Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi
1. 2.
3.
4. 5. 6. 7.
Penerapan sistem penyiaran digital Analisa situasi Kajian hukum Penyelenggaraan program siaran dan penyelenggaraan infrastruktur Usulan model usaha penyiaran TV digital penerimaan tetap free-to-air Usulan model usaha penyiaran radio digital penerimaan tetap free-to-air Layanan TV digital penerimaan bergerak (mobile-TV Teknologi Radio Digital FM IBOC
2/43
2.
3.
3.
4.
6.
7.
Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T di Indonesia adalah pada band IV dan V UHF, yaitu kanal 28 45 (total 18 kanal) dengan lebar pita masing masing kanal adalah 8 MHz. Namun, setiap wilayah layanan diberikan jatah hanya 6 kanal, karena 12 kanal lain digunakan di wilayah wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi). Penjadwalan migrasi (contoh : Jabodetabek).
Alokasi kanal frekuensi untuk layanan radio digital penerimaan tetap free-to-air T-DAB di Indonesia adalah pada band III VHF, yaitu kanal 5 - 10 (total 6 kanal) dengan lebar pita masing masing kanal adalah 7 MHz. Namun, setiap wilayah layanan diberikan jatah hanya 2 kanal, karena 4 kanal lain digunakan di wilayah wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi).
Working Group Masterplan Frekuensi 4/43
8.
Analisa situasi
1.
2.
3.
4.
Kebijakan penyiaran menetapkan adanya lembaga penyiaran lokal dan lembaga penyiaran berjaringan. Program siaran dari lembaga penyiaran ditempatkan pada salah satu bagian kanal (slot) di masing masing wilayah layanan. Lembaga penyiaran berjaringan memerlukan sarana penghubung antara stasiun induk dengan stasiun jaringannya (misalnya, dengan satelit atau leased line dari penyelenggara infrastruktur jaringan telekomunikasi). Penyelenggaraan penyiaran publik dan swasta serta komunitas dialokasikan dengan jumlah slot yang proporsional.
5/43
Setiap slot ditempati oleh program siaran DVB-T yang berbeda beda. Masing masing warna merepresentasikan 1 jenis penyelenggara program siaran, sehingga bila ada 1 warna yang menempati lebih dari 1 slot berarti ada penyelenggara program siaran yang memiliki lebih dari 1 jenis program siaran.
Working Group Masterplan Frekuensi 6/43
Setiap slot ditempati oleh program siaran T-DAB yang berbeda beda. Masing masing warna merepresentasikan 1 jenis penyelenggara program siaran,
7/43
Kajian hukum
1) UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran : a. Bahwa penyiaran TV dan radio harus memiliki IPP (pasal 33 ayat 1) b. LPS hanya dapat menyelenggarakan 1 siaran dengan 1 saluran siaran pada 1 cakupan wilayah siaran (pasal 20) sehingga tidak relevan lagi pada era penyiaran digital karena penyiaran digital sifatnya adalah banyak siaran pada 1 saluran siaran di 1 cakupan wilayah siaran. 2) UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi a. Setiap Penyelenggaraan Telekomunikasi harus mendapatkan izin dari Pemerintah (pasal 11) b. Salah satu bentuk penyelenggaraan telekomunikasi adalah penyelenggaraan jaringan telekomunikasi (pasal 7)
8/43
2.
3.
Penyelenggaraan program siaran adalah penyelenggaraan yang mendapatkan IPP (Izin Penyelenggaraan Penyiaran) yang hanya berfungsi menyediakan konten siaran serta menggunakan infrastruktur yang dimiliki oleh penyelenggara infrastruktur dalam rangka konten siarannya dapat didistribusikan (dipancarkan) ke penerima TV atau radio digital.
Penyelenggaraan infrastruktur meliputi fungsi multiplexing beberapa program siaran dan fungsi pemancaran siaran di satu wilayah layanan. Penyelenggaraan infrastruktur yang dimaksud pada butir 4 adalah penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang mendapatkan izin penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan izin penggunaan frekuensi (ISR)
Working Group Masterplan Frekuensi 9/43
4. 5.
Namun, untuk LPS analog eksisting pada penyiaran radio FM yang ingin bermigrasi ke penyiaran radio digital free-to-air T-DAB, maka harus seketika mengembalikan kanal FM-nya setelah mendapatkan kepastian menduduki slot tertentu dalam kanal T-DAB yang telah dijatahkan pada wilayah layanannya tersebut. Kanal FM yang dikembalikan tersebut tidak akan diberikan untuk pihak lain yang berkeinginan menjadi LPS FM baru karena kanal FM tersebut akan dicadangkan (reserved) untuk penerapan teknologi penyiaran radio digital lainnya yang implementasinya menggunakan kanal kanal FM (band II VHF) Standar IBOC
Working Group Masterplan Frekuensi 10/43
Penyelenggara infrastruktur
Pengaturan penyelenggara infrastruktur berada di bawah Undang Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi. Bentuk penyelenggaraannya adalah penyelenggara jaringan tetap tertutup (pasal 33 KM 20/2001).
Penyelenggara infrastruktur penyiaran digital adalah pihak yang memiliki fungsi sbb : 1. Fungsi multiplexing : Bertindak menyediakan jasa distribusi bandwidth (slot) dalam 1 kanal frekuensi untuk digunakan oleh bermacam macam jenis program siaran sehingga efisien dan optimal. 2. Fungsi pemancaran : Membangun infrastruktur pemancar penyiaran digital sesuai aturan aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah (Depkominfo), mulai dari antena pemancar, menara, saluran penghubung dari terminal output content, hingga komponen komponen infrastruktur lainnya sehingga pentransmisian program siaran digital berjalan dengan baik dan tidak mengalami gangguan.
Pada penyiaran digital penerimaan tetap free-to-air, diusulkan agar penyelenggara infrastruktur untuk TV digital DVB-T adalah juga penyelenggara infrastruktur radio digital T-DAB. Dengan demikian, pada 1 wilayah layanan hanya akan ada 1 menara pemancar utama yang digunakan secara bersama oleh semua penyelenggara infrastruktur penyiaran digital di wilayah tersebut, ditambah dengan menara menara tambahan di daerah daerah yang kualitas penerimaannya kurang baik serta menara menara yang bertindak sebagai gap filler. Untuk melakukan kedua fungsi tersebut dengan baik, maka penyelenggara infrastruktur diberikan izin penggunaan frekuensi yang sifatnya berbatas waktu (tidak untuk dimiliki selamanya) dan direncanakan akan berupa izin pita.
Working Group Masterplan Frekuensi 11/43
2.
Memiliki bentuk badan hukum resmi. Bentuk badan hukumnya dapat berupa : a. Badan hukum yang berdiri sendiri yang sebelumnya adalah penyelenggara jaringan telekomunikasi eksisting (misal : TELKOM); b. Badan hukum yang berdiri sendiri yang belum pernah beroperasi sebelumnya, baik sebagai Lembaga Penyiaran maupun penyelenggara jaringan telekomunikasi; atau c. Badan hukum yang merupakan konsorsium dari Lembaga lembaga Penyiaran analog eksisting (misal : TVRI, RCTI, SCTV, Metro TV, ANTV, dll).
Penyediaan infrastruktur harus terealisasi pada awal tahun 2009 (diasumsikan kebijakan penerapan sistem penyiaran digital ditetapkan pada tahun 2008)
3.
12/43
4.
Dilarang diskriminatif dalam penyediaan infrastruktur dan slot untuk menampung seluruh program siaran dari Lembaga Penyiaran, serta dilarang diskriminatif dengan menerapkan biaya-biaya yang tidak wajar (non cost-based) kepada Lembaga Penyiaran yang telah memiliki IPP di wilayah dari hak penggunaan frekuensi yang ditetapkan. Ditetapkan melalui mekanisme seleksi (proses prakualifikasi dan penetapan) yang di antaranya mempertimbangkan komitmen penggelaran jaringan yang diperkuat dengan suatu bank garansi. Proses seleksi diberlakukan karena sesuai dengan Pasal 4 KM 20/2001 bahwa Penyelenggara jaringan penyiaran digital termasuk penyelenggara jaringan telekomunikasi yang memerlukan sumber daya terbatas (frekuensi atau kode akses), maka jumlahnya dibatasi (ayat 1). Dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang jumlahnya terbatas, perizinannya melalui seleksi (ayat 2). Memiliki izin prinsip dan izin penyelenggaraan jaringan telekomunikasi serta wajib mengikuti semua ketentuan yang terkait tentang penyelenggaraan telekomunikasi (misalnya, izin prinsip tidak boleh dipindahtangankan, kewajiban membayar BHP jastel dan frekuensi).
5.
6.
14/43
Usulan No.1
Usulan No.1 model usaha sistem TV digital free-to-air
Program Siaran Publik 1
Kanal 1 Kanal 2
MUX 1 (nasional)
MUX 2 (regional)
Usulan No.1
Jenis jenis penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air
Penyelenggara infrastruktur penyiaran TV digital free-to-air pada suatu wilayah layanan di usulan no.1 ini terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1. Penyelenggara infrastruktur yang berkewajiban menampung 20% dari total saluran frekuensi di suatu wilayah layanan untuk keperluan penyiaran publik, namun juga dapat menampung program siaran swasta. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah nasional (MUX 1).
2.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah regional (14 zona seluruh Indonesia). Untuk menghindari praktek monopoli, maka penyelenggara infrastruktur jenis ini ada 2 entitas di setiap wilayah layanannya (MUX 2 dan MUX 3).
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran komunitas. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah pada setiap wilayah layanan (MUX 4)
Working Group Masterplan Frekuensi 16/43
3.
Usulan No.1
Penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 1
Karakteristik penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 1 di usulan no.1 ini adalah sebagai berikut : 1. Suatu bentuk entitas usaha baru terpisah dari TVRI, namun TVRI merupakan unsur didalamnya. 2. Dapat merupakan anak usaha TVRI atau dapat juga merupakan kerjasama antara TVRI dengan pihak pihak lain. 3. Diberikan jatah 2 kanal di setiap wilayah layanan. 4. Sesuai dengan PP 11/2005 pasal 15 ayat (3) yang menyatakan bahwa TVRI disediakan 20% dari jumlah saluran frekuensi yang ada di setiap wilayah layanan siaran sepanjang frekuensi tersedia, maka 1 kanal wajib digunakan untuk menampung program siaran TVRI (20% x 6 kanal = 1 kanal). 5. Sedangkan 1 kanal lagi dapat digunakan untuk menampung program siaran swasta. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 5. Membayar pita/kanal
Working Group Masterplan Frekuensi 17/43
Usulan No.1
Penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 2 dan MUX 3
Karakteristik penyelenggara infrastruktur TV digital MUX 2 dan MUX 3 di usulan no.1 ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memunculkan iklim kompetisi serta menghindari adanya monopoli, maka di satu zona terdapat 2 entitas, yaitu MUX 2 dan MUX 3. 2. Diberikan jatah 2 kanal untuk setiap entitas MUX 2 dan setiap entitas MUX 3 di setiap wilayah layanan. 3. Ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik porgram siaran lokal maupun berjaringan. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah regional. Region sesuai dengan pembagian 14 zona seluruh Indonesia. 5. Penentuan pihak pihak yang berhak menjadi MUX 2 atau MUX 3 di suatu zona dilakukan melalui proses seleksi (lelang). Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan pada zona yang diperebutkan serta kesediaan membayar pita/kanal tahunan.
18/43
Usulan No.1
Pembagian regional bagi MUX 2 dan MUX 3
Pembagian regional untuk wilayah penggelaran jaringan bagi penyelenggara infrastruktur regional (MUX 2 dan MUX 3) mengikuti pembagian 14 zona, yaitu sebagai berikut : Regional 1 : Sumatera Bagian Utara (DI Aceh, Sumut) Regional 2 : Sumatera Bagian Tengah (Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumbar) Regional 3 : Sumatera Bagian Selatan (Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung, Lampung) Regional 4 : Banten dan Jabodetabek Regional 5 : Jawa Bagian Barat (Jawa Barat kecuali Bogor, Depok, Bekasi) Regional 6 : Jawa Bagian Tengah (Jawa Tengah, DI Yogyakarta) Regional 7 : Jawa Bagian Timur (Jawa Timur) Regional 8 : Bali dan Nusa Tenggara (Bali, NTB dan NTT) Regional 9 : Papua Regional 10 : Maluku dan Maluku Utara Regional 11 : Sulawesi Bagian Selatan (Sulsel, Sulbar, Sultra) Regional 12 : Sulawesi Bagian Utara (Sulut, Gorontalo, Sulteng) Regional 13 : Kalimantan Bagian Barat (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah) Regional 14 : Kalimantan Bagian Timur (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur)
19/43
Usulan No.2
Usulan No.2 model usaha sistem TV digital free-to-air
Program Siaran Publik 1
Kanal 1
MUX 1 (nasional)
Kanal 2
Kanal 3 Kanal 4 Kanal 5 Kanal 6 Kanal x (pilih diantara 12 kanal lain)
MUX 2 (nasional)
MUX 3 (regional)
Usulan No.2
Jenis jenis penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air
Penyelenggara infrastruktur TV digital pada suatu wilayah layanan di usulan no.2 ini terdiri dari 4 jenis, yaitu : 1. Penyelenggara infrastruktur yang diberikan 20% dari total kanal frekuensi di suatu wilayah layanan (20% x 6 kanal = 1 kanal) untuk keperluan penyiaran publik. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional (MUX 1).
2.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan yang izin penggelaran jaringannya adalah nasional (MUX 2).
3.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan yang izin penggelaran jaringannya adalah regional dengan pembagian region-nya dengan pembagian zona (14 zona seluruh Indonesia). Penyelenggara infrastruktur berizin regional ini ada 2 entitas di setiap wilayah layanannya (MUX 3 dan MUX 4).
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran komunitas. Izin penggelaran jaringannya adalah pada setiap wilayah layanan (MUX 5)
4.
21/43
Usulan No.2
Penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 1
Karakteristik penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 1 pada usulan no.2 adalah sebagai berikut : TVRI, baik itu berdiri sendiri maupun bekerja sama dengan pihak pihak lain, namun tetap di bawah nama TVRI. Sehingga TVRI menjadi penyelenggara infrastruktur sekaligus penyelengara program siaran. 2. Diberikan jatah 1 kanal di setiap wilayah layanan. Hal ini sesuai dengan PP 11/2005 tentang LPP bahwa TVRI disediakan 20% dari jumlah saluran frekuensi yang ada di setiap wilayah layanan sepanjang frekuensi tersedia. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 4. Membayar pita/kanal tahunan
1.
22/43
Usulan No.2
Penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 2
Karakteristik penyelenggara jaringan TV digital free-to-air MUX 2 pada usulan no.2 ini adalah sebagai berikut : 1. Merupakan 1 entitas yang ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik program siaran lokal maupun berjaringan. 2. Diberikan jatah 1 kanal di setiap wilayah layanan. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 4. Penentuan pihak yang berhak menjadi MUX 2 ini dilakukan melalui proses lelang. Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan secara nasional serta wajib membayar pita/kanal.
23/43
Usulan No.2
Penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 3 dan MUX 4
Karakteristik penyelenggara infrastruktur TV digital free-to-air MUX 3 dan MUX 4 pada usulan no.2 ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memunculkan iklim kompetisi serta menghindari adanya monopoli, maka di satu zona terdapat 2 entitas, yaitu MUX 3 dan MUX 4. 2. Diberikan jatah 2 kanal untuk setiap entitas di setiap wilayah layanan. 3. Ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik porgram siaran lokal maupun berjaringan. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah regional. Ada pembagian 14 zona seluruh Indonesia. 5. Penentuan pihak pihak yang berhak menjadi MUX 3 atau MUX 4 di suatu zona dilakukan melalui proses lelang. Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan pada zona yang diperebutkan serta kesediaan membayar pita/kanal tahunan.
24/43
Karakteristik penyelenggara infrastruktur TV digital untuk siaran komunitas (yang pada usulan no.1 adalah MUX 4 dan pada usulan no.2 adalah MUX 5) adalah sebagai berikut : 1. Di suatu wilayah layanan menggunakan kanal selain jatah grup kanal di wilayah layanan tersebut dengan batasan radius pancaran adalah 2,5 km sesuai yang tercantum dalam PP No.51/2005 tentang LPK. 2. Ditujukan untuk menampung program siaran komunitas di suatu wilayah layanan. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah per wilayah layanan. 4. Di satu wilayah layanan dimungkinkan terdapat lebih dari 1 entitas namun setiap entitas tetap dibatasi radius pancarannya sejauh 2,5 km. 5. Jika ada lebih dari 1 komunitas dalam radius 2,5 km yang sama sama ingin menyiarkan programnya, maka diwajibkan kepada mereka untuk menggunakan menara pemancar bersama agar efisien serta cakupannya tidak saling overlap sehingga lebih menguntungkan dari sisi reuse frekuensi.
Working Group Masterplan Frekuensi 25/43
Seluruh MUX untuk komunitas di Jabodetabek tidak ada yang menggunakan kanal grup C. Untuk yang dekat dengan wilayah.layanan lain di sekitar Jakarta yang menggunakan kanal grup B, maka ditetapkan kanalnya dari grup A. Demikian pula sebaliknya
Working Group Masterplan Frekuensi 26/43
30 dB
0 dB -20 dB
10 km 300 m Lower Adj.Channel
Wanted DVB-T
Max Unwanted DVB-T
Co-channel
Upper Adj.Channel
Untuk memenuhi syarat radius cakupan 2,5 km, maka : -Tinggi menara = 20 m (agl)
Kanal 1 Grup X Kanal 2 Grup X Kanal 3 Grup X Kanal 4 Grup X Working Group Masterplan Frekuensi Kanal 5 Grup X Kanal 6 Grup X Co-channel Grup X
28/43
Usulan No.1
Usulan No.1 model usaha sistem radio digital free-to-air
Program Siaran Publik 1
Blok B Kanal 2
Program Siaran Swasta m Program Siaran Komunitas 1
Usulan No.1
Jenis jenis penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air
Penyelenggara infrastruktur penyiaran radio digital free-to-air pada suatu wilayah layanan di usulan no.1 ini terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1. Penyelenggara infrastruktur yang berkewajiban menampung program siaran untuk keperluan penyiaran publik, namun juga dapat menampung program siaran swasta. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah nasional (MUX 1).
2.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah regional (14 zona seluruh Indonesia). Untuk menghindari praktek monopoli, maka penyelenggara infrastruktur jenis ini ada 2 entitas di setiap wilayah layanannya (MUX 2 dan MUX 3).
3.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran komunitas. Izin penggelaran infrastrukturnya adalah pada setiap wilayah layanan (MUX 4)
30/43
Usulan No.1
Penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 1
Karakteristik penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 1 di usulan no.1 ini adalah sebagai berikut : 1. Suatu bentuk entitas usaha baru terpisah dari RRI, namun RRI merupakan unsur didalamnya. 2. Dapat merupakan anak usaha RRI atau dapat juga merupakan kerjasama antara RRI dengan pihak pihak lain, tetapi izinnya tetap izin penyelenggaraan telekomunikasi. 3. Diberikan jatah 4 blok (1 kanal) di setiap wilayah layanan. 4. Sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhitungkan pula jumlah pendudukan RRI pada kanal AM dan FM, maka 1 blok wajib digunakan untuk menampung program siaran RRI. 5. Sedangkan 3 blok lagi dapat digunakan untuk menampung program siaran swasta. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 5. Membayar biaya hak penggunaan pita/kanal frekuensi
31/43
Usulan No.1
Penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 2 dan MUX 3
Karakteristik penyelenggara infrastruktur radio digital MUX 2 dan MUX 3 di usulan no.1 ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memunculkan iklim kompetisi serta menghindari adanya monopoli, maka di satu zona terdapat 2 entitas, yaitu MUX 2 dan MUX 3. 2. Diberikan jatah 2 blok untuk setiap entitas MUX 2 dan setiap entitas MUX 3 di setiap wilayah layanan. 3. Ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik porgram siaran lokal maupun berjaringan. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah regional. Region sesuai dengan pembagian 14 zona seluruh Indonesia. 5. Penentuan pihak pihak yang berhak menjadi MUX 2 atau MUX 3 di suatu zona dilakukan melalui proses seleksi (lelang). Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan pada zona yang diperebutkan serta kesediaan membayar pita/kanal tahunan. 6. Membayar biaya hak penggunaan pita/kanal frekuensi
32/43
Usulan No.1
Pembagian regional bagi MUX 2 dan MUX 3
Pembagian regional untuk wilayah penggelaran jaringan bagi penyelenggara infrastruktur regional (MUX 2 dan MUX 3) mengikuti pembagian 14 zona, yaitu sebagai berikut : Regional 1 : Sumatera Bagian Utara (DI Aceh, Sumut) Regional 2 : Sumatera Bagian Tengah (Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumbar) Regional 3 : Sumatera Bagian Selatan (Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung, Lampung) Regional 4 : Banten dan Jabodetabek Regional 5 : Jawa Bagian Barat (Jawa Barat kecuali Bogor, Depok, Bekasi) Regional 6 : Jawa Bagian Tengah (Jawa Tengah, DI Yogyakarta) Regional 7 : Jawa Bagian Timur (Jawa Timur) Regional 8 : Bali dan Nusa Tenggara (Bali, NTB dan NTT) Regional 9 : Papua Regional 10 : Maluku dan Maluku Utara Regional 11 : Sulawesi Bagian Selatan (Sulsel, Sulbar, Sultra) Regional 12 : Sulawesi Bagian Utara (Sulut, Gorontalo, Sulteng) Regional 13 : Kalimantan Bagian Barat (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah) Regional 14 : Kalimantan Bagian Timur (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur)
33/43
Usulan No.2
Usulan No.2 model usaha sistem radio digital free-to-air
Program Siaran Publik 1
MUX 1 (nasional)
MUX 2 (nasional)
MENARA PANCAR BERSAMA DENGAN CAKUPAN LUAS
Blok B Kanal 2
Program Siaran Swasta m Program Siaran Komunitas 1
Usulan No.2
Jenis jenis penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air
Penyelenggara infrastruktur radio digital pada suatu wilayah layanan di usulan no.2 ini terdiri dari 4 jenis, yaitu : 1. Penyelenggara infrastruktur yang berkewajiban untuk menampung keperluan penyiaran publik. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional (MUX 1).
2.
Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan dengan izin penggelaran jaringannya adalah nasional (MUX 2). Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan yang izin penggelaran jaringannya adalah regional dengan pembagian region-nya dengan pembagian zona (14 zona seluruh Indonesia). Penyelenggara infrastruktur berizin regional ini ada 2 entitas di setiap wilayah layanannya (MUX 3 dan MUX 4). Penyelenggara infrastruktur yang menampung program siaran komunitas. Izin penggelaran jaringannya adalah pada setiap wilayah layanan (MUX 5)
Working Group Masterplan Frekuensi 35/43
3.
4.
Usulan No.2
Penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 1
Karakteristik penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 1 pada usulan no.2 adalah sebagai berikut : RRI, baik itu berdiri sendiri maupun bekerja sama dengan pihak pihak lain, namun tetap di bawah nama RRI. Sehingga RRI menjadi penyelenggara infrastruktur sekaligus penyelengara program siaran. 2. Diberikan jatah 1 blok di setiap wilayah layanan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhitungkan pula jumlah pendudukan RRI pada kanal AM dan FM. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 4. Membayar biaya hak penggunaan pita/kanal frekuensi
1.
36/43
Usulan No.2
Penyelenggara infrastruktur radio digital free-to-air MUX 2
Karakteristik penyelenggara jaringan radio digital free-to-air MUX 2 pada usulan no.2 ini adalah sebagai berikut : 1. Merupakan 1 entitas yang ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik program siaran lokal maupun berjaringan. 2. Diberikan jatah 3 blok di setiap wilayah layanan. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah nasional. 4. Penentuan pihak yang berhak menjadi MUX 2 ini dilakukan melalui proses lelang. Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan secara nasional serta wajib membayar pita/kanal. 5. Membayar biaya hak penggunaan pita/kanal frekuensi
37/43
Usulan No.2
Penyelenggara jaringan radio digital free-to-air MUX 3 dan MUX 4
Karakteristik penyelenggara jaringan radio digital free-to-air MUX 3 dan MUX 4 pada usulan no.2 ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memunculkan iklim kompetisi serta menghindari adanya monopoli, maka di satu zona terdapat 2 entitas, yaitu MUX 3 dan MUX 4. 2. Diberikan jatah 2 blok untuk setiap entitas di setiap wilayah layanan. 3. Ditujukan untuk menampung program siaran swasta di suatu wilayah layanan, baik porgram siaran lokal maupun berjaringan. 4. Izin penggelaran jaringannya adalah regional. Ada pembagian 14 zona seluruh Indonesia. 5. Penentuan pihak pihak yang berhak menjadi MUX 3 atau MUX 4 di suatu zona dilakukan melalui proses lelang. Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam lelang tersebut adalah kesanggupan roll out plan pada zona yang diperebutkan serta kesediaan membayar pita/kanal tahunan. 6. Membayar biaya hak penggunaan pita/kanal frekuensi
38/43
Karakteristik penyelenggara jaringan radio digital untuk siaran komunitas (yang pada usulan no.1 adalah MUX 4 dan pada usulan no.2 adalah MUX 5) adalah sebagai berikut : 1. Di suatu wilayah layanan menggunakan kanal selain jatah grup kanal di wilayah layanan tersebut dengan batasan radius pancaran adalah 2,5 km sesuai yang tercantum dalam PP No.51/2005 tentang LPK. 2. Ditujukan untuk menampung program siaran komunitas di suatu wilayah layanan. 3. Izin penggelaran jaringannya adalah per wilayah layanan. 4. Di satu wilayah layanan dimungkinkan terdapat lebih dari 1 entitas namun setiap entitas tetap dibatasi radius pancarannya sejauh 2,5 km. 5. Jika ada lebih dari 1 komunitas dalam radius 2,5 km yang sama sama ingin menyiarkan programnya, maka diwajibkan kepada mereka untuk menggunakan menara pemancar bersama agar efisien serta cakupannya tidak saling overlap sehingga lebih menguntungkan dari sisi reuse frekuensi.
Working Group Masterplan Frekuensi 39/43
Seluruh MUX untuk komunitas di Jabodetabek tidak ada yang menggunakan kanal grup C. Untuk yang dekat dengan wilayah.layanan lain di sekitar Jakarta yang menggunakan kanal grup B, maka ditetapkan kanalnya dari grup A. Demikian pula sebaliknya
Working Group Masterplan Frekuensi 40/43
Menerapkan sistem SFN (Single-Frequency Network) dengan batasan regional sesuai 14 zona, sehingga tidak ada pembagian wilayah layanan seperti di penyiaran digital penerimaan tetap free-to-air. Hal ini karena pola penyebaran menara pancarnya akan menyerupai pola penyebaran BTS seluler. Dialokasikan di kanal 22 27 band IV UHF dengan bandwidth masing masing kanal adalah 8 MHz. Sifatnya technology neutral, sehingga memungkinkan penerapan berbagai standar teknologi yang berbeda asalkan masih dalam batasan pengkanalan sesuai yang dialokasikan (kanal 22 27 dengan bandwidth = 8 MHz). Dapat merupakan TV berbayar (pay-TV) sehingga konsumen akan berlangganan pada suatu kelompok paket program tertentu. Penyelenggaraannya tetap dipisahkan dalam 2 entitas antara penyelenggaraan program siaran (diatur UU 32/2002) dan penyelenggaraan infrastruktur (diatur UU 36/1999). Direncanakan waktu pelaksanaannya akan bersamaan dengan penyiaran digital penerimaan tetap free-to-air.
2)
3)
4)
5)
6)
41/43
Teknologi IBOC ( In Band On Channel ) dioperasionalkan di kanal kanal pada band II VHF yang selama ini telah dialokasikan dan diisi oleh penyelenggara siaran radio FM eksisting. Dalam hal penyelenggara penyiaran radio FM eksisting ingin bermigrasi ke penyiaran digital menggunakan teknologi FM IBOC, maka hanya dapat dilakukan apabila jumlah pendudukan frekuensi di kanal FM dikurangi secara signifikan (butuh spasi lebih besar dari 400 kHz menjadi 800 kHz di wilayah layanan yang sama). Pada kota kota besar, ini berarti setengah dari jumlah stasiun radio FM eksisting harus di-OFF AIR-kan untuk memberi ruang penyediaan kanal bagi implementasi teknologi FM IBOC karena di kota kota besar spasi kanal FM sudah 400 MHz. Penyelenggara FM yang bermigrasi ke penyiaran radio digital T-DAB harus mengembalikan kanal FM-nya, dengan demikian ruang kanal yang dikembalikan dimungkinkan bagi penetapan penyelenggaraan penyiaran radio digital menggunakan teknologi FM IBOC.
Working Group Masterplan Frekuensi 42/43
2.
3.
4.
1.
2.
Mohon tanggapan, saran dan masukan; Dari dokumen ini, materinya akan diolah kembali dengan memperhatikan aspek hukum dan teknis yang diperlukan, selanjutnya.
43/43