You are on page 1of 29

A.

KASUS

TRANSPLANTASI DAN JUAL BELI ORGAN KOMPAS.com - Saat ini, kita mengetahui bahwa transplantasi organ telah

berkembang begitu pesat. Sampai sejauh ini, transplantasi organ yang bisa dilakukan yaitu transplantasi organ ginjal, hati, pankreas, jantung, paru dan usus halus. Tetapi, secara umum yang paling banyak dilakukan termasuk di Indonesia adalah transplantasi ginjal.

Teknik memindahkan organ juga sudah canggih, untuk transplantasi ginjal proses pengambilan organ dari donor hanya dengan teknik laparaskopi, sehingga luka operasi sangat minimal bagi pemberiorgan tersebut (donor). Teknik pengambilan organ ginjal dengan cara laparaskopi ini sudah dikembangkan di RSCM.

Di sisi lain, permasalahan muncul adalah mencari donor yang akan memberikan organ untuk penerima (resipien). Di Amerika, berdasarkan data United Network for Organ Sharing (UNOS), hampir 84.000 kasus menunggu organ donor. Di Indonesia, kasus yang akan melakukan transplantasi organ pasti banyak, antara lain penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir atau kegagalan fungsi hati (sirosis hati lanjut atau kanker hati) yang merupakan indikasi untuk menjalani transplantasi organ. Di Amerika, permasalahan muncul pada organ donor mengingat daftar tunggu yang panjang untuk menerima transplantasi organ tersebut.

Melihat kondisi tersebut, jelas bahwa saat ini kebutuhan akan donor yang bersedia organnya didonorkan cukup tinggi. Hal ini terjadi bukan saja di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi celah bagi proses jual beli organ. Isu jual beli organ merupakan isu penting terutama di negara-negara dengan penduduk besar antara lain Cina, India dan AS. Pemerintah Cina pun telah melarang semua rumah sakit memberikan organnya bagi warga negara asing, mengingat kebutuhan organ untuk negaranya sendiri masih cukup tinggi.

Bagi Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar menyumbang penduduk dunia, masalah ini pun muncul. Iklan-iklan orang yang berkeinginan untuk menjual organ tubuhnya juga sudah mulai ada di berbagai media kita. Saya sebagai seorang dokter penyakit dalam pun pernahbeberapa kali oleh dihubungi oleh orang yang

berkeinginan menjual organ tubuh karena tekanan ekonomi. Padahal, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jual beli organ melanggar hak asasi manusia. Secara umum, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran empuk para agen pencari organ tubuhadalah kalangan miskin dan tenaga kerja murah seperti pembantu rumah tangga atau pekerja perkebunan.

Transaksi proses perpindahan organ dapat berlangsung dalam kondisi disadari atau tanpa disadari. Disadari jika si donor dengan kesadaran penuh ingin menjual organnya karena alasan ekonomi. Permasalahan muncul jika dalam proses itu terjadi pemaksaaan atau dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang mendonor tidak bisa menolak organnya didonorkan. Proses yang kedua adalah proses pengambilan organ tidak diketahui. Misalnya, dalam suatu proses operasi, organ yang sehat dari pasien diambil. Atau, korban diculik dan dipaksa untuk melalui proses operasi di mana organnya diambil.

Skrining donor Sebenarnya, proses pemberian organ dari donor harus melalui proses yang panjang. Karena proses tukar menukar organ tersebut bukan suatu proses seperti kita melakukan penggantian onderdil mobil. Dalam proses tukar menukar onderdil mobil, jelas bahwa barang yang akan dipasang umumnya adalah barang yang baru. Tetapi dalam proses transplantasi organ, organ yang akan didonorkan adalah organ dari seseorang yang telah menggunakan organ tersebut sekian lama.

Oleh karena itu, jelas bahwa ada proses skrining yang ketat untuk mendapatkan informasi bahwa organ tersebut memang sehat dari donor yang memang sehat. Berbagai pemeriksaan darah harus dilakukan. Proses pemeriksaan juga meliputi apakah si donor tidak mempunyai penyakit kronis atau pembawa infeksi kronis misal virus hepatitis atau HIV.

Setelah dipastikan bahwa kondisi kesehatan donor tidak bermasalah selanjutnya apakah kondisi darah donor cocok dengan penerima (resipien) misal kecocokan gologan darah dan kecocokan jaringan (tissue type/HLA). Jika tidak cocok jelas organ tersebut tidak dapat diberikan pada golongan darah yang berbeda.

Proses operasi pengambilan organ juga harus dilakukan di tempat di mana organ yang diambil tetap dalam keadaan fresh untuk segera ditransplantasi ke resipien. Semakin cepat
2

organ tersebut dipindahkan akan sebagai baik untuk kesuksesan dari proses transplantasi tersebut. Mengingat pentingnya skrining ini, rasanya menjadi tidak gampang proses pengambilan organ dari seseorang.

Apalagi dugaan 3 pekerja kita yang ditembak dan organnya diambil di Malaysia. Rasanya secara logika medis hal ini tidak mungkin terjadi. Pada saat ditembak pasti akan terjadi perdarahan dan perdarahan ini akan menyebabkan organ-organ akan mengalami kekurangan darah dan kondisi ini juga akan membuat organ-organ akan menjadi rusak dan menyebabkan viabilitas organ tersebut juga menjadi berkurang.

Berbeda dengan proses operasi yang juga akan terjadi perdarahan, pasien dengan kondisi oksigen yang dipertahankan, kekurangan darah sudah diantisipasi dengan proses transfusi darah. Olah karena itu, wajar kalau akhirnya otopsi ulangan oleh pihak Polri di NTB tidak menemukan ada organ yang hilang, sehingga dipastikan bahwa tidak ada latar belakang proses jual beli organ dalam pembunuhan ketiga TKI di Malaysia.

KASUS PENJUALAN ORGAN TUBUH ILEGAL MENINGKAT

Setiap seperempat-jam Pavle Mircov dan teman hidupnya Daniella mencek e-mail mereka. Apakah ada yang mau membayar 30.000,- untuk ginjal mereka. Pavle dan Daniella yang punya dua anak remaja, menawarkan ginjal mereka lewat internet enam bulan lalu setelah Pavle (50 tahun) dipecat sebagai karyawan pabrik daging. Upayanya untuk mencari pekerjaan tidak pernah berhasil sekalipun sebagai pelayan restoran.

Pavle juga tidak bisa mengubur ayahnya yang baru meninggal dunia, karena tidak bisa membayar biaya penguburan. Hubungan telepon diputus. Mereka tinggal dalam rumah tanpa tanpa listrik, karena rekening listrik tidak dibayar. Makan, sehari sekali saja. Makan roti dengan salami, termasuk mewah. "Kalau sampai tidak bisa beli makanan, jual ginjal bukan pengorbanan yang berat," kata Pavle Mircov.

"Jual Organ Tubuh Ilegal Meningkat, Karena Tidak Ada Pekerjaan. Transaksi Gelap Ginjal Lewat Internet Meningkat Di Eropa," demikian berita utama koran berbahasa Inggris The International Herald Tribune.

Menyebar ke Eropa

Sementara Eropa semakin dililit krisis ekonomi, perdagangan gelap organ tubuh manusia yang dulu 'hanya' terjadi di India, Pilipinna, Brazil atau Cina, kini menyebar ke negara-negara Eropa yang dirongrong kebangkrutan seperti Yunani, Spanyol atau Italia dan negara-negara Balkan yang miskin seperti Serbia. Seorang mantan pengusaha di Yunani menawarkan ginjalnya 100.000,- untuk menyelamatkan keluarganya supaya tidak jadi gelandangan. Menurutnya ia sampai menyewa seorang calo untuk mencari pembeli. Trend penjualan ilegal organ tubuh manusia bahkan dilaporkan sudah juga merembet ke Amerika.

Di banyak negara dan juga di Serbia transaksi gelap organ tubuh manusia, dilarang. Bisa divonis sampai 10 tahun penjara. Tapi ambruknya ekonomi ditambah lagi dengan lamanya menunggu giliran mendapat transplantasi organ tubuh yang legal di rumah sakit, menyuburkan perdagangan gelap. Tahun lalu dilaporkan hanya satu dari setiap tiga pasien yang menunggu transplantasi, mendapat ginjal yang baru di Serbia.

Kebutuhan mendesak dari dua belah pihak, tidak hanya pasien tapi juga warga yang dililit krisis ekonomi, bertemu lewat internet. 100.000,- untuk sebuah ginjal ditambah biaya operasi dan ongkos perjalanan, bukan hal yang luar biasa.

MALAYSIA MASUK DAFTAR PENJUALAN ORGAN ILEGAL Tahun lalu, Bangladesh mengaku warganya menjadi korban perdagangan organ di Malaysia. VIVAnews - Kasus dugaan perdagangan organ tubuh tiga TKI yang tewas di Malaysia mengemuka beberapa hari belakangan. Ternyata ini bukan kali pertama Malaysia tersandung masalah serupa. Akibatnya, Malaysia dimasukkan ke daftar jalur sindikat internasional perdagangan organ ilegal.

Kantor berita Bernama pada 2011 melaporkan, pemerintah Bangladesh tahun lalu pernah meminta Malaysia untuk menyelidiki berbagai kasus perdagangan organ yang melibatkan warganya. Menurut Bangladesh, banyak warga miskin di negara mereka diterbangkan ke beberapa tempat di Malaysia untuk diambil organnya, terutama ginjal.
4

Kepala polisi distrik Joypurat, Mozammel Haqque, mengatakan untuk setiap ginjal, warga miskin dibayar sekitar US$2.000-3.000. Diduga, organ tubuh yang dikeluarkan di Malaysia akan diperdagangkan di beberapa negara Asia Tenggara. Delapan orang ditahan terkait kasus ini.

Akibat kasus tersebut, Bangladesh juga memasukkan Malaysia ke daftar jalur sindikat internasional perdagangan organ tubuh yang harus diawasi. Menurut laporan kepolisian Bangladesh, terdapat beberapa rumah sakit terkenal di ibukota dan kota-kota besar Malaysia yang terlibat perdagangan haram ini.

Aegile Fernandez, direktur program di LSM pelindung tenaga kerja wanita Malaysia, Tenaganita, mengatakan bahwa kasus ini telah terjadi pada 2009. Tenaganita, ujarnya, telah melaporkan ke polisi dan pemerintah, tapi dua pihak ini membantah adanya kasus tersebut.

"Pada 2009, saya menerima laporan adanya organ yang diperjualkan di Johor, terhubung dengan jaringan di Indonesia dan Singapura, segitiga yang menjadi titik panas aktivitas ini dijalankan," kata Fernandez, dikutip dari Free Malaysia Today, Maret 2012.

Reuters membenarkan bahwa Malaysia adalah salah satu negara penjual ginjal dari Bangladesh. Kantor berita ini menuliskan, para penjual biasanya berlagak seperti kawan atau kerabat untuk memancing korban, yang kebanyakan warga miskin. Mereka lalu dioperasi di Malaysia, Singapura atau India.

"Jika memang ini terjadi di bawah pengawasan kami, maka akan sangat memalukan. Malaysia tidak boleh menjadi tempat transit penjualan organ tubuh ilegal. Jangan sampai kita disamakan dengan China dan India dalam kasus ini," kata Presiden Asosiasi Konsumen Subang dan Shah Alam, Jacob George kepada Free Malaysia Today.

B. PENDAHULUAN

Transplantasi berasal dari bahasa latin yaitu trans dan plantare, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti penanaman di tempat yang berbeda. Transplantasi bukanlah suatu inovasi dalam dunia medis, dalam hal ini sejarah mencatat penanganan berupa transfer organ sudah dilakukan sejak awal abad ke-2 sebelum Masehi yang dilakukan oleh Sushruta. Sejarah berlanjut kepada Pien Chiao di Cina, St. Damian dan Cosmas yang melakukan transplantasi kaki pada abad ke-3 di Roma, Gasparo Tagliacozzi yang sukses melakukan transplantasi kulit pertama di akhir abad ke-16, dan Eduard Zim pada tahun 1837 yang berhasil melakukan keratoplasti atau cangkok kornea.

Transplantasi yang saat ini dilakukan sudah dimulai sejak tahun 1954 dan diikuti oleh berbagai penemuan berbagai obat penekan imun sistem (immonosupresan) dan dengan adanya penemuan ini banyak sekali yang menyelamatkan dan meningkatkan angka harapan hidup dari resispien organ. Dengan adanya transplantasi yang dikenal saat ini dan sudah sangat berkembang, hal ini mampu menyelamatkan ribuan nyawa tiap individu diseluruh dunia setiap tahun.

Pengkategorian transplantasi organ dibedakan menjadi 4 : Pertama, autograft, yaitu transplantasi organ yang berasal dari dirinya sendiri ; Kedua, isograft, yang berasal dari manusia yang memiliki kesamaan genetik, seperti kembar identik; Ketiga, allograft, yang berasal dari manusia yang memiliki perbedaan genetik, contohnya orangtua, anak, atau orang lain; dan terakhir xenograft, yang berasal spesies lain atau benda buatan manusia. Kemudian, transplantasi juga dapat dibagi 2 berdasarkan keadaan donator organ, yaitu donor hidup (living donor) dan donor mati (deceased donor). Diantara pembagian diatas mayoritas donor organ saat ini berasal dari allograft deceased donor dari sistem pendonasian organ.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tindakan ini melibatkan lebih banyak peran seperti psikiater, dokter penanggung jawab kondisi donatur dan resipien, pekerja laboratorium, spesialis keilmuan organ terkait, dan sistem infrastruktur sebagai mediator, kontroler, dan evaluator. Karena bagaimana pun juga, transplantasi organ tidak hanya berupa tindakan pemindahan satu organ dari satu orang ke orang lain, tetapi juga merupakan sebuah tindakan yang sangat invasif dan memiliki resiko dan efek samping.

Dalam melakukan operasi, pendonor dan resipien diharuskan melakukan berbagai macam tes psikologis. Selain itu, ada juga pemeriksaan yang dilakukan saat awal pasien datang. Pemeriksaan sejarah kesehatan secara singkat, seperti umur dan tinggi/berat badan, riwayat diabetes, kanker, hipertensi, dan gangguan ginjal, dan terakhir kebiasaan merokok. Kemudian evaluasi laboratorium terhadap tekanan darah, protein urin, golongan darah dan human leukocyte antigen (HLA). Sayangnya, tidak semua orang dapat menjadi donator organ, karena beberapa kondisi yang dapat berbahaya terhadap donor maupun resipien organ. Kontra indikasi tersebut adalah perbedaan golongan darah ABO, usia yang terlampau lanjut ataupun muda, obesitas, dan pasien dengan diabetes dan atau hipertensi. Beberapa organ dapat didonasikan, kecuali jantung dan paru tidak mungkin dilakukan pendonor yang masih hidup kecuali jika yang memutuskan untuk mendonorkan organnya setelah mengalami kematian. Dalam bidang medis, kematian dari seorang didefinisikan dengan mati batang otak (MBO).

Setelah operasi, pemeriksaan secara intensif dilakukan kepada resipien untuk mendeteksi adanya reaksi penolakan (rejection), organ yang non-fungsional, dan infeksi pasca operasi. Dalah hal ini dokter bersama dengan laboratorium melakukan observasi secara ketat selama 2 minggu di rumah sakit sampai 1 tahun sejak pasien pulang, kemudian pasien diwajibkan melakukan kontrol secara berkala dan diharapkan terus berkonsultasi tentang kondisinya. Perlahan, kondisi resipien akan membaik daripada saat sebelum transplantasi, akan tetapi hal ini bukan berarti kondisi tubuh pasien kembali ke kondisi semula. Resipien akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi sebagai efek samping dari obat imunosupresan yang digunakan untuk menekan penolakan tubuh terhadap organ baru. Selain itu masih ada lagi resiko lain sebagai akibat dari kegagalan organ sebelum proses transplantasi seperti penyakit kardiovaskuler dan efek samping dari transplantasi dan obatobatnya, seperti hipertensi dan diabetes. Oleh karena itu, sebelum pasien pulang akan disarankan oleh dokter untuk memulai gaya hidup dan diet sehat untuk menjaga kondisi tubuhnya.

Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya :

1. Pendonor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi kelainan. 2. Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain hal, organ tubuhnya harus diganti. 3. Tim Ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak pendonor kepada resipien.

Berkenaan dengan donor, transplantasi dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe, yaitu : 1. Pendonor Dalam Keadaan Hidup Sehat 2. Pendonor Dalam Keadaan Koma 3. Pendonor Dalam Keadaan Meninggal

C. TINJAUAN MEDIS

Indikasi utama transplantasi organ adalah kegagalan organ yang irreversible, dimana fungsi organ tersebut tidak dapat dikembalikan seperti semula. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah pendonor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah. karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.

JENIS-JENIS TRANSPLANTASI Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa cel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut :

a. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS Perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi. b. TRANSPLANTASI ALOGENIK Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga. c. TRANSPLANTASI SINGENIK Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada kembar identik. d. TRANSPLANTASI XENOGRAFT Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari pendonor hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

Saat ini telah dikembangkan tehnik transplantasi seperti transplantasi arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh George E. Green dan Parkinson.

SEL INDUK Sel induk atau stem cell merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan mempunyai potensi untuk dapat berdeferensiasi. kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisne bersangkutan hidup.

Penelitian sel induk dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya penelitian oleh ilmuan kanada, Ernest A. McCulloch dan James E.Till.

MACAM-MACAM SEL INDUK

Berdasarkan potensi : Sel induk ber-totipotensi (toti=total) Sel induk ber-multipotensi Sel induk ber-unipotensi (uni-tunggal)

Berdasarkan asalnya : Sel induk embrio (embrio stem cell) Sel induk dewasa (adult stem cell)

Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi : Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation) Sumsun tulang adalah jaringan spond yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.

Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation) Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang terkandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.untuk jumlah sel induk mencukupi suatu transplantasi. biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.

Transplantasi Sel Induk Darah Tali Pusat Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.

Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan manusia terutama penanganan terhadap penyakit menurun yang hampir bisa disebut permanen seperti diabetes melitus, telah banyak dilakukan penelitian. Salah satu kemajuan dari penelitian yang cukup membantu adalah
10

dikembangkannya teknik dengan memanfaatkan Embryonic Stem Cell. Teknik ini cukup membantu penanganan masalah tersebut selain dengan cara lama yaitu transplantasi.

Teknik transplantasi telah banyak dilakukan dan tidaklah terlalu rumit, seperti halnya transfusi darah, dan trasnplantasi ginjal. Namun demikian penggunaan Embryonic Stem Cell masih sedikit dilakukan. Prinsip dasar dari penggunaan Embryonic Stem Cell adalah dengan cara melakukan pembuahan ovum dengan sel sperma secra in vitro untuk kemudian pada hari ke lima atau pada fase blastula dilakukan isolasi terhadap inner cell dan ditumbuhkan pada medium dengan faktor tumbuh tertentu. Diharapkan dari sel sel yang telah diisolasi tersebut dapat dihasilkan jaringan atau organ seperti yang dikehendaki.

Baik teknik transplantasi maupun dengan Embryonic Stem Cell sama-sama mempunyai konsekuensi yang juga harus dipertimbangkan, mengingat objek yang digunakan adalah organ hidup dan untuk diberikan pada manusia. Pertimbangan tersebut meliputi : kecocokan organ, biaya, jarak, serta status moral. Disamping itu juga harus dihadapkan kendala teknis di laboratorium seperti pada waktu isolasi inner cell pada blastosis.

Permintaan akan organ ataupun jaringan tertentu terus meningkat, dan mau tidak mau penggunaan Embryonic Stem Cell ataupun transplantasi terus dilakukan, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah perlunya adanya pengaturan ataupun pembatasan terhadap penggunaan jaringan ataupun organ hidup dari manusia serta perlunya dilihat kembali tujuan dari penggunaan tersebut. Selain dari pada itu motif pelayanan terhadap masyarakat lebih dapat diterima daripada motif komersialisasi jaringan ataupun organ tubuh manusia.

Dalam perkembangannya semenjak tahun 1959 tentang keberhasilan pembuahan in vitro pada kelinci sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan yaitu keberhasilan dalam membiakkan jaringan manusia seperti sel islet pankreas, neuron, sel otot cardiac yang kesemuanya itu berasal dari Embryonic Stem Cell (ESC). Jaringan yang telah berhasil ditumbuhkan tersebut kemudian dapat ditransplantasikan pada manusia sebagai suatu solusi atas berbagai permasalahan kesehatan, terutama penyakit turunan secara genetis. Terapi ESC cukup memberikan harapan bagi para penderita penyakit turunan secara genetis yang relatif permanen seperti alzheimer, diabetes melitus, kerusakan permanen pada jaringan atau organ vital.

11

Keberhasilan dari teknologi tersebut tidak lepas dari pengembangan prinsip kultur sel. Terutama sel induk embrionik (ESC). Stem cell atau sel induk adalah sel yang mempunyai kemampuan untuk membelah diri dikarenakan sel tersebut masih menjadi organisme utuh, dalam kondisi in vivo memiliki kemampuan totipotensi. Dalam medium

pertumbuhan secara in vitro memerlukan kondisi yang tepat, atau diberikan perlakuan yang benar, yang kemudian dapat berdiferensiasi menjadi berbagai bentuk tipe sel yang menyusun suatu organisme. Stem cell mampu tumbuh menjadi sel yang matang dengan bentuk dan fungsi yang khas seperti sel hati, sel kulit, atau sel syaraf dan menjadi organisme normal (in vivo) atau dengan kata lain sel tersebut berkembang secrara pluripotensi. Berdasarkan asalnya stem cell dapat berasal dari embrio yaitu dengan membuahkan sel sperma dan sel telur secara in vitro yang kemudian ditumbuhkan dalam medium. Pada hari yang ke lima atau pada fase blastosis dilakukan isolasi bagian inner cell dan ditumbuhkan pada medium yang diperkaya dengan faktor tumbuh. Stem Cel yang diperoleh dengan cara demikian disebu sebagai embryonic stem cell. Stem sel juga dapat diperoleh dari sel tubuh pada organisme dewasa atau disebut sebgai adult stem cell.

Teknik transplantasi tersebut sebenarnya tidaklah terlalu rumit, hanya saja dibutuhkan prosedur yang cukup panjang agar dapat dilakukan transplantasi. Mulai dari membuat surat perjanjian sampai dilakukan pemeriksaan medis untuk menentukan tingkat kesehatan dan kecocokan jaringan atau organ dari pendonor. Setelah dilakukan proses transplantasipun masih harus dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut. Permasalahan teknis yang paling mendasar adalah berkenaan dengan pengadaan jaringan atau organ tersebut, mengingat bahwa jaringan atau organ yang dibutuhkan terlampau banyak dibandingkan dengan jaringan atau organ yang tersedia. Untuk mendapatkan organ yang diinginkan masyarakat cenderung mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah organ yang diinginkan dan kurangnya peran masyarakat yang berperan sebagai pendonor. Berdasarkan pada permasalahan di atas tercetus suatu gagasan untuk mendirikan pabrik organ atau toko organ. Pabrik organ atau toko organ merupakan suatu tempat/instansi yang membuat dan menyediakan organ, baik yang digunakan untuk penelitian maupun proses pengobatan yang memerlukan bagian anggota tubuh.

12

Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan jaringan atau organ secara in vitro banyak dilakukan. Pengadaan organ secara in vitro tersebut menggunakan embryonic stem cell. Embryonic stem cell dihasilkan dari pembuahan secara in vitro sel sperma dan sel telur yang kemudian pada hari ke lima atau pada fase blastosis yang kemudian dilakukan isolasi pada sel-sel bagian dalam. Sel-sel bagian dalam tersebut ditumbuhkan dalam suatu medium yang diperkaya dengan faktor tumbuh tertentu sehingga dapat menghasilkan jaringan ataupun organ seperti yang diharapkan. Sel-sel yang dihasilkan tersebut

secara pluripoten dapat membentuk jaringan embrionik. Jaringan-jaringan embrionik yang diproduksi dapat digunakan untuk membuat organ. Organ-organ tersebut dapat digunakan untuk mengganti salah satu bagian tubuh kita yang tidak berfungsi dengan semestinya atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Untuk mendapatkan organ tersebut, kita tidak harus menunggu kematian seseorang atau sumbangan dari beberapa orang yang merelakan beberapa anggota tubuh untuk kepentingan suatu pihak. Secara umum teknik transplantasi memberikan harapan yang besar bagi para penderita penyakit kronis yang berkenaan dengan kelainan fungsi jaringan atau organ. Akan tetapi sebagian penderita yang melakukan transplantasi hanya bertahan beberapa bulan atau beberapa tahun saja, terutama transplantasi organ yang sangat vital seperti jantung, hati dan ginjal. Sementara itu biaya yang diperlukan sangat banyak. Berikut kami sajikan beberapa masalah teknis dan etis mengenai transplantasi jaringan atau organ :

A. Ketidakcocokan Organ Antara Pendonor Dan Resipien.

Baik organ yang berasal dari pendonor ataupun disintesis secara in vitro mempunyai peluang yang cukup besar terjadi ketidakcocokan. Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh pasien mempunyai karakteristik yang berlainan. Dalam penelitian ilmiah diupayakan terus-menerus materi yang tidak merusak darah atau substansi organis lain yang terkena alat atau organ artifisial (buatan) itu. Misalnya, material/substansi yang terdapat dalam organ artifisial itu harus dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah dan tidak boleh merusak sel-sel darah merah. Organorgan yang akan ditransplantasikan harus bebas dari kemungkinan yang merugikan resipien seperti adanya interferensi dalam organ transplantasi terhadap fungsi-fungsi organ normal yang lain. Kemudian, ketidakcocokan pasien dengan
13

organ baru yang ada yang mengakibatkan tubuh kehilangan kemampuan dalam perlindungan terhadap infeksi. Penolakan terhadap organ yang baru ditanamkan tersebut umumnya disebabkan oleh adanya kepekaan sistem kekebalan. Untuk mengatasi masalah ini telah ditemukan obat penurun kepekaan yang disebut cyclosporin. Penolakan tersebut juga akan relatif kecil jika organ transplan tersebut berasal dari sel tubuhnya sendiri (in vitro).

B. Isolasi Inner Cell Dan Penumbuhan Pasca Blastosis (secara in vitro)

Pada tahap ini para pakar mengalami banyak kesulitan untuk dapatmengisolasi inner cell secara lengkap tanpa merusak kemampuan sel tersebut untuk tumbuh. Selanjutnya adalah sulitnya pengaturan untuk menghasilkan kultur jaringan atau organ seperti yang diharapkan meskipun telah ditambahkan faktor tumbuh tertentu. Hal ini tentunya akan banyak dibutuhkan stem cellembryonic untuk menjadi satu organ saja yang diharapkan. Pada tahap ini juga mendatangkan satu permasalahan etis yaitu dihilangkannya kemampuan embrio untuk tumbuh menjadi individu baru yang utuh. Dengan kata lain sel tersebut telah dieuthanasia, karena sel tersebut kehilangan kemampunanya untuk tumbuh menjadi organisme utuh, sehingga cukup beralasan untuk dilakukan berbagai peerlakuan laboratorium termasuk dibinasakan.

C. Terjadinya Pemborosan Sel Sperma Dan Sel Telur (secara in vitro)

Untuk memperoleh jaringan atau organ yang ditumbuhkan secara in vitro dibutuhkan banyak sel sperma dan sel telur, mengingat tidak semua stem cell embryonic tersebut dapat menghasilkan jaringan atau organ seperti yang diharapkan. Bisa dibayangkan untuk menghasilkan sebuah jaringan atau organ saja harus rela mengorbankan puluhan embrio mati secara sia-sia. Selama proses ini, sel sperma dan sel telur wanita yang digunakan seakan akan tidak memiliki arti selain hanya sebagai materi yang digunakan untuk penelitian. Selain masalah yang timbul akibat eksploitasi sel sperma dan sel telur tersebut, terdapat beberapa masalah lain yang masih berkaitan dengan penggunaan sel telur tersebut. Sel telur wanita yang telah dibuahi maupun yang belum dibuahi merupakan calon individu baru. Dapat dikatakan demikian karena individu baru didapatkan dari sel telur yang telah dibuahi. Berdasarkan hal tersebut, sel telur dipandang sebagai cikal bakal adanya kehidupan baru atau individu baru. Sedangkan pada riset mengenai sel induk (ESC), sel telur hanya dipandang

14

sebagai barang atau sarana yang dieksploitasi untuk tujuan mendapatkan sel induk sebagai media riset atau penelitian.

D. Status Moral Embrio (secara in vitro)

Sel induk didapatkan dari proses fertilisasi in vitro yang membutuhkan pengambilan dan pembiakan sejumlah sel telur. Selama proses ini berlangsung, maka akan tampak sel-sel telur yang telah dibuahi. Sel-sel telur atau embrio tersebut baik yang akan digunakan untuk penelitian maupun yang terbuang sia-sia sebenarnya mempunyai hak/peluang yang sama untuk dapat berkembang menjadi individu baru. Bagaimanapun juga embrio ini, meskipun tidak menjadi suatu individu, memiliki hak hidup yang sama seperti yang kita miliki. Namun demikian dalam prosedur laboratorium kita seolah membatasi hak dan kita menjadi hakim atas embrio tersebut.

E. Awal Mula Kehidupan (secara in vitro)

Terdapat perbedaan pendapat yang sangat pelik mengenai awal mula sebuah kehidupan. Kalangan pertama menganggap bahwa kehidupan itu sudah ada semenjak terjadi pembuahan. Sementara itu pihak lain mengatakan bahwa pada stem sel embrionik belum merupakan suatu kehidupan mengingat bahwa pada stem sel embrionik tidak dapat tumbuh menjadi individu yang utuh, tetapi hanya merupakan jaringan atau organ tertentu. Sehingga berbagai perlakuan tertentu terhadap stem cell embryonic masih sangat manusiawi. Perdebatan inipun masih terus dilakukan tetapi nyatanya praktek menggunakan embrio justru malah bertambah.

F. Ironisme Alasan Transplantasi Secara In Vitro

Terdapat suatu pertimbangan yang mendasar mengenai alasan dilakukannya kultur jaringan atu organ secarin vitro yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia dan sebagai solusi atas berbagai permasalahan berkenaan dengan kelainan fungsi organ tertentu. Namun demikian untuk dapat menghasilkan suatu organ harus rela mengorbankan puluhan embrio untuk mati sia-sia.

15

G. Organ Tak Berpasangan Transplantasi akan cenderung tak bermasalah (secara etis) jika transplan yang digunakan merupakan jaringan sederhana ataupun organ yang berpasangan. Namun demikian pada organ yang tidak berpasangan seperti hati, jantung dan pankreas akan menimbulkan permasalahan baru yaitu si pendonor harus dalam keadaan meninggal dunia. Mengingat bahwa organ tersebut sangan vital keberadaanya.

D. TINJAUAN ETIKA

Tinjauan etika yang

bisa ditemukan dari pihak-pihak yang terkait dengan

transplantasi organ akan dibahas dibawah ini. Dengan adanya tinjauan ini diharapkan tidak ada yang merasa dirugikan ataupun merasa tidak dihargai. Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup, (b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

a. Donor Hidup : Orang yang memberikan jaringan/organnya kepada orang lain ( resepien ). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis.Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

b. Jenazah Dan Donor Mati : orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana

16

transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan

c. Keluarga Donor Dan Ahli Waris : Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

d. Resipien : orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.

e. Dokter Dan Tenaga Pelaksana Lain : Tim pelaksana yang mendapat parsetujuan dari donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam hal ini wajib menerangkan hal hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan pertimbangan kepentingan pribadi.

f. Masyarakat : yang turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi.

17

Selain pembahasan diatas dapat juga dilihat dari bioetika kedokteran yang pada saat ini perkembangan yang begitu pesat baik di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau yang disebut juga dengan etika biomedis. Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti normanorma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.

Prinsip-prinsip Dasar Bioetika Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Dalam hal tranplantasi organ harus bersamakan dengan prinsip-prinsip dasar bioetik. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain: Beneficence Non-malficence Justice Autonomy

1. Beneficence Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi

18

pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Ciriciri prinsip ini, yaitu;

Mengutamakan Alturisme Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter

Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya

Menjamin kehidupan baik-minimal manusia Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan

Memberi suatu resep

2. Non-malficence Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Nonmalficence mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien Tidak memandang pasien sebagai objek Melindungi pasien dari serangan Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter Tidak membahayakan pasien karena kelalaian Tidak melakukan White Collar Crime

3. Justice Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan,

19

dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan Menghargai hak sehat pasien Menghargai hak hukum pasien

4. Autonomy Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri: Menghargai hak menentukan nasib sendiri Berterus terang menghargai privasi Menjaga rahasia pasien Melaksanakan Informed Consent

E. TINJAUAN HUKUM Pada saat ini peraturan perundang undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok poko peraturan tersebut, adalah Pasal 10 Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal dunia. Pasal 14 Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga

20

terdekat. Pasal 15 Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat akibat dan kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transaplantasi. Pasal 17 Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negri.

F. TINJAUAN ISLAM

1. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat

Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat, maka hukumnya Haram, dengan alasan : a. Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :


Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.

Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur. Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang lain yang memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya imbalan dari orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang
21

terakhir ini, yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash), maka tidak boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya, walaupun organ tubuh itu dari orang lain.

Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali. Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan:


Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya.

b. Qaidah Fiqhiyyah


Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan.

Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.

2. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma

Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat dikatakan euthanasia atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut, meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan
22

lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup. Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut Islam dengan alasan sebagai berikut : a. Hadits Nabi, riwayat Malik dari Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Daruquthni dari Abu Said al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah bin al-Shamit :


Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat pada orang lain. Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan koma/sekarat haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia. b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah. Oleh karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain, meskipun hal itu dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien.

3. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal secara yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam dengan syarat bahwa :

a. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyyah :


Darurat akan membolehkan yang diharamkan.

23

Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :


Bahaya itu harus dihilangkan.

b. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.

Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987, bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris. Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr. Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung Harapan Kita tentang teknis pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987. Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ tubuh, antara lain:

a. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam pembahasan didepan, yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya, tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat kembali.

b. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32 :


24

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas. c. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2: Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan agar kita berbuat baik. Artinya: Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orangorang yang berbuat baik.

Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya. Pada dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw : Sesungguhnya memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih hidup. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari Aisyah). Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan kepadanya. Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :


Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua madharat.

25

d. Hadits Nabi saw.


Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih)

Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula : Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah. (HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir). Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau tidak seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat menimbulkan masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat Al-Quran surah alNajm 38-41 : 1. Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa manusia itu tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan yang paling sempurna. 2. Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 : Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya itu dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.

Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien yang menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing-masing akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri-sendiri. Yang perlu diingat, bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali, yaitu pusat urat syaraf. Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ tubuh yang disumbangkan, karena tujuannya adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam keadaan darurat. Hal ini sama dengan hukum tranfusi darah. Namun alangkah baiknya dan sangat diharapkan demi kemaslahatan,
26

jika organ tubuh itu kita dapatkan dari seorang muslim juga, demi ketenangan kita dalam menjalankan kehidupan untuk ibadah, dengan dasar :


Selanjutnya, bertalian dengan transplantasi dengan organ tubuh hewan diharamkan yang dicangkokkan kepada manusia, seperti katup jantung babi atau ginjalnya, dalam hal ini haram hukumnya, dengan dasar qaidah fiqh :


Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah haram.

27

G. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ adalah suatu cara yang terbaik dalam menangani permasalahan yang ada saat ini. Saat ini, penyakitpenyakit yang mengangkibatkan kerusakan organ total meningkat pesat. Sebagai manusia yang berakal budi dan juga sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajiban untuk saling membantu satu dengan yang lainya mengingat bahwa hakikat dari makna kehidupan tersebut menjadi berarti jika ada orang lain. Wujud nyata dari kewajiban tersebut adalah kepedulian untuk memberikan sumbangan jaringan ataupun organ tubuh kita. Yang paling sederhana adalah dengan mendonorkan darah kita. Ada baiknya bagi para pendonor telah sepakat dengan suatu perjanjian untuk

memberikan organ tubuhnya kepada orang lain meskipun penentuan kematiannya berdasarkan kematian otak. Hal ini dimaknai bukannya sebagai suatu tindakkan melangkahi wewenang Allah SWT tetapi pemberian organ tersebut dilakukkan sebagai upaya untuk mensejahterakan kehidupan manusia. Kalaupun kita meninggal dengan tubuh yang utuhpun akan membusuk dan tidak berguna, bukankah lebih baik itu dapat digunakan orang lain. Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan organ secara in vitro hendaklah dimaknai sebagai suatu upaya untuk membantu penderitaan orang lain, bukannya sebagai suatu motif bisnis belaka. Lebih jauh diharapkan penggunaan organ buatan tersebut bersifat pemberian ataupun jika memang harus membayar tentunya dengan harga yang sekecil mungkin. Di sisi lain penggunaan sel sperma dan sel telur juga harus dibatasi untuk keperluan medis yang bersifat unuk menolong penderitaan orang lain.

28

H. DAFTAR PUSTAKA

Anonim,

2012.

Transplantasi

dan

Jual

Beli

Organ.

Diakses

dari

http://health.kompas.com/read/2012/ Diakses pada 25-12-2012

05/03/16042930/Transplantasi.dan.Jual.Beli.Organ.

Anonim,

2012.

Kasus

Penjualan

Organ

Tubuh

Ilegal.

Diakses

dari

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/kasus-penjualan-organ-tubuh-ilegal-meningkat. Diakses pada 25-12-2012

Anonim, 2011. Malaysia Masuk Daftar Penjualan Organ Ilegal. Diakses dari http://dunia.news. viva.co.id/news/read/308288-malaysia-masuk-daftar-penjualan-organ-

ilegal. Diakses Pada 25-12-2012

Anonim,

2009.

Transplantasi

Organ

Dan

Jaringan

Tubuh.

Diakses

dari

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan jaringantubuh.html. Diakses Pada 25-12-2012 Anonim, 2009. KH Maruf Amin: Jual Beli Organ Haram Hukumnya. Diakses dari http://forum35.wordpress.com/2007/10/08/kh-maruf-amin-ketua-fatwa-mui-jual-beli-organharam-hukumnya/. Diakses Pada 25-12-2012

Anonim, 2012. Transplantasi Organ Tubuh Dalam Pandangan Hukum Islam. Diakses dari http://link24share.blogspot.com/2012/11/transplantasi-organ-tubuh-dalam.html. Diakses pada
25-12-2012.

Anonim, 2012. Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh Dan Tranfusi Darah. Diakses dari http://musyariaulia.blogspot.com/2012/03/pandangan-hukum-islam-

terhadap.html. Diakses pada 25-12-2012

Gage, F.H. dan I.M.Verma, 2003. Stem cells at the dawn of the 21st century. Proc Nath Acd Sci USA : Vol 100: 11817-11818.

29

You might also like