You are on page 1of 9

PKP IV Critical Review Judul jurnal :

Towards integrated coastal zone management, with a

special emphasis on the Mediterranean Sea (Menuju Pengelolaan Wilayah


Pesisir Terpadu Dengan Penekanan Khusus Di Laut Mediterania). Oleh : Micallef , A.S REVIEW Dalam jurnal ini menyatakan bahwa seluruh lingkungan pesisir Eropa terancam oleh beberpa aktifitas manusia misalnya seperti urbanisasi, perkembangan industry, perikanan, budidaya, rekreasi dan pariwisata. Micallef dalam tulisannya mengusulkan beberapa rencana untuk sistem pengelolaan pesisir Mediterania-Mesir ini yaitu usulan tujuan jangka pendek yaitu menentukan pedoman daerah perencanaan dan penyusunan rencana struktur umum untuk wilayah pesisir kemudian usulan yang keduaadalah tujuan jangka panjang yang merupakan persiapan dan pelaksanaan rencana ICZM (Integrated Coastal Zone Management) untuk kawasan pesisir Mediterani Mesir. Micallef menjelaskan partisipasi masyarakat sangat penting dalam perencanaan pesisir dan keterlibatan masyarakat ini harus di sesuaikan dengan keahlian dan sumber daya masyarakat itu sendiri. Dalam mengelola kawasan pesisir perlu memperhatikan diantaranya adalah kebutuhan untuk meningkatkan pedoman kinerja dari pengembang, standarisasi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, pelatihan untuk fasilitator forum dan meningkatkan kesadaran dari kelompok peduli lingkungan mengenai integritas partisipasi publik dengan sistem

pembangunan.. Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor perncanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Perencanaan terpadu lebih merupakan upaya secara terperogram untuk mencapai tujuan dengan mengharmoniskan dan engoptimalkan berbagai kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan masyarakat dan pembangunan ekonomi
1|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

Pengelolaan kawasan pesisir perlu mempertimbangkan kawasan pantai sebagai sumber daya alam untuk kehidupan manusia bukan semata-mata menjadikan pantai sebagai kawasa lindung, begitu juga dengan upaya harmonisasi sosial yang memadukan ekonomi dengan lingkungan sekitar kawasan pesisir hal itu tentu erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Micallef juga mengungkapkan beberapa masalah yang membuat pembangunan kawasan pesisir secara terpadu yaitu kurangnya ketersedian data pesisir, kesenjangan pembangunan terutama terkait pembangunan pelabuhan dan pembaharuan muara daerah, kepentingan otoritas kota, konflik pemangku kepentingan belum terselesaikan dan rumitnya sistem kelembagaan. Valpreda dan simeoni memperkenalkan aplikasi GIS untuk membantu konsep pembangunan kawasan pesisir itu sendiri yaitu seperti memperlihatkan zona-zona dalam bentuk grafis sehingga mempermudah dalam pengembangan. Permodelan GIS ini bisa ditampilkan dalam bentuk gambar terutama yang berkaitan dengan pemamfaatan ruang begitu ungkapnya. Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance), dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Proses yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusankeputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang dapat diterima secara politis, penjelasan ini merupakan salah satu, begitu ungkapnya.

2|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

PEMBAHASAN Konsep yang ditawarkan yaitu pengelolaan kawasan pesisir terpadu merupakan temuan yang bagus, sehingga kawasan pesisir tidak hanya difokuskan pada satu bidang saja akan tetapi integrasi antara potensi alam dengan sumber daya manusia sekitar kawasan pesisir itu sendiri berjalan dengan sesama. Konsep ini juga sebagai cahaya terang bagi kawasan pesisir yang masih belum memiliki sistem pengelolaan yang baik,karena dalam jurnal ini menyebutkan salah satu unsur keterpaduan sebuah kawasan adalah berkaitan dengan keterlibatan masyarakat, memelihara lingkungan dan pembangunan ekonomi. Micallef juga menyebutkan salah satu metode atau permodelan untuk mempermudah dalam hal merencanakan kawasan pesisir terpadu yaitu dengan menggunakan GIS, agar pola ruang yang diperlihatkan lebih jelas dengan tampilan grafis yang terdapat dalam aplikasi GIS. Akan tetapi dalam jurnal ini tidak menjelaskan secara rinci sebenarnya apa perbedaan pengelolaan terpadu dengan pengelolaan biasa, padahal jelas adanya perbedaan namun Micallef tidak menyebutkan hal tersebut, Micallef juga tidak menyebutkan kriteria pesisir yang layak untuk diaplikasikan konsep pengelolaan terpadu bahkan pada studi kasus jurnalnya yaitu Mediterania tidak menyebutkan apakah kawasan ini cocok diaplikasikan atau tidak, secara umum jurnal ini tidak menjelaskan kriteria kawasan yang layak untuk diaplikasikan, aspek-aspek apa saja yang termasuk ke dalam keterpaduan perencanaan kawasan pesisir karena menurut penulis ada 4 aspek yang patut diperhatikan yaitu keterpaduan wilayah/ekologis, keterpaduan sektor, keterpaduan disiplin ilmu dan keterpaduan stakehorder, kemudia tahap-tahap keterpaduan dan banyak hal lainnya yang belum di jelaskan dalam jurnal ini. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management) ICZM merupakan sebuah wawasan baru dengan cakupan yang luas, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah cabang ilmu baru bagi masyarakat dunia. Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir, dengan cara melakukan penilaian menyeluruh (comphrehensive assessment) tentang kawasan pesisir serta sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang terdapat didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan kemudian merencanakan dan mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang maksimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaannya harus dilakukan secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
3|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

budaya dimana aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir harus turut didalamnya serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan yang tersedia. Berdasarkan Djojpbroto (1998), bahwa daerah pesisir Indonesia berbeda-beda menurut kondisi geografis dan kependudukan. Oleh karena itu, tujuan dan keadaan lokal juga berbeda sehingga setiap rencana dan setiap negara akan memerlukan perlakuan yang berbeda. Namun demikian suatu urutan yang terdiri dari 10 tahap dapat direkomendasikan sebagai suatu pedoman perencanaan. Tiap tahap mewakili suatu kegiatan spesifik atau suatu rangkaian kegiatan yang hasilnya memberikan informasi untuk tahap-tahap berikut : 1. Tentukan sasaran dan kerangka acuan, 2. Aturlah pekerjaan, 3. Analisis kesulitan yang ada, 4. Identifikasi kesempatan untuk perubahan, 5. Evaluasi kemampuan sumberdaya, 6. Penilaian alternatif, 7. Ambil pilihan yang paling baik, 8. Siapkan rencana, 9. Implementasi, 10. Penentuan revisi rencana. Kesepuluh tahapan ini meringkaskan proses perencanaan yang menggambarkan langkahlangkah yang terlibat dalam perencanaan zona pesisir secara terpadu. Banyak kawasan pesisir di indonesia sudah menerapkan konsep keterpaduan ini salah satunya adalah di provinsi NTT, Untuk mengimplementasikan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di tataran praktis (kebijakan dan program) di NTT sendiri menerapkan lima strategi , yaitu : 1. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, termasuk di dalamnya integrasi ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten yang merupakan suatu kawasan pembangunan yang berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu : ekologis, sosial-ekonomi-budaya, sosial4|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

politik, dan hukum serta kelembagaan. Dimensi ekologis menggambarkan daya dukung suatu wilayah pesisir dan lautan (supply capacity) dalam menopang setiap pembangunan dan kehidupan manusia, sedangkan untuk dimensi ekonomis-sosial dari pembangunan berkelanjutan mempresentasikan permintaan terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan dimana manfaat dari pembangunan wilayah pesisir seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal sekitar program terutama yang termasuk ekonomi lemah. Untuk Dimensi Sosial-politik, pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik demokratis dan transparan, tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya pencegahan dan penanggulangannya. Penegakan dimensi Hukum dan kelembagaan, Sistem peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan kuat akan mengendalikan setiap orang untuk tidak merusak lingkungan pesisir dan lautan. 2. Mengacu pada Prinsip-prinsip dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, ada 15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) yaitu : a. Wilayah pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource system) yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam merencanakan dan mengelola

pembangunannya. b. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam ekosistem pesisir.

c. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan dikelola secara terpadu. d. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknnya dijadikan faktor utama dalam setiap program pengelolaan wilayah pesisir. e. Batas suatu wilayah pesisir harus ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif. f. Fokus utama dari pegelolaan wilayah pesisir adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama. g. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam suatu program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
5|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

h. Semua tingkatan di pemerintahan dalam suatu wilayah harus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir. i. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir. j. Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir serta partisipasi masyarakat lokal dalam program pengelolaan wilayah pesisir. k. Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. l. Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat digunakan untuk semua sistem sumberdaya wilayah pesisir. m. Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan n. Pengelolaan sumberdaya pesisir secara tradisional harus dihargai. o. Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. 3. Proses Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu pada dasarnya ada tiga langkah utama, yaitu : (1) Perencanaan, (2) implementasi, serta (3) Pemantauan dan Evaluasi.

4. Elemen dan Struktur Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu yaitu agar mekanisme atau proses Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dapat direalisasikan dengan baik perlu dilengkapi dengan komponen-komponen yang diramu dalam suatu piranti pengelolaan (management arrangement) sebagai raganya. Pada intinya, piranti pengelolaan terdiri dari piranti kelembagaan dan alat pengelolaan. Piranti kelembagaan menyediakan semacam kerangka (frame work) bagi pelaksanaan tugastugas pengelolaan dan penerapan segenap alat pengelolaan. Meskipun rancangan dan praktek Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu bervariasi dari satu wilayah ke wilayah yang lain, namun dapat disimpulkan bahwa keberhasilan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu

6|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

memerlukan empat persyaratan utama, yaitu : (1) kepemimpinan pionir (initial leadership), (2) piranti kelembagaan, (3) kemapuan teknis (technical capacity), dan (4) alat pengelolaan. Penerapan keempat persyaratan ini bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain, bergantung pada kondisi geografi, demografi, sosekbud dan politik (termasuk politik lokal). 5. Penerapan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dalam Perencanaan Pembangunan Daerah yaitu merupakan untuk mengatasi konflik perencanaan pengelolaan pesisir, maka perlu diubah sistem perencanaannya, yaitu dari perencanaan sektoral ke perencanaan terpadu yang melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat terkait di pesisir. Semua instansi sektoral, Pemda dan stakeholder terkait harus menjustifikasi rencana kegiatan dan manfaat yang akan diperoleh, serta mengkoordinasi kegiatan tersebut dengan kegiatan sektor lain yang sudah mapan secara sinergis. Dengan semangat pelaksanaan otonomi daerah yang diantaranya ditandai dengan lahir dan diberlakukannya UU Pemerintah Daerah, yang didalamnya mencakup pengaturan kewenangan daerah dalam mengelola sumber daya kelautan (pesisir dan lautan), diharapkan dapat membawa angin segar sekaligus menjadi mometum untuk melaksanakan pembangunan, pendayagunaan, dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara yang lebih baik, optimal, terpadu serta berkelanjutan. Namun yang terjadi tidak semua strategi yang digadangkan bisa tercapai semuanya, ada beberapa hal yang belum sesuai dengan kondisi ekologis dan karakter masyarakat di pesisir Indonesia khususnya di NTT. Ada beberapa masalah atau kendala dalam penerapan konsep ini di Indonesia. Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir yang dilakukan oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian pesisir dan lingkungannya. Penyebab degradasi kondisi daerah pesisir secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu yang berpengaruh terhadap muara di pesisir.

7|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

Kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem dipesisir. Perizinan pengembangan usaha bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat setempat. Jika kita perhatikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

Pemanfaatan dan pengelolaan daerah belum diatur dengan peraturan perundang-ungan yang jelas, seingga daerah mengalami kesulitan dalam menetapkan sesuatu kebijakan.

Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir cendrung bersifat sektoral, sehingga kadangkala melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain.

Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan konsep daerah pesisir sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan, sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar daerah

Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami secara komprehensif oleh para stakeholders, sehingga pada setiap daerah dan setiap sector timbul berbagai pemahaman dan penafsiran yang berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir.

Perlu analisa yang matang untuk dapat mengendalikan keterpaduan kawasan pesisir, karena berbagai macam polemik yang terdapat di indonesia dapat menghambat berlangsung pembangunan kawasan pesisir, dalam hal ini perencanaan yang matang dan konseptual di sesuaikan dengan karakteristik kawasan. KESIMPULAN Pengelolaan kawasan pesisir terpadu merupakan sistem pengelolaan pesisir secara berkelanjutan dengan mengetahui ekologis, sosial ekonomi, potensi kawasan dan keterlibatan masyarakat sekitar. Keunikan wilayah pesisir dan laut serta beragamnya sumberdaya yang ada, mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut secara terpadu bukan secara sektoral.

8|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

SARAN Untuk penerapan konsep ini perlu memperhatikan karakteristik kawasan terutama di Indonesia sendiri sangat beragam sekali baik dari segi ekologisnya maupun dari segi karakteristik masyarakat itu sendiri sehingga strategi yang digunanakan nantinya dapat diaplikasikan dengan tepat guna dan tepat sasaran.

Referensi Wiyana, Adi. 2004. Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T). http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/afi_wiyana.htm. Timothy Beatly, David J. Bower, dan Anna K. Schwab. 2002. An Introduction to Coastal Zone Management. Island Press. Washington, DC. Ekosistem Pesisir Dan Pengelolaan Indonesia, Yayasan Terangi . www.terangi.or.id di akses tgl 6 November 2013

9|Perencanaan Wilayah Pesisir IV

You might also like