You are on page 1of 16

BAB I Pendahuluan Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Potts disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Spondilitis TB telah ditemukan pada mumi dari Spanyol dan Peru pada tahun 1779.1 Infeksi Mycobakcterium tuberculsis pada tulang belakang terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. melalui hematogen.
1

ekanisme infeksi terutama oleh penyebaran

Se!ara epidemiologi tuberkulosis merupakan penyakit infeksi

pembunuh nomor satu di dunia" 9#$ kasus berada di negara berkembang. %rganisasi kesehatan dunia (&'%) pada tahun ())) memperkirakan ( *uta penduduk terserang dan + *uta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena TB.("+ Insiden spondilitis TB masih sulit ditetapkan" sekitar 1)$ dari kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis TB dan 1",$ dari total kasus TB.( -omplikasi spondilitis TB dapat mengakibatkan morbiditas yang !ukup tinggi yang dapat timbul se!ara !epat ataupun lambat. Paralisis dapat timbul se!ara !epat disebabkan oleh abses" sedangkan se!ara lambat oleh karena perkembangan dari kiposis" kolap .ertebra dengan retropulsi dari tulang dan debris.+ /i Indonesia" TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Sampai saat ini" Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke0+ di dunia setelah India dan 1ina. /iperkirakan terdapat #,+.))) kasus baru tuberkulosis per tahun" sebagian besar berada dalarn usia produktif (1#0#2 tahun)" dengan tingkat sosioekonomi dan pendidikan yang rendah. /iperkirakan *umlah pasien TB di Indonesia sekitar 1)$ dari total *umlah pasien TB didunia.
1"(

Tahun 199#" hasil Sur.ei -esehatan 3umah Tangga (S-3T) menun*ukkan bah4a penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (+) setelah penyakit kardio.askuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia" dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. Sampai tahun ())#" program 1

Penanggulangan TB dengan Strategi /%TS men*angkau 9,$ Puskesmas" sementara rumah sakit dan BP2 5 3SP baru sekitar +)$.1"( Tuberkulosa (TB) adalah suatu penyakit menular yg dapat berakibat fatal dan dapat mempengaruhi semua bagian tubuh. 'ampir 1) $ mengenai mus!uloskeletal" dan #) $ mempunyai lesi di tulang belakang dengan disertai defisit neurologis pada 1) 6 2# $ penderita.1"( -elumpuhan akan ter*adi bila infeksi TB1 mengenai 1orpus 7ertebra dan ter*adi kompresi pada medula spinalis. Bila ter*adi dan menetap (irre.ersible) akan mengganggu dan membebani tidak sa*a penderita sendiri" tetapi *uga keluarga dan masyarakat. engingat pentingnya hal ini" maka penekanan pada topik ini lebih diarahkan ke infeksi TB1 pada tulang belakang. ( Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu kasus penyakit tertua dalam se*arah dengan ditemukan dokumentasi kasusnya pada mummi di esir dan Peru80(. Sir Per!i.al Pott (1799) mendeskrispsikan penyakit ini dalam monografnya yang klasik dan se*ak saat itu spondilitis tuberkulosa dikenal *uga sebagai penyaldt Pott (Port8s disease). Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari infeksi tuberkulosis dengan penyebaran sebagian besar se!ara hematogen melalui pembuluh darah arteri epifiseal atau melalui ple9us .ena Batson. Baner*ee melaporkan pada 299 pasien dengan spondilitis tuberkulosa" radiologis memperlihatkan +1$ fokus primer adalah paru0paru dan dari kelompok tersebut 7,$ adalah anak0anak" sedangkan :9$ sisanya memperlihatkan foto rantgen paru yang normal dan sebagian besar adalah de4asa. 1"( Sampai saat ini belum ada suatu ketentuan khusus mengenai penatalaksaan spondilitis TB. asih terdapat banyak pertentangan apakah diterapi se!ara konser.atif atau operatif" pendekatan anterior 6 posterior ataupun kombinasi" memakai instrumentasi atau tidak. (

BAB III Tinjauan Pustaka

1. Definisi Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa yg bersifat kronisdestruktif oleh y!oba!terium tuber!ulosis. /ikenal pula dengan nama Potts disease of the spine atau tuber!ulous.ertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada .ertebraT, 6 ;+dan paling *arang pada .ertebra11. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus .ertebra" tetapi *arang menyerang arkus .ertebrae

2. Epidemiologi Berdasarkan laporan &'%" kasus baru TB di dunia lebih dari , *uta per tahun. /iperkirakan ()0++$ dari penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Indonesia adalah penyumbang terbesar ketiga setelah India dan 1hina yaitu dengan penemuan -asus baru #,+.))) orang pertahun kasus TB menular (:(.))) orang dan angka kematian 12).))) orang pertahun
1"+

-e*adian TB ekstrapulmonal sekitar 2)))

kasus setiap tahun di <merika" tempat yang paling sering terkena adalah tulang belakang yaitu ter*adi hampir setengah dari ke*adian TB ekstrapulmonal yang mengenai tulang dan sendi.1"2 Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat ter*adi pada (#$0 +)$ anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi ter*adi pada #$01)$ anak yang terinfeksi" dan paling banyak ter*adi dalam 1 tahun" namun dapat *uga (0+ tahun kemudian

3. Etiologi Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan anggota ordo <!tinomi!etales dan famili y!oba!teriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung" gram positif lemah yaitu sulit untuk di4arnai tetapi sekali berhasil di4arnai sulit untuk dihapus 4alaupun dengan =at asam" sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. 'al ini disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik" tidak bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki pan*ang sekitar (02 >m.#

4. Patogenesis Paru merupakan port dentree lebih dari 9,$ kasus infeksi TB" karena ukuran bakteri sangat ke!il 10# >" kuman TB yang terhirup men!apai al.eolus dan segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. akrofag al.eolus akan memfagosit kuman TB dan sanggup menghan!urkan sebagian besar kuman TB. Pada sebagian ke!il kasus" makrofag tidak mampu menghan!urkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. -uman TB dalam makrofag yang terus berkembang0biak" akhirnya akan menyebabkan makrofag mengalami lisis" dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. ;okasi pertama koloni kuman TB di *aringan paru disebut fokus primer ?hon.# /ia4ali dari fokus primer kuman TB menyebar melalui saluran limfe menu*u ke kelen*ar limfe regional" yaitu kelen*ar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan ter*adinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelen*ar limfe (limfadenitis) yang terkena. @ika fokus primer terletak di lobus ba4ah atau tengah" kelen*ar limfe yang akan terlibat adalah kelen*ar limfe parahilus" sedangkan *ika fokus primer terletak di apeks paru" yang akan terlibat adalah kelen*ar paratrakeal. -ompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer" kelen*ar 2

limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).+": asa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam 4aktu 20, minggu dengan rentang 4aktu antara (01( minggu. /alam masa inkubasi tersebut" kuman tumbuh hingga men!apai *umlah 1)2 yaitu *umlah yang !ukup untuk merangsang respons imunitas selular.:"7 Pada saat terbentuk kompleks primer" infeksi TB primer dinyatakan telah ter*adi. 'al tersebut ditandai oleh terbentuk hipersensiti.itas terhadap protein tuberkulosis" yaitu timbulnya respons positif terhadap u*i tuberkulin. Selama masa inkubasi" u*i tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk" imunitas selular tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar indi.idu dengan sistem imun yang berfungsi baik" begitu sistem imun selular berkembang" proliferasi kuman TB terhenti. Aamun" se*umlah ke!il kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk" kuman TB baru yang masuk ke dalam al.eoli akan segera dimusnahkan.2": Setelah imunitas selular terbentuk fokus primer di *aringan paru biasanya mengalami resolusi se!ara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perki*uan dan enkapsulasi. -elen*ar limfe regional *uga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di *aringan paru. -uman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun0 tahun dalam kelen*ar tersebut.7 /i dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas selular" kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Bokus tersebut umumnya tidak langsung berlan*ut men*adi penyakit" tetapi berpotensi untuk men*adi fokus reakti.asi" disebut sebagai fokus Simon. Bertahun0tahun kemudian" bila daya tahan tubuh pe*amu menurun" fokus Simon ini dapat mengalami reakti.asi dan men*adi penyakit TB di organ terkait" misalnya meningitis" TB tulang dan lain0lain.("+"7 Selama masa inkubasi" sebelum terbentuknya imunitas selular" dapat ter*adi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen" kuman menyebar #

ke kelen*ar limfe regional membentuk kompleks primer sedangkan pada penyebaran hematogen kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. <danya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.: Penyebaran hematogen yang paling sering ter*adi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar ( occult hematogenic spread )" kuman TB menyebar se!ara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan ge*ala klinis. -uman TB kemudian akan men!apai berbagai organ di seluruh tubuh. %rgan yang ditu*u adalah organ yang mempunyai .askularisasi baik" misalnya otak" tulang" gin*al" dan paru sendiri" terutama apeks paru atau lobus atas paru. Bagian pada tulang belakang yang sering terserang adalah, peridiskal ter*adi pada ++$ kasus spondilitis TB dan dimulai dari bagian metafisis tulang" dengan penyebaran melalui ligamentum longitudinal. <nterior ter*adi sekitar ("1$ kasus spondilitis TB. Penyakit dimulai dan menyebar dari ligamentum anterior longitudinal. 3adiologi menun*ukkan adanya skaloping .ertebra anterior" sentral ter*adi sekitar 11":$ kasus spondilitis TB. Penyakit terbatas pada bagian tengah dari badan .ertebra tunggal" sehingga dapat menyebabkan kolap .ertebra yang menghasilkan deformitas kiposis. /i berbagai lokasi tersebut" kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas selular yang akan membatasi pertumbuhan.:"7

5.

anifestasi !linik Seperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya" pasien mengalami

keadaan sebagai berikut" berat badan menurun selama + bulan berturut0turut tanpa sebab yang *elas" demam lama tanpa sebab yang *elas" pembesaran kelen*ar limfe superfisial yang tidak sakit" batuk lebih dari +) hari" ter*adi diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai ben*olan5masa di abdomen dan tanda0tanda !airan diabdomen. 102"7", anifestasi klinis pada spondilitis TB tidak ditemukan pada bayi di ba4ah 1 :

tahun. Penyakit ini baru mun!ul setelah anak bela*ar ber*alan atau melompat. ?e*ala pertama biasanya dikeluhkan adanya ben*olan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri. Cntuk mengurangi rasa nyeri" pasien akan enggan menggerakkan punggungnya" sehingga seakan0akan kaku. Pasien akan menolak *ika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Ayeri tersebut akan berkurang *ika pasien beristirahat. -eluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) ter*adi pada ,)$ kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan membentuk sudut" merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang se!ara progresif. Terdapat ( tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid. Pada ,)$ kasus" ter*adi kiposis 1) )" ()$ kasus memiliki kiposis lebih dari 1)) dan hanya 2$ kasus lebih dari +)). -elainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. <bses dapat ter*adi pada tulang belakang yang dapat men*alar ke rongga dada bagian ba4ah atau ke ba4ah ligamen inguinal.1"9"1)

(a) Penampakan klinis pada pasien spondilitis tuberkulosa (b) terlihat gibbus pada ;20# Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan istilah Potts paraplegi" terdapat ( tipe defisit neurologi ditemukan pada stadium a4al dari penyakit yaitu dikenal dengan onset a4al" dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu

dikenal dengan onset lambat.11 ". Peme#iksaan penunjang Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis adalah dengan menggunakan u*i tuberkulin (Mantoux tes). C*i tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi adanya infeksi tanpa adanya menifestasi penyakit" dapat men*adi negatif oleh karena anergi yang berat atau kekurangan energi protein. C*i tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya TB aktif. Pemeriksaan la*u endap darah (;D/) dilakukan dan ;D/ yang meningkat dengan hasil E1)) mm5*am. Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan untuk melihat kolumna .ertebralis yang terinfeksi pada (#$0:)$ kasus. 7ertebra lumbal I paling sering terinfeksi. Pemeriksaan radiologi dapat ditemukan fokus infeksi pada bagian anterior korpus .ertebre dan menyebar ke lapisan subkondral tulang. Pada beberapa kasus infeksi ter*adi di bagian anterior dari badan vertebrae sampai ke diskus inter- vertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate. Dlemen posterior biasanya *uga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae ter*adi se!ara langsung sehingga menampakkan erosi pada badan .ertebra anterior yang disebabkan oleh abses *aringan lunak. -etersediaan computerized tomography scan (C scan) yang tersebar luas dan magnetic resonance scan (M! scan) telah me0 ningkat penggunaannya pada mana*emen TB tulang belakang. C scan diker*akan untuk dapat men*elaskan sklerosis tulang belakang dan destruksi pada badan vertebrae sehingga dapat menentukan kerusakan dan perluasan ekstensi posterior *aringan yang mengalami radang" material tulang" dan untuk mendiagnosis keterlibatan spinal posterior serta keterlibatan sacroiliac "oin dan sacrum. 'al tersebut dapat membantu memandu biopsi dan inter.ensi peren!anaan pembedahan. Pemeriksaan C scan diindikasikan bila pemeriksaan radiologi hasilnya meragukan. ?ambaran C scan pada spondilitis TB tampak kalsifikasi pada psoas disertai dengan adanya kalsifikasi periperal.9 Magnetic resonance imaging ( 3I) dilaksanakan untuk mendeteksi massa *aringan" appendicular ,

TB" luas penyakit" dan penyebaran subligamentous dari debris tuberculous .9 Biopsi tulang *uga dapat bermanfaat pada kasus yang sulit" namun memerlukan tingkat penger*aan dan pengalaman yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang baik. Pada pemeriksaan histologi akan ditemukan nekrosis kaseosa dan formasi sel raksasa" sedangkan bakteri tahan asam tidak ditemukan dan biakan sering memberikan hasil yang negatif.11

<

?ambar 1. Penyakit Pott . (a) 1T 1oronal menun*ukkan abses paraspinal dengan kalsifikasi ( panah) (b) sagital 1T gambar ( 4indo4 tulang) menun*ukkan deformitas kompresi anterior dengan angulasi kyphoti! dan s!lerosis ( panah ) (!) -ontras ditingkatkan pada 3 T1 0 menun*ukkan abses subligamentous ( panah putih ) dan e9tensi epidural posterior ( panah hitam ). Braktur kompresi anterior terlihat di T7 dan T, dengan angulasi kyphoti! ( panah )

3I thorak spine. Penumpukan !airan menun*ukkan suatu abses para.ertebral (panah besar) diatas .ertebra T+ retak (panah ke!il)

gambar

3I pada potongan sagital (<) dan <9ial (B) tampak spodilitis pada ;+02 penekanan pada !auda eFuine.

yang berhubungan dengan abses intraspinal menyebabkan kiposis sedang dan

1)

$. Diagnosis /iagnosis spondilitis TB dapat ditegakkan dengan *alan pemeriksaan klinis se!ara lengkap termasuk ri4ayat kontak dekat dengan pasien TB" epidemiologi" ge*ala klinis dan pemeriksaan neurologi. scan" TB" pemeriksaan laboratorium etode pen!itraan modern seperti # ray" C dengan ditemukan basil Mycobacterium 3I dan ultrasound akan sangat membantu menegakkan diagnosis spondilitis

tuberculosis akan memberikan diagnosis pasti.1)"11 %. Diagnosis &anding Spondilitis TB dapat dibedakan dengan infeksi piogenik yang menun*ukkan ge*ala nyeri di daerah infeksi yang lebih berat. Selain itu *uga terdapat ge*ala bengkak" kemerahan dan pasien akan tampak lebih toksis dengan per*alanan yang lebih singkat dan mengenai lebih dari 1 tingkat vertebrae . Tetapi gambaran yang spesifik tidak ada sehingga spondilitis TB sulit dibedakan dengan infeksi piogenik se!ara klinis.1( Selain itu spondilitis TB *uga dapat dibedakan dengan tumor" yang menun*ukkan ge*ala tidak spesifik. '. Tata laksana Saat ini pengobatan spondilitis TB berdasarkan terapi diutamakan dengan pemberian obat anti TB dikombinasikan dengan imobilisasi menggunakan korset.11"1( Pengobatan non0operatif dengan mengguna kan kombinasi paling tidak 2 *enis obat anti tuberkulosis. Pengobatan dapat disesuaikan dengan informasi kepekaan kuman terhadap obat. Pengobatan IA' dan rifampisin harus diberikan selama seluruh pengobatan.:"1( 3egimen 2 ma!am obat biasanya termasuk IA'" rifampisin" dan pira=inamid dan etambutol. ;ama pengobatan masih kontro.ersial. eskipun beberapa penelitian mengatakan memerlukan pengobatan hanya :09 bulan" pengobatan rutin yang 11

dilakukan adalah selama 9 bulan sampai 1 tahun. ;ama pengobatan biasanya berdasarkan dari perbaikan ge*ala klinis atau stabilitas klinik pasien.1+ %bat yang biasa dipakai untuk pengobatannya seperti pada Tabel 1. Pemberian obat bila dikombinasikan antara IA' dan rifampisin maka dosis dari IA' tidak boleh lebih dari 1) mg5-gBB5hr dan dosis rifampisin tidak boleh lebih dari 1# mg5kgBB5hr serta dalam mera!ik tidak boleh dira!ik dalam satu puyer tetapi pada saat minum obat dapat bersamaan. Sebagai tambahan terapi" anti inflamasi non steroid kemungkinan digunakan lebih a4al pada penyakit dengan inflamasi superfisial membran yang non spesifik untuk menghambat atau efek minimalisasi destruksi tulang dari prostaglandin.1)011"12 Selain memberikan medikamentosa" imobilisasi regio spinalis harus dilakukan. Sedikitnya ada + pemikiran tentang pengobatan Potts paraplegi. enurut Bos4ots 1ompos (dikutip dari 1)) pengobat an yang paling penting adalah imobilisasi dan artrodesis posterior a4al. /ikatakan bah4a ,)$ pasien yang terdeteksi lebih a4al akan terdeteksi lebih a4alG akan pulih setelah arthrodesis. enurut pendapatnya" dekompresi anterior diindikasikan hanya pada beberapa pasien yang tidak pulih setelah men*alani artrodesis. Bila pengobatan ini tidak memberikan perbaikan dan pemulihan" akan ter*adi dekompresi batang otak. Pada umumnya artrodesis dilakukan pada spinal hanya setelah ter*adi pemulihan lengkap.1#"1:"17 Pengobatan non operatif dari paraplegia stadium a4al akan menun*ukkan hasil yang meningkat pada setengah *umlah pasien dan pada stadium akhir ter*adi pada seperempat *umlah pasien pasien. @ika ter*adi Potts paraplegia maka pembedahan harus dilakukan. Indikasi pembedahan antara lain"1,"19"()"(1 <. Indikasi absolut Paraplegi dengan onset yang ter*adi selama pengobatan konser.atif" paraplegia memburuk atau menetap setelah dilakukan pengobatan konser.atif" kehilangan kekuatan motorik yang bersifat komplit selama 1 bulan setelah dilakukan pengobatan konser.atif" paraplegia yang disertai spastisitas yang tidak terkontrol oleh karena suatu 1(

keganasan dan imobilisasi tidak mungkin dilakukan atau adanya risiko ter*adi nekrosis akibat tekanan pada kulit" paraplegia yang berat dengan onset yang !epat" dapat menun*ukkan tekanan berat oleh karena ke!elakaan mekanis atau abses dapat *uga merupakan hasil dari trombosis .askular tetapi hal ini tidak dapat didiagnosis" paraplegia berat lainnya" paraplegia flaksid" paraplegia dalam keadaan fleksi" kehilangan sensoris yang komplit atau gangguan kekuatan motoris selama lebih dari : bulan. B. Indikasi relatif Paraplegia berulang yang sering disertai paralisis sehingga serangan a4al sering tidak disadari" paraplegia pada usia tua" paraplegia yang disertai nyeri yang diakibatkan oleh adanya spasme atau kompresi akar saraf serta adanya komplikasi seperti batu atau ter*adi infeksi saluran ken!ing. Prosedur pembedahan yang dilakukan untuk spondilitis TB yang mengalami paraplegi adalah costrotransversectomi " dekompresi anterolateral dan laminektomi..

1+

1(. !omplikasi -omplikasi yang dapat ter*adi adalah kiposis berat. 'al ini ter*adi oleh karena kerusakan tulang yang ter*adi sangat hebat sehingga tulang yang mengalami destruksi sangat besar. 'al ini *uga akan mempermudah ter*adinya paraplegia pada ekstremitas inferior yang dikenal dengan istilah Potts paraplegia.$%&$'

11. P#ognosis Prognosis spondilitis TB ber.ariasi tergantung dari manifestasi klinik yang ter*adi. Prognosis yang buruk berhubungan dengan TB milier" dan meningitis TB" dapat ter*adi sekuele antara lain tuli" buta" paraplegi" retardasi mental" gangguan bergerak dan lain0lain. Prognosis bertambah baik bila pengobatan lebih !epat dilakukan. ortalitas yang tinggi ter*adi pada anak dengan usia kurang dari # tahun sampai +)$.:"1:"17 12. !esimpulan Spondilitis TB adalah merupakan masalah penyakit yang kompleks dengan manifestasi klinis yang ber.ariasi. Pemeriksaan radiografi mutlak diperlukan untuk menegakkan diagnosis serta (ollo) up penyakit. @ika dalam pemeriksaan didapatkan normal" salah satu pemeriksaan *aringan harus diker*akan untuk menyingkirkan spondilitis TB. Tata laksana ditentukan oleh ada tidaknya paralisis atau paraplegi pada ekstremitas inferior sehingga pembedahan harus segera dilakukan. Prognosis tergantung dari per*alanan penyakit" tata laksana dan komplikasi yang menyertai.

12

Dafta# Pustaka

1. (. +. 2. #.

3as*ad 1. Spondilitis Tuberkulosa dalam Pengantar Ilmu Bedah %rtopedi. Dd.II. akassarH Bintang ;amumpatue. ())+. p. 1220129 'arsono. Spondilitis Tuberkulosa dalam -apita Selekta Aeurologi. Dd. II. ada Cni.ersity Press. ())+. p. 19#0197. Tuber!ulosis. /idapat dari http*++ ))).emedicine. Batra 7.

IogyakartaH ?a*ah

com+ped+topic$,$'.htm . Salim Samuel S" 'su ;. Tuber!ulous spondylitis. /idapat dariH C3;H Ct*i 3" 'arun '. -uman tahan asam. /alamH Syaru rahman <" 1hatim <" http*++))).gentili.net+(rame . asp-./0 1$,2 3!4./ 0,',56'. Soebandrio <&-. penyunting. Buku a*ar mikrobiologi -edokteran. Ddisi re.isi. @akartaH Binarupa <ksaraG 1992. h. 19109. :. 7. 3aha*oe AA" Basir /" akmuri S. Pedoman nasional TB anak. Ddisi ke 1. @akartaH C-- Pulmunologi PP I/<IG ())#. h. 170(,. uno= B " Starke @3. Tuber!ulosis. /alamH Berhman" 3D" -liegman 3 " @enson 'B" penyunting. Aelson Te9tbook of Pediatri!. Ddisi ke017. PhiladelphiaH &B Saunders 1ompanyG ())2. h. 9#,07(. ,. 9. 'arisinghani <nonim. ?" !;oud T1" Shepard @%" -o @P. Tuber!ulosis from head /idapat arthritis. spondylitis" dari /idapat /idapat http*++))).)heelessondari dari http*++))). http*++ to toe1. 3adiographi!sH ()))G ()H22907). Tuber!ulosis. Tuber!ulous Tuber!ulous line.com+ortho+tuberculosis . /iakses tanggal. 1). <nonim. 11. <nonim. pennhealth.com+ency+article+%%%6'7.htm . ))).)heelessonline.com+ortho+tuberculous spondylitis. 1(. 7ali JP" 1haloupka 3. edi!a (Brno) ()))G+H 1:#6, 1# anagement of tuber!ulous spondylitis. S!ripta

1+.

Kller I.

istakes in the diagnosis and treatment of tuber!ulous spondylitis. edi!a (Brno) ()))G +H1#7 6:). " &ir*odiard*o "

< !ase study. S!ripta

12. 3aha*oe AA. Berbagai masalah diagnosis dan tatalaksana tuber!ulosis anak. /alamH 3aha*oe A" 3aha*oe AA" Boediman I" Said Supriatno B. Penyunting. Perkembangan dan masalah pulmunologi anak saat ini. Pendidikan -edokteran Berkelan*utan Ilmu -esehatan <nak B-CI LLLIII. B-CIG @akartaH BP B-CI" 1992. 1#. 1rofton @" 'orne A" Bred 1:. <nil -" @ail 17. . Tuberkulosis pada anak. /alamH Tuberkulosis edikaG ())(. h. + 1079. klinis. 'arun A" penyunting. Ddisi ke (. @akartaH &idya

S. Treatment of tuber!ulosis of the spine 4ith neurologi!

!ompli!ation. 1lini!al orthopaedi!s and related resear!h ())(G +9,H7#0,2. ankin '. The ba!k. /alamH Solomon ;" &ar4i!k /" Aayagam S. Penyunting. System of orthopaedi!s and fra!tures. Ddisi ke ,. Ae4 IorkH %9ford Cni.ersity PressG ()) 1.h.+7102)2. 1,. &ood ?&. Infe!tion of spine. /alamH 1rensha4 <'" penyunting. 1hampbell8s operati.e orthopaedi!s. Ddisi ke 7. Ae4 IorkH 19,7. h. ++(+0 2(. 19. 3esni!k /. %steomyelitis" septi! arthritis" and soft tissue infe!tionH organism. /alamH 1haterin B" penyunting. Bone and *oint imaging. Ddisi ke (. PhiladelphiaH &B SaundersG 199:. h. :,2071:. (). Baner*ee <" To4 /D. Tuber!ulous spondylitis /idapat dari http*++))).med. harvard.edu +8P9M+:one ; +Case'6+ <rite3p'6.html. (1. oon S. Tuber!ulosis of the spine. 1ontro.ersies and a ne4 !hallenge. SpineH 1997G 1#H 179107. osby 1ompanyG

1:

You might also like