You are on page 1of 5

www.ahlussunni.blogspot.

com

Benar [ash Shidqu]


Penyusun : Agus Muslim

www.ahlussunni.blogspot.com
Pendahuluan
Ash Shidqu(benar) adalah satu kata yang digunakan untuk maksud yang berbeda-beda dalam al Qur an maupun al Hadits. Adakalanya dipakai untuk makna kejujuran dan adakalanya untuk makna kesungguhan. Kejujuran berarti jauh dari kebohongan dan khianat sedangkan kesungguhan berarti jauh dari kemunafikan. Kejujuran berarti berkata sesuai fakta dan apa yang diakuinya adalah sesuai dengan keadaan hatinya. Kesungguhan berarti sungguh-sungguh dalam keimanan dan dalam mengamalkan semua perintah Allah dan RasulNya. Kejujuran melahirkan sifat amanah yang berarti akan menjauhkan dari khianat. Sebagaimana sifat benar ini begitu terpuji dalam pandangan Allah Tuhan seluruh makhluq, sifat yang berseberangan dengannya begitu tercela dalam pandanganNya seperti dusta, khianat, munafik, bakhil dll. Ciri-ciri orang yang benar adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Beriman kepada Allah dan hari akhir, kitab-kitabNya, nabi-nabiNya, MalaikatNya. Menafkahkan harta yang dicintainya kepada orang yang membutuhkan. Mendirikan shalat. Menunaikan zakat. Menepati janji. Sabar. (Al Baqarah : 177) Taat kepada Allah dan RasulNya. (An Nisa : 69) Jauh dari keraguan. Berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa.(al Hujurat : 15) Jujur dalam perkataan. Tidak berkhianat.

Al Hadits an Nabawi

: .
Dari Ibnu Mas'ud ra., dari Nabi saw., sabdanya, "Sungguh kebenaran [kejujuran] itu menyampaikan pada kebaikan1 [keimanan yang sempurna] dan sungguh kebaikan itu menyampaikan pada surga.
1

Al Barr adalah lawan kata dari al Bahr [laut] sehingga tergambarlah makna luas. Al Birr bisa kita artikan mudah/luas dalam kebaikan. Jika dihubungkan dengan perbuatan Allah maka artinya adalah rahmat dan pahala dan jika dihubungkan dengan hamba maka artinya adalah thaat dan mudah/banyak berbuat baik. Al Birr dalam hadits ini bisa kita artikan sebagai ketaatan, kesempurnaan iman, atau kebaikan secara umum. Wallahu alam

www.ahlussunni.blogspot.com
Sungguh seseorang itu jujur hingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang shiddiq. Dan sungguh dusta itu menyampaikan pada kecurangan [kemunafikan] dan sungguh kecurangan itu menyampaikan pada neraka dan sungguh seseorang itu berdusta hingga dicatatlah [dianggaplah] di sisi Allah sebagai pendusta [yang berhak mendapat gelar dan hukuman pendusta]."2 [Muttafaq 'alaih][Ahmad, at Tirmidzi]

: : .
Dari Abu Muhammad, yaitu al Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra., katanya, "Saya menghafal sabda Rasulullah saw. yaitu, "Tinggalkan3 apa yang meragukan hatimu4 [jangan terus dilakukan] dan berpindahlah kepada apa yang tidak meragukan hatimu [yang hatimu tenang jikalau melakukannya]. Maka sungguh bersikap jujur itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan timbulnya keraguan." [HR. At Tirmidzi][Hasan Sahih][Ibn Hibban, al Hakim]

: . . : : . .
Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam haditsnya yang panjang dalam menguraikan kisah Raja Hercules. Hercules berkata, "Maka apakah yang diperintah olehnya?" dan yang dimaksud ialah Nabi saw. Abu Sufyan berkata, "Saya lalu menjawab, "Ia berkata, "Sembahlah Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenekmoyangmu semua." Ia juga menyuruh kami melakukan shalat, bersikap benar, 5 menahan diri dari yang haram serta menyambung kekeluargaan." [Muttafaq 'alaih]

Hadits ini mengajarkan pada kita akan wajibnya kejujuran dan kesungguhan dalam ketaatan, menjauhi perkataan dusta dan ikhlash dalam beramal. 3 Perintah yang berkekuatan mustahab. 4 Ragu antara halal dan haram juga antara sudah atau belum. Keburukan membuat hati seorang mukmin bergoncang, dan kebaikan membuatnya tenang. Di sini Nabi saw. mengakui pandangan seorang mukmin tentang baik dan buruk sebagaimana Allah pun mengakui jalannya orang mukmin. 5 Jujur dan sungguh-sungguh dalam keimanan.

www.ahlussunni.blogspot.com

: : : .
Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebutkan Abu Said dan dalam riwayat lain pula disebutkan Abu al Walid, yaitu Sahl bin Hanif ra., dia pernah mengikuti perang Badar, bahwasanya Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang memohon kepada Allah Ta'ala dengan sungguh-sungguh6 supaya dimatikan syahid, maka Allah akan menyampaikannya pada martabat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." [HR. Muslim]

: : . : . : : : :
"Ada diantara Nabi as.7 yang berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya, "Jangan mengikuti peperanganku ini seorang lelaki yang menikah dan ia hendak tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum tidur dengannya. Jangan pula mengikuti peperangan ini seseorang yang membangun rumah

Niat seperti ini dihukumi seolah berbuat walaupun tidak terlaksana karena udzur. Perhatikan kembali penjelasan tentang martabat niat. Karena niat yang baik adalah karena baiknya keimanan.
7

Nabi Yusya as.

www.ahlussunni.blogspot.com
dan belum mengangkat atapnya, jangan pula seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu.8 Nabi itu berperang, kemudian mendekati sebuah desa pada waktu shalat Ashar atau hampir mendekatinya, kemudian ia berkata kepada matahari, "Sungguh engkau [hai matahari] adalah diperintah [yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan] dan akupun juga diperintah [berperang mengikuti perintah Tuhan]. Ya Allah, tahanlah matahari itu di atas kami."9 Kemudian matahari itu tertahan lajunya hingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. 10 Beliau mengumpulkan banyak harta rampasan. Kemudian datang api untuk memakan harta rampasan tadi, tetapi ia tidak mau membakarnya.11 Nabi itu berkata, "Sungguh diantara kalian ada yang menyembunyikan harta rampasan, hendaklah berbai'at padaku [berjabatan tangan] setiap kabilah yaitu seorang lelaki.12 Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi itu lalu berkata lagi, "Nah, di kalangan kabilahmu itu ada yang menyembunyikan harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu memberikan pembai'atan padaku."13 Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan tangan Nabi itu, Beliau berkata pula, "Di kalanganmu semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang terbuat dari emas [dan inilah benda yang disembunyikan], diletakkanlah benda tersebut dan kemudian datanglah api yang membakarnya. Memang tidak halal harta rampasan itu untuk umat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita, Karena mengetahui kelemahan kita. Allah pun menghalalkannya untuk kita." [Muttafaq 'alaih]

: : . .
Dari Abu Khalid yaitu Hakim bin Hizam ra., Berkata, Rasulullah saw. bersabda, Penjual dan pembeli ada dalam pilihan14 selama belum berpisah.15 Apabila keduanya jujur, diberkatilah jual-belinya. Apabila keduanya menutupi [aib], dicabutlah keberkahan jual-belinya. [Muttafaq alaih]

Maksud Nabi as. tersebut adalah tidak menyertakan dahulu orang-orang yang sedang begitu kuat terikat hatinya pada urusan dunianya. Hal ini akan menyebabkan lemahnya pasukan dan memberikan pengaruh yang tidak baik pada yang lain. Nabi Muhammad saw. juga memberikan keringanan dalam hal ini pada kasus jika makan malam sudah tersedia sedangkan adzan shalat pun berkumandang, untuk boleh memilih mendahulukan makan malam. 9 Nabi Yusya berperang pada hari Jumat, sedangkan Bani Israil telah dilarang untuk berperang pada hari sabtu, sehingga Nabi Yusya menginginkan peperangan tersebut selesai sebelum terbenam matahari memasuki malam sabtu. 10 Ada riwayat yang mengisahkan bahwa hal ini pun terjadi di masa Rasulullah saw., yaitu pada perang khandaq. 11 Terbakarnya harta rampasan menunjukkan makbulnya ibadah jihad pada masa itu. 12 Ini adalah salah satu mukjizat Nabi Yusya. 13 Penggelapan yang bukan haknya menyebabkan terhalangnya makbuliyyat ibadah. 14 Pilihan untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya.

www.ahlussunni.blogspot.com

15

Bentuk perpisahan dikembalikan kepada hukum adat. Ulama memberikan batasan bahwa perpisahan tersebut adalah apabila dalam satu ruangan, maka salah satunya telah keluar dari ruangan. Jika pada area terbuka, maka dihukumi berpisah apabila telah saling membelakangi.

You might also like