You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. ahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Alergi dapat merupakan gangguan hipersensitivitas local atau sistemik. !ulit dan saluran napas adalah organ yang paling sering terpajan alergen dan terlibat dalam penyakit alergi. "eaksi alergi dapat juga terjadi di jaringan vaskular, traktus gastrointestinal, atau organ lain. Anafilaksis merupakan bentuk reaksi alergi sistemik yang paling berbahaya. "eaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai berikut# reaksi dia$ali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC), dipecah menjadi peptida-peptida kecil, diikat molekul %&A ('%( II), bergerak ke permukaan sel dan dipresentasikan ke sel )h-*. +el )h-* diaktifkan dan memproduksi sitokin-sitokin antara lain I&-, dan I&--. yang memacu switching produksi Ig/ ke Ig0 oleh sel , terjadi sensitisasi sel mast dan basofil, sedangkan I&-1 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi utama dalam reaksi alergi. +elain itu sel residen juga melepas mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penyakit Akibat Kerja !emajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 23.333 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia. 4amun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai dampak seperti cedera dan penyakit. (edera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik, mengenai mata, telinga dan lainnya. 5enyakit penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan saluran napas. iological dan chemical terrorism yang mulai banyak dikha$atirkan ditujukan untuk menimbulkan kematian atau penyakit pada manusia, he$an dan tanaman dengan menggunakan bahan seperti anthra6, cacar, virus ensefalitis yang dikeringkan dan dijadikan bubuk sehingga mudah disebarkan. 5enyakit pertama yang diduga merupakan 5enyakit Akibat !erja (5A!) adalah silikosis yang sudah terjadi pada masa manusia membuat peralatan dari batu api. 5engetahuan mengenai 5A! masih terbatas karena sulitnya melakukan studi epidemiologi7 hal ini disebabkan berbagai hal seperti definisi 5A! yang belum jelas, praktek hygiene industri dan cara-cara laporan yang berbeda, tidak ada studi kontrol, tidak mungkin menentukan gejala minimal, banyak karya$an tidak melapor dan sudah meninggalkan tempat kerja se$aktu penelitian dilakukan sehingga hanya ditemukan survivor population. %al tersebut terlihat dari sedikitnya laporan 5A! di Indonesia. 5A! tersering adalah yang mengenai saluran napas yaitu asma dan rinitis. 5A! imunologik lain yaitu pneumonitis hipersensitif yang mengenai paru dan 5A! yang mengenai kulit. 2.2 Asma Akibat Kerja Asma akibat kerja adalah asma karena paparan 8at di tempat kerja. +ecara klinis asma akibat kerja sama dengan asma yang bukan karena kerja. sangat menentukan prognosis. Asma Akibat !erja (AA!) ditandai dengan obstruksi saluran napas yang variabel dan bronkus hiperesponsif yang disebabkan oleh inflamasi bronkial akut dan kronis. %al tersebut
2

eberapa penelitian menemukan

bah$a lamanya paparan setelah gejala timbul dan beratnya asma saat diagnosa ditegakkan

bermula dari inhalasi debu, uap, gas yang diproduksi atau digunakan karya$an atau secara tidak sengaja ditemukan dalam lingkungan kerja. (iri dari semua asma kronis adalah iritabilitas berlebihan terhadap berbagai rangsangan9factor dalam lingkungan kerja. Asma yang timbul dalam lingkungan kerja dibedakan dalam dua kategori. 5ertama adalah asma yang disebabkan bahan9faktor dalam lingkungan kerja dan kedua asma yang sudah ada sebelum bekerja dan dipicu (eksaserbasi) oleh bahan9 faktor dalam lingkungan kerja. 1 5ada karya$an yang sudah menderita asma sebelum bekerja, -1: akan memburuk akibat pajanan terhadap bahan9 faktor dalam lingkungan kerja. Asma akibat kerja yang menjadi permanen, menyebabkan penderita memiliki disabilitas, harus pindah bekerja di bidang lain, bertambahnya biaya pengobatan, dan turunnya kualitas hidup. !arenanya, perusahaan tempat ia berkerja dan mendapat asma seharusnya memberikan kompensasi. Ironisnya banyak perusahaan malah memecat pekerja tersebut. ;ntuk itu, perlu undang-undang yang mengatur kompensasi bagi penderita penyakit alergi akibat kerja. +ecara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi * kelompok faktor genetik dan faktor lingkungan. -. *. <aktor genetik %ipereaktivitas Atopi9alergi bronkus <aktor yang memodifikasi penyakit genetik =enis kelamin "as9etnik <aktor lingkungan Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria9jamur dll) Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari) 'akanan (bahan penyedap, penga$et, pe$arna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur) >bat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, 4+AID, ? bloker dll) ahan yang mengiritasi (misalnya parfum dan lain-lain) 0kpresi emosi berlebih Asap rokok dari perokok aktif dan pasif 5olusi udara di luar dan di dalam ruangan
3

2.

Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas tertentu 5erubahan cuaca Pat!"isi!l!gi Asma +uatu serangan asma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang

ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin 0 ( Ig0 ). <aktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (A5(). +etelah alergen diproses dalan sel A5(, alergen tersebut dipresentasikan ke sel )h. +el )h memberikan signal kepada sel dengan dilepaskanya interleukin * ( I&-* ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin 0 (Ig0). Ig0 yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. ila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. ila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig 0 yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk (a@@ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cA'5. 5enurunan pada kadar cA'5 menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi # histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( +"+-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (0(<-A) dan lain-lain. %al ini akan menyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu # kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. )iga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang sangat lanjut. ( arbara (.&,-AAB, !arnen . -AA,, Cilliam ".+. -AA1 )

2.#

Klasi"ikasi Asma
4

erat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi ?-* agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat). )idak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit. Dengan pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat penting dalam penatalaksanaannya. Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut). -. Asma saat tanpa serangan 5ada orang de$asa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari# -) Intermitten7 *)5ersisten ringan7 .) 5ersisten sedang7 dan ,) 5ersisten berat ()abel -) )abel -. !lasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang de$asa Derajat asma Intermitten 5ersisten ringan 5ersisten sedang 5ersisten berat $ejala ulanan /ejalaD-69minggu. )anpa gejala diluar serangan. +erangan singkat. 'ingguan /ejalaF-69minggu tetapiD-69hari. - F* kali sebulan +erangan dapat mengganggu aktifiti dan tidur . %arian /ejala setiap hari. +erangan mengganggu aktifiti dan tidur. 'embutuhkan bronkodilator setiap hari. !ontinyu /ejala terus menerus +ering kambuh
5

$ejala malam

- E * kali sebulan

- F* kali sebulan

- +ering

Aktifiti fisik terbatas

Sumber : Perhimpunan okter Paru !ndonesia" Asma Pedoman # Penatalaksanaan di !ndonesia" $%%&

*.

Asma saat serangan !lasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan

sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. 'lobal !nitiati(e for Asthma ('!)A) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. !lasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat. 5erlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek akut). +ebagai contoh# seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian. Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak harus lengkap untuk setiap pasien. 5enggolongannya harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada. 5enilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan respon yang kurang terhadap terapi a$al, atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi. )abel *. !lasifikasi asma menurut derajat serangan 5arameter fungsi faal klinis, "ingan paru, erjalan erbicara Istirahat +edang erat Ancaman henti napas

laboratorium +esak (breathless)

5osisi

isa berbaring

&ebih suka duduk

Duduk bertopang lengan !ata-kata iasanya iritabel Ada

icara !esadaran +ianosis

!alimat 'ungkin iritabel )idak ada

5enggal kalimat iasanya iritabel )idak ada


6

!ebingungan 4yata

Chee8ing

+edang, pada akhir

4yaring,sepanjang +angat nyaring, +ulit9tidak stetoskop iasanya ya Ha /erakan paradok torako+edang, ditambah Dalam, retraksi suprasternal )akipnu )akikardi A--A1: FB3 mm%g ditambah napas cuping hidung )akipnu )akikardi E A3: DB3 mm%g radipnu radikardi abdominal Dangkal 9 hilang

sering hanya ekspirasiGinspirasi terdengar tanpa terdengar ekspirasi otot iasanya

5enggunaan bantu "etraksi

respiratorik tidak Dangkal, retraksi interkostal )akipnu 4ormal FA1: 4ormal (biasanya tidak perlu D,1 mm%g F,1 mm%g diperiksa) D,1 mm%g

<rekuensi napas <rekuensi nadi +a>* : 5a>*

5a(>*
Sumber : '!)A" $%%*

)abel .. =enis >bat Asma =enis obat 5engontrol (Antiinflamasi) 5elega ( ronkodilator) /olongan +teroid inhalasi Antileukokotrin !ortikosteroid sistemik Agonis beta-* kerjalama kombinasi dan Agonis beta-* kerjalama Agonis beta-* kerja cepat Antikolinergik
7

4ama generik <lutikason propionat udesonide Iafirlukast 'etilprednisolon 5rednison 5rokaterol steroid <ormoterol +almeterol <lutikason +almeterol. udesonide formoterol +albutamol

entuk9kemasan obat ID) ID), turbuhaler >ral(tablet) >ral(injeksi) >ral >ral )urbuhaler ID) @ ID) )urbuhaler @ >ral, ID), rotacap solution >ral, ID),

'etilsantin !ortikosteroid sistemik

)erbutalin 5rokaterol <enoterol Ipratropium bromide )eofilin Aminofilin )eofilin lepas lambat 'etilprednisolon 5rednison

turbuhaler, solution, ampul (injeksi) ID) ID), solution ID), solution >ral >ral, injeksi >ral >ral, inhaler >ral

ID) >ral

# Inhalasi dosis terukur J 'etered dose inhaler9'DI, dapat digunakan bersama dengan spacer # Dapat berbentuk sirup, tablet

+olution# &arutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebuliser Injeksi # Dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv

2.%

Reactive Airways Dysfunction Syndrome +eacti(e Airways ysfunction Syndrome ("AD+) atau irritant induced asthma adalah

reaksi non-imunologik serupa asma yang terjadi setelah satu kali pajanan terhadap kadar iritan (,oluen iisosianat9)DI, klorin, fosgen) yang tinggi. %ipereaktivitas bronkus dapat menetap sedikitnya satu tahun pasca pajanan tersebut. 5ajanan terhadap iritan kadar rendah untuk jangka $aktu yang lama dapat juga menimbulkan reaksi serupa. De$asa ini, sekitar *13 bahan dalam lingkungan kerja sudah diketahui dapat menimbulkan asma. ahan-bahan dengan berat molekul tinggi (%'C seperti bahan asal he$an, tanaman seperti tepung, kopi, soya) biasanya menginduksi sintesis Ig0 dan memicu reaksi asma alergi tipe I. ahan dengan berat molekul rendah (&'C) seperti )DI, )rimellitic Anhydride9)'A, platina, nickel merupakan hapten yang berikatan dengan protein pemba$a asal tubuh yang dapat memacu sintesis Ig0. ahan %'C berhubungan, sedang bahan &'C tidak berhubungan dengan atopi. %'C biasanya menimbulkan reaksi dini dan lambat, sedangkan &'C reaksi lambat terisolasi. -isinosis adalah gejala saluran napas serupa asma dalam berbagai derajat yang disebabkan oleh pajanan terhadap serat kapas. >leh karena gejala a$al bisinosis terjadi pada hari kerja pertama yang biasanya hari +enin, bisinosis disebut juga 'onday morning fever atau 'onday moning chest tightness atau 'onday morning asthma.
8

isinosis lebih sering

ditemukan pada karya$an pemintalan yang terpajan debu kapas kadar tinggi dibanding karya$an pertenunan. Pneumonitis hipersensitif (5%) adalah penyakit parenkim paru akibat pajanan dan sensitisasi terhadap berbagai debu organik, misalnya produk bakteri, jamur dan protein asal tanaman. Diisosianat yang digunakan dalam produksi poliuretan, busa, plastik dapat pula menimbulkan 5%. "eaksi yang terjadi pada 5% de$asa ini dianggap sebagai campuran reaksi )ipe III dan )ipe IK. 2.& D'iagn!sis Asma Akibat Kerja ;ntuk menegakkan diagnosis AA!, perlu diketahui ri$ayat atopi, penilaian pajanan, imunologi (molekular dan selular), foto paru dan fisiologi seperti hipereaktivitas bronkus, fungsi paru serial, uji inhalasi spesifik yang merupakan gold standard. Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya adalah menghubungkan gejala klinis asma dengan lingkungan kerja7 oleh karenanya dibutuhkan suatu anamnesis yang baik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Anamnesis teliti mengenai apa yang terjadi di lingkungan kerjanya merupakan hal penting7 seperti # kapan mulai bekerja di tempat saat ini, apa pekerjaan sebelum di tempat kerja saat ini, apa yang dikerjakan setiap hari, proses apa yang terjadi di tempat kerja, bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi serta data bahan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah peninjauan lapangan oleh pemeriksa (dokter) untuk lebih memahami situasi lapangan. +elain anamnesis mengenai tempat kerja, yang perlu juga diketahui adalah mengenai klinis yang terjadi. !apan mulai timbulnya keluhan, sejak mulai masuk tempat tersebut atau yang dikenal sebagai masa laten. 'asa laten dapat beberapa minggu sampai beberapa tahun, umumnya --* tahun.!linis sesak, batuk, mengi dapat timbul se$aktu kerja, setelah kerja (sore maupun malam) atau keduanya. timbul berhubungan dengan tempat kerja. 5emeriksaan penunjang +pirometri (pemeriksaan <0K-) sebelum dan sesudah shift. Dikatakan positif bila terjadi penurunan <0K- sebesar lebih dari 1: antara sebelum dan sesudah kerja7 pada orang normal variabel tersebut kurang dari .:. 5emeriksaan ini oleh banyak ahli diragukan sensitivitasnya karena pada suatu penelitian hanya *3: penderita asma disebabkan colophony yang turun <0K-nya selama $orkshift7 sedangkan penurunan <0K- juga dijumpai pada -3: kelompok orang yang tidak asma (kontrol).
9

ila frekuensi serangan lebih sering9memburuk

se$aktu hari kerja dibandingkan hari libur atau akhir minggu maka dapat diduga asma yang

(ara lain adalah pengukuran <0K- dan <K( pada pekerja (tersangka asma akibat kerja) yang dikeluarkan dari lingkung an kerjanya dan kemudian diukur ulang se$aktu bekerja kembali. Apabila hasilnya memperlihatkan perbaikan selama meninggalkan tempat kerja dan didukung oleh perbaikan ke luhan maka dapat disimpulkan klinis dan tempat kerja. 50<" # 5emeriksaan serial 50<" (peak expiratory flow rate) selama hari-hari kerja dan beberapa hari libur di rumah, merupakan pemeriksaan asma akibat kerja yang terbaik. Dikatakan positif respons bila kurva pengukuran selama hari libur di rumah lebih baik dari se$aktu hari kerja. )es provokasi Ada dua macam pemeriksaan# -. 4on spesifik yaitu provokasi bronkus menggunakan histamin atau metakolin. 5emeriksaan ini hanya membuktikan bronkus hiperreaktif . *. +pesifik yaitu provokasi bronkus menggunakan alergen penyebab. 5emeriksaan ini bila dapat dilaksanakan pembuktian terbaik bah$a alergen tempat bila telah diketahui. )es kulit dan tes serologi 5emeriksaan ini dapat dilakukan apabila agen penyebab nya bahan dengan berat molekul besar karena akan merangsang terjadinya reaksi imunologi (Ig0). 2.( Penatalaksanaan Asma Akibat Kerja ;ntuk mencegah terjadinya asma akibat kerja maka pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemakaian alat pelindung, pemantauan polutan di udara lingkungan kerja sangat dianjurkan. ila telah terjadi asma akibat kerja, maka pemindahan ke luar lingkungan kerja merupakan hal penting. Apabila karena sesuatu hal tidak bisa dipindahkan maka harus dilakukan upaya pencegahan dan pemantauan penurunan fungsi paru. 0valuasi fungsi paru secara berkala pada pekerja yang sudah menderita asma akibat kerja diperlukan untuk mencegah kecacatan. !linis asma akan menetap sampai beberapa tahun meskipun pekerja tersebut sudah keluar dari lingkungan kerjanya. 5engobatan medikamentosa pada pasien asma akibat kerja sama seperti asma bronkial pada umumnya#
10

hubungan keluhan

yang diduga

merupakan cara

kerja merupakan penyebab.

!esulitannya terletak pada penentuan alergen penyebab dan reproduksinya

,eofilin, merupakan bronkodilator dan dapat menekan neutrophil chemotactic factor . 0fektifitas kedua fungsi di atas tergantung dari kadar serum teofilin. Agonis beta, merupakan bronkodilator yang paling baik untuk pengobatan asma akibat kerja dibandingkan dengan antagonis kolinergik (ipratropium bromid). !ombinasi agonis beta dengan ipratropium bromid memperbaiki fungsi paru lebih baik dibanding hanya beta agonist saja. .ortikosteroid, dari berbagai penelitian diketahui dapat mencegah bronkokonstriksi yang disebabkan oleh provokasi bronkus menggunakan alergen. +elain itu juga akan memperbaiki fungsi paru, menurunkan eksaserbasi dan hiperesponsivitas saluran nafas dan pada akhirnya akan memperbaiki kualitas hidup.

11

BAB III PENU)UP .1 Kesim*+lan Asma akibat kerja adalah asma karena paparan 8at di tempat kerja. +ecara klinis asma akibat kerja sama dengan asma yang bukan karena kerja. eberapa penelitian menemukan bah$a lamanya paparan setelah gejala timbul dan beratnya asma saat diagnosa ditegakkan sangat menentukan prognosis. +elain itu, menghindari paparan alergen penyebab ternyata hanya memberi kesembuhan 13 : penderita. 5enelitian retrospektif menunjukkan gejala asma, obstruksi bronkus, dan hiperreaktivitas menetap $alau tidak ada paparan alergen lagi. Dengan demikian, jelas tindakan preventif yang tepat sangat diperlukan. 5encegahan tingkat kedua dengan deteksi diri pekerja yang menderita penyakit tersebut dan menghentikan paparan lebih lanjut. Ini akan mengurangi progresifitas penyakit, sehingga tidak menjadi lebih berat. Dokter perusahaan harus melakukan pemantauan medis secara rutin, khususnya pada pekerja yang banyak terpapar alergen. )indakan di tingkat tersier adalah menghindarkan pekerja yang telah terdiagnosis dari lingkungan kerja sebelumnya yang banyak alergen, ke lingkungan kerja bebas alergen. %al ini akan mencegah kerusakan akibat asma dan hiperreaktivitas yang menetap. Asma akibat kerja yang menjadi permanen, menyebabkan penderita memiliki disabilitas, harus pindah bekerja di bidang lain, bertambahnya biaya pengobatan, dan turunnya kualitas hidup. !arenanya, perusahaan tempat ia berkerja dan mendapat asma seharusnya memberikan kompensasi. .2 Saran +aat ini sekitar 2 dari -33 pekerja penuh ( full time ) yang bekerja di sektor s$asta setiap tahunnya mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di dunia sekitar *,L juta kasus mengakibatkan hilangnya $aktu berproduksi dan setiap tahunnya pula B333 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja. 5erencanaan perlu dilaksanakan untuk mengidentifikasi bahaya penilaian pengendalian resiko. 5erencanaan harus didokumentasikan dan terus diperbaharui sesuai dengan keadaan. 'engidentifikasikan bahaya, resiko dan implementasi pencegahan termasuk kegiatan rutin dan non rutin, dan kegiatan setiap personal yang mempunyai akses ke tempat kerja termasuk kontraktor dan tamu.
12

'etode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko # 'endefinisikan sesuai ruang lingkup, sifat alami dan $aktu untuk memastikan proaktif. !lasifikasi resiko dan identifikasi mana yang harus dihilangkan atau dikontrol. !onsisten dengan pengalaman operasi dan kemampuan pengontrolan resiko yang dimiliki. 'enentukan fasilitas yang diperlukan, identifikasi pelatihan yang mungkin diperlukan atau pengembangan kontrol opersional. 'emonitor langkah-langkah yang mungkin yang efektivitas dan ketepatan $aktu implementasi. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengontrolan resiko dijelaskan dalam formulir %I"A"( (/a0ard !dentification +esico Assesement dan +esico Control). +uatu perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk selalu mamperhatikan dan menjamin implementasi, peraturan keselamatan, kesehatan dan lingkungan yang meliputi # 5eningkatan berkelanjutan +esuai dengan aturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan ditempat kerja yang berlaku. 'engkomunikasikan keseluruh karya$an agar karya$an sadar dan ma$as mengenai ke$ajiban keselamatan dan kesehatan pribadi. Dapat diketahui atau terbuka bagi pihak-pihak yang berminat. 0valuasi berkala untuk mempertahankan agar tetap relevan dan sesuai dengan perusahaan. 5erusahaan juga harus memiliki ke$ajiban-ke$ajiban didalam manajemen keselamatan kerja yaitu # 12 Safety Policy 'endefinisikan kebijaksanaan umum suatu perusahaan didalam hal keselamatan kerja. $2 3rganisation 4 5anagement Commitment 'erinci komitmen manajemen disetiap level dan dalam bentuk tindakan sehari-hari. 62 Accountability
13

diperlukan untuk memastikan

'engindikasikan hal-hal yang dapat dilaksanakan oleh ba$ahan untuk menjamin keselamatan kerja. Hang dimaksud Accountability dalam manajemen keselamatan kerja adalah suatu pengukuran yang aktif oleh manajemen untuk menjamin terpenuhinya suatu target keselamatan. Didalam Accountability ini tercakup dua hal yaitu # -. +esponsibility Haitu keharusan menanggung aktivitas dan akibat-akibatnya didalam suatu keselamatan. *. Authority Haitu hak untuk memperbaiki, memerintahkan dan menentukan arahan dan tahapan suatu tindakan.

14

DA,)A- PUS)AKA

-. 4adel ',

oushey ', )e6tbook of respiratory medicine. . rd edition, vol. *,

5hiladelphia, 5ennsylvania. 1,#-121--B-,, *333. *. (ermin Dunia !edokteran # 5enyakit Akibat !erja, *33B .. Dr. dr. +I)I <ADI&A% +;5A"I, +p. =5(!) # !eputusan 'enteri !esehatan "epublik Indonesia 4omor -3*.9'04!0+9+!9MI9*33L ,. http99$$$.$ikipedia.penyakit akibat kerja-k..com

15

You might also like