You are on page 1of 5

Dinamika Langrang dan Hamilton

untuk Sekolah Lanjutan Atas

Dra. Damriani
Zainal Abidin, S.Pd
SMAN 3 Bandar Lampung
Jl. Khairil Anwar 30 Bandar Lampung 35116
Tel. 0721-255600 Fax. 0721-253287
email: zai_abidin69@yahoo.co.id
www.geocities.com/zai_abidin69/mypage.html

Abstract
A description of Lagrangian and Hamiltonian dynamics is presented at a level which should be suitable for
advanced high school students. This is intended for those who wish to explore a version of mechanics beyond the
usual Newtonian treatment in high schools, but yet who do not have advanced mathematical skills.

1. Pendahuluan

Dinamika Newton biasa dibelajarkan di Sekolah Lanjutan Atas (SMA/MA/SMK) dan


perguruan tinggi tingkat awal [1, 2, 3, 4, 5]. Dinamika Langrang dan Hamilton [4, 5] sering
diberikan pada bagian materi yang lebih tinggi di perguruan tinggi yaitu pada dinamika klasik.
Hal ini dilakukan, terutama sekali karena perumusan Langrang memerlukan teknik kalkulus
variasi.
Adalah suatu hal yang menarik apabila kita mampu merangsang keingintahuan siswa Sekolah
Lanjutan Atas untuk merasakan sesuatu yang lebih. Untuk para siswa yang sudah berhasil
menguasai pelajaran fisika Sekolah Lanjutan Atas, mereka dapat diberi suatu pembelajaran
tambahan tentang dinamika Langgrang dan Hamilton tanpa keharusan untuk menggunakan
kalkulus variasi. Idenya adalah kesederhaaan untuk menyajikan perumusan dinamika secara
baru bagi siswa Sekolah Lanjutan Atas pada tingkat lanjut sehingga siswa akan menemukan
sesuatu yang menarik dan menyenangkan.
Agar sederhana, kita dapat menganggap persoalan dalam satu dimensi. Persamaan Newton
dapat kita tuliskan
F = m.a (1.1)

dan kita definisikan energi potensial U ( x) , yaitu hanya sebagai fungsi posisi
dU
F =− (1.2)
dx
dU
dimana − merupakan turunan parsial energi potensial. Dengan demikian, kita dapat
dx
tuliskan kembali persamaan Newton sebagai
dU
− = mx (1.3)
dx

dx d 2x
Dimana, x ≡ = v untuk kelajuan dan x ≡
 = a sebagai percepatan.
dt dt

2. Dinamika Langrang

Untuk mengantarkan dinamika Langrang kita definisikan sebuah Langrangian sebagai fungsi
dua peubah posisi x dan kelajuan x .

L( x, x ) ≡ T ( x ) − U ( x) = 12 mx 2 − U ( x ) (2.1)

dimana enegi kinetik T ( x ) ≡ 12 mx sebagai fungsi yang hanya terdiri dari peubah kelajuan dan

enegi potensial yang juga hanya tergantung pada fungsi posisi U ( x) . Selanjutnya kita awali
dengan ide turunan parsial (partial derivative). Hal ini sangat mudah. Untuk suatu fungsi
df
peubah tunggal f ( y ) dengan notasi digunakan untuk turunan.
dy
Untuk fungsi dua peubah g ( y, z ) , ada dua turunan untuk masing-masing peubah. Dalam hal
δg
ini kita antarkan secara sederhana suatu notasi yang berbeda untuk turunan, kita namakan
δy
δg
untuk turunan y (dimana y berubah tetapi z tetap) dan untuk turunan z (dimana z berubah
δz
tetapi y tetap).
Walaupun para siswa sekolah lanjutan atas tidak akan melihat turunan parsial sampai mereka
di perguruan tinggi, namun dengan ide yang sangat sederhana dan dapat dengan mudah
dijelaskan untuk siswa lebih lanjut tanpa suatu pelajaran khusus dalam kalkulus.
Dari (2.1) terlihat bahwa
δL dU
=− (2.2)
δx dx
dan
δL
= mx ≡ p (2.3)
δ x
yang disebut momentum p. Sehingga menjadi

d ⎛δL ⎞
⎜ ⎟ = mx (2.4)
dt ⎝ δ x ⎠

-2-
Dengan mengkombinasikan antara persamaan (2.2), (2.4) dan (1.3), persamaan Newton (1.3)
menjadi

δL d ⎛δL⎞
=
δ x dt ⎜⎝ δ x ⎟⎠
(2.5)

yang merupakan persamaan Euler-Langrang dalam satu dimensi. Hal ini dapat dijelaskan
kepada siswa bahwa persamaan ini menggantikan F = ma dalam dinamika Newton.

2.1. Contoh Langrangian

Siswa akan lebih jelas dengan melihat contoh bagaimana perumusan Langrang bekerja.
Sebuah contoh sederhana yaitu getaran harmonik dalam satu dimensi dengan
dU
F ≡− = − kx (2.6)
dx
Persamaan Newton-nya adalah
− kx = mx (2.7)
Energi potensial U ( x) dipilih dengan menggabungkan persamaan (2.6) menghasilkan

U ( x) = 12 mx 2 (2.8)

Sehingga Langrang-nya adalah

L( x, x ) = 12 mx 2 − 12 kx 2 (2.9)

menghasilkan
δL
= −kx (2.10)
δx
dan substitusikan ke dalam (2.5) dan (2.4) memberikan hasil kembali secara tepat persamaan
gerak (2.7) sebagai bentuk persamaan Newton.
.
Banyak guru membelajarkan siswa bekerja dengan persamaan gerak dari dinamika Newton
untuk berbagai gaya, misalnya suatu partikel pada medan gravitasi uniform. Siswa dapat
ditingkatkan kemampuannya untuk menemukan bahwa persamaan gerak merupakan
persamaan yang sama dari perumusan Langrang. Siswa juga dapat ditingkatkan kemampuan-
nya untuk berpikir tentang persoalan tiga dimensi dan menurunkannya sendiri, persamaan
Euler-Langrang tiga dimensi (menghubungkan tiga komponen persamaan
Fx = mx, Fy = my, F = mz

yang menghasilkan persamaan Langrang tiga dimensi

-3-
L( x, y, z , x , y , z ) = 12 m( x 2 + y 2 + z 2 ) − U ( x, y, z ) (2.11)

3. Dinamika Hamilton

Sekarang kita akan merumuskan dinamika Hamilton. Definisi suatu Hamiltonian sebagai
fungsi dua peubah, momentum p and posisi x,
H ( p, x ) ≡ px − L( x, x ) (3.1)

yang dapat dilihat hanya energi totalnya


T + U ⇔ H = px − L = mx 2 − 12 mx 2 + U = 12 mx 2 + U = T + U
Selanjutnya kita akan menentukan persamaan Hamilton.
L bukan fungsi p dan oleh karena itu

δH
= x (3.2)
δp

Tetapi L adalah fungsi x sehingga dengan demikian


δH δL
=− (3.3)
δx δx
δL
Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh = p , jadi
δx
δH
− = p (3.4)
δx
Persamaan (3.2) dan (3.4) merupakan persamaan Hamilton yang menggantikan kedudukan
F = m.a dalam dinamika Newton.

3.1. Contoh Hamiltonian

Untuk contoh gerak harmonik, Hamiltonian-nya adalah


p2 1 2
H ( p, x) = px − 12 mx 2 + 12 kx 2 = + kx (3.5)
2m 2

p
dimana kita telah menempatkan x dengan karena H ( p, x) dianggap hanya fungsi p dan
m
x . Persamaan Hamilton (3.3) dan (3.5) memberikan

p
= x (3.6)
m
dan
− kx = p (3.7)

-4-
Hal ini menunjukkan untuk mendapatkan persamaan gerak (2.7) dengan menurunkan (3.6)
sebagai
p
= 
x (3.8)
m

dan mensubstitusikan (3.7) untuk p diperoleh kembali persamaan (2.7).


Sekali lagi, siswa dapat ditingkatkan kemampuannya dengan contoh lain yang telah dipelajari
dalan dinamika Newton dan menunjukkan hasil persamaan Hamilton sebagai persamaan yang
sama pada dinamika Newton. Selanjutnya siswa juga dapat mengeneralisasi persamaan
Hamilton pada tiga dimensi menggunakan
H ( px , p y , pz , x, y, z ) = px x + p y y + pz z − L( x, y, z , x , y , z ) (3.9)

Akhirnya, guru dapat menekankan pemahaman kepada siswa bahwa mekanika Newton
didasarkan pada gaya, sedangkan dinamika Langrang dan Hamilton didasarkan pada energi.

4. Catatan Penutup

Sebagai ringkasan, pembahasan dinamika Langrang dan Hamilton yang telah dipaparkan dapat
dijadikan sebagai suatu tambahan pelajaran yang menarik untuk siswa Sekolah Lanjutan Atas,
sehingga siswa menjadi tertarik untuk mengeksplorasi lebih lanjut pada topik-topik yang tidak
biasa disajikan pada kurikulum fisika Sekolah Lanjutan Atas. Pembahasan ini juga mengha-
rapkan sebagai informasi bagi siswa Sekolah Lanjutan Atas tentang bentuk lain dari
pengkajian mekanika Newton.

Acuan
[1] M. Kanginan, Fisika 2A, (Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002), h. 75-184.
[2] Halliday, D & Resnick, Fisika, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999), h. 105-478
[3] R. A. Serway, Principles of Physics, (Saunders, New York, 1998), pp. 80-141.
[4] T. L. Chow, Classical Mechanics, (Wiley, New York, 1995), pp. 99-175.
[5] G. R. Fowles and G. L. Cassiday, Analytical Mechanics, 5th ed., (Saunders, New
York, 1993), pp. 340-373.

Bandar Lampung, 24 Desember 2007


Pukul: 23: 32

-5-

You might also like