplikasi dini a. Lokal nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi, osteomielitis b. Umum 3. Emboli paru, tetanus

Komplikasi lama Kekakuan sendi Disuse atrofi otot Malunion Nonunion Gangguan pertumbuhan Osteoporosis post trauma

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

R. Sjamsoehidayat & Win de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah. A. Graham Apley dan Louis Solomon :Buku ajar Orthopedi dan Fraktur Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI

You might also like