You are on page 1of 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan

S. scabiei varietas hominis.1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti menggaruk (to scratch).14

2.1.1

Epidemiologi Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras dan

kelompok umur, yang tersering adalah kelompok anak-anak. Diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia setiap tahun.1,4,5 Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6 - 27% dari populasi umum.6,7 Skabies menyerang semua ras dan kelompok umur dan yang tersering adalah kelompok anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja).1,6,7 Pada penelitian yang dilakukan Inair I dkk pada tahun 2002 terhadap 785 anak sekolah dasar di Turki, diperoleh 17 anak (2,2%) menderita skabies.8 Penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Ogunbiyi AO dkk pada tahun 2005 terhadap 1066 anak sekolah dasar di Ibadan, Nigeria, diperoleh 50 anak (4,7%) menderita skabies.9 Berdasarkan pengumpulan data KSDAI tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden tertinggi yaitu pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%.6 Berdasarkan data dari pesantren Oemar Diyan tahun 2005, diperoleh sebanyak 287 (38,5%) penderita skabies dari 745 santri. Di pesantren Al-Falah tahun 2006,

diperoleh sebanyak 108 (17,3%) penderita skabies dari 625 santri sedangkan di pesantren Ulumul Quran, diperoleh 125 (19,2%) penderita skabies dari 650 santri.10 Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari Desember 2008, dari total 4.731 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 139 (2,94%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis skabies, dan 57 (41%) diantaranya berumur 6-18 tahun (usia sekolah). Pada periode Januari Desember 2009, dari total 5369 pasien, 153 (2,85%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis skabies, dan 54 (35,3%) diantaranya berumur 6-18 tahun (usia sekolah). Faktor-faktor yang mempengaruhi insiden skabies antara lain higiene yang buruk, keadaan sosial ekonomi yang rendah, imunitas yang menurun, kepadatan penduduk dan hubungan seksual yang bersifat promiskuitas.4,7,14

2.1.2

Etiologi Penyebab skabies pada manusia adalah S. scabiei varietas hominis, yang

merupakan tungau dimana seluruh siklus hidupnya berada di kulit.4 Tungau ini termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acari, famili Sarcoptidae, dan genus Sarcoptes.7 Tungau memiliki badan yang bulat, punggung cembung, bagian perutnya rata dan berwarna putih kotor. Ukuran tungau betina berkisar antara 330-450 x 250-350 m, sedangkan tungau jantan berukuran lebih kecil yakni 200-240 x 150-200 m. Bentuk dewasa memiliki empat pasang kaki, dua pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki lainnya pada wanita berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.6,7,15,26

Tungau betina hidup dalam terowongan sepanjang hidupnya, berumur kurang lebih 4-5 minggu. Tungau betina akan meletakkan telur dalam terowongan 2-3 butir sehari. Telur berbentuk lonjong, transparan, dan berkulit tipis. Telur menetas mengeluarkan larva dalam waktu 2-4 hari. Sebagian larva tinggal di dalam terowongan dan sebagian lain keluar dari terowongan menuju permukaan kulit membentuk kantung kecil di stratum korneum. Larva mendapat makanan dan berkembang dalam kantung, setelah 2-3 hari larva keluar dari kantung menjadi nimfa. Selanjutnya nimfa akan berkembang menjadi bentuk tungau dewasa jantan atau betina dalam 3-6 hari. Siklus hidup dari telur sampai bentuk dewasa berlangsung antara 10-14 hari.1,3,4,6,17,18 Kopulasi tungau dapat terjadi di atas permukaan kulit atau di dalam terowongan. Setelah kopulasi, tungau jantan akan mati, sedangkan tungau betina yang telah dibuahi akan membuat terowongan. Panjang terowongan dapat mencapai beberapa milimeter, tetapi jarang melebihi satu sentimeter. Terowongan terletak kurang lebih sejajar dengan tempat masuk tungau pada stratum korneum, bahkan dapat mencapai stratum granulosum.1,15 Infestasi tungau ini terjadi apabila seseorang tertular tungau betina yang telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penularan dapat terjadi melalui kontak erat dan lama antara kulit dengan kulit (sekitar 20 menit), ataupun melalui kontak seksual.1,4,5,17,26,27 Skabies juga dapat ditularkan melalui kontak dengan tempat tidur, pakaian atau handuk dari orang yang terinfeksi.5,26

2.1.3

Gambaran klinis Masa inkubasi skabies berlangsung 4 - 6 minggu. Pada kasus reinfeksi, gejala

akan berkembang dalam waktu 1 sampai 2 hari.1,4,6,11,12,22 Gejala klinis utama adalah gatal, dan lebih hebat pada malam hari atau bila cuaca panas serta berkeringat. Hal ini karena meningkatnya aktivitas tungau saat suhu tubuh meningkat.1,3,4,6,7 Gatal yang terjadi disebabkan oleh aktivitas tungau yang menimbulkan iritasi dan skibala tungau yang bersifat antigenik.6,11,13,21,22 Pergerakan tungau tergantung pada suhu tubuh. Tungau tidak bergerak bila suhu di bawah 20C.21 Reaksi alergi terhadap tungau atau produknya berperan penting dalam perkembangan lesi dan timbulnya rasa gatal. Bukti yang ada mendukung keterlibatan hipersensitivitas tipe segera dan tipe lambat. Pada uji kulit dengan ekstrak tungau, memberikan hasil samar, namun pada uji intradermal timbul reaksi hipersensitivitas tipe segera yang sering dijumpai pada penderita skabies beberapa bulan setelah infeksi.15 Keterlibatan hipersensitivitas tipe lambat didukung oleh adanya perubahan histologi pada papul dan nodul yang meradang dimana sel infiltrat yang dominan adalah limfosit T.6,11,15 Lesi kulit skabies yang patognomonik yaitu berupa terowongan linier dengan panjang 1-10 mm. Terowongan tersebut dapat terlihat jelas di daerah sela-sela jari tangan, pergelangan tangan dan siku. Manifestasi kulit lain berupa papul, vesikel atau nodul yang timbul pada ujung terowongan. Rasa gatal mula-mula terbatas pada lesi, lama kelamaan dapat menjadi generalisata.1,4,5 Predileksi skabies antara lain pada sela jari tangan dan kaki, permukaan fleksor pergelangan tangan dan kaki, siku, lekukan anterior aksila, penis, skrotum, labia, daerah bokong, periumbilikal, dan areola mamae yang dikenal dengan istilah circle of Hebra.1,3-5,7,20

2.1.4

Pemeriksaan penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan S. scabiei

dalam berbagai stadium dan skibala.1 Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun pemeriksaan ini memerlukan ketrampilan dan latihan. Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies. Pertama-tama, satu tetes minyak mineral diletakkan pada pisau skapel steril, kemudian dilakukan pengerokan pada 5-6 lesi yang dicurigai. Hasil kerokan dan minyak diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop.1,5,6,13 Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau. Kegagalan untuk menemukan tungau tidak dapat menyingkirkan diagnosis skabies.5 Pada pemeriksaan apusan kulit, kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan gerakan cepat selotip dilekatkan dan ditekan pada lesi dan setelah beberapa detik selotip diangkat. Selotip lalu diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek), dan diperiksa di bawah mikroskop.3,6,28 Pemeriksaan lain yaitu burrow ink test, dengan cara mengoleskan tinta atau gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi, tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan terlihat terowongan.1,3,6,20 Selain itu, dapat digunakan tetrasiklin topikal dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.3,6 Dermoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi terowongan atau tungau beserta produknya.1,6 Pada pemeriksaan biopsi, tungau dapat ditemukan terpotong pada stratum korneum. Selain itu tampak proses inflamasi ringan serta edema stratum granulosum dan sedikit infiltrasi perivaskular.6

2.1.5

Diagnosis Skabies merupakan penyakit yang mudah dan tidak sulit untuk di diagnosis dalam

bidang dermatologi.1 Tanda kardinal skabies adalah (1) gatal terutama malam hari, (2) ditemukan lesi kulit yang khas pada tempat predileksi, (3) adanya riwayat anggota keluarga yang menderita kelainan yang sama, serta (4) ditemukan S. scabiei dalam berbagai stadium atau skibala pada pemeriksaan mikroskopis.1,4 Diagnosis skabies ditegakkan jika dijumpai dua dari empat tanda kardinal tersebut.26

2.2

Prestasi belajar Belajar, dalam pengertian yang paling umum, adalah setiap perubahan prilaku

yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh para siswa sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis.29 Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.30

2.2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah

secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.31,32

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri peserta didik yaitu keadaan/ kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor internal antara lain faktor fisiologis dan faktor psikologis.31-33 Keadaan fisik yang sehat, segar serta kuat akan memberikan hasil belajar yang baik. Keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.31,34 Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah inteligensi, bakat, minat, motivasi, dan perhatian.31-33 Inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.35 Faktor ini berkaitan dengan Intelligence Quotient (IQ).31 IQ pada dasarnya merupakan suatu ukuran tingkat kecerdasan yang berkaitan dengan usia.32 Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya.33 Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.31,32 Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran maka akan timbul kesulitan belajar.33 Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu.31,32,35 Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.33

Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Untuk bisa mendapat hasil yang baik dalam belajar harus mempunyai perhatian terhadap pelajaran.35 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.31,33 Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Dalam lingkungan keluarga setiap siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya yang diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat dan sebagainya. Hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan menciptakan suasana yang damai, tenang, dan tentram. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya.33 Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh pembentukan sikap, prilaku dan prestasi seorang siswa.35 Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.33 Lingkungan masyarakat di sekitar siswa sangatlah berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh pada siswa. Siswa akan tertarik untuk berbuat seperti yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Akibatnya belajar terganggu dan bahkan anak akan kehilangan semangat untuk belajar karena perhatiannya yang

terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya.35 Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.31

Faktor internal 1. kondisi fisiologis 2. kondisi psikologis - inteligensi - bakat - minat - motivasi - perhatian PROSES DAN PRESTASI BELAJAR

Faktor eksternal 1. lingkungan keluarga 2. lingkungan sekolah 3. lingkungan masyarakat

Faktor pendekatan belajar 1. strategi belajar 2. metode belajar Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Dikutip dari kepustakaan 31.

2.2.2

Pengaruh skabies terhadap prestasi belajar Gejala klinis utama pada skabies adalah rasa gatal yang hebat.11-15 Pada awalnya

gatal bersifat lokalisata dan ringan yang kemudian seiring bertambahnya penyebaran tungau melalui migrasi atau akibat garukan, rasa gatal menjadi generalisata.16,17 Gatal biasanya semakin hebat pada malam hari dan menyebabkan gangguan tidur sehingga pada pagi harinya anak tampak lelah dan lesu.6,7,13-15,18,19 Pada siang hari, rasa gatal biasanya menetap namun dapat ditoleransi.20

Pada penelitian yang dilakukan Jackson A dkk pada tahun 2007 di Alagoas, Brazil, diperoleh 196 (9,8%) penderita skabies dari 2005 orang. Seratus empat puluh dua (72,4%) dari 196 penderita mengalami gangguan tidur, terutama disebabkan rasa gatal.25 Rasa gatal disebabkan oleh aktivitas tungau yang menimbulkan iritasi dan skibala tungau yang bersifat antigenik.6,11,13,21,22 Terdapat bukti yang mendukung keterlibatan hipersensitivitas tipe segera dan tipe lambat pada skabies.15 Pada anak sekolah, rasa gatal ini tentunya menganggu konsentrasi belajar anak karena adanya keinginan untuk menggaruk.23 Rasa lelah dan lesu akibat gangguan tidur juga akan berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan anak seperti proses belajar di sekolah.24 Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, dan kurang semangat. Karena hal-hal tersebut, penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasikan dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.33

2.2.3

Evaluasi prestasi belajar Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan yang terencana dan berkesinambungan.32 Cara mengukur prestasi belajar yang selama ini digunakan adalah dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Tes dibagi dua yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah tes yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung, sedangkan tes sumatif (ujian akhir semester) adalah tes yang diadakan pada saat keseluruhan kegiatan belajar mengajar.36 Prestasi belajar dapat dioperasionalkan

dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya.29

You might also like