You are on page 1of 13

I.

PENGENALAN
Apakah HIV & AIDS ? Kapan HIV AIDS muncul ? HIV dan AIDS tidak sama ? Bagaimana virus HIV berkembang ? Bagaimana HIV menjadi AIDS ? Bagaimana gejala AIDS ?

1.

Apakah HIV ? HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah sejenis virus yang menurunkan kekebalan tubuh manusia, yang termasuk kedalam golongan retrovirus, dan dapat ditemukan dalam cairan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) merupakan kumpulan sindrom yang fatal karena terjadi kerusakan yang progres pada sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan manusia sangat rentan dan mudah terjangkit beberapa penyakit tertentu.

2.

Kapan HIV muncul Jumlah terbesar kasus HIV dan AIDS saat ini terdapat di Sub-sahara, Afrika. Pertama kali diidentifikasi pada januaari 1983 oleh Luc Montaigner dari institut Pasteur Perancis. Virus tersebut dinamakan LAV ( Lymphadenopaty Associated Virus ). Dibulan juli 1984, Robert Gallo dari lembaga kanker Nasional ( NIC ) di Amerika Serikat menemukan virus serupa yang diberi nama Human Tlymphocytic tipe III ( HTLV-III). Karena terdapat perbedaan nama sehingga membingungkan masyarakat, maka pada tahun 1986 komisi taksonomi internasional memberi nama baru untuk virus penyebab AIDS yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang digunakan secara resmi hingga saat ini.

3.

HIV dan AIDS tidak sama Seperti telah dijelaskan sebelumnya HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS merupakan sekumpulan sindrom yang terjadi karena rusaknya sistem kekebalan tubuh. AIDS muncul setelah 7-10 tahun, saat sistem kekebalan tubuh mulai rusak karena HIV. Karena sistem kekebalan tubuh melemah, beberapa infeksi dapat masuk dan menyebabkan penyakit semakin parah.

4.

Bagaimana virus HIV berkembang ? Secara umum HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh bertugas untuk melindungi tubuh dari penyakit apapun yang menyerang ( bakteri, virus, parasit, jamur ). Virus yang baru terbentuk akan menyerang sel CD-4 lainnya, dengan proses ini, HIV merusak dan dapat mematikan sel-sel CD-4.

5.

Bagaimana HIV menjadi AIDS ? Stadium I : (window period) Rentang waktu pembentukan antibodi HIV 1-6 bulan. Tidak dapat tanda-tanda khusus tetapi HIV terus berkembang didalam tubuh (Asimtomatik, Persistent Generalised Lymphadenophaty (PGL)). Dengan tes HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus. Penderita HIV tidak menunjukkan gejala serius dan masih dapat beraktivitas normal. Stadium II : HIV Positif ( tanpa gejala ) Terjadi sekitar 2-10 tahun sejak terinfeksi HIV. Penurunan berat badan sedang Munculdikulit (seborrhic dermatitis, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus mulut berulang, angular chelitis). Herpes zoster 5 tahun terakhir Infeksi saluran nafas atas berulang ( sinusitis, bakterial, tonsilitis, otitis media dan faringitis) Penderita HIV menunjukan gejala-gejala terkait HIV tetapi masih dapat beraktivitas normal.

Stadium III : HIV positif (munculnya gejala) Munculnya penyakit-penyakit terkait HIV, ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe/kelenjar getah bening. Keringat berlebihan dan demam berkepanjangan (>37,5oC) Diare kronis, flu dan penurunan berat badan drastis tanpa alasan. Sariawan (oral candidiasis) Penderita HIV hanya bisa berbaring, <50% waktu berbaring dibulan terakhir.

Stadium IV Kondisi sistem kekebalan tubuh dangat lemah ditandai adanya bermacam-macam penyakit yang menyerang tubuh secara bersama-sama. Mulai masuk pada tahap AIDS Timbul infeksi oportunistik, seperti : Sarkoma kaposi (kanker kulit). Candidiasis pada esofagus, trakea, bronki dan paru. Infeksi herpes simplex virus (HSV). Nefropati bergejala terkait HIV. Kardiomiopati bergejala terkait HIV.

6.

Bagaimana gejala-gejala AIDS Gejala Minor : Batuk menetap > 1 bulan

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Becak gatal diseluruh tubuh (dermatitis generalisata) Adanya Herpes Zoster multisegmental dan herpes zoster berulang Infeksi pada mulut dan kerongkongan ( candidiasis orofaringeal) Herpes Simplek Kronis. Pembengkakan menyeluruh pada kelenjar getah bening ( Limfadenopati generalisata) Peradangan retina mata ( retinitis sitomegalovirus).

II. ODHA & OHDHA 1. Apakah ODHA ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV AIDS yaitu sebutan kepada orang-orang yang positif terkena HIV AIDS. Sedangkan OHIDHA merupakan singkatan dari Orang yang Hidup Dengan HIV AIDS, yaitu orang yang telah dinyatakan HIV AIDS, tetapi tetap menjalankan hidupnya dengan melakukan hal-hal positif untuk meningkatkan kualitas dan mutu hidupnya termasuk yang terpengaruhi oleh kondisi tersebut, yaitu pasangan, keluarga dan masyarakat. 2. Stigma Stigma dalam istilah stigma sosial, yaitu tanda atau ciri tertentu yang menyatakan bahwa seseorang dianggap tenoda dan mempunyai watak tercela. Perbedaan pemaknaan stigma yang diperoleh oleh ODHA dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan mereka. Stigma juga dapat diakibatkan dari gangguan sosialberkepanjangan akibat kehilangan dukungan keluarga dan masyarakat bagi ODHA dan keluarganya. 3. Diskriminasi Diskriminasi merujuk pada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Diskriminasi dapat terjadi secara : Langsung, yaitu terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu sehingga menghambat adanya peluang yang sama. Tidak langsung, yaitu saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan dilapangan. Diskriminatif terhadap ODHA/OHIDHA terjadi pada berbagai tingkatan sosial. Mulai dari keluarga, masyarakat, institusional maupun nasional.

4. Keterlibatan ODHA/OHIDHA Keterlibatan ODHA/OHIDHA yang disebut GIPA (greater involvement of people with HIV AIDS), sangat penting untuk penanggulangan epidemi HIV AIDS secara etis dan efektif. GIPA menekankan pada 2 hal penting, yaitu : Mengenali sumbangan penting yang dapat diberikan ODHA/OHIDHA dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Menciptakan suasana dalam masyarakat bagi keterlibatan secara aktif oleh ODHA/OHIDHA dalam segala aspek penanggulangan. 5. Mengapa melibatkan ODHA/OHIDHA ? Keterlibatan ODHA/OHIDHA yang diumumkan membantu mengurani stigma dan diskriminasi, serta memberi tanda bagi masyarakat tentang penerimaan dan pengenalan pentingnya ODHA/OHIDHA. Didalam organisasi, keterlibatan ODHA/OHIDHA dapat menjadi alat yang ampuh untuk merobohkan batasan-batasan baik secara subjektif maupun objektif. Keterlibatan ODHA/OHIDHA dapat membantumengatasi ketakutan dan prasangka orang dan mengubah pandangan terhadap ODHA/OHIDHA. Keterlibatan ODHA/OHIDHA menyediakan dasar hubungan kemitraan, saling menghormati dan mengerti, dengan kemtraan, saling menghormati dan mengerti, dengan melenyapkan konsep pemberi pelayanan (orang tidak dengan HIV) dan penerima layanan (orang dengan HIV positif).

6. Harapan Harapan para ODHA/OHIDHA yaitu : Masyarakat semakin paham dengan masalah HIV/AIDS. Sikap diskriminatif dari masyarakat semakin hilang. Menghilangkan stigma sosial yang diberikan pada ODHA/OHIDHA. Masyarakat semakin bersedia menerima ODHA/OHIDHA di sekelilingnya.

III. PENCEGAHAN 1. Pencegahan HIV & ADIS Cara pencegahan penularan HIV yang terbaik adalah : Tidak melakukan perilaku-perilaku berisiko tinggi Menjaga agar cairan tubuh yang tercemar HIV jangan sampai masuk kedalam tubuh. Menvegah kontak langsung antara selaput lendir atau kulit dengan cairan tubuh tercemar HIV. Rumus dalam pencegahan HIV & AIDS dkenal dengan istilah pencegahan pola ABCDE. Pencegahan pola A. A merupakan akronim dari abstinance, yaitu puasa seks, artinya seseorang tidak melakukan hubungan seksual sebelum/diluar nikah. Secara teknik merupakan cara paling efektif untuk menghindari terpapar HIV. Jika tidak mampu melakukan puasa seks maka pilihlah kegiatan seksua; yang lebih aman seperti berciuman, masturbasi dan berfantasi atau kegiatan seks lain yang menghindari melakukan penetrasi vagina maupun anal. Pencegahan pola B B merupakan akronim dari Be faithful, yaitu saling setia dengan satu pasangan. Artinya hubungan seksual dilakukan hanya degan satu pasangan tetap (suami/istri), atau dengan kata laian melakukan prinsip monogami.

Jika melakukan prinsip monogami harus dengan orang/pasngan yang setia sehingga tidak ada kemungkinan dapat terinfeksi HIV dari pasangannya. Pencegahan pola C C merupakan akronim dari Condom. Kondom merupakan salah satu alat pencegah penularan HIV melalui hubungan seksual. Pencegahan dengan polsa C berarti jika tidak mengetahui apakah pasngan seksual termasuk yang beresiko terinfeksi HIV karena memiliki kebiasaan buruk berganti-ganti pasangan seks, maka dianjurkan untuk melakukan seks aman dengan selalu menggunakan kondom, secara konsisten dan cara yang benar. Kondom juga digunakan bagi pasangan seksual yang salah satunya atau keduanya sudah mengidap HIV. Penggunaan kondom dapat menurunkan risiko penularan HIV yang perlu diperhatikan tentang kondom yaitu : 1. Jangan gunakan kondom jika : Kemasannya rusak Warnanya pudar Kondom kering atau lengket Kualitasnya diragukan 2. Simpan kondom ditempat yang sejuk dan kering, hindari dari terkena sinar matahri langsung. 3. Jangan menyimpan kondom disaku belakang, karena kondom akan menjadi rusak karena terjepit. 4. Jangan menyobek kemasan dengan kuku. 5. Jangan menggunakan kondom sekaligus rangkap 2, karena gesekan diantaranya akan menyebabkan rusak. 6. Jangan menggunakan pelicin berbahan dasar minyak (seperti handbody dan baby oil) karena dapat merusak kondom Penggunaan kondom yang benar 1. 2. 3. 4. Kenakan kondom setelah penis ereksi Perhatikan tanggal kadaluwarsa kondom, buka kondom dengan hati-hati. Jangan gunakan kuku untuk menyobek kemasan karena dapat menyebabkan kondom sobek. Tempatkan gulungan kondom dikepala penis. Sambil menekan ujung kondom untuk mengeluarkan udara, dorong kebawah menyarungi seluruh penis. Kondom dapat pecah/bocor jika terdapat udara kondom. Jika diinginkan, dapat menambahkan 1-2 tetes pelicin berbahan dasar air seperti k-y jelly, topgel, vigel, dan aquagel dibagian luar kondom. Jangan gunakan handbody lotion, baby oil, dan krim lainnya karena berbahan dasar minyak sehingga dapat merusak kondom. Bila selama senggama ternyata pecah atau bocor, segeralah ganti dengan kondom baru Setelah selesai hubungan seks (ejakulasi), segera tarik penis yang masih ereksi sambil menahan pangkal kondom agar tcairan tidak tumpah kemudian lepaskan kondom dari penis. Ikat dan buanglah kondom ditempat sampah. Jangan buang ditoilet.

5. 6.

7.

Pencegahan pola D D merupakan akronim dari Dont inject, yaitu tidak menyalahgunakan narkoba dengan cara suntik. Penyalahgunaan narkoba juga menjadi salah satu jalan yang potensial untuk menularkan HIV, karena ada kebiasaan buruk diantara para pengguna narkoba. Kebiasaan buruk yang dimaksud adalah mengguanakan satu jarum suntik secara bersama-sama dikalangan pecandu narkoba. Tujuan utama pencegahan pola D adalah untuk menjamin bahwa setiap kali seorang injecting Drugs User (IDU) menyuntikkan narkoba, tindakan ini dilakukan dengan peralatan yang suci hama/steril, terutama jarum suntik. Jika hal ini tercapai, maka diharapkan penyebaran HIV dapat dikendalikan atau dicegah. Pencegahan dengan pola D dilakukan dengan strategi : 1. Jika tidak memiliki peralatan suntik yang baru, gunakan cara yang lain seperti menghirup atau dibakar. 2. Jika cara dihirup maupun dibakar juga tidak mungkin dilakukan maka sucihamakan suntik milik sendiri yang telah dipakai sebelum digunakan kembali. 3. Cara ke-2 tidak selalu bisa membunuh semua HIV pada perlengkapan suntik, maka lakukan cara ke-2 jika alat suntik steril sulit didapatkan. Menyucihamakan peralat suntik dengan cara : 1. Tarik dan semprotkan dengan air bersih, ulangi sekali lagi. 2. Isi ddengan pemutih, kocok selama 30 menit, ulangi sekali lagi. 3. Tarik dan semprotkan kembali dengan air bersih, ulangi sekali lagi.

Pencegahan pola E E merupakan akronim dari Education, yaitu pendidikan mengenai HIV dan AIDS. Pencegahan dengan pola E dilakukan dengan mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi mengenai apa HIV dan AIDS, bagaimana penularannya dan pencegahannya. Informasi didapat dari berbagai sumber yang kompeten dalam hal penanggulangan penyebaran bahaya HIV dan AIDS. Dengan semakin banyaknya informasi yang didapat diharapkan terbentuk masyarakat yang waspada terhadap HIV dengan merubah pola hidup terutama bagi para pengguna narkoba suntikan (PENASUN) dan pelaku seks berisiko tinggi. Informasi mengenai HIV dan AIDS dapat diberikan melalui : 1. Penyuluhan 2. Seminar 3. Pelatihan 4. Pembelajaran jarak jauh (e-learning).

IV.

DETEKSI & PERAWATAN 1. Apakah VCT ? VCT (voluntary Counselling and Testing) diartikan sebagai konseling dan tes sukarela (KTS) HIV. Konseling HIV & AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan konselor yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV AIDS.

VCT terdiri dari 3 tahapan, yaitu : Konseling sebelum testing HIV Testing HIV Konseling setelah Testing HIV. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV, fasilitas pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika memperoleh hasil tes HIV positif. Testing HIV adalah pengambilan darah untuk pemeriksaaan HIV yang dapat dilakukan dirumah sakit yang menyediakan pelayanan VCT. 2. Kapan perlu dilakukan VCT ? VCT perlu dilakukan bila seseorang merasa khawatir atau takut akan tertular HIV dikarenakan : Perilaku berisiko dengan berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Pernah tertular IMS atau penyakit kelamin lebih dari 2 kali. Menggunakan jarum suntik secara bergantian atau tidak steril. Pernah menerima transfusi darah tanpa melalui proses pemeriksaan (skiring). 3. Tujuan VCT VCT bertujuan untuk membantu setiap orang agar mendapatkan akses kesemua layanan informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial, sehingga kebutuhan akan informasi tepat dan akurat dapat dicapai. Sehingga proses berfikir, perasaan dan perilaku dapat diarahkan keperilaku yang lebih sehat yaitu melalui : Penyediaan dukungan psikologis, seperti dukungan yang terkait dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan spiritual ODHA. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi mengenai perilaku berisiko dan membantu dalam pengembangan keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktik yang lebih aman. Memastikan efektifitas rujukan kesehatan, terapi dan perawatan melalui pemecahan masalah kepatuhan berobat.

4. Mengapa dilakukan VCT ? Pencegahan HIV. Dengan VCT diperoleh pendekatan pencegahan penyakit, yaitu dengan mempromosikan perubahan perilaku seksual untuk menurunkan penularan HIV. Menawarkan untuk mencari tahu status HIV dan perencanaan hidup bagi yang terkena HIV, juga pencegahan pada keluarganya. Pintu masuk pada keluarganya. Dengan intervensiyang aman dan efektif untuk pencegahan penularan HIV ibuanak. Membantu untuk konseling kepatuhan berobat agar rutinitas pemakaian obat teraga dan mencegah terjadinya resistensi obat. VCT dilakukab sebagai penghormatan atas hak asasi manusia dari sisi kesehtaan masyarakat, karena infeksi HIV mempunyai dampak serius bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. 5. Apakah CST CST merupakan akronim dari care, support and treatment, yaitu perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA yang merupakan program lanjutan dari VCT. CST bertujuan agar ODHA dapat hidup lebih lama secara positif, berkualitas, dan memiliki aktivitas sosial dan ekonomi yang normal seperti anggota masyarakat lainnya. 6. Kesinambungan perawatan dan dukungan HIV/AIDS

7. Apakah ART ? ART (Anti Retroviral Therapy) yaitu terapi yang diberikan kepada ODHA dengan menggunakan obat anti HIV (ARV=AntiRetroViral) yang berfungsi mengubah HIV dari penyakit yang mematikan menjadi penyakit kronis. Tujuan utama dari ART adalah untuk menjaga jumlah HIV didalam tubuh pada tingkat yang rendah, dan mengurangi atau memulihkan kerusakan pada sistem

kekebalan tubuh akibat infeksi HIV, sehingga dapat mengurangi angka penyakit dan kematian akibat HIV dan pengidap HIV dapat meningkatkan mutu hidupnya. 8. CST melalui HAART HAART adalah singkatan dari Highly Active ART, yaitu terapi antiretroviral sangat aktif yang direkomendasikan pada semua pasien stadium I, II, III dengan jumlah CD4 dibawah 200sel/mm3. 9. Jenis-jenis obat ART Ada 3 golongan obat yang sudah dipakai secara luas yaitu : Golongan NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase), berfungsi utnuk menghambat replikasi DNA virus. Jenis obat yang termasuk dalam golongan ini, diantaranya : AZT(Axidiothymidine)/ZDV (Zidovudine). 3TC (Lamivudine). D4T ( Stavudine). Tenofir. Golongan NNRTI (Non Nucleoside Reverse Transcriptase), mempunyai fungsi yang sama dengan NRTI tetapi dengan cara yang berbeda. jenis obat yang termasuk dalam golongan ini, diantaranya : EFV (Efavirenz). NVP (Nevarapine). DLV (Delavirdine). Golongan PI (protease Inhibitor), berfungsi memotong virus baru dengan potongan khusu sehingga tidak dapat dirakit menjadi virus yang siap bekerja. Jenis obat yang termasuk dalam golongan ini, diantaranya : NFV (Nevinavir). IDV (Indinavir). RTV (Ritonavir). APV (Amprenavir). TAZ (Atazanavir). LPV (Lopinavir). 10. Efek samping obat-obat ART Sebagian besar orang yang memakai obat anti-HIV akan mengalami efek samping. Banyaknya efek samping yang akan dialami, bergantung dari jumlah obat dan berat tubuh penderita. Semakin banyak jenis obat yang diminum dan semakin kecil berat tubuh penderita, maka semakin besar efek samping yang akan didapat. Jenis efek samping yang paling lazim terjadi diantaranya : Kelelahan Anemia Masalah pencernaan Masalah kulit Masalah tulang Neuropati (kerusakan syaraf). Lipodistrofi Toksisitas mitokondria (kerusakan bentuk sel). 11. Resistensi Resistensi obat adalah suatu kondisi dimana virus HIV dapat terus menggandakan diri sementara pasien memakai suatu obat, maka virus HIV akan resistan terhadap obat

tersebut. Resistensi silang (Cross resistant) yaitu HIV yang bermutasi dan menjadi resisten terhadap lebih dari satu jenis obat. Terdapat 3 jenis resistensi : Resistensi klinis, HIV tetap menggandakan diri dalam tubuh walaupun sedang menggunakan ARV. Resistensi Fenotipe, HIV tetap menggandakan diri didalam tabung setelah ARV diberikan. Resistensi Genotipe, kode genetik HIV mempunyai mutasi yang terkait dengan resistensi terhadap obat. 12. Kepatuhan ART Kepatuhan dalam ART berhubungan erat dengan disiplin pribadi yang tinggi untuk menghindari resistensi obat. Dalam ART terdapat 5 keepatuhan, yaitu : Patuh dengan jenis obat yang tepat. Patuh dengan cara minum yang tepat. Patuh dengan waktu minum yang tepat. Patuh dengan dosis yang tepat. Patuh dengan masa terapi yang tepat. 13. Perawatan paliatif Perawatan paliatif adalah perawatan penunjang yang berpusat pada kenyamanan pasien, meringankan penderitaan serta meningkatkan mutu hidupnya. Perawatan paliatif memiliki karakteristik : Berpusat pada pasien dan keluarga. Meningkatkan mutu hidup dengan mengawali, mencegah dan mengobati penderitaan. Menghadapi kebutuhan fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual. Menggunakan pendekatan tim dengan membangun hubungan yang saling menghormati dan jujur. Memudahkan otonomi pasien, informasi dan pilihan. 14. Perawatan ODHA dirumah Perawatan ODHA di rumah adalah yang terbaik, karena : Merasa lebih nyaman sehingga mengurangi stres dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Dirumah sakit banyak kuman, sehingga akan membahayakan ODHA dengan kekebalan lemah. Biaya perawatan yang lebih rendah. Perawatan ODHA di rumah dapat dilakukan, bila : Tidak membutuhkan peralatan canggih. Tersedia air dan kamar mandi. Rumah mudah untuk dibersihkab dan tetap bersih. 15. Bagaimana melakukan perawatan ODHA dirumsh ? Perawatan ODHA di rumah dapat dimuali dengan : Melibatkan si ODHA. Membentuk tim perawatan, termasuk mengatur tim perawatan dan pembuatan catatan perawatan.

Peranan pembantu mengenai penanganan pakaian, makanan, pembuangan limbah dan pemeliharaan hewan peliharaan jika ada. Keterlibatan perawat/dokter. Pembekalan yang dibutuhkan, termasuk pelatihan dasar mengenai HIV/AIDS untuk keluarga, dan penyediaan sarana perlindungan dari tertularnya HIV.

V.

PENULARAN 1. Terdapat 4 prinsip dasar penularan AIDS, yaitu : Exit yaitu terdapat virus yang keluar Survival yaitu bertahan hidup Sufficient yaitu jumlah yang cukup. Enter yaitu terdapat pintu masuk Dapat disimpulkan bahwa HIV keluar dari tubuh dalam keadaan hidup melalui cairan tubuh penderitanya, dengan jumlah yang cukup untuk menulari dan dalam keadaan hidupo pula masuk kedalam tubuh lain ( yang belum terinfeksi). 2. Jalur penularan HIV HIV tidak dapat menular dengan mudah, hanya melalui 3 jalur utama berikut : Cairan darah Secara langsung melalui transfusi darah dan transflantasi organ tubuh yang telah tercemar HIV Secara tidak langsung melalui peralatan pendukung seperti : jarum suntik, peralatan kedokteran, jarum tatto, alat tindik, pisau cukur yang tidak steril dan digunakan bersama-sama. Cairan sperma/mani & Cairan Vagina Ketika melakukan hungan seksual tidak aman dengan pengidap HIV, ada kemungkinan cairan tubuh pengidap HIV masuk kedalam aliran darah pasangannya, bisa secara vaginal, oral, maupun anal. Dalam kegiatan seksual dapat terjadi iritasi pada selaput lendir (membran mukosa) yang ada pada alat kelamin, dubur dan mulut (lakilaki/perempuan). Plasenta & ASI Penularan HIV dari ibu ke bayinya terjadi jika muatan virus ibu >1000/mikroliter. Melalui plasenta pada saat mengandung, diperparah jikaa ibu mengalami infeksi yang disebabkan bakteri seperti malaria. Proses persalinan normal dan alat abntu yang memperparah risiko penularan. Ibu hamil mengalami infeksi menular seksual (IMS) maupun kekurangan gizi (gizi buruk). Pemberian ASI dari ibu yang positif HIV kepada bayinya.

3.

4.

5.

6.

7.

Perilaku berisiko tinggi Penggunaan jarum suntik Apa kaitannya penggunaan jarum suntik dengan penyebaran HIV ? Pada saat jarum suntik digunakan, biasanya terdapat darah yang tertinggal, maka jika jarum suntik bekas pakai tersebut digunakan oleh orang lain, maka akan memicu terjadinya perpindahan virus. Hal ini juga berlaku pada alat tatto, alat tindik, maupun penggunaan jarum untuk kesehatan (akupuntur/facial) yang digunakan secara bergantian dan tidak melalui proses sterilisasi. Kegiatan seks berisiko Kegiatan seks dengan berganti-ganti pasangan termasuk kegiatan seks berisiko yang juga dapat menyebabkan penyebaran/ penularan IMS (Infeksi Menular Seksual). Kegiatan seks berisiko lainya adalah melakukan seks tanpa menggunakan kondom bersama orang yang sudah terinfeksi HIV. Apakah Infeksi Menular Seksual ? Kegiatan seks berisiko IMS adalah infeksi yang disebabkan bakteri atau virus, yang salah satu penularannya melalui kegiatan seksual yang beresiko. Terdapat 3 jenis gejala utama IMS, yaitu : IMS dengan adanya cairan tidak normal(duh tubuh/nanah) yang keluar dari alat kelamin, misalnya gonore(kencing nanah) dan klamidia. IMS dengan adanya luka pada sekitar alat kelamin, misalnya sifillis dan herpes. IMS dengan tumbuhnya kutil pada /sekitar alat kelamin, misalnya jengger ayam. Bagaimana gejala umum IMS? gejala-gejala umum IMS diantaranya : Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari biasanya. Rasa nyeri/panas pada saat/setelah kencing, atau menjadi sering kencing. Ada luka basah/terbuka disekitar kemaluan/sekitar mulut. Ada semacam kutil disekitar kemaluan. Bengkak pada lipatan paha. Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/zakar. Pada wanita, sakit perut dibagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan haid/menstruasi. Keluar darah setelah berhubungan seks. Apa hubungan IMS dengan HIV ? HIV termasuk salah satu IMS karena dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom merupakan perilaku berisiko tertular IMS termasuk AIDS. Luka basah/terbuka akibat IMS menjadi pintu masuk HIV langsung ke pembuluh darah sehingga mempermudah penularan HIV. Orang dengan HIV menyebabkan IMS dapat menjadi infeksi oportunistik yang mempercepat masuk ke fase AIDS. IMS memperbesar Risiko : IMS dapat memperbesar risiko, yaitu : Tertular IMS memperbesar risiko tertular HIV sebesar 1-9 kali lipat.

8.

Pada wanita, IMS menyebabkan : Infeksi saluran reproduksi (IRS), yang ditandai nyeri kambuhan dibagian bawah perut bukan karena haid/menstruasi. Radang Panggul Kanker Rahim. Kehamilan diluar kandungan. Khusu pada ibu hamil IMS akan menyebabkan : Bayi lahir prematur Bayi lahir dengan cacat bawaan Bayi lahir terlalu kecil Bayi tertular IMS lalui perpindahan cairan tubuh dan darah dari luka ketika proses melahirkan. Khusus laki-laki, IMS menyebabkan kanker penis dan kanker prostat. IMS yang parah dapat berakibat fatal pada perempuan maupun laki-laki, yaitu kemandulan dan kematian. Kondisi apa yang menyebabkan HIV tidak menular ? HIV tidak mudah menular, cairan tubuh yang tidak menularkan HIV, yaitu : Air mata Air ludah Keringat Air seni ( kecing) HIV juga tidak menular melalui interaksi sosial seperti : Bersentuhan (berpelukan, berjabat tangan, berciuman) dengan orang yang terinveksi HIV. Penggunaan kamar mandi, wastafel da toilet bersama dengan orang yang terinfeksi HIV. Menggunakan alat makan dan minum yang sama dengan orang yang terinfeksi HIV. Tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi HIV (selama tidak melakukan hubungan seksual dengannya). Gigitan nyamuk/serangga lain. Berenang bersama orang yang terinfeksi HIV. Membuang ingus, batuk atau meludah.

You might also like