You are on page 1of 7

Tallcot Parsons

Fungsionalisme struktural

Pendahuluan

Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat


dalam suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi
struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah
menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer.

Biografi singkat Tallcot Parsons

Teori fungsional Struktural merupakan karya dari Talcott Parsons, parsons lahir tahun
1902 di Colorado Spring, Colorado. Selama hidupnya membuat sejulah besar karya
teoritisi. Bahasan tentang fungsionalisme struktural parson ini akan dimulai dengan
empat fungsi penting untuk semua sistem ”tindakan” terkenal dengan skema AGIL
(Adaptation goal attainment integration latensi), secara bersama-sama, keempat
imperatif fungsional ini dikenal dengan skema AGIL Ritzer.

Tinjauan singkat tentang Teori Fungsional Struktural

Pokok-pokok para ahli yang telah banyak merumuskan dan mendiskusikan hal ini telah
menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam mencari paradigma tentang teori ini, sebut
saja George Ritzer ( 1980 ), Margaret M.Poloma ( 1987 ), dan Turner ( 1986 ). Drs.
Soetomo ( 1995 ) mengatakan apabila ditelusuri dari paradigma yang digunakan, maka
teori ini dikembangkan dari paradigma fakta social. Tampilnya paradigma ini
merupakan usaha sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru lahir agar
mempunyai kedudukkan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri.

Secara garis besar fakta social yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri atas dua
tipe yaitu struktur social dan pranata social. Menurut teori fungsional structural, struktur
sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam suatu system social yang berdiri atas
bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam
keseimbangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori ini ( fungsional – structural )
menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system sosial,
fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak
akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut, teori inipun
kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para penganutnya.

Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori
lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori
fungsionalisme, ( ia ) adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih
terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini ( fungsional-struktural )
telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.

Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan
disempurnakannya, diantaranya ialah :

1. postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi


sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari system sosial
bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi
internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan
yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton
memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari
satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan
karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi
satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok
yang lain.

2. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa


seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki
fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa
sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga
dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam
bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis
keduanya harus dipertimbangkan.
3. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap
tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang
harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut
Merton, postulat yang kertiga ini masih kabur ( dalam artian tak
memiliki kejelasan), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan
keharusan.

Teori Funsionalisme struktural

Parson adalah tokoh fungsionalisme struktural modern terbesar hingga saat ini.
Pendekatan fungsionalisme-struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh
Parsons dan para pengikutnya, dapat dikaji melalu anggapan-anggapan dasar berikut:
a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain

b. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian


tersebut bersifat timbal balik

c. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun secara
fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kearah ekuilibrium yang bersifat
dinamis.

d. Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan,


disfungsi dan penyimpangan.

e. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual, melalui


penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.

f. Faktor paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah
konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu.
Dengan kata lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai
individu, yang tumbuh berkembang tidak secara kebetulan, namun tumbuh dan
berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat. Yang paling
penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah norma-norma sosial.
Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial. Sistem nilai ini, selain
menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, juga merupakan
unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.

Oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang


sama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah
laku mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial
tertentu. Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi Karena
komitmen mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan pendapat
dan kepentingan individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana
hasrat-hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju
terpeliharanya sistem sosial adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial (social
control)

B. Paradigma AGIL (Adaptation, Goal-Attainment, Integration, Latent-Pattern-


Maintenance)

Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial memerlukan terjadinya ketergantungan


yang berimbas pada kestabilan sosial. Sistem yang timpang, sebut saja karena tidak
adanya kesadaran bahwa mereka merupakan sebuah kesatuan, menjadikan sistem
tersebut tidak teratur. Suatu sistem sosial akan selalu terjadi keseimbangan apabila ia
menjaga Safety Valve atau katup pengaman yang terkandung dalam paradigma AGIL .

Paradigma AGIL adalah salah satu teori Sosiologi yang dikemukakan oleh ahli sosiologi
Amerika, Talcott Parsons pada sekitar tahun 1950. Teori ini adalah lukisan abstraksi
yang sistematis mengenai keperluan sosial (kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana
setiap masyarakat harus memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan
sosial yang stabil. Teori AGIL adalah sebagian teori sosial yang dipaparkan oleh Parson
mengenai struktur fungsional, diuraikan dalam bukunya The Social System, yang
bertujuan untuk membuat persatuan pada keseluruhan system sosial. Teori Parsons dan
Paradigma AGIL sebagai elemen utamanya mendominasi teori sosiologi dari tahun
1950 hingga 1970.

AGIL merupakan akronim dari Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency
atau latent pattern-maintenance, meskipun demikian tidak terdapat skala prioritas dalam
pengurutannya.

a. Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan dan


alam. Hal ini mencakup segala hal; mengumpulkan sumber-sumber kehidupan dan
menghasilkan komuditas untuk redistribusi sosial. Misalnya bagaimana seseorang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Goal-Attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan


masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan itu. Pemecahan permasalahan
politik dan sasaran-sasaran sosial adalah bagian dari kebutuhan ini.

c. Integration atau harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general
agreement mengenai nilai-nilai atau norma pada masyarakat ditetapkan. Di sinilah peran
nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial, misalnya pemenangan hasil
pemilu.

d. Latency (Latent-Pattern-Maintenance) adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini


nilai-nilai kemasyrakatan tertentu seperti budaya, norma, aturan dan sebagainya.

Di samping itu, Parsons menilai, keberlanjutan sebuah sistem bergantung pada


persyaratan:

a. Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus
mampu harmonis dengan sistem lain

b. Sistem harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lain


c. Sistem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional

d. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya

e. Sistem harus mampu untuk mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu

f. Bila terjadi konflik menimbulkan kekacauan harus dapat dikendalikan

g. Sistem harus memiliki bahasa Aktor dan Sistem Sosial.

Menurutnya persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai dan norma ke
dalam sistem ialah dengan sosialisasi dan internalisasi. Pada proses Sosialisasi yang
sukses, nilai dan norma sistem sosial itu akan diinternalisasikan. Artinya ialah nilai dan
norma sistem sosial ini menjadi bagian kesadaran dari aktor tersebut. Akibatnya ketika
sang aktor sedang mengejar kepentingan mereka maka secara langsung dia juga sedang
mengejar kepentingan sistem sosialnya.

Sementara proses sosialisasi ini berhubungan dengan pengalaman hidup (dan spesifik)
dan harus berlangsung secara terus menerus, karena nilai dan norma yang diproleh
sewaktu kecil tidaklah cukup untuk menjawab tantangan ketika dewasa.

Pengaruh Teori ini dalam Kehidupan Sosial

Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang berkaitan
menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural cenderung memiliki empat
tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis :

1. pencarian pemuasan psikis


2. kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis
3. kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis, dan
4. usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya.

Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat prasyarat


fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan sebagai suatu
istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing-masing system itu ketika dia
menyatakan : “ secara konkrit, setiap system empiris mencakup keseluruhan, dengan
demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak merupakan sebuah organisme,
kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam system cultural “.

Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu


harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat
bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur social sebagai
unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung.

Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep sistem ketika membahas


struktur atau lembaga sosial. System ialah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian
yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat dari system listrik, system pernapasan,
atau system sosial. Yang mengartikan bahwa fungionalisme struktural terdiri dari bagian
yang sesuai, rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti layaknya sebuah sistem, maka
struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk selalu dapat
berubah. Karena system cenderung ke arah keseimbangan maka perubahan tersebut
selalu merupakan proses yang terjadi secara perlahan hingga mencapai posisi yang
seimbang dan hal itu akan terus berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan
manusia.

Penutup

Teori fungsional struktural bukan hal yang baru lagi didalam dunia sosiologi
modern, teori ini pun telah berkembang secara meluas dan merata. Sehingga tak ayal
banyak Negara yang menggunakan teori ini di dalam menjalankan pemerintahannya
baik itu mengatur suatu pola interaksi maupun relasi diantara masyarakat. Dalam
kesempatan ini setidaknya pemakalah dapat mengambil keseimpulan bahwa secara
singkat dan sederhana teori sosial ini merupakan seperti rantai sosiologi manusia,
dimana didalam

You might also like