Professional Documents
Culture Documents
vD
= Re
...(1)
dengan adalah densitas zat alir, adalah viskositas zat alir, v adalah
kecepatan alir, G adalah kecepatan massa fluida linier dan D adalah
diameter pipa.
Dalam analisis konveksi pada plat rata, persamaan Re yang dipergunakan
adalah:
(4)
Dimana u
= >
Re 2300
m
d
u d
v
= >
x
h x
Nu
k
=
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 8
Dimana h adalah koefisien transfer panas, x adalah jarak (misalnya
diameter tabung) sedangkan k adalah konduktivitas termal fluida.
Atau untuk plat yang dipanaskan pada keseluruhan panjangnya x
0
= 0:
...(7)
Angka Nusselt ini memberikan nilai lokal koefisien perpindahan kalor
dengan menggunakan jarak dari tepi depan dam sifat-sifat fluida. Angka
Nusselt untuk setiap geometri adalah berbeda satu sama lainnya.
Bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl merupakan parameter yang menghubungkan ketebalan
relatif antara lapisan batas hidrodinamik dan lapisan batas termal serta
penghubung antara medan kecepatan dengan medan suhu. Bilangan Prandtl
didefinisikan sebagai perbandingan antara difusivitas momentum dengan
difusivitas termal yang dapat dinyatakan dalam bentuk:
k
c
c k
p
p
o
= = =
/
/ v
Pr
(9)
Dimana v adalah viskositas kinematik / difusivitas momentum fluida,
adalah difusivitas termal, c
p
adalah kapasitas kalor jenis zat fluida,
adalah viskositas fluida dan k adalah konduktivitas termal.
Angka Grashof (Gr)
Angka Grashof dapat ditaksirkan secara fisis sebagai suatu gugus tak
berdimensi yang menggambarkan perbandingan antara gaya apung dengan
gaya viskos di dalam sistem aliran konveksi bebas. Peranannya sama
dengan peranan angka Reynold dalam sistem konveksi paksa dan
merupakan variabel utama yang digunakan sebagai kriteria transisi dari
aliran lapisan batas laminer menjadi turbulen. Untuk udara dalam konveksi
bebas di atas plat rata vertikal, angka Gr kritis menurut pengamatan adalah
kira-kira 4 x 10
8
. Nilai antara 108 dan 109 biasa diamati untuk berbagai
fluida dan lingkungan tingkat turbulen.
Angka Grashof ini dapat ditentukan melalui persamaan :
...(10)
1/ 3 1/ 2
0, 332Pr Re
x x
Nu =
3
2
( )
w
x
g T T x
Gr
v
|
=
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 9
Dimana adalah koefisien pemuaian termal fluida, g adalah percepatan
gravitasional, adalah densitas fluida, L adalah panjang signifikan, T
adalah beda temperatur, serta adalah viskositas fluida.
Bilangan Rayleigh
Ra = Gr.Pr ....(11)
Bilangan-bilangan tersebut dapat membantu kita dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan pada kasus konveksi, misalnya pada suatu aliran
perpindahan kalor pada bangunan/geometri tertentu atau keterlibatan
viskositas, densitas dan karakteristik termal yang dimiliki oleh bidang
tersebut, bilangan tak berdimensi akan menunjukkan perbedaan
perpindahan kalor pada koordinat tertentu dalam bidang tersebut, sehingga
kita dapat mengetahui kalor yang masuk atau lepas serta suhu yang
terdapat pada koordinat itu.
2. Persamaan-persamaan empiris untuk menghitung koefisien perpindahan kalor
konveksi didapat dari hasil percobaan bertahun-tahun. Identifikasikan persamaan
empiris untuk sistem dengan suhu permukaan isotermal, yaitu pada plat atau
silinder vertikal, pada bola dan balok, pada silinder horizontal, pada plat
horizontal bentuk bujur sangkar/empat persegi panjang, pada plat horizontal yang
bentuknya tidak simetris, serta sistem ruangan tertutup.
Jawab:
Plat Rata Vertikal
( )
(12)
Plat Vertikal
(13)
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 10
Gambar 2. Koefisien perpindahan panas dari plat vertikal isotermal.
(Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10
th
Edition. New York: McGraw-Hill, hal 335)
Konstanta untuk permukaan isothermal dapat dilihat di buku Perpindahan Kalor
edisi 6 karangan J.P. Holman di halaman 304.
Churchill dan Chu:
[ ( )
]
()
[ ( )
]
()
Silinder Vertikal
Bila ketebalan boundary layer lebih kecil daripada diameter silinder,
perpindahan kalor pada silinder vertikal dapat dievaluasi sebagaimana pada plat
vertikal. Untuk itu, harus memenuhi batasan berikut.
()
Maka persamaan (13) dengan nilai konstanta pada Tabel 1 dapat digunakan.
Selain itu juga dapat digunakan Gambar 1 serta persamaan yang didefinisikan
oleh Churchill dan Chu, yaitu persamaan (14) dan (15).
Sedangkan untuk silinder vertikal yang terlalu kecil untuk memenuhi kriteria
persamaan (16), koefisien perpindahan kalor rata-ratanya harus dikalikan dengan
faktor F, dengan asumsi Pr = 0,7.
[()
]
()
Bola
Yuge mendefinisikan persamaan empiris untuk perpindahan panas konveksi
bebas dari bola ke udara sebagai berikut.
()
Modifikasi persamaan (16) untuk menyertakan bilangan Prandtl dalam
persamaan, menghasilkan persamaan (17) untuk rentang bilangan Grashof yang
sama.
()
Amato dan Tien mendefinisikan persamaan empiris untuk perpindahan panas
konveksi bebas dari bola ke air sebagai berikut.
()
Churchill mendefinisikan persamaan empiris yang lebih umum untuk
perpindahan kalor konveksi bebas pada bola sebagai berikut.
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 11
[ ( )
]
()
Plat Horizontal Bentuk Bujursangkar
Gambar 3. (a) Lower surface of heated plates, (b) Upper surface of heated plates
(c) Lower surface of cooled plates, (d) Upper surface of cooled plates
(Sumber: http://www.pathways.cu.edu.eg/ec/Text-PDF/Part%20B-7.pdf)
Untuk berbagai macam kasus plat horizontal pada Gambar 3, persamaan empiris
perpindahan kalor konveksi bebas dapat menggunakan persamaan (13) dengan
nilai konstanta pada Tabel 1.
Balok
Gambar 4. Skema aliran udara dalam balok dengan suhu permukaan luar isotermal dan diekspos pada
suhu lingkungan
(Sumber: http://www.pathways.cu.edu.eg/ec/Text-PDF/Part%20B-7.pdf)
Untuk 2 sisi vertikal dengan panjang karakteristik H, dapat digunakan persamaan
(13), (14) atau persamaan (15). Untuk permukaan bagian atas (uppper surface of
heated plates), dengan panjang karakteristik
()
Konstanta untuk persamaan (22) dapat dilihat di buku Heat Transfer 10
th
Edition
karangan J.P. Holman halaman 350
3. Jelaskan mekanisme dan perhitungan perpindahan kalor pada keadaan steady
yang melibatkan mekanisme konduksi, konveksi alami dan radiasi.
Jawab:
Untuk melakukan perhitungan perpindahan kalor pada keadaan steady yang
melibatkan konduksi, konveksi alami dan radiasi, maka dapat digunakan prinsip
tahanan termal. Sistem yang dianalisis mula-mula digambar jaringan termalnya,
kemudian ditentukan tahanan termal keseluruhannya. Tahanan termal untuk
konduksi pada kondisi steady pada dinding horizontal adalah:
(23)
Sedangkan untuk silinder pejal adalah:
(
)(24)
Dengan k adalah konduktivitas termal, x adalah tebal dinding, dan r adalah jari-
jari. Sementara itu, untuk konveksi, tahanan termalnya adalah:
(25)
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 13
Dimana h adalah koefisien perpindahan kalor konveksi dan A adalah luas
permukaan. Nilai tahanan termal ini, kemudian dapat disusbstitusikan ke dalam
persamaan berikut untuk menentukan laju kalor secara konduksi steady dan
konveksi alami:
(26)
Sementara itu, laju kalor melalui radiasi dapat dirumuskan sebagai:
(
)(27)
Perpindahan kalor keseluruhan kemudian dapat dihitung dengan cara
menjumlahkan perpindahan kalor secara konduksi steady, konveksi alami dan
radiasi.
SOAL PERHITUNGAN
1. Suhu pada suatu permukaan dinding vertikal 4 ft x 10 ft dipertahankan konstan
530
o
F sedangkan suhu udara di sekeliling 70
o
F dengan tekanan 1 atm.
a. Hitunglah kalor yang hilang dari permukaan dinding itu secara konveksi alami
ke udara.
b. Jika dinding itu disekat dengan bahan penyekat yang tebalnya 2 inchi dan
konduktivitas termal = 0,121 BTU/jam ft
2 o
F, hitunglah kalor yang hilang
secara konduksi dan konveksi bebas bila dianggap suhu pada permukaan
250
o
F.
Jawab:
Asumsi:
1. Tinggi permukaan dinding vertikal = x = 4 ft.
2. Lebar permukaan dinding vertikal = y = 10 ft.
3. Permukaan dinding tidak rata.
4. Percepatan gravitasi (g) = 32,2 ft/s
2
5. Dinding terbuat dari bata dengan konduktivitas termal, k
1
= 0,0215
Btu/jam ft
o
F
6. Suhu pada permukaan luar isolasi = 250
o
F.
Bagian a
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 14
Perhitungan suhu film (Tf)
( )
Perhitungan koefisien muai volume
Sifat-sifat udara pada 70
o
F (294,261 K) dan 1 Atm
Data sifat-sifat udara diperoleh dari Tabel A-5 buku Heat Transfer 10
th
Edition karangan J.P Holman halaman 658.
(
)
(
)
(
()
( )
( )
( )
( )
v 28,46
= 306,354
( )
( )
( )
( )
k = = 3,254
( )
( )
( )
( )
Pr =
Perhitungan Bilangan Rayleigh (Ra)
(
(29)
(
)(
)(
)()
Perhitungan Bilangan Nusselt (Nu)
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 15
Untuk perhitungan ini, kita dapat menggunakan persamaan (13) dengan
konstanta dari Tabel 1 maupun persamaan (14) dan (15). Kami memilih
menggunakan persamaan (15) karena walaupun lebih kompleks tapi lebih
akurat dan dapat digunakan dalam rentang bilangan Rayleigh yang lebih
luas.
()
[ ( )
]
1,018
Perhitungan Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Bebas Rata-rata (
()
()(
Perhitungan Kalor yang hilang secara konveksi alami dari dinding ke udara
()
) ()
(
) ( )()
Bagian b
Perhitungan Tahanan konduksi (R
kond
)
()
) ( )
Perhitungan Tahanan isolasi (R
iso
)
t = 2 inchi = 0,167 ft
()
) ( )
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 16
Perhitungan Tahanan konveksi (R
konv
)
()
) ( )
]
Perhitungan Kalor yang hilang secara konduksi dan konveksi bebas (q
final
)
()
( )
2. Suatu gas mengalir melalui sebuah pipa yang mempunyai suhu permukaan 800
o
F
ditanam di dalam tanah. Jarak antara sumbu pipa dengan permukaan tanah 6 ft.
Diameter luar pipa 2,38 in (tebal pipa diabaikan), panjang pipa = 50 ft, suhu
udara luar 80
o
F, dan konduktivitas kalor tanah = 1,4 Btu/(hr.ft.
o
F).
a. Hitunglah kalor yang hilang dari permukaan pipa ke udara.
b. Jika pipa tadi diletakkan dalam ruangan yang suhunya 80
o
F, hitunglah kalor
yang hilang secara konveksi alami dan radiasi dari permukaan pipa ke udara.
( pipa = 0,8).
c. Idem (b) tetapi permukaan pipa dicat dengan cat dari alumunium sehingga
pipa = 0,3.
d. Jika pipa tersebut diisolasi dengan isolator asbes (k = 0,04 Btu/(hr.ft.
o
F))
setebal 2 in dan diluarnya diisolasi dengan tanah diatomik tebal 1 in (k =
0,06 Btu/(hr.Ft.
o
F), hitunglah kalor yang hilang ke udara per satuan panjang
pipa.
Penyelesaian :
Bagian a
Diketahui :
Suhu permukaan pipa = T
1
= 800
o
F
Suhu udara = T
3
= 80
o
F
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 17
Diameter pipa = D
1
= 2,38 in = 0,198 ft
Panjang pipa = L = 50 ft
Jari-jari tanah = r
2
= 6 ft
Diameter tanah =D
2
= 12 ft
Konduktivitas kalor tanah = k
tanah
= 1,4 Btu/(h.ft.
o
F).
Asumsi :
1. Tidak ada radiasi dari luar
2. Nilai k tidak berubah
3. Pipa dalam posisi horizontal
4. Sistem tunak
5. h udara = 1,14 Btu/(h.ft
2
.
o
F)
6. Sistem satu dimensi
Jawab :
Gambar 6. Penampang Melintang Pipa
Aliran kalor bermula dari aliran fluida gas yang panas. Fluida gas mempunyai suhu
yang lebih besar disbanding dengan suhu udara, oleh karena itu kalor akan mengalir
dari fluida ke udara. Pertama, kalor mengalir dari fluida dengan suhu T1 mnembus
pipa dengan jari-jari R1. Peristiwa perpindahan kalor yang terjadi pada proses ini
adalah konveksi. Setelah melewati pipa, kalor merambat ke tanah dengan cara
konduksi. Kemudian dari tanah ke udara, kalor mengalir dengan cara konveksi.
Berikut adalah persamaan untuk menghitung laju kalor yang keluar.
(
)
(
Udara terbuka
T
1
R
1
R
2
T
2
T
3
Pipa
Tanah
Gas
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 18
( )( )
()
()()
Bagian b
Diketahui :
Suhu permukaan pipa = T
w
= 800
o
F= 700 K
Diameter pipa = d = 2,38 in = 0,06 m
Panjang pipa = L = 50 ft = 15,24 m
Suhu ruangan = T
= 80
o
F = 300 K
pipa = 0,8
Asumsi :
1. Nilai k konstan terhadap temperatur
2. Pipa dalam posisi horizontal
Ditanya :
kalor yang hilang secara konveksi alami dan radiasi dari permukaan pipa ke udara?
Jawab :
Menentukan rugi kalor akibat konveksi
Gambar 7. Ilustrasi Nomor 2b
Menentukan suhu film
T
T
w
R
Gas
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 19
Berdasarkan suhu film ini makadiperoleh sifat-sifat udara yang dapat dilihat pada
daftar A-5 lampiran A buku Holman yaitu:
Tabel 4. Sifat Fisik Udara
k = 0,04038 W/m
0
C, nilai
v = 37,90x 10
-6
m
2
/s,
Pr = 0,680
Menentukan Gr.Pr
( )
Pr Pr Gr
2
3
v
d T T g
w
=
|
()(
)( )(
)
(
()
Menentukan nilai Nu
Asumsi pipa pada keadaan horizontal, dan dari appendix pada buku Holman dengan
bilangan Gr.Pr diantara 10
4
-10
9
diperoleh:
C = 0,53
m =
sehingga
( )
Menentukan koefisien konveksi dari fluida gas
Dengan mengetahui bilanganNusselt, maka kita akan tahu nilai koefisien perpindahan
kalor dan perpindahan kalor per satuan panjang yang diperoleh dari rumus :
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 20
) ()
( )
Menentukan rugi kalor dari konveksi
(
)
(
) ( )( )( )
Menentukan rugi kalor radiasi
(
)
( ) ( )( )(
)(
Menentukan rugi kalor total
Bagian c
Diketahui :
Suhu permukaan pipa = T
w
= 800
o
F= 700 K
Diameter pipa = d = 2,38 in = 0,06 m
Panjang pipa = L = 50 ft = 15,24 m
Suhu ruangan = T
= 80
o
F = 300 K
pipa = 0,8
Asumsi :
- Nilai k konstan terhadap temperatur
- Pipa dalam posisi horizontal
Ditanya :
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 21
kalor yang hilang secara konveksi alami dan radiasi dari permukaan pipa ke udara?
Jawab :
Menentukan rugi kalor dari konveksi
(
)
(
) ( )( )( )
Menentukan rugi kalor radiasi
(
)
( ) ( )( )(
)(
Menentukan rugi kalor total
Bagian d
Diketahui :
Suhu permukaan pipa = T
1
= 800
o
F
Suhu udara = T
4
= 80
o
F
Diameter pipa = D
1
= 2,38 in
Jari-jari pipa = R
1
= 1,19 in
Panjang pipa = L = 50 ft
Jari-jari isolator asbes = R
2
= 2 in + 1,19 in = 3,19 in
Konduktivitas kalor asbes = k
A
= 0,04 Btu/(h.ft.
o
F)
Jari-jari isolator asbes = R
3
=1 in + 3,19 in = 4,19 in
Konduktivitas kalor asbes = k
B
= 0,06 Btu/(h.ft.
o
F)
Asumsi :
1. Tidak ada radiasi dari luar
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 22
2. Nilai k tidak berubah
3. Pipa dalam posisi horizontal
4. Sistem tunak
5. h udara = 1,14 Btu/(h.ft
2
.
o
F)
6. Sistem satu dimensi
Gambar 8. Ilustrasi Penampang Melintang dari Pipa
Jawab :
Menentukan kalor yang hilang ke udara per satuan panjang pipa
)
(
( )
( )
( )
()()
( )
r
1
r
2
r
3
T
4
T
3
T
2
T
1
Asbes
Tanah
Udara terbuka
Pipa, Gas
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 23
Kesimpulan
1. Konveksi terjadi akibat adanya perbedaan suhu, membutuhkan medium dan
melibatkan aliran fluida. Perbedaan konveksi alami dan paksa adalah sebab
terjadinya konveksi. Konveksi alami terjadi akibat adanya sebab alami seperti
gaya apung, sementara konveksi paksa terjadi akibat adanya gaya luar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konveksi alami adalah faktor bentuk,
kecepatan fluida dan jenis fluida.
3. Angka-angka tak berdimensi yang digunakan untuk perhitungan konveksi alami
adalah bilangan Reynold, Prandtl, Grashof, Graetz dan Nusselt.
4. Ventilasi memanfaatkan adanya gaya apung yang menyebabkan terjadinya
konveksi alami, sehingga udara dapat bersirkulasi ke luar.
Makalah Konveksi Alami-Kelompok 2 24
Daftar Pustaka
Cengel, Y. 2006. Heat Transfer 2
nd
Editon. USA: McGraw-Hill
Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10
th
Edition. New York:McGraw-Hill
Anonim. 2011. Free Convection. Diakses dari
http://www.pathways.cu.edu.eg/ec/Text-PDF/Part%20B-7.pdf